Bagaimana dengan kantong belanja anda, apakah masih dengan plastik
anorganik? Atau, masih mengkonsumsi kertas pulp? Selalu menyalakan AC supaya terasa adem? Keluar kantor pada jam makan siang dengan berkendara hanya untuk cari santap siang kesukaan? Semangat go green, layaknya jadi gaya hidup setiap orang, bukan sekedar ikut-ikutan atau hanya untuk pencitraan. Semangat go green di bidang teknologi, atau dikenal Green TechnoIogy, mengemuka berkaitan dengan upaya isu penyelamatan lingkungan. Sayangnya pengetahuan tentang hal tersebut masih belum banyak dipahami generasi muda, tak segencar gaungnya. Ya, bumi kita semakin tua dan rapuh, sebuah kenyataan tak terelakkan dan menjadi masalah tersendiri bagi populasi seluruh makhluk hidup termasuk manusia. Sekalipun ilmu pengetahuan dan teknologi makin meningkat pesat, namun kerusakan alam karena eksploitasi berlebihan, pencemaran limbah industri dan bahkan rumah tangga, memang makin menjadi momok besar dalam peradaban masa kini, Jadi harusnya memang ada pengembangan teknologi yang dapat mengatasi masalah lingkungan yang pelik itu, dan pengembangan Teknologi Hijau berupa mekanisme atau pun produk yang bersih dan ramah lingkungan bisa jadi salah satu solusinya, di samping juga upaya kampanye penyadaran masyarakat agar lebih lagi sadar lingkungan. Teknologi hijau merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian atau keberlanjutan kehidupan di planet bumi ini. Kelestarian atau keberlanjutan (sustainabilitas) yang dapat diartikan sebagai perihal pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan di masa depan tanpa merusak sumber daya alam, atau pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Beberapa teknik untuk pencapaian sustainabilitas tersebut, yang telah banyak dikenal, antara lain : - Produk Daur Ulang yaitu penciptaan (siklus) produk-produk manufaktur yang sepenuhnya dapat direklamasi atau digunakan kembali. - novasi teknologi hijau merupakan pengembangan teknologi alternatif baik berupa bahan bakar fosil atau bahan kimia hasil dari budidaya tanaman yang telah terbukti tidak merusak kesehatan dan lingkungan hidup. Studi tentang teknologi hijau yang masih terus dikembangkan dan merupakan kecenderungan teknologi di masa datang, antara lain mencakup bidang-bidang, a.l: Energi terbarukan (renewable energy); Bangunan hijau/ramah lingkungan (green building); Kimia hijau (green chemistry) dan Teknologi Nano Hijau (green nanotechnology). Sayangnya kemajuan teknologi ramah lingkungan ini masihlah hal langka (juga mahal), hanya dapat dinikmati dengan pengorbanan sumber daya yang besar dan oleh negara-negara maju saja. Sementara masyarakat negara berkembang masih kesulitan mengakses teknologi semacam ini. Padahal banyak sumber daya alam dan pendukung kehidupan bumi berbasis di negara-negara berkembang. Sehingga terdapat kesenjangan antara usaha pelestarian lingkungan dengan penerapan teknologi yang mendukungnya. Kesenjangan ini hanya dapat diatasi jika negara maju memberikan kemudahan bagi negara berkembang untuk mengakses teknologi ramah lingkungan yang mereka hasilkan seluas-luasnya. Sehingga ada sinkronisasi antara pelestarian lingkungan dengan teknologi yang digunakan. Jangan sampai ketika negara berkembang dapat menikmati teknologi ramah lingkungan pada saat itu lingkungan sudah terlanjur rusak atau terpolusi parah, hutan telah habis, air tercemar, udara kotor, sampah menumpuk, sumber daya alam menipis drastis, dan manusia sedang sakit-sakitan menghadapi gejala perubahan iklim global. Tentu ironis sekali ketika sebuah mobil hybrid yang ramah lingkungan melintas di sebuah kawasan, tetapi di kawasan lain terdapat sampah yang menumpuk, display pencatat kondisi udara menunjukkan kandungan CO 2 yang tinggi, air kekuningan melintas disungai yang tak ada lagi ikannya, dan disalah satu rumah sedang terbaring seorang anak yang sakit karena udara kotor.