You are on page 1of 5

REZA`H

Dia berkata aku telah menyakitinya. Membuat dia harus sabar dan sabar dengan tingkahku. Padahal aku hanya membuat sedikit kesalahan karena aku merasa terkekang. Aku ingin sedikit merasa bebas bersama teman-temanku. Jalan-jalan dan belanja. Wajar bukan? Kini, dia meluapkan amarahnya padaku. Lewat telepon tentu saja. Bukan tak mau untuk bertemu. Tetapi memang kami terpisah ratusan kilometer. Vin! Kalau kamu masih sayang sama aku. Hari Jumat, datang ke Surabaya! Aku ingin kita melakukan hubungan. Biar kita terikat satu sama lain. Biar kamu juga nggak permainin perasaanku! Aku capek dengan sikap kamu Vin! Apa?? Free sex maksud kamu?? Sadar Za! Aku nggak mau! Aku bukan cewek murahan. Kalau kamu mau terikat sama aku, nikahin aku dulu dong! Nggak bisa seenak kamu, renggut aku gitu aja! Terserah! Yang penting aku tunggu hari Jumat. Kalo kamu nggak datang, kita selesai! KLIK. Pikiranku kosong. Aku tak menyangka dia akan menyinggung hal itu. Selama kami pacaran hampir 2 tahun ini, tak pernah sekalipun dia berani mengungkit tentang hal itu. Apa aku terlalu bersalah terhadapnya? Reza yang aku kenal, selalu melindungiku. Selalu ingin menjadi yang terbaik untukku. Sejujurnya, aku menginginkannya untuk menikahiku tahun ini. Tetapi, dia mengundurnya dengan alasan keuangannya belum mencukupi untuk membina sebuah keluarga. Padahal, gajinya sebagai seorang manajer di sebuah hotel asing di Surabaya sangat lebih dari cukup. Ditambah aku yang sekarang menjadi humas di salah satu televisi swasta di Jakarta dengan penghasilan yang lumayan. ~*~ Pita, rekan kerja sekaligus sahabatku, menyadari ada yang ganjil dengan raut wajahku. Aku memang lebih pendiam kali ini. Presentasi pada klien pun aku serahkan pada Pita untuk menggantikanku. Vinda... Loe kenapa?? Whats wrong girl?? Pita menghampiri meja kerjaku. Reza.. jawabku singkat. Reza? Bertengkar lagi?? Loe udah 2 tahun sama dia, isinya kok kayak anjing sama kucing. Gue heran deh! Hubungan kayak gitu tetep aja loe pertahanin. Cowok masih banyak sob! Yang ngajak serius juga pada antre tuh ke loe!

Iya.. tapi gue udah telanjur sayang sama dia, Ta... So, loe kenapa lagi sama dia sekarang? Gue disuruh free sex sama dia. kataku sedikit berbisik. Apppaa?? Iya.. semalem gue bertengkar hebat sama dia. Dia ajuin permintaan itu ke gue. Biar kita ada ikatan satu sama lain. Biar gue nggak nyakitin dia lagi. Dan sekaligus itu hukuman buat gue gara-gara gue kemaren jalan sama loe. Hahh?? Alasan klasik banget! Udah, putus aja deh loe! Tapi Ta... Vin.. kalo dia bener-bener sayang sama loe.. se nggak pedulinya loe ke dia, dia tetep peduli ke loe, Vin.. percaya sama gue.. Aku terdiam. Kata-kata Pita memang benar. Analoginya, sejengkel-sejengkelnya dia terhadapku, dia pasti akan memaafkanku tanpa pamrih. ~*~ Walaupun dia tak pernah memanggilku sayang, aku tetap memanggilnya dengan sebutan sayang ketika sms-an. Yah, tak apalah, meski itu membuatku miris. Paling tidak sms ku terbalas, sudah sangat membuatku senang. Gimana keputusanmu? Send. Aku belum tahu sayang.. kerjaanku masih numpuk..:( Send. Aku nggak mau tahu. Kalau km masih sayang sm aku, km pasti lbh milih ke sini. Send. Aku menarik nafas panjang. Pilihan yang berat. Haruskah aku mempertahankan hubungan ini dengan melakukan perbuatan yang sangat dilarang oleh agama?? ~*~ Aku telah mengambil keputusan untuk menemui Reza. Pergi ke Surabaya. Hari ini, aku akan membeli tiket kereta untuk hari Kamis. Jadi, tepat hari Jumat aku sampai di sana. Sesuai dengan keinginannya. Usai membeli tiket, aku langsung kembali ke tempat kerja. Berkutat dengan pekerjaan yang begitu menumpuk. Tapi tetap saja, pikiranku kosong. Aku kembali terngiang ucapan Reza untuk melakukan free sex. Jujur, aku tak mau itu terjadi sebelum aku menikah. Apa aku batalkan saja tiketnya? Sungguh, aku sangat dilema harus memilih yang mana. Mengapa pilihan ini begitu sulit?

~*~ Akhirnya aku berangkat ke Surabaya. Dengan segala risiko. Ya, kalaupun aku harus kembali dengan status tidak perawan lagi. Stasiun terakhir yang menjadi tujuanku telah ada di depan mata. Aku turun perlahan. Mencari sesosok laki-laki yang telah mengisi relung hatiku 2 tahun terakhir ini. Vinda? Aku menoleh ke arah suara yang tepat dibelakangku. Aku terdiam cukup lama. Hanya membalas sorot matanya yang teduh. Akhirnya kamu datang juga.. aku kira kamu tak datang.. Dia belum memanggilku dengan sebutan sayang. Tentu dia masih marah, simpulku. Iya.. aku datang karena aku benar-benar sayang , yang.. Makasih ya... Yuk, pulang... Aku hanya mengangguk. Ku akui pertemuan ini begitu dingin. Di dalam mobil, aku juga masih terdiam. Vinda sayang... Aku kaget. Dia memanggilku sayang?? Apa itu artinya?? Ya...? aku menoleh ke arahnya. Siap-siap ya ntar malem.. Ada apa? Sesuai janji kita... Aku menelan ludah. Pahit. ~*~ Aku selalu menginap di rumahnya ketika mengunjunginya. Meski begitu, kami berbeda kamar. Di rumahnya juga ada orang tua dan seorang adik perempuannya, Mika. Di samping itu, ada seorang supir dan dua orang pembantu yang sudah dianggap seperti saudara sendiri. Mereka sudah akrab denganku. Begitu pula sebaliknya. Tak ayal, saat aku datang mereka selalu menyambutku. Seperti hari ini. Kak Vinda datang, Maaa.... teriak Mika. Yang dipanggil segera datang menuju pintu depan.

Vindaaa.... tante kangen sekali sama kamu... yuk masuk sini.. Iya tante.. Vinda juga kangen sama tante...apa kabar tante? balasku basa-basi. Baik Vin...udah makan belum? Yuk makan dulu.. tante udah siapin masakan kesukaan kamu. Aku digiring menuju meja makan. Ternyata di sana sudah ada Om Pras, Papa Reza. AAAhh Vindaa... apa kabar? Ayo sini makan dulu sama Om.. Iya Om... Sejujurnya kalo boleh dibilang, aku sangat beruntung memiliki Reza yang mempunyai keluarga sangat baik terhadapku. Bahkan aku telah dianggap anak sendiri oleh mereka. Itulah yang membuatku bertahan sampai sekarang. Keluarga ini. ~*~ Malam ini, aku was-was. Akankah itu terjadi? Pikiranku melayang jauh. Tibatiba ada tangan halus yang menyentuh pipiku. Sayang? Udah siap? Pertanyaan yang sangat aku takuti. Menurutmu yang? Udah.. yuk masuk yang.. Lagi-lagi aku hanya mengangguk pasrah. Kini, aku telah berada di dalam kamarnya. Aku selalu waspada mengamati gerak-geriknya. Dia mulai mendekatiku. Sorotnya mulai menyiratkan kalau dia akan melakukan janjinya. Aku terdiam dan menutup mata. Aku bisa merasakan nafasnya. Pasti dia akan mencium bibirku, pikirku. Namun.. Vinda sayang.. buka mata kamu... Aku menuruti pintanya. Ku buka mataku perlahan. Kutemukan dia tersenyum manis dengan sekotak perhiasan yang berisi cincin emas putih didalamnya. Aku memintamu ke sini bukan untuk melakukan apa yang pernah aku katakan. Tetapi aku ingin melamarmu untuk menjadi pendampingku selamanya. Menjadi seorang ibu bagi anak-anakku kelak. Aku sangat menyayangimu, Vinda. Tak pernah aku berpikir untuk malakukan itu sebelum kita resmi menikah. Maafkan aku tentang kejadian kemarin. Will u marry with me, Vinda?

Aku mengangguk dan memeluknya. Perasaanku campur aduk. Tak mampu aku ungkapkan. Bahagia, lega, sekaligus haru. Terima kasih Tuhan, telah Engkau kirimkan seseorang yang sangat berharga dalam hidupku. Reza Alvin Andriyan.

You might also like