You are on page 1of 7

0lFH .

KFl0HP0K 6


AmeIio Pi;ky Idhorfono
Z ike Purwoningfyos Sopufri
3 Pio Sekoroni
4 Piyon Lofuveriso
b 'emiIio Pi;o MeiIiono





PR00l Pl 0FF
SFHFSTFR 1
utlvFRSlTAS tF6FRl HAlAt6

TutA0AKSA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi
atau Iisik.
Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan
gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan
anak cacat.
Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Anak
berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan
kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk
tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E
untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Sementara ini yang akan kami bahas ialah tentang anak tunadaksa. Istilah lain dari
tunadaksa diantaranya ; cacat Iisik, cacat orthopedi, crippled, phocially handicapped,
physically Disabled.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dan klasiIikasi pada tunadaksa?
2. Bagaimana etiologi dan pencegahan pada tunadaksa?
3. Bagaimana karakteristik dan dampak pada tunadaksa?
4. Bagaimana prinsip layanan pendidikan pada tunadaksa?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat mengerti pengertian dan klasiIikasi pada tunadaksa
2. Dapat mengetahui etiologi dan pencegahan pada tunadaksa
3. Dapat mengetahui karakteristik dan dampak pada tunadaksa
4. Dapat mengerti dan memahami prinsip layanan pendidikan pada tunadaksa


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Klasifikasi
Tunadaksa adalah kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh (kelainan
atau kerusakan pada Iisik dan kesehatan). Kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang,
persendian, dan saraI yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan baik yang terjadi
sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Gangguan itu mengakibatkan gangguan
koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan pribadi. Anak
tunadaksa sering disebut dengan istilah anak cacat tubuh, cacat Iisik, dan cacat ortopedi.
Penggolongan anak tunadaksa bermacam-macam. Salah satu diantaranya dilihat dari
sistem kelainannya yang terdiri dari :
1. Kelainan pada sistem cerebral (cerebral system), kelainannya terletak pada sistem
saraI pusat, seperti cerebral palsy (CP) atau kelumpuhan otak.
Celebral palsy digolongkan menjadi :
a. Derajat kecacatan
#ingan, dengan ciri-ciri, yaitu dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas,
dan dapat menolong diri
Sedang, dengan ciri-ciri: membutuhkan bantuan untuk latihan berbicara,
berjalan, mengurus diri, dan alat-alat khusus, seperti brace
Berat, dengan ciri-ciri, yaitu membutuhkan perawatan tetap dalam
ambulasi, bicara, dan menolong diri
b. TopograIi
O onoplegia adalah kecacatan satu anggota gerak, contohnya; kaki kanan.
O emiplegia adalah lumpuh anggota gerak atas dan bawah, contohnya;
tangan kanan dan kaki kanan.
O Paraplegi adalah lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
O Diplegi adalah lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan
kiri.
O "uadriplegi adalah kelumpuhan seluruhan anggota geraknya
c. Sosiolongi kelainan Gerak
(1) spastik, dengan ciri seperti terdapat kekakuan pada sebagian atau
seluruh ototnya; (2) dyskenisia, yang meliputi athetosis (penderita
memperlihatkan gerak yang tidak terkontrol), rigid (kekakuan pada seluruh
tubuh sehingga sulit dibengkokkan), tremor (getaran kecil yang terus menerus
pada mata, tangan atau pada kepala); (3) Ataxia (adanya gangguan
keseimbangan, jalannya gontai, koordinasi mata dan tangan tidak berIungsi);
serta (4) fenis campuran (seorang anak mempunyai kelainan dua atau lebih
dari tipe-tipe di atas).
2. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system).

2.2 Etiologi dan Pencegahan
Etiologi : Kondisi kelainan pada Iungsi anggota tubuh atau tunadaksa dapat
terjadi pada saat sebelum anak lahir (prenatal), saat lahir (neonatal), dan setelah lahir
(posnatal).
Insiden kelainan Iungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi sebelum bayi
lahir atau ketika dalam kandungan, di antaranya dikarenakan Iaktor genetik dan kerusakan
pada sistem saraI pusat. Faktor lain yang menyebabkan kelainan pada bayi selama dalam
kandungan ialah (1) anoxia prenatal, hal ini disebabkan pemisahan bayi dengan plasenta,
penyakit anemia, kondisi jantung yang gawat, shock, percobaan abortus (pengguguran
kandungan), (2) gangguan metabolisme pada ibu, dan (3) Iaktor rhesus.
Kondisi ketunadaksaan yang terjadi pada masa kelahiran bayi di antaranya (1)
kesulitan saat persalinan karena letak bayi sungsang atau pinggul ibu terlalu kecil, (2)
pendarahan pada otak pada saat kelahiran, (3) kelahiran prematur, (4) gangguan pada plasenta
yang dapat mengurangi oksigen sehingga mengakibatkan terjadinya anixia.
Ketunadaksaan setelah lahir diantaranya (1) Iaktor penyakit, seperti meningitis
(radang selaput otak), ancephalitis (radang otak), inIluensa, diphteria, partusis dan lainnya,
(2) Iaktor kecelakaan, misalnya kecelakaan lalu lintas, terkena benturan benda keras, terjatuh
dari tempat yang berbahaya bagi tubuhnya, khususnya bagian kepala yang melndungi otak.
(3) pertumbuhan tubuh / tulang yang tidak sempurna.

2.3 Karakteristik dan Dampak
a. Karakteristik akademis anak tunadaksa meliputi ciri khas kecerdasan,
kemampuan kognisi, persepsi dan simbolisasi mengalami kelainan karena terganggunya
sistem cerebral sehingga mengalami hambatan dalam belajar, dan mengurus diri. Anak
tunadaksa karena kelainan pada sistem otot dan rangka tidak terganggu sehingga dapat
belajar, seperti anak normal.
b. Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa menunjukkan bahwa konsep diri
dan respons serta sikap masyarakat yang negatiI terhadap anak tunadaksa mengakibatkan
anak tunadaksa merasa tidak mampu, tidak berguna, dan menjadi rendah diri. Akibatnya,
kepercayaan dirinya hilang dan akhirnya tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya. ereka juga menunjukkan sikap mudah tersinggung, mudah marah, lekas putus
asa, rendah diri, kurang dapat bergaul, malu, dan suka menyendiri, serta Irustrasi berat.
c. Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain mengalami cacat
tubuh, juga mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran,
penglihatan, gangguan bicara, dan gangguan motorik.
Dampak : Sama seperti bentuk ketunaan yang lainnya, kelainan Iungsi anggota
tubuh atau tunadaksa yang dialami seseorang memiliki konsekuensi atau akibat yang hampir
serupa, terutama pada aspek kejiwaan penderita, baik bereIek langsung maupun tidak
langsung. Tidak dapat dipungkiri bahwa Iungsi motorik dalam kehidupan manusia sangat
penting. Terutama jika seseorang itu ingin mengadakan kontak dengan lingkungannya, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan alam sekitarnya. Dengan terganggunya Iungsi motorik
sebagai akibat dari penyakit, kecelakaan atau bawaan sejak lahir, akan berpengaruh terhadap
keharmonisan indra yang lain dan pada gilirannya akan berpengaruh pada Iungsi
kejiwaannya.
2.4 Prinsip Layanan Pendidikan
Tujuan pendidikan anak tunadaksa mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun
1991 agar peserta didik mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan
dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.
odel layanan pendidikan yang sesuai dengan jenis, derajat kelainan dan jumlah peserta
didik diharapkan akan memperlancar proses pendidikan. odel layanan pendidikan bagi
anak tunadaksa dibagi pada sekolah khusus dan atau sekolah terpadu atau inklusi: Sekolah
khusus adalah diperuntuk bagi anak yang mempunyai problema yang lebih berat bagi
intelektualnya maupun emosinya. Sekolah terpadu / inkulsi, Sekolah ini diperuntukkan bagi
anak tunadaksa yang mempunyai problema ringan dan problema penyerta dan tidak disertai
oleh problema retadasimental.

Anak tunadaksa dapat mengikuti pendidikan pada tempat-tempat berikut :
1. Sekolah Khusus Berasrama (Full-1ime Residential School
odel ini diperuntukkan bagi anak tunadaksa yang derajat kelainannya berat dan
sangat berat.
2. Sekolah Khusus tanpa Asrama (Special Day School
odel ini dimaksudkan bagi anak tunadaksa yang memiliki kemampuan pulang
pergi ke sekolah atau tempat tinggal mereka yang tidak jauh dari sekolah.
3. Kelas Khusus Penuh (Full-1ime Special Class
Anak tunadaksa yang memiliki tingkat kecacatan ringan dan kecerdasan homogen
dilayani dalam kelas khusus secara penuh.
4. Kelas Reguler dan Khusus (!art-1ime Reguler Class and !art-1ime Special Class
odel ini digunakan apabila menyatukan anak tunadaksa dengan anak normal,
pada mata pelajaran tertentu. ereka belajar dengan anak normal dan apabila anak
tunadaksa mengalami kesulitan mereka belajar di kelas khusus.
. Kelas reguler Dibantu oleh Guru Khusus (Reguler Class with Supportive
Instructional Service
Anak tunadaksa bersekolah bersama-sama anak normal di sekolah umum dengan
bantuan guru khusus apabila anak mengalami kesulitan.
. Kelas Biasa dengan Layanan Konsultasi untuk Guru Umum (Reguler Class
!lacement with Consulting Service for Reguler 1eachers
Tanggung jawab pembelajaran model ini sepenuhnya dipegang oleh guru umum.
Anak tunadaksa belajar bersama dengan anak normal di sekolah umum, dan untuk
membantu kelancaran pembelajaran ada guru kunjung yang berIungsi sebagai
konsultan guru reguler.
. Kelas Biasa (Reguler Class
odel ini diperuntukkan bagi anak tunadaksa yang memiliki kecerdasan normal,
memiliki potensi dan kemampuan yang dapat belajar bersama-sama dengan anak
normal.


Daftar Pustaka

Dra. Astati, .Pd. Iile.upi.edu/Direktori/FIP/JU#.../KarakteristikPendATD-
ATL.pdI
EIendi, . 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.
http://www.slbk-batam.org/index.php?pilihhal&id73
http://kiekuk.student.umm.ac.id/2010/02/05/mengenal-beberapa-klasiIikasi-anak-
berkebutuhan-khusus-abk/

You might also like