You are on page 1of 25

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Ada banyak peendapat yang di kemukakan oleh berbagai pihak terhadap

pengertian tentang investasi. Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru,pembukaan tanah baru dan sebagainya. Investasi juga di artikan sebagai pengeluaran yang di lakukan oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan membina industri- industri. Dalam perhitungan pendapatan nasional dan ststistik, investasi meliputi hal yang lebih luas lagi. Dalam perhitungan pendapatan nasional, investasi meliputi hal-hal: Seluruh nilai pembelian pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah-rumah dan tempat tinggal, pertambahan dalam nilai stok barang-barang berupa bahan mentah, barang yang belum selesai di proses dan barang jadi.(Sukirno, 1994 : 91 ) Dalam model keynesian dimana di asumsikan bahwa semua pendapatan harus dikeluarkan untuk ddi konsumsi atau di tabung, dan jumlah prekonomian dapat di bagi dua yaitu antara pengeluaran untuk barang-barang konsumsi dan barang modal, dan posisi keseimbangan dalam prekonomian di tentukan pada saat

Universitas Sumatera Utara

15

jumlah penerimaan sama dengan jumlah pengeluaran sehingga investasi sama nilainya dengan tabungan. Dalam kaitanya dengan perusahaan dimana perusahan melakukan

investigasi guna mendapatkan profit yang sebesar-besarnya, di mana dana investasi tersebut salah satunya bersumber dari dana masyarakat yang di tabung pada lembaga-lembaga keuangan, maka dapat di kemukakan bahwa : Investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup

pengeluaran untuk membeli bahan baku/material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang di perlukan dalam proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat tinggal karyawan dan bangunan kontruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga. (Deliarnov, 1995 : 80-81 ) Sementara itu Dj. A Simarmata dalam bukunya mendeefinisikan investasi yang lebih luas yang di kaitkan dengan perkeembangan pasar modal sekarang yakni : Investasi adalah setiap kegiatan yang hendak menanamkan uang dengan aman. Dari berbagai pendapat tentang definisi mengenai investasi, penulis berpendapat terdapat satu kesamaan arti yaitu investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegitan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang akan datang. 2.1.2 Jenis-Jenis Investasi Secara umum terdapat dua jenis investasi, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

16

1. Investasi yang terdorong (Induced Invesment) 2. Investasi otonom (Outonomous Invesment) Ad. 1. Investasi yang terdorong (induced Invesment), yakni investasi yang idak diadakan akibat adanya penambahan perminntaan, pertambahan permintaan yang di akibatkan pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila pendapatan bertambah, maka tambahan permintaan akan di gunakan untuk konsumsi, sedang pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan. Sudah pasti apabila ada tambahan permintaan, maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut. Ad. 2. Investasi otonom (OutonomouInvesment), yaitu investasi yang di laksanakan atau diadakan secara bebas, artinya investasi yang di adakan bukan karena pertambahan permintaan efektif, tetapi justru untuk menciptakan atau menaikkan permintaan efektif. Besarnya investasi otonom tidak tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional atau daerah. Investasi otonom berarti pembentukan modal yang tidak di pengaruhi oleh pendapatan naasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang di lakukan oleh perusahaan-perusahaan.(Sukirno,op.cit 2004: 108)

Universitas Sumatera Utara

17

2.1.3 Sumber-Sumber Dana Investasi Kendati banyak suber-sumber pendanaan inveestasi, namun sesuai dengan arahan judul, maka suber dana investasi hanya di lihat melaalui : 1. Investasi oleh masyarakat swasta nasional 2. Investasi oleh pihak Asing Investasi oleh masyarakat lebih banyak di lakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau motif bisnis, begitu juga dengan investasi asing atau penanaman modal luar negeri dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau motif bisnis di lain sisi kita mendapatkan dampak positipnya. 2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Investasi Investasi yang ditanam di suatu negara atau daerah, di tentukan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Tingkat keutungan yang diramalkan 2. Tingkat Bunga 3. Ramalan mengenai ekonomi di maasa depan 4. Kemajuan teknologi 5. Tingkat pendapatan nassional dan perubahannya 6. Keuntungan yang di peroleh 7. Situasi politik 8. Pengeluaran yang di lakukan pemerintah. 9. Kemudahan yang di berikan oleh pemerintah setempat.

Universitas Sumatera Utara

18

A.d. 1. Ramalan mengenai keuntungan keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada pengusaha mengenai jenis-jenis usaha yang

prospektif dan dapat dilaksakan di masa depan, dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan barang-barang modal yang di perlukan. A.d. 2. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan kepada para pengusaha, dan para investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang di tanam, berupa persentase keuntungan netto (belum dikurangi dengan tingkat bunga yang di bayar), modal yang di peroleh lebih besar dari tingkat bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang di milikinya yaitu : pertama, dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito) ; kedua, dengan menggunakannya untuk investasi. Dalam hal dimana pendapatan yang diperoleh adalah lebih dari tingkat bunga, maka pilihan terbaik adalah mendepositkan uang tersebut, dan akan menggunakannya untuk investasi apabila tingkat keuntungan yang di peroleh adalah lebih besar dari tingkat bunga yang akan dibayar. Pendekatan yang di gunakan adalah dengan : 1. Nilai sekarang Suatu kegiatan investasi dikatakan akan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal yang di investasikan.

Universitas Sumatera Utara

19

NS =

Y3 Yn Y1 Y2 + + + ... 3 1 2 (1 + r ) (1 + r ) (1 + r ) (1 + r ) n

( )

()

Dimana : NS = Nilai sekarang pendapatan yang di peroleh diantara tahun 1 sampai tahun n Y1.Y2.Y3...Yn = Pendapatan netto (keuntungan) yang di peroleh perusahaan antara tahun 1 sampai tahun n r = Tingkat bunga Dengan memisalkan nilai sekarang modal yang di investasikan dengan M. Penanaman modal dikatakan menguntungkan apabila NS lebih besar dari M. 2. Tingkat pengembalian modal
Y3 Yn Y1 Y2 + + + ... 3 1 2 (1 + R ) (1 + R ) (1 + R ) (1 + R ) n

M=

Dimana ; M = Nilai modal yang di investasikan Y1.Y2.Y3... Yn = Keuntungan yang diperoleh dari tahun 1 sampai tahun ke n r = Tingkat pengembalian modal Dengan menggunakan formulasi ini maka, suatu investasi di anggap menguntungkan apabila nilai R lebih besar daripada tingkat bunga. Ad.3. Ramalan mengenai keadaan dimasa depan.

Universitas Sumatera Utara

20

Dengan adanya ramalan tentang kondisi masa depan akan dapat menentukan tingkat investasi yang akan tercipta dalam prekonomian. Apabila ramalan di masa depan adalah baik maka investasi akan naik. Sebaliknya, apabila ramalan kondisi ekonomi di masa akan datang adalah buruk, maka tinngkat investasi akan rendah. Ad.4. Kemajuan teknologi. Dengan adanya temuan-temuan teknologi (inovasi), maka akan semakin banyak kegiatan pembaharuan yang akan di lakukan oleh pengusaha, sehingga makin tinggi tingkat investasi yang dicapai. Ad.5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya. Dengan bertambahya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan Masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total aggregat demand yang pada akhirnya akan mendorongtumbuhnya investasi lain (Induced Invesment). Ad.6. Keuntungan yang diperoleh perusahaa Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para pengusaha untuk menyediakan sebahagian keuntunngan yang diperoleh untuk investasi-investasi baru Ad.7. Situasi Politik. Kestabilan politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para investor terutama para investor asing, untuk menanamkan modalnya.

Universitas Sumatera Utara

21

Mengingat bahwa investasi memerlukan suatu jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal yang di tanam dan memperoleh keuntungan. Sehingga stabilitas politik jangka panjang akan di harapkan oleh investor. Ad.8. Pengeluaran-pengeluaran yang di lakukan pemerintah. Pengeluaran-pengeluaran yang di lakukan oleh pemerintah dapat berupa pengeluaran pembangunan dan rutin baik itu dalam penyediaan sarana dan prasarana atau fasilitas publik dalam menunjang kegiatan investasi dan juga prekonomian secara keseluruhan baik itu skala nasional maupun daerah. Sehingga menarik para investor dalam negeri maupun asing untuk berinvestasi di suatu negara ataupun daerah. Ad.9. Kemudahan-kemudahan yang di berikan pemerintah. Tersedianya kemudahan-kemudahan dalam birokrasi, dalam perpajakan (tax holiday), yaitu suatu keringanan di dalam pajak apabila suatu perusahaan mau menanamkan keuntungan yang di perolehnya ke dalam investasi baru, ataupun apabila perusahaan yang bersangkutan mau dan bersedia menanamkan investasinya di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu sehingga mendorong para investor untuk menanamkan modalnya. 2.1.5 Pengaruh Investasi Dalam Prekonomian Investasi dalam berbagai bentuknya akan memberikan banyak pengaruh kepada prekonomian suatu negara atupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni daerah. Karena dengan terciptanya investasi akan membawa suatu negara pada kegiatan ekonomi tertentu.

Universitas Sumatera Utara

22

Investasi yang akan berlanjut dengan

suatu proses produksi akan

menciptakan lapang kerja, menciptakan barang-barang dan jasa untuk di pasarkan kepada konsumen, dan interaksi antara produsen, dalam hal ini investor, dan konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang-barang atu jasa, dan pada giliranya akan menciptakan kemejuan prekonomian dalam suatu negara. Adanya fluktuasi dalam investasi seperti yang terlihat dalam business cycle merupakan salah satu dampak dari adanya investasi di dalam suatu perekonomian. Pengeluaran investasi merupakan topik utama dalam ekonomi makro karena dua alasan berikut: Fluktuasi investasi sangatlah besar sesuai dengan perubahan GDP (Gross Domestc Product), misalnya karena adanya business cycle. Pengeluaran investasi menentukan tingkat pertambahan stok kapital dalam prekonomian, dimana stok kapital ini sangat menentukan tingkat pertumbuhan suatu negara dalam jangka panjang ( Nangan, 2005 :131 ). Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah dapat di lihat pula melalui multi flier effect yang di timbulkannya. Multiflier effect atau efek dari pengganda dari investasi tersebut dapat di tuliskan denagan : KI =
1 , dimana MPC merupakan besarnya hasrat untuk mengkonsumsi. 1 MPC

Sehingga jika suatu innvestasi di tanamkan di ssuatu prekonomian, dampaknya terhadap terhadap pendapatan nasional/daerah tidak hanya sebesar

Universitas Sumatera Utara

23

nilai investasi yang di tanamkan nya, tetapi sebesar nilai investasi yang di tanamkan di kalikan dengan angka penggandanya. Jadi, misalnya di dalam suatu prekonomian , investasi yang di tanamkan sebesar 10juta, dengan nilai MPC suatu masyarakat 2/3, maka pertambahan pendapatan yang di timbulkan akibat pertambahan investasi sebesar : KI = yang di timbulkan :
Y = KI I

1 = 3, sehingga pertambahan nasional 1 2/ 3

= 3 10 juta = 30 juta. Namun, investasi yang di tanamkan dalam prekonomian salah satunya ditentukan oleh adanya permintaan dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi atas barang-barang konsumsi dan jasa yang di hasilkan oleh perusahaan sehingg merangsang tumbhnya investasi-investasi baru. Karena seperti kita ketaui bahwa pendapatan yang diperoleh masyarakat akan di gunakan untuk konsumsi dan mungkin sebahagian lagi untuk di tabung. Sehingga apabila penggunaan pendapatan untuk konsumsi dilambangkan denga C, dan penggunaan pendapatan yang di terima dilambangkan dengan Y, maka perumusan menjadi Y= C + S. Seandainya keseluruhan pendapatan masyarakat itu dikonsumsikan

keseluruhannya (MPC=1), sehinga besarnya K menjadi tidak terhingga, maka besarnya pertambahan pendapatan nasional juga menjadi tidak terhingga. Khusus kondisi di negara berkembang, dimana income masyarakat relatif rendah, kendati

Universitas Sumatera Utara

24

pendapatan masyarakat yang di terima di asumsikan keseluruhannya, dampaknya terhadap pertambahan pendapatan nasional tidak akan terlalu besar. Hal ini di sebabkan karena kemampuan dalam pembentukan modal juga relatf rendah yang di sebabkan oleh lemahnya kemampuan menabung dari masyarakatnya yang tentu saja akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi terciptanya lembaga-lembaga keuangan padahal faktor-fator tersebut sangat di perlukan di dalam proses pembangunan guna memacu pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal merupakan faktor yang paling penting dan strategis di dalam proses pembangunan ekonommi. Pembentukan modal bahkan disebut sebaagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Proses ini berjalan melewati 3(tiga) tingkatan : Kenaikan tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan kemampuan untuk menabung. Keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk mengalahkan dan menyalurkan tabungan agar dapat menjadi dana yang dapat di investasikan. Pengunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal pada perusahaan. Pembentukan modal juga berarti pembentukan keahlian kerap kali berkembang sebagai akibat pembentukan modal. (jhingan, :60 ). Pembentukan keahlian jelas merupakan salah satu dampak dari adanya perkembangan investasi. Investasi yang terus berkembang akan menuntut perkembangan sumber-sumber

Universitas Sumatera Utara

25

daya termasuk keahlian tenega kerja yang sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Pembentukan atau penciptaan modal akan menjadi sia-sia kalo tidak ada faktor-faktor lain yang menunjang pertumbuhan ekonomi oleh karena itu, kehadiran sekelompok atau segolongan orang yang benar-benar tertairk pada pembangunan ekonomi, mempunyai kemauan menabung dan bersedia bekerja dengan imbalan material, merupakan prasyarat bagi kemajuan suatu prekonomian. ( Jhingan,loc.cit ) Harold dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khusuusnya mengenai peran ganda yang di miliki investasi, yaitu : 1. Menciptakan pendapatan. 2. Memperbesar kapasitas produksi prekonomian dengan cara meningkatkan stok kapital. Kedua hal ini sebagai dampak dari adanya permintaan dan penawaran investasi. Karena itu selama investasi berklangsung, pendapatan nyata dan output akan senantiasa membesar. Namun demikian, untuk mempertahan tingkat ekuilibirium pendappatan pada tingkat full emfloyment dari tahun ke tahun, baik pendapatan nyata maupun output tersebut, keduanya harus meningkat dalam laju yang sama pada saat kapasitas modal meningkat. Karena kalau tidak, setiap perbedaan keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas modal meningkat.

Universitas Sumatera Utara

26

Karena kalau tidak, setiap perbedaan keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas atau ada kapasitas yang menganggur. Hal ini memaksa para investor membatasi pengeluaran investasinya sehingga pada ahirnya akan berpengaruh buruk pada prekonomian yaitu berupa menurunnya pendapatan dan pekerjaan pada periode berikutnya. Jadi, apabila pekerjaan ingin di pertahankan dalam jangka waktu yang panjang, maka investasi harus senantiasa diperbesar. Dalam konteks yang lain, penciptaan investasi juga membawa pengaruh perkembangan suatu daerah. Dampak tersebut disebut dengan spread effect. Yaitu apabila suatu investasi yang di tanamkan di dalam suatu daerah membawa pengaruh positif bagi daerah lainnya. Seperti timbulnya industri-industri perlengkapan atau penunjang bagi industri utama di daerah pusat investasi. 2.2 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) PDRB merupakan Nilai Tambah Bruto (NTB) atu nilai barang dan jasa ahir yang di hasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu wilayah atau region dalam suatu periode tertentu, basanya satu tahun. Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah nilai produksi bruto dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang dikeluarkan. PDRB perkapita adalah total PDRB di bagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada peeriode tertentu. Pendapatan perkapita adalah total PDRB dikurangi dengan penyusutan dan pajak tidak langsung di bagi dengan jumlah penduduk pertengahan taahun pada periode tertentu.

Universitas Sumatera Utara

27

Pertubuhan ekonomi adalah total PDRB per sektor/sub sektor atas dasar harga konsstan pada tahun n di bagi dengan total PDRB per sektor/sub sektor atas dasar harga konstan pada tahun n-1 dikali 100 dikurangi 100 (persen). Distribusi persentase PDRB adlah total PDRB per sektor/sub sektor di bagi dengan total PDRB dikali 100(persen). 2.2.1 Metode penghitungan Produk Domestik Regional Bruto Metode yang di lakukan oleh para pakar Ekonomi untuk menghitung besar Produk Domestik Regional Bruto dengan beberapa pendekatan (Basri, 2002: 38), yakni : a) Pendekatan Produksi Dalam hal ini, besar daari PDRB ialah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh berbagai unit produksi dalam wilayah region suatu negara dalam jangka setahun. Jadi, Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai seluruh barang dan jasa pada akhir tahun di suatu daerah atau region. b) Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan ini, PDRB ialah sejumlah balas jasa yang di terima oleh faktor-faktor produksui yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu daerah regional dalam jangka setahun. c) Pendekatan Pengeluaran Dalam pendekatan ini, PDRB ialah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan

Universitas Sumatera Utara

28

lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi pemerintah serta ekspor netto (Ekspor-Netto) dalam jangka setahun. 2.2.2 Analisis ICOR Konsep ICOR pada awalnya dikembangkan oleh Roy Harrold dan Evsey Domar. Konesep ini menunjukkan hubungan antara investasi dan output yang di hasilkan melalui suatu koefisien Capital Output Ratio. Jadi, ICOR merupakan perbandingan antara proporsi investasi terhadap PDB dan laju pertumbuhan PDB atau laju pertumbuhan ekonomi. Rumus yang di pakai untuk mencari ICOR ini adalah sebagai berikut :

ICOR =

1 / PDB(%) PDB(%)

Angka ICOR yang semakin tinggi menunjukan adanya inefisiensi atau pemanfaatan dana investasi yang tidak efisien, sebaliknya bila ICOR rendah berarti terdapat pemanfaatan dana investasi yang efisien. ICOR tinggi berarti untuk mencapaai laju pertumbuhan ekonomi yang di rencanakan perlu dana yang lebih besar, atau bila dana tidak tersedia, ICOR tinggi berarti pertumbuhan ekonomi yang di capai akan berada di bawah sasaran yang di rencanakaan. Menurut ahli ekonomi, ICOR yang di anggap memiliki produktivitas investasi yang baik adalaah antara 3 sampai 4 persen. Artinya, jika laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen untuk tahun tertentu, dana yang di habiskan mencapai 18% atau 24% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto).

Universitas Sumatera Utara

29

Apabila dana swasta tidak dapat lagi di dukung oleh tabungan domestik untuk investasi, alternaitf lain adalah mendatangkan investasi asing (Foreing Invesment) oleh karena itu investasi asing sangat di perlukan, atau dengan melalui utang luar negeri (Off Shore Loan). 2.3 Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga di pandang sebagai sewa atau penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.Suku bunga di gunakan untuk mengartikan 2 (dua) hal yang berbeda yaitu : 1. Harga yang dii bayar oleh debitur kepada kreditur karena penggunaan dana pinjaman. 2. Pengembalian pasar yang di peroleh dari modal ssebagai faktor produksi suku bunga adalah pembayaran yaang di lakukan akibat penggunaan dana. Tingkat suku bunga juga merupakan jumlah bunga yang di bayarkan per unit dari waktu. Dengan kata lain, pengembalian karena kesempatan meminjam dana individu harus membayar jumlah jumlah yang pasti tiap tahun. Harga dari

meminjam dana , di ukur dalam dollar per tahun per dollar yang di pinjam. 2.3.1 Teori-teori tentang suku bunga Ad. 1. Teori yang menerangkan terjadinya suku bunga di antaranya adalah : a. Teori Klasik Teori ekonomi klasik mengenai tingkat suku bunga yang beranjak dari teori ekonomi mikro, merupakan nilai balas jasa modal. Dengan demikian dapat di

Universitas Sumatera Utara

30

jelaskan bahwa suku bunga menurut klasik adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk di pinjamkan (loanable fund). Harga ini terjadi di pasar dana investasi. Keseluruhan dari investasi atau jumlah keseluruhan mereka akan dana akan membentuk permintaan loanable fund, dari proses tawar menawar antar mereka akan di hasilkan tingkat bunga sebagai harga dari loanable fund yang di gunakan investor. Dalam teori klasik, stok barang modal dicampur adukan dengan uang dan keduanya dianggap mempunyai hubungan subtitutif. Semakin langka modal semakin tinggi tingkat suku bunga dan demikian sebaliknya. Fungsi yang menonjol dari uang, dalam teori ekonomi klasik, adalah sebagai alat pengukur nilai dalam melakukan transaksi, sebagai alat pertukaran untuk memperlancar transakssi barang-barang dan jasa-jasa maupun sebagai alat penyelesaian hubungan hutang piutang yang menyangkut masa depan. Teori ekonomi klasik mengasumsikan bahwa prekonomian senantiasa dalam keadaan full employment, kecuali meningkatkan efisiensi dan mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat mempengaruhi sektor produksi. Dengan perkatan lain sektor moneter, dalam teori ekonomi klasik, terpisah sama sekali dari setor rill dan tidak ada pengaruh timbal balik antara keddua sektor tersebut. Hubungan kedua sektor di jembatani oeh tingkat harga. Jika jumlah uang beredar lebih besar daripada nilai barang-barang dan jasa yang terseddia , tingkat harga meningkat. (Budiono, 2001 :132)

Universitas Sumatera Utara

31

b. Teori Keynes Keynes berpendapat bahwa bunga itu adalah semata-mata gejolak moneter, bunga itu adalah suatu pembayaran untuk menggunakan uang. Berdasarkan atas pendapat demikianlah, mengapa Keynes adanya pengaruh uang terhadap sistem prekonomian secara keseluruhan. Seperti di ketahui employment tergantung pada investasi yang pada gilirannya investasi tersebut di pengaruhi oleh (Marginal Of Capital and Intrest Rate). Bunga sebagai gejolak keuangan, tingkatnya di tentukan oleh permintaan akan uang dan juga persediaan uang. Menurut pendapat Keynes, bahwa ada 3 (tiga) motif permintaan uang pada masyarakat, yaitu : Motif

Transaksi, Motif Berjaga-jaga, dan Motif Spekulasi. Dengan demikian tingkat tingkat bunga di tentukan oleh: Faktor permintaan uang Faktor penawaran uang Karena telah dinyatakan bahwa nilai uang di tentukan oleh kedua faktor tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa nilai uanglah yang menentukan tingkat bunga dan faktor permintaan terhadap uang itu oleh Keynes di sebut dengan Liquidity Preference. Jadi sesuai dengan term yang di pakai oleh Keynes, bunga itu di tentukan oleh Liquidity Prefrence dan jumlah uang. Tingkat suku bunga akan naik apabila jumlah uang beredar sedikit dan permintaan terhadapnya besar, sebaliknya bunga turun bilamana jumlah uang beredar besar dan permintaan terhadapnya sedikit.

Universitas Sumatera Utara

32

Keynes

mengasumsikan

prekonomian

belum

mencapai

full

employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat di tingkatkan tanpa mengubah tingkat suku bunga maupun tingkat harga. Dengan menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat di rangsang untuk meningkatkan produksi nasional. Dengan demikian setidaknya untuk jangka pendek, kebijakan moneter, dapat berperan untuk meningkatkan produksi nasional setelah prekonomian berada dalam keadaan full employment, barulah kebijakan moneter tiddak dapat berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Tingkat suku bunga dalam teori Keynes, dapat di turunkan dengan cara menambah kredit otorita moneter. 2.3.2 Perhitungan Tingkat Suku Bunga Tinggi rendahnya tingkat suku bunga pinjaman amat di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : persaingan, citra nasabah, kondisi ekonomi, kondisi intren bank itu sendiri. Dengan demikian bunga pinjaman antara satu bank dengan bank yang lainnya tidak akan persis sama. Namun, faktor dominan pembentuk suku bunga pinjaman adalah stuktur dana suatu bank yang pada gilirannya menentukan biaya dana (cost of fund)

Universitas Sumatera Utara

33

Adapun metode perhituungan tingkat suku bunga, antara lain : a. Metode Pricing Dalam dunia perbankan 4 (empat) metode pricing, yaitu : 1. Metode Mark up Pricing Yaitu berdasarkan suku bunga pinjaman yang di dasarkan pada metode penambahan komponen Cost Of Loanable Fund (COLF) dan Overhead Cost (OHC) menghasilkan Cost Of Money (COM) ditambah risk premium dan spread yang di inginkan, sehingga didapat lending rate. 2 Metode Target Pricing. Yaitu metode berdasarkan target keuntungan yang dianggarkan. Metode ini di pakai sebagai standar minimum atau target, namun jarang di kenakan pada nasabah karena terlalu banyak variabel yang mempengaruhinya. 3. Metode Value Pricing. Yaitu metode yang berdasarkan tinggi rendahnya pada image nasabah terhadap produk bank. Jika image nasabah terhadap produk pinjaman buruk, yang bersangkutan tidak akan bersedia dibebani lending rate yang tinggi atau demikian sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

34

4. Going Rate Pricing Yaitu metode yang berdasarkan rata-rata harga pinjaman dalam industri perbankan. Meskipun terdapat berbagai metode Pricing, mengingat berbagai kelemahan dan kesulitan pelaksanaan di lapangan, metode yang paling umum di gunakan dewasa ini adalah metode Mark Up Pricing. (Boediono : 83) b. Mark Up Pricing Mark Up Pricing dihitung dengan rumusan : MUP = COF + OHC + risk premium + spread Sedangkan COF sendiri mencerminkan seluruh biaya bunga dan pemasaran yang dikeluarankan untuk mengumpulkan dana. Di lain pihak tidak semua dana terkumpul tadi dapat dipinjamkan, namun herus ada yang di tahan sebagai reserved requirement. Konsekuensinya dalam penentuan bunga pinjaman adalah bank harus menambahkan biaya reserved requirement ini, sehingga rumusnya menjadi : Lending Rate = COLF +OHC + risk premium + spread 2.3.3 Faktor-Faktor Penyebab Kenaikan Suku Bunga Ada berbagai faktor penyebab kenaikan suku bunga pada masa transisi stelah deregulasi 1988, yaitu : 1. Biaya dana perbankan semakin meningkat setelah dikeluarkannya rangkaian kebijakan deregulasi sejak 1 juni 1983, seperti pagu kredit di

Universitas Sumatera Utara

35

hapuskan, bank-bank negara diperkenankan menentukan tingkat suku bunga dana maupun kredit (prioritas) sendiri, dana perbankan semakin tergantung pada dana jangka pendek dengan tingkat suku bunga yang mahal. Karena deregulasi sekaligus memaksa perbankan untuk

meningkatkan keperluan modalnya sendiri serta melakukan penyesuaian portepel. 2. Adanya peningkatan dalam pasar uang. 3. Peningkatan pada spread perbankan. 2.3.4 Faktor-Faktor Mendorong Penurunan Suku Bunga Disamping faktor yang mempengaruhi kenaikan tingkat suku bunga, juga dapat di perlihatkan beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan suku bunga, diantaranya : 1. Kebijakan Bank Indonesia sebagi regulator untuk menjaga

keseimbangan pasar guna menjamin terpeliharanya persaingan yang sehat. 2. Peningkatan ekspor dan pemaskan modal asing. Bank Indonesia berusaha untuk menekan tingkat suku bunga di pasar dalam negeri dengan cara mendorong unit ekonomi mengimpor uang dari luar negeri. 3. Penghapusan pagu pinjaman luar negeri lembaga-lembaga keuangan. Dengan penghapusan pagu pinjaman luar negeri, lembaga-lembaga keuangan akan meningkatkan pemasukan modal asing. Di tiadakannya

Universitas Sumatera Utara

36

pagu pinjaman luar negeri meniadakan cara alokasi pinjaman luar negeri lembaga keuangan di masa lalu. 4. Pemberian kredit dalam valuta asing. Dengan semakin bebasnya devisa akan membuka kesempatan bagi lembaga keuangan serta badan usaha di indonesia untuk dapat menggunakan instrumen keuangan yang tersedia di pasar uang dan pasar modal internasional untuk melindungi diri dari resiko kerugian karena perubahan tingkat suku bunga. 5. Target kebijakan moneter. 6. Biaya intermediasi lembaga keuangan dan kredit macet. Diusahakan menurunkan biaya intermediasi melalui efisiensi.

2.4 Pengeluaran Pemerintah Dalam melaksanakan semua kegiatan, pemerintah membutuhkan sejumlah pembiayaan. Dalam hal ini didukung oleh penerimaan pemerintah baik yang berasal dari penerimaan daerah maupun penerimaan pembangunan. Kegiatan pemerintah yang berupa pengeluaran pemerintah dibagi dua yaitu: pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin adalah bagian yang biasanya dibelanjakan setiap tahun anggarannya secara teratur. Pengeluaran pembangunan adalah bagian dari pengeluaran yang khusus digunakan untuk pengeluaran pembangunan daerah.

Universitas Sumatera Utara

37

Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa. 2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai, perubahan gaji pegawai yang mempunyai proses makroekonomi dimana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung. 3. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment adalah bukan pembelian barang / jasa oleh pemerintah di pasar barang, akan tetapi pos ini mencatat pembayaran atau pemberian pemerintah langsung kepada warganya, misalnya: pembayaran subsidi atau bantuan langsung tunai kepada berbagai golongan masyarakat. Pembayaran pensiun, pemabayaran pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administratif keduanya berbeda (Boediono, 2001 hal: 110-117). Pengeluaran pemerintah dalam arti ril dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemrintah itu, semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

38

Sifat-sifat pengeluaran pemerintah: 1. Pengeluran yang self liquidating sebagian atau seluruhnya yaitu pengeluaran pemerintah yang berupa pemberian jasa kepada masyarakat yang pada akhirnya adanya pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasajasa tersebut. 2. Pengeluaran pemerintah yang bersifat reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan-keuntungan ekonomi bagi masyarakat, dengan naiknya tingkatan penghasilan dan sasaran pajak yang lain yang akhirnya menaikkan penerimaan pemerintah. 3. Pengeluaran yang tidak self liquidating maupun yang tidak reproduktif yaitu pengeluaran yang langsung menambah kesejahteraan masyarakat. 4. Pengeluran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan. Misalnya: untuk pembiayaan pertahanan dan perang. 5. Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang (Suparmoko, 1996; 48).

Universitas Sumatera Utara

You might also like