You are on page 1of 46

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Perkembangan Sistem Manajemen Rumah Sakit Perkembangan rumah sakit mengalami transformasi besar yaitu berada

dalam suasana global dan kompetitif. Pada keadaan demikian pelayanan rumah sakit sebaiknya di kelola dengan konsep dasar managemen yang mempunyai etika. Tanpa konsep managemen yang jelas perkembangan rumah sakit di Indonesia akan berjalan lambat, terutama pada aspek keuangan (Trisnantoro, 2005). Faktor yang penting dalam pertumbuhan ataupun kemunduran rumah sakitadalah aspek ekonomi, yaitu tanpa adanya sumber dana yang cukup perkembangan rumah sakit akan sulit berjalan. Tanpa sumber dana yang cukup, rumah sakit akan sulit berkembang, karena tanpa insentiv ekonomi yang memadai bagi sumber daya manusia, rumah sakit akan sulit menarik tenaga yang akan jadi penentu keberhasilan pelayanan rumah sakit. Aplikasi ekonomi managerial dalamrumah sakit mempunyai berbagai konsep dan isu dasar yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah posisi laba (profit) dalam tujuan rumah sakit. Secara tradisional, sebagai organisasi normatif yang bersifat sosial, maka laba merupakan hal yang tidak lazim ditemui dalam managemen Rumah sakit khususnya rumah sakit Pemerintah. Dalam perubahan menjadi organisasi sosial ekonomi, posisi laba menjadi sangat penting. Kecenderungan kedua yang memicu penggunaan ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan adalah struktur pasar rumah sakit. Dengan mengacu pada pasar

diharapkan akan terjadi kompetisi antar rumah sakit yang akan menghasilkan efisiensi. Berbagai usaha yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suasana yang kompetitif adalah keuntungan merupakan tujuan utama tanpa meninggalkan fungsi sosial, sehingga rumah sakit berusaha menekan biaya produksi sekecil mungkin. Para ekonomi secara umum mendefinisikan laba sebagai kelebihan penerimaan atas biaya yang digunakan dalam usaha. Dalam kontek managemen Rumah sakit kelebihan pembayaran ini dapat dipergunakan untuk berbagai hal seperti usaha pengembangan rumah sakit, peningkatan insentif untuk pekerja dan usaha subsidi silang.

2.2 Konsep Pendapatan 2.2.1 Konsep Pendapatan Secara Umum Pendapatan meliputi semua sumber-sumber ekonomi yang diterima oleh perusahaan, dari transaksi penjualan barang dan penyerahan jasa kepada pihak lain. Di dalam akuntansi pendapatan diukur dengan jumlah kenaikan bruto dari aktiva atau berkurangnya hutang, atau kombinasi dengan keduanya. Berbagai pendapatan yang timbul dalam suatu perusahaan meliputi penjualan barang, penjualan jasa, penggunaan aktiva oleh pihak lain yang menghasilkan, pendapatan dari penghentian aktiva selain barang dagangan. Menurut Munawir (2002), pengakuan pendapatan meliputi semua sumbersumber ekonomi yang diterima oleh perusahaan dari transaksi penjualan barang dan penyerahan jasa kepada pihak lain. Di dalam akuntansi, pendapatan diukur dengan jumlah kenaikkan bruto dari aktiva atau berkurangnya hutang (selain dari

transaksi modal), atau kombinasi keduanya. Berbagai pendapatan yang timbul dalam perusahaan meliputi : 1. Penyerahan barang (penjualan) 2. Penyerahan jasa 3. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan : a. Pendapatan bunga b. Pendapatan deviden c. Pendapatan royalti dan atau sewa 4. Pendapatan dari penghentian aktiva selain barang dagangan. Berdasarkan sumbernya pada umumnya pendapatan dibedakan menjadi : 1. Pendapatan yang berasal dari usaha pokok (operating revenue) 2. Pendapatan diluar usaha pokok (non operating income) 3. Pendapatan luar biasa (extra ordinary gain) yaitu pendapatan dari aktifitas yang tidak rutin dan jarang terjadi. Agar perusahaan tetap eksis dalam bisnisnya, pendapatan harus melebihi biaya, selain itu laba yang dihasilkan harus cukup besar untuk dapat memuaskan pemilik perusahaan (Mowen, 2004). Jadi biaya dan pendapatan berkaitan dalam pengertian bahwa pendapatan (hasil kali harga dan produk)harus melebihi biaya agar menghasilkan cukup banyak laba. 2.2.2 Konsep Pendapatan Rumah sakit Pendapatan rumah sakit (revenue) adalah penjumlahan total harga yang dibebankan kepada setiap pasien, sedangkan surplus (profit) merupakan pendapatan setelah dikurangi pengeluarannya (Supriyanto, 2005). Menurut Trisnantoro (2005), penerimaan (revenue) adalah penerimaan

produsen dari hasil penjualan outputnya. Beberapa konsep revenue yang penting untuk analisis perilaku produsen : 1. Total Revenue(TR) adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya.TotalRevenue adalah output (Q) dikalikan harga jual output (Pq) Rumus : TR = Q x Pq 2. Average Revenue (AR) adalah penerimaan produsen per unit output yang dijual. Rumus : AR = TR/Q = Q x Pq/Q = Pq Dengan demikian AR tidak lain adalah harga (jual) output per unit = Pq 3. Marginal Revenue (MR) adalah kenaikan TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output. Rumus : MR = dTR/dQ

Menurut Sabarguna (2003), sektor yang berperan dalam pendapatan suatu rumah sakitadalah : 1. Pemanfaatan, seperti BOR, kunjungan pasien, pemakaian laboratorium. 2. Peningkatan pelayanan, penambahan pelayanan. 3. Pengaturan tarif 4. Cost Containment Sedangkan upaya untuk meningkatkan pendapatan adalah : 1. Peningkatan pemanfaatan, antara lain pengembangan layanan, peningkatan keindahan, dan peningkatan pelayanan makanan.

10

2. Intensifikasi pelayanan, yaitu pengembangan pelayanan, seperti bagian dapur (gizi) menjual makanan diet, bagian laundry berusaha mengembangkan usaha cucian bagi pasien dan keluarganya. 3. Ekstensifikasi pelayanan, dalam hal ini membentuk atau menjalankan pelayanan yang sebelumnya tidak ada kaitannya berbeda dengan yang ada sebelumnya, missal membuat kantin, konsultasi medik, dan sebagainya. 4. Menaikkan tarif, dalam rangka menaikkan tarif yang utama harus diingat adalah struktur tarif dan cara menaikkan. 2.2.3 Konsep Tarif Menurut Trisnantoro (2005), tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Tarif rumah sakit merupakan aspek yang sangat diperhatikan oleh rumah sakit swasta juga oleh rumah sakit milik Pemerintah. Bagi sebagian rumah sakit Pemerintah penetapan tarif bertujuan untuk : 1. Pemulihan Biaya (Cost Recovery) Tarif dapat ditetapkan untuk meningkatkan pemulihan biaya Rumah

sakit.Keadaan ini terutama terdapat pada rumah sakit Pemerintah yang semakin lama semakin berkurang subsidinya.Pada masa lalu kebijakan swadana rumah sakit Pemerintah Pusat ditetapkan berdasarkan pemulihan biaya (Cost Recovery), sehingga muncul pendapat yang menyatakan bahwa kebijakan swadana berkaitan dengan naiknya tarif rumah sakit. 2. Subsidi Silang Dalam manajemen rumah sakit diharapkan ada kebijakan agar masyarakat

11

ekonomi kuat dapat meringankan pembiayaan pelayanan rumah sakit bagi masyarakat ekonomi lemah. 3. Meningkatkan Akses Pelayanan Adanya misi rumah sakit untuk melayani masyarakat miskin. Oleh karena itu Pemerintah atau pemilik Rumah sakit mempunyai kebijakan penetapan tarif serendah mungkin, sehingga akses masyarakat miskin ke rumah sakit menjadi lebih baik. 4. Penetapan Tarif untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Di berbagai rumah sakit Pemerintah Daerah, kebijakan penetapan tarif pada bangsal VIP dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan kepuasan kerja dokter spesialis di rumah sakit Swasta. 5. Penetapan Tarif untuk Tujuan Lain Beberapa tujuan lain, misalnya mengurangi pesaing, memaksimalkan pendapatan, meminimalkan penggunaan, menciptakan corporate image. Menurut Pudjirahardjo (1998), tarif rumah sakit merupakan harga pelayan kesehatan yang diberikan di suatu rumah sakit yang ditetapkan oleh Pemerintah daerah setempat untuk suatu periode waktu tertentu. Dalam perdagangan umum, tarif atau harga berlaku menurut hukum pasar yang berfluktuasi dari suatu waktu ke waktu lainnya.Dalam pelayanan kesehatan swasta, tarif pelayanan juga dapat berfluktuasi tetapi tidak secepat perubahan pada harga komoditas

tertentu.Fluktuasi harga jasa umumnya tidak berlangsung secepat fluktuasi harga barang komsutif seperti pakaian atau mobil. Tarif rumah sakit yang ditetapkan pemerintah umumnya tidak berfluktuasi dan cenderung berlaku untuk masa 3-6 tahun.Akibatnya tarif tersebut tidak selalu

12

dapat menutupi biaya-biaya untuk memproduksi jasa pelayanan di rumah sakit.Sejalan dengan penyelenggaraan otonomi daerah, maka kemampuan penetapan tarif yang tepat perlu dilaksanakan. Perhitungan tarif dapat dirumuskan sebagai berikut : Tarif = Unit Cost + Konstanta Dimana konstanta itu ditetapkan berdasarkan kebijakan keuangan dari rumah sakit yang bersangkutan. Kebijakan keuangan tersebut seharusnya mempertimbangkan faktor-faktor : 1. Tujuan rumah sakit 2. ATP/WTP masyarakat 3. Jumlah keuntungan yang diharapkan 4. Tarif pesaing Dari pertimbangan faktor diatas, besarnya konstanta akhirnya dapat ditetapkan. Konstanta yang ditetapkan dapat berupa angka nominal maupun persentase dari unit cost. 2.2.4 Volume Volume atau jumlah produk dapat berupa barang atau jasa. Produk berwujud adalah barang yang dihasilkan dengan mengubah bahan baku melalui penggunaan tenaga kerja dan masukkan (input) modal seperti pabrik, lahan dan mesin. Contoh produk berwujud adalah televisi, hamburger, mobil, komputer, pakaian danfurniture. Jasa (service) adalah tugas atau aktivitas yang dilakukan untuk seorang pelanggan atau aktivitas yang dijalankan oleh seorang pelanggan dengan menggunakan produk atau fasilitas organisasi. Jasa juga diproduksi dengan menggunakan bahan, tenaga kerja dan masukan modal. Perlindungan asuransi, perawatan kesehatan, perawatan gigi, jasa pemakaman, dan akuntansi

13

adalah contoh dari berbagai aktivitas jasa yang dilakukan untuk pelanggan. Penyewaan kendaraan, video dan alat ski adalah contoh dari jasa yang memungkinkan pelanggan menggunakan produk atau fasilitas organisasi (Mowen, 2004). Dalam bidang kesehatan, produk yang dihasilkan pada umumnya berupa jasa. Jasa biasanya dikenali melalui karakteristik jasa dan penyampaiannya. Menurut Supriyanto (2005), karakteristik jasa Rumah sakit dapat diukur (kuantitatif) dan dibandingkan (kualitatif), yaitu : 1. Input meliputi fasilitas, kapasitas, jumlah personel dan kuantitas bahan atau obat. 2. Proses meliputi: a. Teknis medis antara lain waktu tunggu, waktu pemeriksaan, waktu untuk diagnose, waktu tindakan, keselamatan dan keamanan tindakan. b. Hubungan interpersonal antara lain kehandalan, empati, keramahan, tanggapan, dan penampilan fisik (afektif dan perilaku) 3. Output meliputi kesembuhan dan kepuasan. Volume ( besaran produk ) dalam pelayanan rumah sakit adalah output pelayanan. Output pelayanan rumah sakit sangat beragam karena banyaknya unitpelayanan dan banyaknya tindakan serta mempunyai sifat ideal (kapasitas) dan sifat aktual (riil).

2.3 Konsep Biaya 2.3.1 Konsep Biaya Secara Umum Menurut Budiono (1982) dalam Trisnantoro (2005), dalam hubungannya

14

dengan tingkat output, biaya produksi dapat dibagi menjadi: 1. Total Fixed Cost (TFC) atau biaya tetap total, adalah jumlah biaya yang tetap dibayar perusahaan (produsen), berapapun tingkat outputnya. Dengan demikian julah TFC adalah tetap untuk setiap tingkat output. Contoh : penyusutan, sewa gedung, dan sebagainya. 2. Total Variable Cost (TVC) atau biaya variabel total adalah jumlah biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya outputyang diproduksi. Contoh, biaya untuk bahan mentah, upah, makanan harian pasien, dan sebagainya. 3. Total Cost (TC) atau biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya variabel. Rumus : TC = TFC + TVC 4. Average Fixed Cost (AFC) atau biaya tetap rata-rata, adalah biaya tetap yang dibebankan pada setiap unit output. Q adalah tingkat output. Rumus : AFC = TFC Q 5. Average Variable Cost (AVC) atau biaya variabel rata-rata adalah semua biaya lain selain AFC yang dibebankan pada setiap unit output yang dihasilkan. Rumus : AVC = TVC Q Q 6. Avarage Total Cost (ATC) atau biaya total rata-rata adalah biaya produksi dari setiap unit output yang dihasilkan.

15

Rumus : AVC = TVC Q 7. Marginal Cost (MC) atau biaya marjinal adalah kenaikan dari Total Cost yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Rumus : MC = dTC / dQ

Biaya adalah barang dan jasa atau aktiva yang dikorbankan (termasuk hutang yang timbul) dalam perusahaan untuk merealisasikan pendapatan dalam suatu periode akuntansi. Biaya diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu : 1. Biaya usaha (biaya yang terjadi tidak dalam kaitannya dengan usaha pokok perusahaan) 2. Biaya yang terjadi dalam rangka menjalankan usaha pokok perusahaan. 3. Biaya di luar usaha pokok rugi laba. Biaya (cost) dapat juga diartikan sebagai pengeluaran (expenditure) guna memperoleh manfaat. Manfaat mungkin berwujud seperti bahan-bahan,alat-alat, dan jasa. Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber non kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat tertentu memiliki arti bahwa suatu perusahaan menjadi lebih efisien, akan tetapi biaya tidak hanya harus ditekan, tetapi juga harus dikelola secara strategis. Para manajer harus memiliki tujuan menyedeiakan nilai bagi pelanggan yang sama besar (atau lebih besar) dengan

16

biaya yang lebih rendah dari para pesaingnya. Dengan cara ini, posisi strategis perusahaan akan naik, dan terciptalah keunggulan kompetitif. Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa depan pada perusahaan yang berorientasi laba, manfaat masa depan biasanya berarti pendapatan. Jika biaya telah dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa (expire)dan merupakan beban (Mowen, 2004). 2.3.2 Konsep Biaya di Bidang Kesehatan Pengertian biaya di bidang pelayanan kesehatan adalah nilai sejumlah input(faktor produksi) yang dipakai untuk menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu output tertentu. Pengorbanan dapat berupa uang, barang, tenaga, waktu maupun kesempatan ( Pudjirahardjo, 1998) Biaya pelayanan merupakan dasar dari penentuan tarif. Biaya harus dapat menggambarkan besarnya pengeluaran secara jelas dan dasar penentuannya harus seimbang dapat dijelaskan pembebanan dari sektor pendukung. Dalam kaitannya dengan biaya dikenal 2 pusat keuangan yang saling terkait yaitu : a. Pusat penerimaan (Revenue Centre) yaitu pelayanan atau kegiatan yang menghasilkan masukkan bagi Rumah sakit, misalnya Rawat Jalan, Rawat Inap,dan sebagainya. b. Pusat Biaya (Cost Centre) yaitu pelayanan atau kegiatan yang merupakan tempat keluarnya keuangan Rumah sakit tanpa menghasilkan penerimaan, misalnya administrasi, pemeliharaan, dan sebagainya. Unsur biaya menunjukkan sesuatu hal yang membangun biaya. Unsur biaya

17

menurut tujuannya atau kepentingannya dibedakan atas kepentingan internal dan eksternal. Biaya untuk kepentingan internal dikenal sebagai kegiatan akuntansi manajemen sedangkan untuk kepentingan eksternal organisasi dikenal sebagai akuntansi keuangan (Supriyanto, 2005). Hubungan antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen sebagai berikut:

Akuntansi Biaya

Akuntansi Keuangan : Informasi biaya 1. 2. 3. Produksi Pemasaran Administrasi Unsur Biaya

Akuntansi Manajemen : Informasi Biaya 1. 2. 3. 4. Fixed Cost Variable Cost Overhead Cost Unit Cost

Kepentingan eksternal

Kepentingan Internal

Gambar 2.1 Akuntabilitas Keuangan (Supriyanto, 2005)

Unsur biaya meliputi :

18

TC (Total Cost ) = Fixed Cost + Variable Cost

Quantity = Aktual atau Normatif

UC (Unitl Cost ) = Total Cost Quantity

Pengelompokan biaya di bidang kesehatan menurut Pudjiraharjo,dkk (1998), ada beberapa kriteria yaitu : 1. Pengelompokan Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi. Dalam kaitannya dengan perubahan skala produksi, biaya dapat dibedakan menjadi: a. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya yang nilainya secara relatif tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi(output).Biaya ini harus tetap dikeluarkan,walaupun tidak ada pelayanan. Contoh biaya tetap adalah nilai gedung yang digunakan,nilai peralatan (besar) kedokteran ,ataupun nilai tanah. Nilai gedung dimasukan dalam biaya tetap sebab biaya gedung yang digunakan tidak berubah baik ketika pelayanannya meningkat maupun menurun. Demikian pula dengan alat kedokteran. Biaya stetoskop relative tetap,baik untuk memeriksa dua pasien maupun sepuluh pasien.Artinya biaya untuk memeriksa dengan suatu alat pada

19

dua pasien sama dengan biaya untuk memeriksa sepuluh pasien. Dengan demikian biaya alat adalah tetap dan tidak berubah meskipun jumlah pasien yang dilayani berubah. b. Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel adalah biaya yang nilainya dipengaruhi oleh banyaknya output (produksi). Contoh yang termasuk dalam biaya variable adalah biaya obat, biaya makanan,biaya alat tulis kantor,dan biaya pemeliharaan.Biaya obat dan makanan dimasukan dalam biaya variable karena jumlah biaya tersebut secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya pelayanan yang diberikan.Biaya obat dan makanan untuk melayani dua unit pasien akan berbeda dengan biaya obat dan makanan untuk melayani sepuluh unit pasien.Dengan demikian besarnya biaya obat atau makanan akan selalu terpengaruh secara langsung oleh banyaknya pasien yang dilayani.Pada umumnya besar volume produksi sudah direncanakan secara rutin,oleh karena itu biaya variabel juaga direncanakan secara rutin sehingga biaya variabel sering juga disebut sebagai biaya rutin. Dalam praktek seringkali dialami kesulitan untuk membedakan secara tegas apakah suatu biaya termasuk biaya tetap atau biaya variabel. Misalnya gaji pegawai kadang-kadang tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah output,terutama pada fasilitas pemerintah. Berdasarkan teori, biaya pegawai sebenarnya dipengaruhi oleh besarnya output. Oleh sebab itu ada yang mengelompokan biaya pegawai sebagai semi-variabel cost.

c. Biaya Total (Total Cost)

20

Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan variabel, dirumuskan sebagai berikut: Total Cost = Fixed Cost + Variabel Cost

2. Pengelompokan Biaya Berdasarkan Lama Penggunaannya Dalam kaitannya dengan lama penggunaan,biaya di bedakan dalam: a. Biaya Investasi (Investment Cost) Biaya investasi adalah biaya yang kegunaannya dapat berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Biasanya batasan waktu untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan bahwa anggaran biasanya direncanakan dan direalisir untuk satu tahun.Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan insfrastuktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi). Contoh yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya pembangunan gedung,biaya pembelian mobil dan biaya pembelian peralatan besar. 1. Pusat Biaya Produksi poliklinik. Pusat Biaya Penunjang : tanah dan bangunan administrasi,keuangan, dapur, binatu. 2. 3. Nilai kendaraan : Ambulan dan kendaraan dinas Nilai tanah dan bangunan : tanah dan bangunan ,rawat jalan, rawat inap, apotik dan

Nilai peralatan medis

Seluruh peralatan medis yang diperlukan di masing-masing unit pelayanan seperti rawat rawat inap, rawat jalan, kamar operasi, laboratorium dan rontgen.

21

4.

Nilai peralatan ruamah tangga (non medis)

Semua peralatan rumah tangga yang digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan seperti meja, kursi,AC,mesin tik,mesin cuci,almari,pengangkut pasiendan sound system. Dibeberapa instansi,penetapan apakah suatu biaya termasuk biaya investasi atau tidak, dilakukan dengan melihat harga (nilai) suatu barang. Pada umumnya besar biaya investasi sudah ditetapkan sebelumnya.Biaya investasi dihitung dari nilai barang yang disetahunkan (AIC atau biaya depresiasi atau biaya penyusutan) 1) Biaya Penyusutan (Depreciation Cost) Biaya Penyusutan adalah biaya yang timbul akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai akibat penggunanya dalam proses produksi. Setiap barang investasi yang dipakai dalam proses produksi akan mengalami penyusutan nilai, baik karena makin usang atau karena mengalami kerusakan fisik. Nilai penyusutan barang investasi seperti gedung,kendaraan,dan peralatan medis disebut sebagai biaya penyusutan. Dalam analisis biaya, konsep biaya penyusutan penting diketahui terutama dalam upaya menyebar biaya investasi pada beberapa suatu waktu. Biaya yang timbul dari barang investasi berlangsung untuk suatu kurun waktu yang lama (lebih dari satu tahun). Padahal lazimnya analisis biaya dilakukan untuk suatu kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun anggaran.apabila analisis biaya dilakukan dalam satuan waktu satu tahun anggaran, maka perlu dicari nilai biaya investasi satu tahunan yang di sebut nilai biaya investasi per tahun (Annualized Investment Cost = AIC). Besarnya nilai tahunan biaya investasi dipengaruhi oleh : nilai uang (inflasi),waktu pakai,dan masa pakai dan masa hidup suatu barang investasi.Dengan menggunakan

22

informasi laju inflasi, masa pakai dan masa hidup dapat dihitung nilai sekarang(present value) dari biaya investasi tersebut. Yang dimaksud dengan nilai sekarang adalah nilai setahun biaya investasi untuk tahun sekarang yaitu tahun dilakukannya analisis biaya. Untuk menghitung biaya investasi tersebut dapat dipergunakan formula sebagai berikut. Keterangan : AIC = IIC (1+i)t L

AIC IIC i t L

= Annualized Invesment Cost (Biaya investasi tahunan) = Intial Investment Cost (Nilai awal barang) = Laju inflasi = Lama = Perkiraan masa hidup (umur ekonomis)barang investasi yang bersangkutan. Apabila barang investasi sudah berumur puluhan tahun dan informasinya

secara tepat tentang nilai awal barang, masa pakai dan umur pakai tidak ditemukan, maka terpaksa harus dilakukan prakiraan. b. Biaya Opersional (Operasional Cost) Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan dalam suatu proses produksi dan memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relatif singkat (kurang dari satu tahun).Konsep yang sering dipakai bersamaan dengan biaya operasional yaitu biaya pemeliharaan (Maintenance Cost).

23

Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan nilai suatu barang investasi agar tetap berfungsi. Dalam praktek, biaya operasional dan biaya pemeliharaan sering disatukan menjadi biaya operasional dan pemeliharaan(operation and maintenance cost). Biaya operasional dan

pemeliharaan dengan sifatnya yang habis pakai, pada umumnya dikeluarkan secara berulang. Karena itu biaya pemeliharaan sering disebut sebagai biaya berulang (recurrent cost). Contoh biaya operasional : biaya pegawai (gaji), biaya obat dan bahan medis, biaya listrik dan air, biaya bahan kantor (ATK), biaya telepon, dan biaya pemeliharaan barang investasi. Semua biaya tersebut kecuali gaji, biaya obat dan habis pakai dikenal dengan sebutan biaya overhead atau biaya umum. (Pudjirahardjo,1998). c. Biaya Total (Total Cost) Biaya total adalah jumlah dari biaya investasi dan biaya operasional, dirumuskan sebagai berikut: Total Cost =Invesment cost + Operasional Cost

24

1. Pengelompokan Biaya Berdasarkan Fungsi atau Aktivitas Sumber Biaya Berdasarkan fungsi atau aktivitas sumber biaya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya langsung (direct cost)dan biaya tak langsung (indirect cost). a. Biaya Langsung (Diret Cost) Biaya langsung adalah biaya yang dibebankan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi (aktivitas) langsung terhadap out put. Contoh biaya langsung antara lain gaji perawat,biaya obat-obatan,biaya peralatan medis. b. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost) Biaya tak langsung adalah biaya yang dibebankan pada sumber biaya mempunyai fungsi penunjang (aktivitas tak langsung) terhadap out put.Sebagai contoh, gaji pegawai bagian administrasi, gaji direktur, biaya AK, TU, biaya peralatan non medis. c. Biaya Total (Total Cost) Biaya total merupakan penjumlahan dari direct cost dan indirect cost,dapat dirumuskan sebagai berikut : Total Cost = Direct cost + Indirect cost

2.4Analisis Biaya Menurut Pudjiraharjo (1998) analis biaya berguna untuk : 1. Mengetahui struktur biaya menurut jenis dan lokasi biaya itu ditempatkan.Informasi tentang struktur biaya tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengendalikan

25

biaya yang dikeluarkan. Dari struktur biaya dapat diketahui unit yang banyak mengeluarkan biaya dan unit yang sedikit mengeluarkan biaya.Selanjutnya dapat dianalisis apakah besarnya biaya yang dikeluarkan disuatu unit tertentu cukup efisien bila dibandingkan dengan dengan output yang dikeluarkan. 2. Mengetahui Biaya Satuan Informasi tentang biaya satuan sangat berguna dalam memutuskan besarnya tarif pelayanan yang diberikan. Dengan informasi biaya satuan dapat dianalisis apakah tariff layanan yang diberlakukan rasional atau tidak.Seberapa besar tarif yang ditetapkan tersebut mampu menutupi biaya yang dikeluarkan.Dapat pula diperkirakan pada tarif berapa satu pelayanan memperoleh keuntungan,merugi atau impas(Break Even Point). 3. Sebagai Bahan Pertimbangan dalam Menyusun Anggaran. Anggaran belanja suatu unit usaha (termasuk usaha pelayanan)biaya selalu disusun untuk kurun waktu tertentu.Untuk menyusun anggaran tersebut diperlukan informasi mengenai besarnya kebutuhan biaya.Informasi tersebut dapat diperoleh melalui proses analisis biaya. Menurut Trisnantoro (2005),tujuan penghitungan biaya adalah : 1. Memberikan pemahaman mengenai pelayanan dan prosedur klinik yang diberikan pada tiap garis produksi misalnya produksi bedah Sectio Caesaria (SC). Dengan demikian penghitungan biaya diharapkan dapat memberikan data untuk direksi rumah sakit.

26

Mengenai

biaya

dan kegiatan

pengeluaran dengan

suatu prinsip

bangsal,bagian,atau

memelihara control dalam transaksi keuangan,dan meningkatkan efisiensi. 2. Memberikan alat untuk monitoring dan mengendalikan biaya. Dalam hal ini dapat dibedakan pengeluaran rumah sakit untuk pasien, staf ataupun hal-hal lain. Disamping itu, dapat dilihat biaya pasien rawat jalan yang dibedakan dengan pasien rawat inap. Dengan demikian dapat dideteksi pengeluaran yang boros. Sebagai contoh, dengan analisis biaya yang detail sumber efisensi dapat ditentukan apakah pada rawat inap yang terlalu boros ataukah pemberian obat obatan yang tidak perlu dan berbagai hal lain. 3. Menentukan keuntungan tempat atau produksi yang memberi

menimbulkan

kerugian.Setelah

dibandingkan dengan tarif yang ada, maka dengan adanya analisis yang baik memungkinkan

penghitungan keuntungan saat pasien baru rawat inap atau rawat jalan. Demikian pula kerugian yang ada di rumah sakit yang mendapat subsidi,maka besarnya subsidi ini di hitung dari biaya produksi dan pendapatan yang diterima oleh rumah sakit dari pasien. 4. Dengan tersedianya data biaya produksi tersebut maka

27

dapat membandingkan biaya produksi dengan pesaing yang berbasis pada perbedaan mutu pelayanan, biaya, cara pemberian dan penetapan harga. Dalam melaksanakan analisis biaya ada beberapa persyaratan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Struktur organisasi rumah sakit yang baik. 2. Sistem akutansi yang tepat. 3. Adanya informasi statistik yang cukup baik. Ketiga syarat ini saling terkait. Sebagai contoh, tanpa adnya struktur rumah sakit yang jelas, maka system akutansi akan sulit dikembangkan.

2.5 Konsep Biaya Satuan (Unit Cost) Biaya satuan adalah Biaya yang dihitung untuk menghasilkan satu satuan produk (misalnya satu jenis pelayanan).Biaya satuan diperoleh dari biaya total (Total Cost = TC) dibagi jumlah produk (Quantity = Q),atau dengan formula sebagai berikut UC = TC Q

Dengan demikian dalam menghitung biaya satuan harus ditetapkan terlebih dahulu besaran produk(cakupan pelayanan).Perhitungan biaya satuan yang didasarkan atas pengeluaran nyata terhadap produk atau pelayanan disebut biaya

28

satuan aktual (Actual Unit Cost). Disamping biaya satuan aktual juga ada biaya satuan normative (Normative Unit Cost) yaitu besarnya biaya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu jenis pelayanan kesehatan menurut standart baku atau menurut kapasitas yang tersedia.Besarnya biaya satuan normatif tidak memperhitungkan apakah pelayanan kesehatan tersebut dipergunakan oleh pasien atau tidak.Rumus umum biaya satuan untuk setiap pusat biaya produksi : UCi = Tci Tqi Keterangan : Uci Tci Tqi = = = Biaya satuan pada pusat biaya tertentu (i) Biaya total pada pusat biaya produksi tertentu (i) Output total pada pusat biaya produksi(i)

2.5.1 Biaya Satuan pada Pelayanan Rumah sakit Pada pelayanan rumah sakit perhitungan biaya satuan memiliki 3 (tiga) cirri khusus yaitu : 1. Biaya yang akan dihitung tersebar baik di pusat biaya produksi maupun di pusat biaya penunjang.Oleh karena itu perlu ada metode distribusi biaya untuk mengalokasikan biaya yang ada dipusat biaya penunjang ke pusat biaya produksi. 2. Output pelayanan rumah sakit sangat beragam baik karena banyaknya unit pelayanan maupun karena banyaknya tindakan. Oleh karena itu dalam pelayanan rumah sakit ada penghitungan biaya satuan homogen dan biaya satuan heterogen.

29

3. Dalam pelayanan rumah sakit output pelayanan ada yang sifatnya ideal (kapasitas) dan ada yang sifatnya aktual (positif). Oleh karena itu ada pembedaan antara biaya satuan normatif dan biaya satuan aktual. a. Biaya Satuan Aktual Biaya satuan aktual disebut juga biaya rata-rata (Average Cost). Biaya satuan aktual berguna untuk menilai efisiensi produksi, yaitu dengan melihat trendnya selama beberapa tahun untuk membandingkannya dengan biaya rata-rata rumah sakit lainya. Output actual (positif) adalah output yang benar-benar dihasilkan oleh unit pelayanan tertentu. Sebagai contoh, untuk unit rawat inap rumah sakitoutput aktual berupa jumlah hari perawatan (patient days). Perhitungan biaya satuan aktual adalah seluruh biaya (baik biaya variabel maupun biaya tetap)dibagi dengan output aktual. Formula biaya satuan actual sebagai berikut : Average cost = TC Q Keterangan : TC = Total Cost (Biaya total)

Q = Jumlah Output b. Biaya Satuan Normatif Biaya satuan normatif adalah biaya riil(sesungguhnya)yang diperlukan untuk memproduksi satu satuan output (pelayanan). Biaya satuan normatif berguna untuk menentukan tarif. Output pelayanan adalah normatif yang merupakan output optimal yang idealnya dapat dicapai oleh suatu unit pelayanan. Di unit rawat inap rumah sakit, kapasitas dapat dihitung dari jumlah tempat tidur

30

yang tersedia dalam kurun waktu satu tahun (jumlah tempat tidur x 365 hari). Biaya satuan normatif dihitung dengan membedakan antara biaya tetap yang dibagi dengan kapasitas, ditambah biaya variabel yang dibagi dengan output kapasitas (normatif). Formula biaya satuan normatif adalah:

UC=FC+ VC Cap Q
Keterangan : UC FC Cap VC Q = Unit Cost (normative) = Fixed Cost (biaya tetap) = Kapasitas output pusat biaya dalam satu tahun = Variabel Cost (biaya tidak tetap) = Jumlah output pusat biaya dalam satu tahun

2.5.2 Metode Penghitungan Biaya Satuan Dalam penghitungan biaya satuan, ada beberapa metode yang digunakan (Mulyadi, 1993) antara lain metode Full Costs dengan pendekatan Full Costing. Full Costs merupakan salah satu unsur full accounting information. Dan merupakan total biaya yang bersangkutan dengan obyek informasi. Jika obyek informasi berupa produk, full cost merupakan total biaya yang bersangkutan dengan produk tersebut.Perhitungan full cost suatu produk dipengaruhi oleh metode penentuan harga pokok produksi yang digunakan yaitu :full costing, variable costing, dan activity based costing. a. Full Costing merupakan salah satu metode penentuan harga pokok produksi, baik biaya produksi yang berperilaku variabel maupun

31

tetap. b. Variable Costing merupakan salah satu metode penentuan harga full costyaitu total biaya produksi (biaya bahan baku + biaya tenaga kerja langsung + biaya variabel + biaya tetap) ditambah dengan total biaya non produksi (biaya administrasi dan umum + biaya pemasaran). Full Cost dapat pula dihitung dengan menggunakan pendekatan variable costing dalam perhitungan harga pokok produksinya. Pokok produksi, disamping full costing, yang membebankan hanya biaya produksi yang berperilaku variabel saja kepada produk. Jika organisasi menggunakan pendekatan variable costing dalam penentuan harga pokok produksinya, full cost merupakan total biaya variabel (biaya bahan baku + biaya tenaga kerja langsung + biaya variabel + biaya administrasi dan umum variabel + biaya pemasaran variabel) ditambah dengan total biaya tetap (biaya overhead tetap + biaya administrasi dan umum tetap + biaya pemasaran tetap). c. Activity Based Costing (ABC) merupakan metode penentuan harga pokok produk (produk costing) yang ditujukan untuk

menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang

32

digunakan untuk menghasilkan produk. Jika full costing dan variabel costing menitik beratkan penentuan harga pokok produk hanya pada fase produksi saja, activity based costing menitik beratkan penentuan harga pokok produk di semua fase penentuan produk, sejak desain dan pengembangan produk sampai dengan penyerahan produk kepada konsumen. Dengan pendekatan ABC, aktivitas pembuatan produk dibagi menjadi tiga fase : fase desain dan pengembangan, fase produksi dan fase dukungan logistik (logistic support). Jika organisasi menggunakan pendekatan ABC dalam penentuan harga pokok produknya,full cost of product mencakup total biaya desain dan pengembangan produk (seperti biaya desain,biaya pengujian produk),biaya produksi (fasilty sustaining actifity cost +product sustaining actifity costs + bathrelated activyty cost + unit-level activity costs).perbedaan unsur produk dalam pendekatan full costing, variable costing dan Activity-based costing adalah : Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan full Costing,Varible Ccosting dan ActivityBased Costing. Full Costing Variable Costing Activity-Based Costing Biaya variable Biaya produksi Unit-level activity cost Biaya tetap Biayaadministrasi dan Batch-related activity umum cost Biaya pemasaran Product-sustaining activity cost Facility-sustaining activity costs Sumber: Akuntansi Manajemen (Mulyadi,1993)

2.6

Pengambilan Keputusan Investasi Menurut Krisnantoro (2005) para manager rumah sakit membutuhkan

ketrampilan investasi agar keputusan yang diambil tidak salah,sebagaimana keputusan perorangan, direksi rumah sakit dalam memutuskan investasi

33

sebenarnya berada dalam ketidakpastian. Menurut Handaru (1996) dalam Krisnantoro (2005), tahapan dalam menentukan investasi meliputi: 1. Penentuan tujuan Organisasi atau perusahaan yang bersangakutan harus menentukan tujuan yang hendak dicapai secara jelas, misalnya, memaksimalkan laba,

memaksimalkan tingkat pertumbuhan,penguasaan pasar, keputusan pelanggan, atau sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Perkiraan biaya proyek dan operasi Biaya investasi awal harus diperkirakan,begitu pula biaya operasional yang akan dikeluarkan selama umur investasi, untuk dapat memperkirakan biaya tersebut, pemahaman mengenai perilaku biaya sangat diperlukan. 3. Perkiraan permintaan. Memperkirakan permintaan diperlukan untuk mengestimasi jumlah

penerimaan (pendapatan operasional) yang diterima rumah sakit pada setiap periode selama umur investasi, pada saat memperkirakan permintaan, unsur ketidakpastian muncul. Dalam kasus dirumah sakit, ketidakpastian ini terkait dengan berbagai faktor demand, termasuk perubahan pola penyakit ataupun perilaku dokter. 4. Perhitungan tambahan aliran kas bersih Aliran kas bersih perlu dihitung setelah mengetahui taksiran

penerimaan,pengeluaran, pajak dan biaya non tunai yang dicadangkan. Prinsip yang digunakan dalam perhitungan aliran kas bersih antara lain, sesudah pajak dan merupakan aliran kas tambahan (incremental cash flows).

34

5. Perhitungan nilai sekarang aliran kas. Dengan menentukan taksiran aliran kas dengan suatu tingkat biaya model perusahaan atau proyek, akan didapatkan nilai sekarang dari seluruh aliran kas yang dihasilkan selama umur investasi. Selain itu manejemen harus mengestimasi jumlah dan waktu aliran kas,menentukan resiko, dan menentukan pengaruh proyek terhadap laba perusahaan. Langkah utama dalam proses investasi adalah menentukan sasaran dan prioritas serta mengidentifikasi kriteria dasar untuk menerima atau menolak investasi. 2.6.1 Kategori Investasi Berbagai macam investasi dapat dilakukan di rumah sakit. berdasarkan konsep Handaru (1996) berbagai jenis investasi misalnya: 1. Penggantian peralatan medik yang lama dengan teknologi yang baru, atau teknologi tetap tetapi alat baru. 2. Perluasan perlengkapan modal yang ada misalnya, penambahan kapasitas dengan menambah keuagan bangsal. 3. Perluasan atau penambahan garis produk baru denagn pembelian mesin atau peralatan baru. 4. Sewa atau leasing peralatan baru. 5. Merger atau pembelian rumah sakit oleh sebuah rumah sakit yang lebih baik keadaan keuangannya.

2.6.2

Pengukuran kinerja pusat investasi Metode yang digunakan dalam perhitungan kelayakan investasi dan

35

mengevaluasi investasi menurut Sabarguna (2003) dengan menggunakan ROI dan payback period, sebagai berikut: 1. ROI (Return on Investment) Penghitungan ROI adalah membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva yang diinvestasikan untuk memperoleh laba tersebut. Dua macam perhitungan ROI yaitu: a. Pengembalian atas investasi Menurut Mowen (2005) satu cara untuk mengkaitkan laba operasional dengan aktiva yang digunakan adalah melalui penghitugan laba yang diperoleh per dolar investasi. Pengembalian atas investasi (Return On Investmen-ROI) adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi. ROI didefinisikan sebagai berikut: ROI= Laba operasi Aktiva operasi rata-rata

Laba operasi (operating income) berdasarkan pada laba sebelum bunga dan pajak.Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktivayangdigunakan untukmengahasilkanlaba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan. Aktiva operasi rata-rata dihitung sebagai berikut: Aktiva operasi rata-rata =(Nilai buku bersih awal+Nilai buku bersih akhir ) 2

Laba operasi (operating income) berdasarkan pada laba sebelum bunga dan pajak.Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah,

36

gedung, dan peralatan. Aktiva operasi rata-rata dihitung sebagai berikut: Aktiva operasi rata-rata=(Nilai buku bersih awal+Nilai buku bersih akhir) 2 b. Margin dan perputaran ROI juga dapat ditanyakan dengan rumus margin dikalikan dengan perputaran yaitu:

ROI= Margin =Laba operasi Penjualan

x x

Perputaran Penjualan Aktiva operasi rata-rata

Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menyatakan bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga pajak, dan laba. Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain, yang dihitung dengan membagi pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Hasilnya menunjukkan seberapa produktif aktiva yang digunakan untuk menghasilkan penjualan. Meskipun kedua pendekatan menghasilkan ROI yang sama, perhitungan margin dan perputaran mampu memberikan seorang manajer informasi yang berharga. Menurut Munawir (2002) penggunaan ROI sebagai alat pengukur prestasi atau kinerja manajer pusat investasi akan diperoleh hasil penilaian yang baik karena ROI mempunyai beberapa kelebihan atau kebaikan yaitu: 1. Mendorong manajer untuk mefokuskan pada keterhubungan (relationship) antara penjualan, biaya dan investasi khususnya untuk manajer pusat investasi. 2. Mendorong para manajer untuk mefokuskan pada efisiensi biaya. 3. Mendorong para manajer untuk mengoperasikan aktivanya

37

secara efisien. 2. Payback period Payback period adalah waktu yang diperlukan suatu perusahaan untuk menutup investasi. Kriteria yang digunakan untuk menerima atau menolak suatu usulan penanaman modal adalah laba tunai (cash income), aliran kas per tahun atau penghematan tunai (cash saving) per tahun yang diperoleh dapat menutup modal yang ditanamkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan manajemen. Payback period tidak mempertimbangkan nilai waktu uang maupun tingkat keuagan, tetapi hanya mengukur berapa lama investasi akan tertutup kembali. Formula payback period sebagai berikut (Munawir,2002): Payback period = modal yang ditanamkan Aliran kas per tahun =Modal yang ditanamkan Penghematan tunai per tahun

2.7 Pengendalian Biaya (Cost Containment) Pengertian pengendalian secara umum adalah langkah-langkah yang harus ditetapkan dan ditempuh,agar kegiatan yang telah direncanakan dapat

tercapai,direalisasikan atau hasil yang diinginkan sesuai dengan hasil yang dapat dicapai. Pengendalian biaya menurut Nasehatun(1999) berarti serangkaian langkah mulai dari penyusunan satu rencana biaya sampai kepada tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan yang sudah ditetapkan (rencana) dengan yang sesungguhnya (realisasi). Teori lain tentang pengendalian biaya adalah suatu proses yang meliputi

38

seluruh tingkat dan seluruh kegiatan suatu perusahaan. Oleh sebab itu, pengendalian biaya harus merupakan rencana yang dilakukan oleh seluruh anggota perusahaan. Pengendalian biaya adalah upaya pengamananbiaya sampai pada tingkat yang rasional. Pengurangan biaya yang menyebabkan mutu pelayanan menurun,bukan merupakan pengendalian biaya. Pengendalian biaya merupakan proses pencatatan, pengalaman,

pengalokasian dan pelaporan yang dituangkan dalam bentuk: 1. Anggaran Biaya Anggaran biaya yang ditentukan menjadi dasar, kesesuaian pelayanan dijalankan. 2. Biaya standar Biaya yang ditentukan sebagai patokan batas penggunaan biaya pada waktu tertentu 3. Prosedur pencatatan Prosedur pemborosan. Menurut Nasehatun (1990), pada dasarnya pengendalian biaya dapat dibagi dalam empat langkah sebagai berikut: 1. Mencari dasar dan menetapkan standar untuk biaya 2. Membandingakan antara biaya standar dan biaya yang sesungguhnya 3. Mencari dan menentukan bagian organisasi perusahaan ataupun diluarnya yang bertanggung jawab atas adanya penyimpangan 4. Melakukan tindakan untuk mengurangi atau mengakhiri penyimpangan. pencatatan biaya dilaksanakan dalam rangka menghindari

39

Pengendalian biaya tidak dapat dipisahkan dengan manajemen yang efektif, oleh karena itu harus dibina, diikuti pelaksanaanya dengan teliti dan terus menerus yang meliputi seluruh kegiatan. Ciri ciri suatu pengendalian biaya adalah mempertahankan biaya pada standar yang telah ada, standar merupakan sasaran, terbatas pada kegiatan kegiatan yang ada standarnya, mencoba mencapai biaya yang terendah menurut keadaan tertentu, dan dilakukan terus menerus (Nasehatun, 1999) Pelaksanaan pengendalian biaya di rumah sakit menurut Sabarguna (2003), melalui empat tahapan sebagai berikut : 1. Kesadaran Biaya (Cost Awareness) Setiap pelaku di Rumah sakit baik fungsional medik atau administratif, sadar bahwa tindakannya mengandung biaya yang secara nyata harus dihemat, sebagai contoh menulis pesan dikertas resep lebih mahal daripada di kertas biasa, tidak mematikan kran air jika bak penuh, lampu depan kamar pasien (selasar) menyala pada siang hari. 2. Pemantauan Biaya (Cost Monitoring) Upaya pemantauan biaya, seperti memantau pemakaian air, listrik apakah ada penghematan yang berarti pada sejumlah pasien. 3. Manajemen Biaya (Cost Management) Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi atas biaya yang akan dikeluarkan, misalnya manajemen anggaran pengeluaran.

4. Insentif (Cost Insentive)

40

Upaya pemberian insentif yaitu yang dapat melakukan penghematan biaya layak mendapat hadiah dan penghargaan. Apalagi jika menemukan teknik yang baik dan saran serta ide untuk teknik penghematan. Menurut Sabarguna (2003), upaya pengendalian biaya merupakan tanggung jawab bersama yang harus diwujudkan. Bagian bagian penting yang terkait adalah : 1. Kesepakatan pimpinan puncak 2. Penentuan tujuan dan prioritas 3. Keikutsertaan manajer 4. Keterkaitan pelaksana medis 5. Pengaturan informasi 6. Pelatihan petugas 7. Upaya pemecahan masalah biaya 8. Keterlibatan semua pihak Kedelapan komponen tersebut secara berkesinambungan harus dijalankan dengan tujuan akhir dicapainya kesadaran biaya semua pihak. Dalam hal ini perlu ada penanggung jawab secara khusus ditugaskan menjalankan roda pengendalian secara terus menerus.

Hubungan kedelapan komponen dapat digambarkan sebagai berikut :

41

Kesepakatan pimpinan pusat

Keterlibatan semua pihak

Penentuan tujuan dan prioritas

Upaya pemecahan masalah biaya

Penanggung jawab Penghematan biaya

Keikut sertaan manajer

Pelatihan Petugas

Keikut sertaan pelaksana medis

Pengaturan Informasi

Gambar 2.2 Delapan Komponen yang berkesinambungan 2.7.1 Faktor Penentu dalam Pengendalian Biaya Pengendalian biaya mencakup satu pekerjaan bimbingan dan pengarahan atas unsur biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan. Pengendalian biaya pada satu tahap dalam prosesnya, pada akhirnya akan membandingkan antara biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya. Beberapa faktor yang diperlukan dalam pengendalian biaya, sebagai berikut : A. Tempat Pertanggungjawaban Organisasi Pengendalian biaya merupakan satu sistem pembukuan yang menggunakan tempat tempat pertanggungjawaban (responsibility accounting), yaitu satu unit organisasi yang ditugaskan untuk pelaksanaan kegiatan tertentu atau sekolompok kegiatan yang dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab atas

kegiatan yang ditetapkan. Tempat pertanggungjawaban dapat merupakan satu departemen, dengan syarat adanya orang yang bertanggung jawab. Setiap tempat

42

pertanggung jawaban dapat dipecah lagi atas tempat biaya yang lebih kecil. Dengan cara pemecahan tersebut semua biaya, baik biaya standar maupun biaya sesunguhnya, dapat ditelusuri ke bagian organisasi yang paling kecil, yang masih terdapat satuan pertanggungjawaban. Menurut Horngren, dkk (2003), untuk mencapai tujuan organisasi, perusahaan harus mengkoordinasikan upaya mencapai tujuan organisasi dari semua karyawan dari eksekutif puncak melalui semua tingkatan manajemen ke semua karyawan. Mengkoordinasikan tujuan perusahaan berarti memberikan tanggung jawab kepada manajer yang bertanggung jawab atas tindakannya dalam merencanakan dan mengendalikan sumber daya manusia dan fisik. Cara perusahaan membuat struktur organisasinya secara signifikan akan membentuk cara mengkoordinasikan segenap upaya perusahaan. Struktur organisasi adalah pengaturan garis pertanggungjawaban di dalam organisasi, sedangkan pusat pertanggungjawaban adalah bagian, segmen, atau sub unit dari organisasi, dimana manajer bertanggung jawab atas sekumpulan aktivitas tertentu. Akuntasi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur rencana dengan menggunakan anggaran dan tindakan dengan menggunakan hasil aktual dari setiap pertanggungjawaban. Ada empat jenis pusat pertanggungjawaban : 1. Pusat Biaya, manajer hanya bertanggung jawab atas biaya yang terjadi 2. Pusat pendapatan, manajer hanya bertanggung jawab atas pendapatan yang diperoleh 3. Pusat Laba, manajer bertanggung jawab atas pendapatan dan biaya 4. Pusat Investasi, manajer bertanggung jawab atas investasi, pendapatan, dan biaya.

43

Pertanggungjawaban

dalam

pengendalian

adalah

kemampuan

mengendalikan, yaitu tingkat pengaruh yang dimiliki manajer atas biaya, pendapatan, dan hal lainnya yang menjadi tanggung jawabnya, sedangkan biaya yang dikendalikan adalah biaya yang berada pada lingkup pengawasan manajer sebuah pusat pertanggung jawaban pada periode tertentu. B. Penggunaan Biaya Standar Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat dalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Biaya standar yang ditetapkan secara realistis, pelaksana pekerjaan akan bekerja dengan efektif, karena mengetahui pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan. Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen untuk melaksanakan pengurangan biaya dengan perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan lainnya. Biaya standar adalah biaya yang ditetapkan terlebih dahulu setelah mempertimbangkan semua faktor yang menentukan dan setelah mengadakan penilaian atas hal-hal yang mungkin menyebabkan perubahan baik dalam jumlah maupun harga dari bahan-bahan,tenaga kerja dan jasa-jasa lain yang diperlukan. Biaya standar merupakan sasaran dan digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan menunjukkan biaya yang seharusnya (Nasehatun, 1999) Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu unit produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu dengan kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor tertentu. Biaya standar merupakan pedoman dalam pengeluaran biaya, besarnya pengeluaran biaya yang sesungguhnya terjadi tidak boleh menyimpang dari

44

standar yang sudah ditentukan. Apabila terjadi penyimpangan terhadap standar, maka yang dianggap benar adalah standar sepanjang asumsi yang mendasari penentuannya tidak berubah (Mulyadi, 2002). Penggunaan biaya standar pada umumnya untuk bahan langsung dan tenaga kerja langsung, sedangkan untuk biaya tidak langsung (biaya overhead), standar tidak dipersiapkan untuk satu satuan hasil produksi, tetapi untuk seluruh jumlah produksi yang meliputi jangka waktu tertentu. Dalam menentukan biaya standar ada tiga macam pedoman yaitu : 1. Standar dasar (standar normal) Merupakan standar yang tetap dan dipergunakan sebagai dasar dalam membandingkan antar biaya sesungguhnya selama beberapa tahun. Tujuan membandingkan untuk melihat trend. 2. Standar teoritis (standar ideal) Merupakan standar efisiensi yang maksimum. Penggunaan standar teoritis akan diketahui biaya minimum yang dapat dicapai, dalam pengertian teknis merupakan biaya yang paling ketat. 3. Standar yang dapat dicapai (attainable high performance) Merupakan standar yang dapat dicapai dalam keadaan kerja yang sesungguhnya. Standar ini ditetapkan berdasarkan kemampuan perusahaan sekarang, atas dasar tingkat prestasi yang akan dicapai oleh pimpinan perusahaan. Setiap penyimpangan negatif atas standar ini berarti ketidakefisienan, kecuali ada faktor lain di luar kekuasaan perusahaan. Dalam menetapkan standar biaya, ada tiga langkah yang harus dilakukan yaitu :

45

1. Menetapkan spesifikasi dan metode produksi yang paling efisien, untuk menemukan standar tentang bahan, cara mengerjakan dan tenaga yang diperlukan. 2. Menetapkan harga bahan dan upah karyawan langsung 3. Menetapkan biaya standar C. Prosedur Penentuan Biaya Standar Prosedur penentuan biaya standar dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu biaya bahan baku standar, biaya tenaga kerja standar, dan biaya overhead standar. 1. Biaya Bahan Baku standar Biaya bahan baku standar terdiri dari : a. Kuantitas Standar Penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai dari penetapan spesifikasi produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik pengolahan produk, maupun mutunya berdasarkan spesifikasi, dibuat kartu bahan baku yang berisi spesifikasi dan jumlah tiap-tiap jenis bahan baku. Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan : 1. Penyelidikan teknis 2. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk : a. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu. b. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu. c. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik.

46

b. Harga Standar Harga standar pada umumnya ditentukan dari daftar harga pemasok, katalog atau informasi yang sejenis dan informasi lain yang tersedia yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga di masa depan. Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa : 1. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun. 2. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar 3. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panj 2. Biaya Tenaga Kerja Standar Biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur, yaitu jam tenaga kerja standar dan tarif upah standar. Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara : a. Menghitung rata-rata jam kerja yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan b. Membuat test run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk. Jam kerja standar ditentukan dengan memperhitungkan kelonggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tidak bisa dihindari (menunggu bahan baku, repair

47

dan pemeliharaan peralatan) dan faktor-faktor kelelahan kerja. Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan yang dilakukan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata tarif upah per jam yang diperkirakan akan dibayar. Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar : a. Perjanjian dengan organisasi karyawan b. Data upah masa lalu yaitu rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah masa lalu c. Penghitungan tarif upah dalam keadaan operasional normal 3. Biaya Overhead Standar Tarif overhead standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dinggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal. Tarif overhead standar akan bermanfaat untuk pengendalian biaya apabila dipisahkan antara biaya overhead variable dan tetap. Anggaran fleksibel memisahkan faktor faktor biaya tetap dan variable dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume tertentu. Biaya standar overhead tidak ditentukan untuk setiap satuan hasil produksi karena akan menyulitkan, sebab biaya overhead tidak dapat ditarik langsung dari hasil produksi, seperti pengawas, biaya pemeliharaan, penyusutan, dan biaya umum lainnya. Oleh karena itu biaya overhead ditentukan dengan menyusun anggaran untuk jangka satu tahun. D. Analisis Penyimpangan dan Tindakan Perbaikan Penyimpangan adalah perbedaan antara biaya standard dan biaya yang sesungguhnya, hasilnya dapat positif atau negatif. Apabila terjadi penyimpangan,

48

perlu diketahui penyimpangan masih dalam batas yang diperbolehkan atau melebihi batas yang telah ditetapkan. Penyimpangan yang melebihi batas yang telah ditetapkan, perlu dicari sebabnya dan diikuti dengan tindakan perbaikan. Penyimpangan biaya dalam organisasi tidak hanya disebabkan oleh keadaan intern organisasi, tetapi dapat disebabkan faktor lain di luar kekuasaan organisasi ( perusahaan ). Sehubungan dengan biaya standar dalam organisasi, ada tiga macam penyimpangan yang dapat terjadi : 1. Penyimpangan dalam jumlah dan harga bahan 2. Penyimpangan dalam jumlah dan tingkat upah buruh 3. Penyimpangan dalam biaya overhead Pengendalian biaya hanya dapat terlaksana apabila untuk setiap penyimpangan yang penting atas biaya standar, dilakukan tindakan perbaikan. Penyimpangan atau perbedaan antara hasil aktual dan jumlah anggaran(standar harga) disebut varians. Varians berfungsi sebagai alat untuk : 1. Peringatan dini, varians memberi peringatan awal kepada manajer atas kejadian yang terjadi, sehingga manajer dapat melakukan tindakan korektif atau mencari peluang yang ada. 2. Penilaian kinerja, varians memberi informasi tentang kinerja perusahaan dalam mengimplementasikan strategi, misalnya tentang efisiensi biaya, kesesuaian antara anggaran dengan realisasi biaya. 3. Penilaian strategi, varians memberikan informasi tentang strategi perusahaan, misalnya strategi organisasi yang tidak efektif. Contoh strategi perusahaan mengurangi biaya untuk meningkatkan kualitas, berdampak

49

kecil pada penjualan dan laba, sehingga manajer puncak perlu mengevaluasi strategi tersebut.

2.8 Konsep Efisiensi Biaya Berdasarkan istilah ekonomi, efisiensi adalah biaya biaya input untuk setiap unit output yang dihasilkan. Menurut Vincent Gaspersz (2003), dalam ekonomi manajerial terutama berkaitan dengan konsep efisiensi produksi, dikenal istilah : 1. Efisiensi tehnik (technical efficiency) Mengacu ada tingkat output maksimum yang secara teknik produksi dapat dicapai dari penggunaan kombinasi input tertentu dalam proses produksi. 2. Efisiensi ekonomis ( economic efficiency ) Kombinasi penggunaan input yang secara ekonomis mampu menghasilkan output tertentu dengan biaya seminimum mungkin pada tingkat harga input yang berlaku. Menurut Mowen (1999), efisiensi (varian penggunaan) merupakan perbedaan antara kuantitas masukan aktual dengan standar dikalikan dengan harga per unit masukan, dengan rumus sebagai berikut : Efisiensi = (AQ SQ ) x SP

Keterangan : AQ SQ SP = Kuantitas aktual dari masukan yang digunakan = Kuantitas masukan standar untuk keluaran aktual = Harga per unit standar masukan

50

Menurut

Manurung (1999), suatu produksi dikatakan efisien bila

penggunaan faktor produksi maupun penjualan output sudah efisien. 1. Efisiensi input atau faktor produksi (input efficiency) Penggunaan faktor produksi dikatakan efisien apabila faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi output yang satu tidak dapat direlokasi untuk menambah output yang lain tanpa mengurangi produksi output yang bersangkutan 2. Efisiensi output (output efficiency) Efisiensi output dalam suatu perekonomian dapat dicapai apabila : a. Barang dan jasa diproduksi dengan biaya paling rendah (minimum cost) b. Produsen mencapai keseimbangan c. Barang dan jasa yang diproduksi memenuhi kebutuhan konsumen untuk mencapai keseimbangan konsumen Menurut Supriyanto (2003), efisiensi biaya satuan adalah total biaya untuk memproduksi jasa dibagi jumlah pelayanan. Dikatakan efisien adalah

membandingkan dua kegiatan yang sama tetapi dalam organisasi yang berbeda atau membandingkan dengan standar biaya satuan yang telah ditetapkan. Efisiensi biaya satuan = Total Biaya Jumlah Pelayanan

Efisiensi juga berarti melaksanakan protap dengan benar. Efisiensi dicapai apabila hasil sama, tetapi penggunaan lebih kecil atau dengan sumber daya sama, output atau hasil lebih besar. Efisiensi menggambarkan hubungan antara hasil yang dicapai suatu program kesehatan dengan usaha yang diperkirakan, dalam pengertian tenaga manusia (sumber tenaga lain adalah keuangan, proses di bidang kesehatan, tehnologi dan tepat waktu). Efisiensi di bidang Manajemen kesehatan

51

dapat didefinisikan sebagai berikut, melakukan sesuatu dengan benar (doing the thing right) artinya seseorang yang melakukan pelayanan kepada pasien dengan kemampuan profesi yang dimiliki atau protap yang ada.

You might also like