You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN Beberapa penyebab penting dari penyakit pada manusia adalah agen infeksi, trauma mekanis, bahan

kimia beracun, radiasi, suhu yang ekstrim, masalah gizi dan stress psikologis. Walaupun faktor ekstrinsik ini penyebab penting dari kesengsaraan manusia, tetapi pandangan terhadap penyakit yang hanya mempertimbangkan faktor-faktor ini tidaklah lengkap. Karena penyakit sesunguhnya merupakan bagian dari hidup individu yang sakit, karena itu harus dipertimbangkan juga mekanisme instrinsik dari individu tersebut dan semua proses biologis yang terpengaruh oleh agen instrinsik tertentu.(1) Radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat atau jaringan yang mengalami cedera seperti karena luka bakar ataupun infeksi kuman. Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut : Tumor atau pembengkakan Segi yang paling nampak dari peradangan akut adalah pembengkakan lokal (tumor). Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah dari jaringan intersisial. Campuran dari cairan dan sel-sel yang tertimbun didaerah peradangan disebut eksudat. Kalor atau panas Terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi perdangan akut. Sebenarnya, panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari suhu 37 derajat celcius, yaitu suhu didalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit akan lebih panas dari pada daerah disekelilingnya. Dolor atau nyeri Dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya yang dapat merangsang saraf.

Rubor atau memerah


1

Biasanya hal pertama yang dapat terlihat didaerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi radang pertama timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut akan melebar, dengan demikian makin banyak darah yang mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.

Fungsio laesa atau daya pergerakan menurun Funsio Laesa adalah gangguan fungsi pada daerah yang terjadi peradangan.(1)

BAB II
2

PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Bola Mata Konjungtiva Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva paipebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Sklera & Episklera Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar . Jaringan ini padat dan berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus optikus di belakang. Kornea Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda, lapisan epitel (yang bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel.

Uvea
3

Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh karena dan sklera. Bagian ini ikut memasok darah ke retina. Iris Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi humor aqueus. Korpus Siliaris Korpus siliaris, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, mamembentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Khoroid Khoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Khoroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid; besar, sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam khoroid, semakin lebar lumennya. Lensa Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mrn, Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aqueous, di sebelah posteriornya, vitreus. Humor aquous Humor aquaous diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki kamera posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju ke sudut kamera anterior. Retina Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut: (1) membrana limitans interna; (2) lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju ke nervus optikus; (3) lapisan sel ganglion; (4) lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar; (5)
4

lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horisontal; (6) lapisan pleskiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan sel bipolar dan sel horisontal dengan fotoreseptor; (7) lapisan inti luar sel fotorcseptor; (8) membrana limitans eksterna; (9) lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut; dan (10) epitelium pigmen retina. Lapisan dalam membrana Bruch sebenarnya adalah membrana basalis, epitelium pigmen retina. (2) 2.2 Tanda-tanda peradangan pada mata secara umum Infeksi dapat berkembang dimata sebagai akibat dari iritasi atau paparan bahan kimia atau yang lain nya. Infeksi juga dapat terjadi akibat trauma pada mata atau adanya goresan kecil pada kornea. Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi atau diobati maka akan berdampak jauh lebih buruk bahkan sampai akan merusak mata dengan sangat cepat. Beberapa tanda-tanda infeksi pada mata secara umum:

Sakit pada mata (nyeri pada mata) Perasaan bahwa ada sesuatu benda asing dimata (sensasi benda asing) Sensivitas cahaya (photophobia) co : ketakutan dipotret Ada nya warna kuning, hijau, perdarahan, atau cairan dan sekret yang keluar dari mata. Kelopak mata berwarna merah Adanya luka di kornea yang berwarna abu-abu atau putih (diatas iris) Demam 100 0 f (37,80 c) atau lebih tinggi tanpa sebab yang lain Mata kabur atau terjadinya penurunan visus. (3)

2.3 Tanda tanda Peradangan pada mata secara spesifik Evaluasi klinis dari peradangan pada mata Klasifikasi dari penyakit ini menjadi lebih mudah apabila penyebabnya diketahui tetapi hal ini tidak memungkinkan. Mekanisme penyakit terbanyak pada mata bagian luar yang harus diketahui dari riwayat penyakit dan pemeriksaan dibawah ini :

Infeksi
5

Kelainan sistem imun Neoplasia Kongenital (mal development)


Degeneratif

Trauma Tanda kemerahan paling sering tampak pada alergi, infeksi, neopalasia, trauma, dan kondisi yang lain. Kondisi dibawah ini menunjukan ringkasan dari berbagai macam tanda dari peradangan mata
I.

Tanda-tanda peradangan pada palpebra

Beberapa perubahan pada kulit seharusnya digambarkan berdasarkan ukuran, bentuk, dan batasnya. Sedangkan pada lesi multipel atau erupsi kulit yang menyeluruh seharusnya digolongkan berdasarkan susunan dan penyebarannya, seperti berpencar (disseminated), berkelompok (grouped), atau berhubungan (confluent).

Pada umumnya perubahan klinis pada kelopak mata dapat berupa:

Perubahan klinis pada kelopak mata Makula Papula

Pengertian Perubahan warna kulit


lesi kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, solid, tidak berisi cairan, berdiameter < 1 cm

Vesikula Bulla Pustula

Kantung yang berisi air yang berada dilapisan epidermis biasanya sebesar 2mm-5mm Kantung yang berisi air yang berada dilapisan epidermis biasanya sebesar lebih dari 5 mm Vesikel (gelembung yang berisi cairan serosa dengan diameter kurang dari 1 cm) yang berisi nanah Kumpulan dari keratinisasi sel
6

Keratosis

Eczema

C/o: Adanya vesikel dan bula pada telapak tangan, telapak kaki dan pada permukaan lateral jari tangan yang bersifat rekuren, akut dan kronis

Erosi Ulkus

Ekskoriasi dari defek Epidermal erosi dengan lepasnya jaringan tissue yang dalam

(Tabel 1 Perubahan klinis pada kelopak mata)(6)

II.

Tanda-tanda peradangan pada Konjungtiva Beberapa jenis peradangan pada konjungtiva (konjungtivitis) dapat sembuh

tanpa komplikasi, tetapi perubahan yang permanen dapat terjadi pada peradangan yang parah atau peradangan kronis. Keratinisasi pada permukaan epitel mata dapat terjadi pada peradangan yang kronis. Luka pada konjungtiva dapat terjadi mulai subepitel retikuler sampai simblefaron dengan distorsi palpebra dan kelainan mata kering sekunder. Identifikasi dari gambaran klinis yang utama pada peradangan mata dapat membantu membuat diagnosa banding dari beberapa penyebab konjungtivitis yang umum.

Perubahan klinis yang umum terjadi pada konjungtiva adalah: No 1 Perubahan klinis pada konjungtiva Hiperemi Pengertian Dilatasi fokal atau difus dari subepitel plexus dari pembuluh darah konjungtiva 2 Kemosis Edema konjungtiva yang disebabkan oleh

terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar. Konjungtiva menggelembung dan tegang, apabila berlebih dapat menutup kornea 3 Lakrimasi Hal ini terjadi akibat adanya refleks laktrimasi karena adanya rasa benda asing, panas, gatal dan pedih. Jumlah air mata ini juga akan bertambah oleh adanya transudasi dari rasa yang hipermia 4 Mukus Peningkatan jumlah mucin berhubungan dengan
7

komponen aqueous air mata 5 Sekret Eksudat pada permukaan konjungtiva bervariasi mulai proteinase (serosa) sampai seluler (purulen) 6 Papil Dilatasi, teleangiektasi pembuluh darah

konjungtiva bervariasi mulai seperti titik-titik hingga membesar dikelilingi edema dan sel-sel 7 Folikel radang Nodul limfoid aksesorius 8 Pseudomembran Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas, epitelnya akan tetap utuh, sedangkan 9 membran Koagulum yang meluas mengenai epitel sehingga kalau dilepas akan berdarah 10 Granuloma Nodul dari sel-sel peradangan kronis dengan proliferasi fibrovaskuler 11 Phlyctenule Nodul dari sel-sel peradangan kronis, sering pada limbus atau dekat limbus 12 13 Erosi epitel pungtat Defek epitel Kehilangan sel-sel epitel Area fokal dari epitel yang hilang fokal dengan vaskularisasi

(Tabel 2 Perubahan klinis pada konjungtiva) Dua perubahan yang tersering yaitu papil dan folikel.

Papila adalah : Perubahan pembuluh darah atau vascular yang paling mudah terlihat pada konjungtiva palpabrae dimana septa dari jaringan fibrous menghubungkan antar konjungtiva dan tarsus.

Folikel kecuali pada neonatus jaringan limfoid pada konjungtiva normalnya ada dengan substansia propria. Folike-folikel pada konjungtiva adalah sekelompok dari limfosit-limfosit aktif dari germinal centre dikelilingi oleh plasma sel dan beberapa mast sel.

Sedangkan penyebab umum terjadinya peradangan pada konjungtiva digambarkan dari tabel di bawah ini: Penyebab umum terjadinya peradangan Konjungtivitis papiler Konjungtivitis Folikuler Contoh penyakit Konjungtivitis alergika dan bakterial Konjungtivitis adenovirus, Herpes simplek, Moluscum Blepharoconjungtivitis, kontangiasum, Konjungtivitis

klamidia contohnya, Konjungtivitis karena obat-obatan contoh nya : Induksi obat-obatan (diphivefrin) Konjungtiva membrane atau pseudomembran Konjungtivitis virus atau bakterial yang parah, Steven Jhonson Syndrome, luka bakar karena bahan kimia Konjungtiva granuloma Cat-scratch disease, Sarkoidosis, reaksi

benda asing pada tubuh. (Tabel 3 Penyebab umum terjadinya peradangan)


9

Macam-macam contoh gambaran konjungtivitis Konjungtivitis bakterial konjungtivitis GO

Konjungtivits iritans

Hipertrofi papil

Edema Konjungtiva

Hipertrofi papil

Bacterial Conjunctivitis

10

Gambar 3 (6) III. Tanda-tanda peradangan pada Kornea

Peradangan bisa mempengaruhi lapisan kornea manapun. Peradangan pada kornea, atau keratitis, dapat dideskripsikan berdasarkan hal-hal berikut:

Distribusi Kedalaman Lokasi Bentuk

: Difus, fokal, atau multifokal : Epitelial, subepitelial, stromal, atau endothelial : Sentral atau perifer : Dendritik atau disciformis dan lain - lain

Deskripsi yang tepat dari keratitis juga menyebutkan beberapa struktural maupun perubahan-perubahan fisiologis seperti ulserasi atau disfungsi endotel. Punctate Epithelial Keratopathy (PEK) adalah istilah nonspesifik yang meliputi perubahan-perubahan secara biomikroskopis dari granularitas epitel pungtat yang menjadi erosi dan radang. Peradangan dari stroma kornea yang aktif dapat diidentifikasi dengan adanya infiltrasi lekosit pada interlamellar. Sel-sel peradangan paling banyak berasal dari pembuluh darah limbus dan migrasi ke kornea perifer. Peradangan pada stroma digolongkan menjadi dua, supuratif dan nonsupuratif. Disfungsi endotel sering timbul bersamaan dengan peradangan pada stroma kornea dan berperngaruh terhadap edema stroma dan epitel. Pembengkakan sel endothelial yang disebut inflammatory pseudoguttatae tampak sebagai area hitam pada gambaran mozaik
11

normal. Keratic precipitates adalah sekumpulan sel-sel radang di kornea bagian belakang yang timbul dari uvea anterior selama terjadinya keratitis dan atau uveitis. Gambaran klinis dari KP tergantung dari komposisinya, yaitu:
a. Fibrin dan protein-protein yang lainnya berkoagulasi menjadi titik-titik

kecil. b. Netrofil dan limfosit beragregasi menjadi opasitas pungtat


c. Makrofag berbentuk lebih besar dari sekelompok Mutton-Fat. (4)

Peradangan neovaskularisasi.

dapat

menyebabkan

kekeruhan

dari

kornea

dan

terbentuknya

Beberapa penyebab tersering dari peradangan kornea: Penyebab tersering peradangan kornea Erosi epitel pungtat

Contoh nya Sindroma mata Kering Toksik Kerotokonjungtivitis atopik Keratokonjungtivitis adenovirus Keratitis epitelial herpes simpleks virus Keratitis bakteri Keratitis fungi Keratitis stroma herpes simplex virus Keratitis stroma varisela zoster virus Keratitis intersisial sifils.

Punctate Eppithelial Keratopathy

Keratitis stroma, supuratif

Keratitis stroma, non supuratif

Keratitis perifer

Blefaritis Keratitis ulseratif perifer dengan penyebab

connective tissue disease Ulkus mooren.

(Tabel 4 Penyebab tersering peradangan kornea)


12

Ulkus Kornea Kornea

Ulkus

Gambar 5 (7)
IV.

Tanda-tanda peradangan pada sklera. Episkleritis dan skleritis dapat berupa nodular atau difus. Filter cahaya merah biasanya digunakan untuk melihat tingkatan dari dilatasi pembuluh darah. Peningkatan area transluscens dapat dideteksi oleh observasi direk dan dengan transiluminasi. (4) Skleritis difusa Skleritis inflamasi

Skleritis nodular

13

Gambar 6 (8)

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A, et al. Patofisiologi (konsep klinis proses- proses penyakit), respon tubuh terhadap cedera (edisi 4). EGC. 2002 ; page 35-38.

Vaughan, Daniel G,et al .Oftalmologi Umum (edisi 14). Jakarta : Widya Medika.2000; page (1-13).

Houten, Susan Van, et al. Tanda-tanda infeksi mata. Available at: http://emdicine.medscape.com. December 6th , 2007. Acces : Februari 26.

Weingeist, Thomas A, et al. Basic and clinical scince course (external disease and cornea) (section 8).United States Of America. 2000; 18-32.

Burns, Toni, et al. Tex book of dermatology (volume 3). 2004. Acces : March 02. http://www.pajjakadoi.co.tv/2010/02/lichen-nitidus.html.
6.

Atlas ophthalmology. 2006. Accses : March 05 http://images.google.co.id

ophthalmology+conjunctivitis&imgurl=http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/op hthalmology/
7.

Atlas ophthalmology. 2006. Accses : March05

http://images.google.co.id/ophthalmology+cornea&imgurl=http://img.medscape. com/pi/emed/ckb/ophthalmology/

14

You might also like