You are on page 1of 8

TUGAS PRAKTIKUM KIMIA KLINIK PEMERIKSAAN AFP (PENANDA TUMOR)

OLEH: I PUTU BAGUS MAHA PARADIPA (0808505001)

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2011

BAB I PENDAHULUAN Penanda tumor adalah substansi biologi yang diproduksi oleh sel sel tumor,masuk dalam aliran darah, dan dapat dideteksi nilainya dengan pemerikasaan. Penanda-penanda tumor, idealnya mempunyai potensi untuk membantu ahli klinik dengan cara memberi sinyal aktivitas penyakit dalam keadaan tidak adanya manifestasi klinik, sehingga dengan demikian memberikan suatu metode skrining untuk penyakit preklinik, memantau status tumor selama pengobatan, dan mendeteksi kekambuhan dini. Karena kemajuan dalam teknologi antibodi monoklonal, banyak penanda tumor sekarang dapat terdeteksi dalam sampel cairan tubuh yang sedikit misalnya serum, urin, atau asites. Untuk dapat dipakai secara klinik maka penanda tumor harus memiliki sensitifitas dan spesifisitas tertentu, tetapi yang menjadi masalah pada pemakaian klinis suatu penanda tumor adalah spesifisitas. Dalam teori, penanda tumor yang ideal harus mempunyai beberapa kriteria:
1. Penanda tumor harus dibuat oleh tumor tersebut dan tidak terdapat pada individu

sehat atau pada individu yang mengalami kelainan non-neoplastik.


2. Penanda tumor disekresikan kedalam sirkulasi dalam jumlah banyak sehingga kadar

dalam serum meningkat dalam keadaan adanya sejumlah relatif kecil sel-sel yang bersifat kanker. Kadar penanda tumor akan sesuai dengan volume dan luasnya neoplasia sehingga kadar serialnya secara akurat akan mencerminkan perkembangan klinis penyakit dan regresi ke kadar normal akan terkait dengan kesembuhan. Klasifikasi lain dari penanda tumor berdasarkan :
1. Produk yang dihasilkan oleh sel tumor itu sendiri (tumor-derived product). Berupa

antigen onkofetal, yang terdiri dari senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh sel embrio dan sel tumor. Senyawa ini juga dihasilkan oleh sel normal yang undifferentiated tetapi dalam jumlah yang sangat kecil, dan kadar senyawa ini akan meningkat secara bermakna pada penderita kanker (Misalnya:AFP).
2. Produk yang menyertai proses keganasan (tumor-associated product). Produk ini

merupakan senyawa yang dibentuk secara sekunder sebagai akibat dari proses keganasan, dan kadarnya juga akan meningkat secara bermakna pada penderita kanker.

Alpha Fetoprotein (AFP) merupakan yang pertama diantara protein-protein ini yang diteliti secara luas. AFP diisolasi pada tahun 1956 dan dikaitkan dengan keganasan pada 1963. AFP merupakan suatu plasma protein yang predominan pada fetus dan dibuat dalam kuning telur, hati, dan traktus gastrointestinalis. AFP adalah suatu glikoprotein, mempunyai 30% homolog dengan albumin, dan mempunyai berat molekul yang sama (69.000). Kadar AFP yang beredar sangat rendah pada orang dewasa, kecuali pada kehamilan, dimana didapat dari sirkulasi fetus yang menyebabkan peningkatan yang signifikan. Selama 10 minggu pertama kehidupan janin, protein serum utama adalah alfa fetoprotein. Hati janin membentuk sejumlah besar AFP sampai sekitar usia gestasi 32 minggu, saat mana sintesis menurun tajam, walaupun konsentrasi AFP dalam darah tali pusat adalah 20.000 kali konsentrasi pada darah orang dewasa. Pada usia 1 tahun, individu normal memiliki kadar AFP yang tidak lebih dari 20 ng/mL. Selama kehamilan, kadar AFP dalam cairan amnion lebih tinggi dari normal apabila janin yang dikandung mengalami defek neural tube. AFP cairan amnion dapat masuk sirkulasi ibu. Dengan demikian kadar AFP dalam serum ibu secara rutin dapat digunakan sebagai penyaring untuk mengetahui defek neural tube sebelum lahir. Jumlah AFP dalam darah yang dapat membantu wanita hamil melihat apakah bayi memiliki masalah seperti spina bifida dan anencephaly. AFP tes yang dapat juga dilakukan sebagai bagian dari skrining tes lainnya untuk menemukan masalah kelainan kromosom seperti Down syndrome (trisomy 21) atau sindrom Edwards (trisomy 18) dan omphalocele. Pada orang dewasa, apabila terjadi multiplikasi hepatosit secara cepat pada kehidupan (pemulihan pertumbuhan hati setelah kerusakan, reseksi lobulus, transplantasi hati, dsb.) kadar AFP serum juga meningkat, walaupun tidak pernah mendekati kadar pada masa janin. Apabila terjadi multiplikasi berlebihan, seperti pada karsinoma hepatoseluler, kadar AFP dapat meningkat sampai beberapa ribu nanogram per mililiter. Aktivitas regenerasi yang lebih rendah, seperti pada sirosis aktif, hepatitis aktif kronis, fase pemulihan pada hepatitis virus atau toksik, menyebabkan peningkatan kadar AFP sampai sekitar 500 ng/mL. 30% sampai 50% pasien di Amerika dengan kanker hati tidak memperlihatkan kadar AFP dalam sirkulasi mereka, ini kemungkinan karena variasi tumor yang tidak menghasilkan AFP atau menghasilkan AFP yang secara antigenis tidak bereaksi dengan antibodi yang digunakan untuk immunoassay.

Pengukuran kadar AFP memiliki manfaat besar sebagai indeks kekambuhan penyakit. Pada pasien karsinoma hepatoselular yang diterapi, hilangnya AFP mengisyaratkan eliminasi sel-sel ganas, dan peningkatan kadar mencerminkan rekurensi kanker. Setelah intervensi terapeutik, pengukuran AFP sebaiknya diulang setiap satu bulan untuk memberikan waktu agar AFP yang sudah ada dapat dibersihkan dari sirkulasi. Menetapnya AFP setelah interval tersebut mengisyaratkan sintesis yang berkelanjutan oleh tumor, karena kadar AFP serum proporsional dengan massa tumor. Penderita dengan sirosis atau hepatitis B kronis, sebaiknya dimonitor AFP-nya secara reguler karena mempunyai resiko menjadi kanker hati. Jika penderita sudah terdiagnosa sebagai kanker hepato seluler AFP harus diperiksa secara periodik untuk membantu mengetahui respon terapinya. Disamping berperan sebagai suatu penanda yang bermanfaat untuk kanker hati, AFP juga berperan sebagai penanda adanya kanker testikular, dan tumor-tumor sel germinal tertentu pada ovarium. AFP juga meningkat pada penyakit hati jinak dan dalam persentase yang kecil dari kanker paru dan gastrointestinal.

BAB II PEMBAHASAN AFP merupakan salah satu penanda tumor yang paling umum digunakan dalam mendeteksi kanker hati. Penanda tumor lain yang umum digunakan adalah Lens culinaris agglutinin-reactive AFP (AFP-L3) dan Protein induced by vitamin K absence or antagonist II (PIVKA II). Kombinasi pengukuran dua atau tiga penanda tumor tersebut dapat meningkatkan sensitivitas dan akurasi diagnostik. Pada kanker hati yang memproduksi AFP, ditemukan Ephrin A1, yang merupakan suatu faktor angiogenik, sebagai gen yang diekspresikan secara berlebihan. Ephrin A1 mempengaruhi pertumbuhan sel pada kanker hati dengan cara menginduksi ekspresi gen-gen yang berhubungan dengan siklus sel (p21), angiogenesis (angiopoietin 1 dan thrombospondin 1), serta interaksi antar sel (rho, integrin, dan matrix metalloprotein). Kadar AFP yang meningkat terutama diasosiasikan dengan prognosis yang buruk seperti tumor berukuran besar, invasi vaskular, dan rekurensi dini. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan diameter lesi yang tidak signifikan pada penderita kanker hati dengan kadar AFP >200 ng/ml dan 200 ng/ml. Juga didapatkan korelasi yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dan diameter lesi pada kanker hati. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh ekspresi AFP mRNA yang berkorelasi signifikan antara lain dengan ukuran tumor dan invasi vaskular. Selain itu, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap korelasi kadar AFP serum dan diameter lesi adalah HbsAg dan DCP (desy-carboxy prothrombin). Pada penderita kanker hati dengan HbsAg positif, didapatkan kadar AFP yang lebih tinggi, diameter tumor >3 cm, dan trombosis porta bila dibandingkan dengan penderita kanker hati dengan anti-HCV positif. Sedangkan pada penderita kanker hati dengan kadar AFP dan DCP tinggi mempunyai tendensi diameter tumor yang lebih besar bila dibandingkan dengan penderita kanker hati yang memiliki kadar AFP tinggi dan DCP rendah serta kadar AFP rendah dan DCP rendah. Perbedaan yang ekostruktur lesi yang tidak signifikan antara penderita kanker hati dengan kadar AFP serum >200 ng/ml dan 200 ng/ml dan korelasi yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dan ekostruktur lesi juga didapatkan pada penelitian ini. Hal ini mungkin dipengaruhi anti-HCV, dimana pada penderita kanker hati dengan sirosis yang berhubungan dengan Hepatitis C ditemukan tendensi ke arah kadar AFP yang lebih rendah dan ekostruktur hiperekoik.

Pada penelitian ini juga didapatkan perbedaan jenis lesi yang tidak signifikan antara penderita kanker hati dengan kadar AFP serum >200 ng/ml dan <200 ng/ml dan korelasi yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dan jenis lesi. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh AFP mRNA yang juga berkorelasi signifikan dengan nodul-nodul pada tumor. Selain itu, penderita kanker hati dengan DCP positif dan HbsAg positif juga menunjukkan insidensi jenis lesi non soliter yang lebih tinggi.

BAB III KESIMPULAN AFP merupakan suatu protein yang diproduksi di hati yang digunakan sebagai penanda tumor hati. AFP banyak diproduksi pada janin dan akan berkurang seiring pertambahan usia. Pada orang dewasa AFP tidak memiliki peranan penting bagi tubuh, kadarnya di dalam tubuh tidak lebih dari 20 ng/mL. Apabila ditemukan peningkatan jumlah AFP di dalam tubuh, maka dapat diindikasikan terjadinya tumor maupun kanker hati. Oleh sebab itu pemeriksaan jumlah AFP di dalam serum dapat dijadikan sebagai penanda spesifik untuk tumor maupun kanker pada hati.

DAFTAR PUSTAKA Anonim a. tt. Alpha-Fetoprotein (AFP) Blood Test. Available at Opened at : http://www.medicinenet.com/alpha-fetoprotein-blood-test/article.htm : 29 Juni 2011.

Anonim b. tt. Tumor marker. Available at Opened at : http://en.wikipedia.org/wiki/Tumor marker. : 29 Juni 2011.

Anonim. 2006. Hubungan Kadar Alfa Fetoprotein Serum dan Gambaran USG Pada Karsinoma Hepatoseluler. Available at Opened at : http://www.m3undip.org/ed2/artikel_09_full_text_01.htm : 29 Juni 2011.

Cynthia C.Chernecky. Barbara J. Berger. Alpha-Fetoprotein (AFP)-Blood. Dalam Laboratory Tests and Diagnostic Procedures. Fifth Edition, Saunders Elsevier, 2008. Hal: 124-125. Kathleen Deska Pagana, Ph.D, RN. Timothy J. Pagana, MD, FACS. Alpha-fetoprotein. Dalam Diagnostic and Laboratory Test Reference, Eighth Edition, Mosbys Elsevier, 2007. Hal: 47-49. Ronald A. Sacher, Richard A. Mc Pherson. Alfa-Fetoprotein, Uji Fungsi Hati. Dalam Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11, Penerbit EGC, 2004. Hal: 376. Sandy Jocoy, RN. tt. Alpha Fetoprotein (AFP) dalam Darah. Available at Opened at : http://translste.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en/id&u= : 29 Juni 2011.

You might also like