You are on page 1of 40

KATA PENGANTAR Atas karunia Allah SWT akhirnya kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul

Asuhan Keperawatan dan Aplikasi Discharge Planing pada Klien dengan Bayi Hiperbilirubinimea yang disusun dalam rangaka Seminar Mata Ajaran Keperawatan Maternitas. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari keterbatasan kemampuan baik dalam pengalaman maupun pengetahuan serta waktu yang tersedia sehingga kami yakin dalam penyajian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian kami telah berusaha secara maksimal dengan memanfaatkan bantuan dari berbagai fihak . Bantuan diperoleh sejak praktek di Rumah Sakit sampai tersusunnya makalah ini. Untuk itu perkenankan pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih Kepada Yang Terhormat : 1. Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan, yang telah memberikan ijin mahasiwa untuk praktek di Rumah Sakit . 2. Ibu Nesti Sinaga,SKp, sebagai pembimbing praktek lapangan di Rumah Sakit Budi Kemuliaan yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama praktek sampai tersusunnya makalah ini. 3. Seluruh staf Dosen FIK UI yang telah memberikan materi dan pengarahan yang berguna untuk pelaksanaan praktek Maternitas. 4. Staf Kepustakaan FIK UI dan rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan praktek Maternitas. Harapan kami semoga hasil yang telah dicapai dalam kegiatan praktek Maternitas bermanfaat . Untuk sempurnanya penulisan ini diharapkan kritik dan saran dalam perbaikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada Bayi Baru Lahir (BBL). Menurut beberapa penulis kejadian ikterus pada BBL berkisar 50 % pada bayi cukup bulan dan 75 % pada bayi kurang bulan. Perawatan Ikterus berbeda diantara negara tertentu, tempat pelayanan tertentu dan waktu tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pengelolaan pada BBL, seperti ; pemberian makanan dini, kondisi ruang perawatan, penggunaan beberapa propilaksis (misal; luminal) pada ibu dan bayi, fototherapi dan transfusi pengganti. Asuhan keperawatan pada klien selama post partum yang relatif singkat, sehingga klien dan keluarga harus dibekali pengetahuan, ketrampilan dan informasi tempat rujukan, cara merawat bayi dan dirinya sendiri selama di rumah sakit dan perawatan di rumah. Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peranan dalam memberikan asuhan keperawatan secara paripurna. Untuk itu dalam penulisan makalah ini mempunyai maksud : 1. Agar perawat memiliki intelektual dan mampu menguasai ketrampilan dan tehnik terutama yang berkaitan dengan perawatan klien dan keluarga dengan bayi Ikterus (Hiperilirubinemia), 2. Agar Perawat mampu mempersiapkan klien dan keluarga ikut serta dalam proses perawatan selama di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan di rumah. Adapun dalam pembahasannya akan menguraikan bagaimana memberikan Asuhan Keperawatan Fototherapi. Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode Studi Kepustakaan, wawancara, Partisipasi Aktif dalam pemberian Asuhan Keperawatan. pada klien dengan bayi Hyperbilirubinemia yang mendapat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Batasan-Batasan 1. Ikterus Fisiologis Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987): Timbul pada hari kedua-ketiga Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg % Ikterus hilang pada 10 hari pertama Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus bila tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. 3. Kern Ikterus Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV. B. Jenis-jenis Ikterus Menurut Waktu Terjadinya 1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama sebagian besar disebabkan oleh : Inkompatibilitas darah Rh,ABO, atau golongan lain Infeksiintra uterine Kadang-kadang karena defisiensi enzim G-6-PD Biasanya ikterus fisiologis Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan

2. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir

lain Defisiensi enzim G-6-PD atau enzim eritrosit lain juga masih mungkin. Policitemia Hemolisis perdarahan tertutup *(perdarahan subaponerosis,perdarahan hepar, sub capsula dll) 3. Iktersua yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama Sepsis Dehidrasi dan asidosis Defisiensi G-6-PD Pegaruh obat-obatan Sindroma Criggler-Najjar , sindroma Gilbert Ikterus obtruktive Hipotiroidisme Breast milk jaundice Infeksi Hepatitis neonatal Galaktosemia

4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya

C. Metabolisme Bilirubin Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin binding site). Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat patologis.

Diagram Metabolisme Bilirubin ERITROSIT HEMOGLOBIN HEM BESI/FE BILIRUBIN INDIREK ( tidak larut dalal air ) BILIRUBIN BERIKATAN DENGAN ALBUMIN MELALUI HATI BILIRUBIN BERIKATAN DENGAN GLUKORONAT/ GULA RESIDU BILIRUBIN DIREK ( larut dalam air ) BILIRUBIN DIREK DIEKSRESI KE KANDUNG EMPEDU Melalui Duktus Billiaris KANDUNG EMPEDU KE DEUDENUM BILIRUBIN DIREK DI EKSKRESI MELALUI URINE & FECES Sumber : Dona L. Wong ; Nursing Care of Infants and Children Hati GLOBIN Terjadi pada Limpha, Makofag Terjadi dalam plasma darah

D. Patofisiologi Hiperbilirubinemia Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991). E. Etiologi 1. Peningkatan produksi : Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila golongan darah ibu dan anak pada terdapat ketidaksesuaian

penggolongan Rhesus dan ABO. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar

metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .

(alfa), 20 (beta) , diol (steroid). Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.

Kelainan

kongenital

(Rotor

Sindrome)

dan

Dubin

Hiperbilirubinemia. 2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine. 3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis. 4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif F. Penata Laksanaan Medis Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan : 1. Menghilangkan Anemia 2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi 3. Meningkatkan Badan Serum Albumin 4. Menurunkan Serum Bilirubin Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat. Fototherapi Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan dan darah merah seperti

kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia. Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah. Tranfusi Pengganti Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor : 1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu. 2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir. 3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama. 4. Tes Coombs Positif 5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama. 6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama. 7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl. 8. Bayi dengan Hidrops saat lahir. 9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus. Transfusi Pengganti digunakan untuk : 1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal. 2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan) 3. Menghilangkan Serum Bilirubin 4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan Bilirubin Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

Therapi Obat Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus Enterohepatika. G. Asuhan Keperawatan . Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses keperawatan yang meliputi Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Asuhan keperawatan neonatus dengan hiperbilirubinemia secara umum bertujuan untuk : 1. Meningkatkan efektifitas phototherapi 2. Meningkatkan efektifitas tranfusi pengganti 3. Memberikan pendidikan kesehatan dan dukungan emosional (Sally B.Olds,1983) Pengkajian 1. Riwayat orang tua : Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI. 2. Pemeriksaan Fisik : Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui yang lemah, Iritabilitas. 3. Pengkajian Psikososial : Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak. 4. Pengetahuan Keluarga meliputi : Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988) 2. Diagnosa, Tujuan , dan Intervensi Berdasarkan pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang memberi gambaran keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun

perencanaan asuhan keperawatan. Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai diagnosa keperawatan melalui analisa dan interpretasi data yang diperoleh. 1. Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi dan diare. Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat. Kriteria : Turgor kulit baik. Mukosa lembab. Mata tidak cekung Ubun-ubun tidak cekung. Tidak ada penurunan urine out put ( 1-3 cc/kg/BB/jam). Penurunan BB dalam batas normal. Tidak ada perubahan kadar elektrolit tubuh.

Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feces, pantau turgor kulit dan intake output, beri air diantara menyusui atau pemberian susu botol. 2. Gangguan suhu tubuh sehubungan dengan efek fototherapi. Tujuan : Kestabilan suhu tubuh dapat dipertahankan. Kriteria : Suhu tubuh normal : 36,4 C - 37,2 C Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu tubuh normal untuk menghindari stress panas dan dingin. Cek tanda-tanda vital tiap 2-4 jam. 3. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare. Tujuan : Agar neonatus dapat mempertahankan keutuhan kulit. Kriteria : Tidak terjadi iritasi pada kulit genital Tidak terjadi ruam pada kulit Kulit tidak terlihat kuning ( < 6mg% )

Intervensi : Catat warna kulit tiap 8 jam , pantau nilai bilirubin direk dan indirek, rubah posisi 2 jam sekali, pantau kondisi kulit dan masase daerah yang menonjol setiap merubah posisi ,jaga kebersihan dan kelembaban kulit. 4. Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan. Tujuan : Orang tua dan neonatus menunjukan tingkah laku Attachment, orang tua

dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses bonding. Kriteria : Interaksi ibu bayi adekuat : Ibu menyusui bayi. Ibu mengekspresikan perasaannya dengan ucapan/sentuhan.

Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk di susui buka penutup mata saat di susui, anjurkan orang tua untuk mengajak bicara, libatkan orang tua dalam perawatan jika mungkin, dorong orang tua untuk mengekpresikan perasaannya. 5. Kecemasan meningkat sehubungan dengan terapi yang diberikan pada bayi. Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk menyampaikannya pada tim ksehatan. Kriteria : Keluarga mengerti tentang perjalanan penyakit dan maksud dari therapi. Memberikan respon yang kooperatif. Keluarga tampak tenang.

Intervensi : Kaji pengetahuan keluarga beri pendidikan kesehatan tentang penyebab dari kuning: tanda-tandanya, pentingnya perawatan dan pengobatan, penjelasan tentang pelayanan kesehatan yang harus dihubungi, beri pendidikan keshatan tentang perawatan bayi dirumah. 6. Potensial trauma sehubungan dengan fototerapi Tujuan : Bayi akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat dari fototerapi Kriteria : Tidak terjadi iritasi mata : Kulit tidak melepuh, Tidak mengalami perubahan warna (kemerahan)

Intervensi : Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya : biarkan neonatus dalam keadaan telanjang kecuali mata , daerah bokong,dan alat genetalia ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya : usahakan agar penutup mata tidak menutupi hidung-bibir ; matikan lampu,buka tutup mata tiap 8 jam untuk melihat warna sklera; buka penutup mata setiap akan diberi susu,ajak bicara dan beri sentuhan selama perawatan; anjurkan orang tua untuk mengunjungi dan berpartisipasi selama perawatan. 7. Potensial injuri neurologi sehubungan dengan kadar bilirubin tak

terkonjugasi yang tinggi Tujuan: Tidak terjadi gangguan neurologis

Kriteria : Kadar bilirubin indirek dibawah 15 mg % ( Sarwono ) Tidak terdapat tanda-tanda kern -ikterus : Kejang,hypotonia,letargy,gangguan pendengaran,tidak mau minum,muntah-muntah,sianosis,opistotonus Intervensi : observasi dan laporkan tanda-tanda kern ikterus, Cek kadar bilirubun indirek setiap 24 jam , Cek kadar albumin sesuai kebutuhan Susui bayi sedini mungkin 8. Potensial trauma sehubungan dengan transfusi tukar Tujuan : Transfusi tukar dapat dilaksanakan tanpa komplikasi Kriteria: Tidak ada tanda reaksi dari transfusi : nadi lemah dan cepat,menggigil,pernafasan cepat dan dangkal, kulit kemerahan. Intervensi ; Catat kodisi umbilical neonatus jika vena umbilical yang digunakan ; basahi umbilical dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, pertahankan suhu tubuh neonatus selama dan sesudah tindakan;catat jenis darah ibu dan neonarus serta rhesus yang akan di transfusikan; yakinkan bahwa darah bahwa darah yang akan dipakai transfusi merupakan darah segar; pantau nadi, tekanan darah suhu tubuh dan pernafasan sebelum, selama dan sesudah transfusi;siapkan suction bila diperlukan ; catat jumlah darah yang keluar dan yang masuk, monitor adanya gangguan keseimbangan elektrolit seperti kejang,apnoe, bradicardi. 9. Potensial gangguan proses keluarga sehubungan dengan kondisi bayi yang memungkinkan timbulnya respon fisiologis yang merugikan. Tujuan : Keluarga dapat menerima kondisi bayi, mengerti tentang therapi yang diberikan dan prognosis penyakitnya. Intervensi : Hentikan fototherapi selama keluarga berkunjung, jelaskan dengan bijaksana tentang patologi terjadinya joundice, yakinkan bahwa pigmentasi akan kembali normal setelah keadaan bayi baik, jelaskan pentingnya pemberian ASI untuk mencegah joundice yang berkelanjutan.

Discharge Planing. Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan hiperbilirubin (seperti rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan

gambaran yang diberikan selama perawatan di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan dirumah. Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik dalam perawatan bayi hiperbilirubinimea (warley &Wong, 1994): 1. Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila menurun. 2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk mempertahankan kelancaran air susu. 3. Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi dan tranfusi pengganti untuk menurunkan kadar bilirubin bayi. 4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal mencegah peningkatan bilirubin. 5. Mengajarkan tentang perawatan kulit : Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat. Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah sekitar kulit yang rusak. Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan kelembaban kulit. Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit. Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat mengakibatkan lecet karena gesekan Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti penekanan yang lama, garukan . Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah karena bab dan bak. Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor kulit, capilari reffil. bayi mengalami gangguangangguan kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui

BAB III TINAJUAN KASUS 1. Pengkajian A. Identitas 1. Nama Klien : By. Ny. X 2. Umur 4. Anak ke : 3 hari : 1 (satu) 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 5. Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia 6. Tanggal Lahir Bayi : 19 - 10 - 1996, Jam : 22.20 WIB. 7. Apgar 1 menit : 9 dan 5 menit : 9. 8. Berat badan lahir : 2750 gram, Berat badan sekarang : 2550 gram. 9. Panjang badan : 47 cm, Lingkar kepala : 33 cm, lingkar dada : 36 cm. 10. Golongan Darah : B (+) B. Riwayat Orang Tua Orang tua (ibu) tidak pernah menderita penyakit yang berat, golongan darah B, Rh (+). ASI keluar hari ketiga, menyusui mulai segera setelah lahir. C.Ringkasan riwayat kehamilan dan persalinan Masalah-masalah kehamilan : tidak ada Persalinan Kala I : 10 jam 10 menit Kala II : 10 menit Pecah ketuban : 1 jam 20 menit Jenis Persalinan : pervaginam Obat-obat yang diberikan : Citosinon 5 unit IM. D. Pengkajian Keluarga Adaptasi Psikologi Ibu Perasaan ibu setelah bayi lahir : merasa senang dan mulai tercipta hubungan yang baru, tetapi bayi harus dipisah karena mengalami hiperbilirubinemia. Adanya ikatan kasih : terjadi pada saat baru lahir. Tanggapan terhadap penyakit anak : Ibu menanyakan penyebab penyakit dan pengobatan. Ibu tampak cemas dengan keadaan anaknya Adaptasi psikologi ayah Respon ayah setelah bayi lahir: merasa bahagia dapat melahirkan

dengan selamat. Keterlibatan dalam persalinan : mengantar, menunggu sampai bayi lahir. Tanggapan tentang penyakit anak : keadaan anaknya Adaptasi psikologi keluarga Menimbulkan perubahan : ya, terutama perubahan peran karena bertambahnya anggota keluarga. Apakah ada anggota keluarga yang terlibat dalam perawatan bayi : semua anggota keluarga terlibat dalam merawat bayinya. Tanggapan terhadap penyakitnya : tidak tahu-menahu dan belum mempunyai pengalaman dalam riwayat keluarga belum pernah terjadi penyakit tersebut. D. Pemeriksaan Fisik Kepala : Molding, Caput Sucsadenium, Cephal hematom : tidak ada. Ubun-ubun besar : ada, Bentuk : Jajaran genjang datar, Ubun-ubun kecil : ada, Bentuk : segitiga datar. Sutura : ada. Mata, Posisi : simetris, jarak : + 3 cm, Kotoran di mata sebelah kiri : ada, perdarahan : tidak ada. Telinga : simetris/ datar dengan kepala, perdarahan : tidak ada, Lubang : ada. Mulut : simetris, Palatum mol/durum : ada, Gigi : tidak ada., mukosa kering Hidung : lubang hidung ada, keluaran : tidak ada , pernafasan cuping hidung : tidak ada. Pergerakan leher : positif, tanda lahir : tidak ada. Tubuh : Warna kulit : kuning pada seluruh tubuh, Pergerakan : aktif. Lanugo : ada pada punggung. Vernix : tidak ada. Pengeluaran : mekonium. Keadaan kulit : pada kedua pergelangan kaki dan tangan, serta di tubuh tampak terkelupas, turgor jelek, kelembaban kurang (kering), Dada : simetris, retraksi, ngorok dan see saw : tidak ada., respirasi : 40x/menit Perut : lembek, Bising usus : 9x/mt. ayah merasa cemas terhadap

Tungkai : Jari tangan : Kanan : jumlah 5 , Kiri : jumlah 5 Jari kaki : Kanan : Jumlah 5, Kiri : jumlah 5 Pergerakan : aktif Nadi branchial : teraba, 130 x/menit Nadi femoral : teraba, 130 x/menit Tremor : tidak ada Rotasi paha : normal Garis telapak tangan : jelas, telapak kaki : jelas Posisi kaki : fleksi Punggung Fleksibelitas tulang punggung : normal Simetris, pretudal dumple Lobang anus : ada Genitalia Lubang penis : normal B.a.b. : pertama : tanggal 19 Oktober 1996, jam 23.00 WIB, warna : hijau kehitaman, B.a.k : 8x/hari Jenis makanan : ASI ditambah susu formula Dfrekuensi 5-6x/hari pertama : tanggal : 19 Oktober 1996,warna kuning,frekuensi 6-

Refleks Mengisap : baik, rooting : baik, menggenggam : baik. Moro : baik, berjalan menapak, tonus leher : baik. Menangis : kuat Keadaan umum : agak lemah Hasil Laboratorium : Tanggal 22 Oktober 1996 Hb : 18,2 gr. % Bilirubin : 17,8 gr %

Tanggal 23 Oktober 1996

Bilirubin Indirek : 10,84 gr % Bilirubin Direk : 0,99 gr % Bilirubin total : 11, 83 gr %

Terapi yang diberikan Tanggal 19 Oktober 1996 Vitamin K 1 mg peroral Tanggal 20 Oktober 1996 Vitamin K 1 mg peroral Tanggal 22 Oktober 1996 Infus N-4 dilengan sebelah kiri, dengan tetesan microdrip 10 tetes / menit Sinar ultra violet (jam 12.00 Wib) Parficillin 4 x 75 mg Luminal 2 x 5 ml FFP 50 cc, belum diberikan, masih dalam proses untuk mendapatkannya.

Nama Klien

ASUHAN KEPERAWATAN Bayi Ny. X RSB. Budi Kemuliaan Mata Ajaran : Maternitas Intervensi Berikan Asi/Pasi Rasional Pemberian makan Implementasi Menkaji pengeluaran S:Evaluasi

Bangsal/Tanggal :

Tanggal 22 Oktober 1996 Dx. Keperawatan Tujuan 1. Potensial Cairan tubuh kurangnya volume cairan sehu-bungan dengan adekuatnya cairan, dan diare. Data Obyektif : Bayi di 22-10-96 diare, fototherapi.sejak tanggal pk. 12.00 Bayi frekuensi bab > 6x . sehari. Intake cairan < 60cc/3jam. tidak intake fototherapi neonatus adekuat besar cekung Mrmbran Bibir tidak mukosa lembab Turgor Intake dan Ubun-ubun tidak kulit baik output seimbang

segera dalam waktu 4 6 jam setelah pindah ke ruang post partum

sedini mungkin (waktu 4 - 6 jam) cenderung untuk yang Menstimulasi mengurangi / menekan hasil bilirubin tinggi. aktivitas

ASI pada ibu. Membantu ibu untuk O: ASI ibu sudah bayi saat secara keluar setalah hari ke ibu dua Ibu menyusui bayi saat Intake mengunjungi dan output bayi secara optimal seimbang Tidak tampak tandatanda dehidrasi Menganjurkan mengirim dengan ke ibu Turgor kulit baik besar mukosa RS tidak cekung cara Membran mulut lembab untuk memompa ASI dan Ubun-ubun pada menyususui optimal

mengunjungi bayi.

usus dan pem-buangan pigmen mekonium yang mengandung sehingga Berikan Asi\Pasi mencegah setiap 3 - 4 jam dan diselingi pemberian air minum tambahan . Hidrasi yang adekuat mem-permudah pengeluaran / eliminasi dari intestinum. bilirubin dapat reabsorpsi

kering

segera sesuai

penyimpanan.

Berikan makanan

dan ekskresi bilirubin. Mengganti cairan yang hilang melalui feses jika difototherapi. Memberikan

Bibir tidak kering Bising batas (10x/mt) jam BAB 6x/24 jam) Observasi infus daerah dan A. Potensial cairan pemasangan usus dalam normal

sesuai dengan petunjuk

tambahan makanan (pasi) Eliminasi urin 8x/24 infus Berikan cairan per Meningkatkan 60-120cc/3-4jam. peristaltik dan ekskresi empedu sebelum terjadi resirkulasi hepatik. Kaji urin, pola pola Cairan intravena bila bayi dehidrasi Mengkaji menelan, bising usus, pola eliminasi dan pola istirahat Catat : adanya dehidrasi ubun-ubun suhu atau membran Untuk mengetahui bahaya. mungkin Observasi tanda-tanda dehidrasi. bayi. tanda-tanda seperti cekung, jelek sedini mungkin adanya tanda-tanda Bayi menelan, bising usus, eliminasi tidur dan setiap hari iritabilitas diberikan mengalami lain. entero-

ketepatan pemberian cairan kekurangan perinfus: N4 10 tetes/mt masih ada dengan mikrodrip.

P. Lanjutkan rencana pola keperawatan

atau jika ada komplikasi

meningkat, turgor kulit

mengalami pengeluaran feses yang hijau dan

mukosa kering.

cair. Untuk mengetahui dehidrasi terjadi suhu Mengukur suhu aksila S. O. Mencegah ketidak panas pada Respon adanya vital peningkatan metabolisme menyebabkan peningkatan kebutuhan stres Mengkaji tanda-tanda A. Masalah teratasi se-bagian Mengkaji tanda-tanda bertahap seimbang-an secara bayi. Mengatur ventilasi x/mt Suhu Suhu Kulit kering Bayi gelisah Pernafasan 40 tubuh, ruangan 36,5 C lingjkungan 25 C tanda-tanda pencegahanya

secara dini dan dapat nya dehidrasi. Metabolisme meningkat meningkat. bila

2. tubuh

Potensial

Kesetabilan suhu suhu tubuh bayi dapat Kriteria: efek dan rektal 37,2C. Tidak ada tanda-tanda hipertermia Suhu 36,7CSuhu kulit ketiak

rektal menit

Monitor setiap

suhu suhu 30-60 selama

gangguan sehu-bungan dengan fototherapi

axila kulit dan

setiap 30-60 menit

(hipertermi) dipertahankan.

penyinaran. Pertahankan suhu /pintu box tandaBox dengan mengatur fentilasi perta-hankan suhu 37C Observasi tanda vital, catat adanya : tachipnoe.

Mendapat fototerapi sejak tanggal 22 10 - 96

36,5C-37C.

Catat

adanya stress:

O2 Respiratorik)

(Asidosis

tanda-tanda

gelisah, kulit kering dan warna kemerahan

Hipertermi

akan sistim P. Intervensi dipertahankan Mengobservasi pemberian ketepatan fototerapi

mempenga-ruhi sirkulasi

sehingga

terjadi fasodilatasi untuk mengeluarkan keringat Pertahankan dalam mempertahankan suhu tubuh Catat : adanya dehidrasi ubun-ubun suhu atau membran Modalitas tertingkat adanya modalitas foto-therapi

pemngobatan gantung serangan pada dan tanda-tanda seperti cekung, jelek

Mengkaji

adanya

tanda-tanda dehidrasi

kadar bilirubin, waktu penyakit lain dari Suhu axila lebih 37,5C dianggap dan pengeluaran

meningkat, turgor kulit mukosa kering.

hipertermia dianggap pada bayi

panas yang berlebihan

3.

Gangguan

Keutuhan

kulit dapat

Kaji /

tanda-tanda jaundice

awal

Jaundice adanya buatan

Mengkaji tanda ikterus S. O. Sklera dan kuning kulit

Integritas

kulit bayi kreteria: pada

ikterus

merupakan tanda-tanda bilirubinemia. lampu mengaburkan pengkajian. perta-ma pada kali sklera Jaundice terlihat yang Dengan Karena akan

pada :

sehubungan dengan dipertahankan. hiperbilirubinimea dan diare. Data Obyektif : Kulit kedua per- gelangan tangan serta tubuh terkelupas. bayi (Ikterus) x/hari bab. 6-8 Warna kulit kuning kulit utuh tidak ada

selengkap-lengkap-nya dgn menggunakan sinar matahari bila mungkin., observasi dan ada kaji kulit skelra, dengan pada observasi warna kulit, menekan

hiper- - Sklera mulut dan kulit

perubahan warna (kemerahan) tidak ikterus

bagian yang keras, cek mukosa mulut, bagian belakang dari palatum keras dan kantung kojungtiva (untuk bayi yang berkulit hitam). b.a.b. Bersihkan dan

menguning.

menekan akan muncul warna kuning setelah tekanan Pigmen pada orang kulit hitam akan terlihat normal kuning. Seringnya b.a.b. dilepaskan.

mengganti popok setiap merupakan faktor resiko kerusakan kulit.

4.

Gangguan

Orang

tua

dan laku

Buka tutup mata

Mengoptimalisasi

Membuka tutup mata S.- Ortu merasa lega setelah orang dalam perawatan bayi orang A. Parenting sebagian Gangguan teratasi melihat kondisi anaknya

parenting pemisahan

bayi menunjukkan Attachment, orang tua dapat mengekspresikan proses Bonding.

bayi saat disusui. Anjurkan untuk bicara

kan intraksi ibu-bayi

bayi saat menyusui Menganjutkan

sehubungan dengan tingkah

orangtua mengajak anaknya.

tua untuk mengajak bicara O. Ortu berpartisipasi pada bayi Melibatkan

tua

Libatkan dalam

orang

tuauntuk merawat bayi

perawatan Menganjutkan orang

bila memungkin-kan. tua Anjurkan orang tua

mengekspresikan P. Penkes

Memberikan tentang bayi

meng-ekspresikan

perrasaannya

perasaannya

perawatan dirumah

5.

Kecemasan

Orang

tua

Kaji pengetahuan tentang

bahan

Memberikan masukan bagi

Melakukan pengkajian S.

Keluarga

meningkat

menegerti tentang

keluarga

tentang

pengetahuan mengatakan :

sehubungan dengan perawatan, ketidaktahuan tentang keluarga dapat partisipasi perjalanan ber-

perawatan bayi ikterus

perawat sebelum melakukan kesehatpendidikan an kepada

keluarga dimana keluarga musah-mudahan belum mengerti sama sekali cepat cara merawatnya. Memberikan ikterus, tindakan kurang O. Keluarga tampak penjelasan tentang penyebab lebih tenang bayi keparawatan yang diberikan Keluarga rumah, jika pulang. Seperti : cara mempertahankan suhu A> ASI, memandikan tali pakaian, bayi, pusat, P. dan diteruskan Intervensi Pengetahuan tubuh normal, memberikan keluarga meningkat sembuh dan tentang bayi ikterus dan cepat pulang

penyakit dan therapi meng- identifikasi yang diberikan pada gejala-gejala bayi. Data Subyektif: a menanyakan tindakan yang akan diberikan. Data Obyektif : Program therapi yang harus dilakukan Ibu tampak takut saat melihat keadaan bayinya. Klien/keluarg selalu untuk yampaikan tim kesehatan

Berikan

keluarga Dengan mengerti ikterus, terapi yang segala

penjelasan tentang: men- Penyebab ikterus, proses pada terapi, dan perawatanya. penyebab program menerima Berikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan . kepada bayinya. jelas dalam dan yang Diskusikan keadaan bayi akan dilakukan program-program tentang keluarga Komunikasi secara terbuka dalam memecahkan satu permasalahan dapat mengurangi kecemasan Informasi sangat yang penting membantu

diberikan keluarga dapat tindakan yang diberikan

selama di rumah sakit dan di banyak bertanya

merawat mengganti

mengurangi kecemasan

pemberian imunisasi. Memberikan sebelum infus, penjelasan memasang

melakukan tindakan, seperti; memberikan fototerapi dan obat-obat injeksi atau obat

selama di rumah sakit Ciptakan hubungan yang akrab

dengan keluarga selama melakukan perawatan

keluarga. akrab meningkatkan partisipasi dalam ikterus keluarga bayi merawat Hubungan yang dapat

lainnya. Melakukan diskusi bisa bersama keluarga tentang prinsip-prinsip yang dilakukan oleh keluarga

dalam merawat bayi ikterus selama di rumah sakit dan di rumah untuk Mengajak keluarga bersama-sama

merawat bayinya, seperti 6. Potensial Keluarga dapat Hentikan selama dengan tentang Untuk Menghentikan saat S. Keluarga kondisi dan yang

gannguan respon keluarga yang terhadap bayi.

proses menerima kondisi keluarga bayi Mengerti tentang yang dan kurang diberikan kondisi prognosisnya

Fototerapi Jelaskan

meningkatkan interaksi keluarga-bayi Untuk mencegah kecemasan dan overprotektib

fototerapi bayi bayi,

ibu menyatakan mengerti bayinya

keluarga berkunjung bijaksana fisiologi joundice Yakinkan bahwa akan pigmentasi kembali normal

berkunjung dan menyusui tentang Menjelaskan tentang penyebab Menjelaskan pada pengobatan kondisi dilakukan.

sehubungan dengan terapi

terjadinya orang tua yang berlehihan dan Meningkatkan mengurangi

keluarga

dan Ibu mengerti tentang pentingnya bahwa pemberian ASI

prognosisnya keadaan kulit bayi akan

penerimaan kondisi bayi

Jelaskan pemberian yang

kecemasan Untuk memotivasi ASI dan pemberian

kembali

normal

setelah O. Interaksi keluargabayi nampak optimal tentang saat kunjungan untuk dan mengeksplorasi dan dengan

pentingnya joundice

keadaan membaik Menjelaskan ASI pentingnya mencegah

ASI untuk mencegah berke;lanjutan

mencegah penghentian ASI sejak dini

joundice yang Ibu menyusui bayi perasaannya melalui sentuhan komunikasi bayi A. Masalah teratasi sebagian P. intervensi Lanjutkan

berkepanjangan

ASUHAN KEPERAWATAN Nama Klien : Mata Ajaran : Maternitas Bangsal/Tanggal : No Diagnosa Keperawatan 1. Tujuan Intervensi Rasionalisasi

Jaundice merupakan tanda-tanda awal Kaji tanda-tanda ikterus / jaundice Karena selengkap-lengkapnya mungkin., observasi adanya hiperbilirubinemia. buatan akan lampu

dengan mengaburkan pengkajian. skelra, sklera yang menguning. Dengan akan muncul warna

meng-gunakan sinar matahari bila Jaundice pertama kali terlihat pada observasi warna kulit, dan kaji menekan

dengan menekan kulit pada bagian kuning setelah tekanan dilepaskan. yang keras, cek mukosa mulut, Pigmen pada orang kulit hitam bagian belakang dari palatum keras normal akan terlihat kuning. dan kantung kojungtiva (untuk bayi yang berkulit hitam) Jaga bayi untuk tetap hangat. 2. Potensial injuri sehubungan dengan Tidak mengalami kerusakan mata, Mempertahankan modalitas Modalitas pemngobatan tergantung Menjaga hipotermia. agar tidak terjadi

kojungtivitis, dehidrasi fototerapi. Data Obyektif :

hipotermia, karena

dan dehidrasi dan hipertermi selama pengobatan

pada tingkat kadar bilirubin, waktu serangan dan adanya penyakit lain Menurunkan serum bilirubin ekskresi

penggunaan fototerapi.

Mendapat fototerapi Tidak dengan menggunakan mata dan

Berikan fototerapi

dengan

memperlancar

bilirubin tak terkojugasi Melindungi retina dari kerusakan Tutup mata selama penyinaran akibat cahaya dengan intensitas tinggi Pindahkan bayi dari cahaya Memungkinkan stimulasi visual

pakaian fototerapi.

genitalia tidak tertutup selama

fototerapi dan lepas penutup mata selama pemberian makan. Kaji mata terhadap konjungtivitis Mungkin disebabkan oleh iritasi dan abrasi kornea Gunakan penutup yang minimal Rubah posisi tiap 2 jam Mengefektifkan penyinaran dan dari penutup mata Memungkinkan penyinaran yang merata

mencegah penekanan pada satu Monitor suhu kulit dan suhu inti tempat tiap 1 jam sampai suhu tubuh stabil Hipotermi Berikan ekstra cairan Kaji tanda-tanda dehidrasi, yakni : turgor kulit jelek, depresi fontanela, Untuk mata badan, cekung, penurunan berat adekuat. Fototerapi peningkatan kulit dapat IWL. menyebabkan Bayi kadar perubahan elektrolit, menjamin hidrasi yang dari fototerapi dan hipertermi merupakan komplikasi yang umum

penurunan output urin.

Observasi adanya kemerahan pada bilirubin yang tinggi dapat menjadi letargi dan sulit untuk makan. Kemerahan dihubungkan dengan fototerapi yang meningkatkan kadar bilirubin direk atau kerusakan hati Cek suhu inkubator dapat hilang 2 - 4 mg/dl Penambahan panas dari fototerapi Matikan waktu saat mengambil sering meningkatkan suhu badan

darah untuk pemeriksaan bilirubin.

dan suhu cove. Karena fototerapi pemaparan akan darah pada

mempengaruhi

kadar bilirubin 4. Potensial terjadinya gangguan Keseimbangan cairan vital Observasi intake dan out Observasi : Nadi, tanda-tanda Suhu ,

volume cairan sehubungan dengan terpenuhi/terpelihara tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi dan diare.

put, turgor kulit,

Respirasi,Kesadaran, refleks,tiap 30 - 60 menit. 4. Kecemasan orang tua sehubungan Orang tua mendapatkan informasi Berikan penjelasan mengenai : dengan punya anak yang mengenai proses penyakit, Kondisi bayi, menghentikan mengalami jaundice. Data obyektif : Orang tua tampak cemas penyebab, dan hasi yang dicapai. mengaktifkan pemberian Orang tua tidak memahami Berikan minum air diantara pemberian ASI.

modalitas mengapa dan apa terjadi keadaan pemberian Pengobatan orang tua bermacam-macam tidak ;

pengobatan, alasan mengapa ibu tersebut. memahami

Orang tua memahami alasan untuk harus ASI ASI. sesaat dan cara memompa susu.

pengobatan yang diberikan Jelaskan pemberian ASI dihentikan ASI merupakan penyebab jaundice

Data subyektif :

Menanyakan anak dan

tentang proses

sementara :

yang belum jelas. Kadar bilirubin

keadaan penyakit.

Kaji pengetahuan ibu mengenai serum menurun dalam waktu 48 pemompaan ASI dan memberikan jam setelah pemberian ASI dan informasi serta dukungan sesuai dihentikan. Pendapat dari dokter, yang dibutuhkan. Bantu ibu dalam menyusui ulang ASI merupakan penyebab jaundice yang belum jelas. Kadar bilirubin serum menurun dalam waktu 48 jam setelah pemberian ASI dan dihentikan. Pendapat dari dokter, para ahli yang lain tentang hal ini Berikan rangsang taktil selama masih berbeda-beda. memberi makan dan popok. mengganti Ibu mungkin perlu dukungan dan informasi untuk memulai kembali Melakukan sentuhan dan kontak memberikan ASI mata ibu dan bayi selama Neonatus perlu stimulasi taktil pemberian ASI, bayi diajak bicara. Dukung orang tua untuk masuk ke para ahli yang lain tentang hal ini masih berbeda-beda.

dalam bayi.

ruang

perawatan

dalam rasa nyaman dan menurunkan gangguan sensorik

memberi makan dan menyentuh Memberikan

Adanya alat di ruang perawatan menyebabkan orang tua tidak mau atau segan untuk masuk ke dalam ruang perawatan

DAFTAR PUSTAKA

1. H. Markum : Ilmu Kesehatan Anak. Buku I, Jakarta, FKUI, 1991. 2. Bobak, J. : Materity and Gynecologic Care, Precenton, 1985. 3. Cloherty, P. John : Manual of Neonatal Care, USA, 1981. 4. Sally B. Olds, et all : Maternal New Born Nursing, Edisi ke III, USA, 1994. 5. Jack A. Pritchard dkk : Obstetri Williams, Edisi XVII, Surabaya, Airlangga University Press, 1991 6. Marlene Mayers, et. al. : Clinical Care Planes Pediatric Nursing, New York, Mc.Graw-Hill. Inc, 1995. 7. Mary Fran Hazinki : Nursing Care of Critically Ill Child, Toronto, The Mosby Compani CV, 1984. 8. Susan R. J. et. al. : Child Health Nursing, California, 1988. 9. Donna L. Wong: Nursing Care of Infants and Children, Edisi V, Toronto, The Mosby Compani CV, 1995 10. Prawirohadjo Sarwono : Ilmu Kebidanan, Edisi ke III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992

Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus: 1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama. Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun sbb: Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain. Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadangKadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

kadang Bakteri)

Pemeriksaan yang perlu dilakukan: Kadar Bilirubin Serum berkala. Darah tepi lengkap. Golongan darah ibu dan bayi. Test Coombs. Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau

biopsi Hepar bila perlu. 2. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir. Biasanya Ikterus fisiologis. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau kalau kenaikan kadar

Rh, atau golongan lain. Hal ini diduga

Bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam. Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih Polisetimia. Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis, mungkin.

pendarahan Hepar, sub kapsula dll). Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan yang perlu dilakukan: 3. Pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan darah Bilirubin berkala. Pemeriksaan skrining Enzim G6PD. Pemeriksaan lain bila perlu.

Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu Sepsis.

pertama.

Dehidrasi dan Asidosis. Defisiensi Enzim G6PD. Pengaruh obat-obat. Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.

4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya: Karena ikterus obstruktif. Hipotiroidisme Breast milk Jaundice. Infeksi. Hepatitis Neonatal. Galaktosemia.

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan: Pemeriksaan Bilirubin berkala. Pemeriksaan darah tepi. Skrining Enzim G6PD. Biakan darah, biopsi Hepar bila ada indikasi.

BAB IV PEMBAHASAN Prinsip asuhan keperawatan bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia yang mendapatkan fototerapi adalah pencegahan infeksi sekunder, pemenuhan cairan/nutrisi yang adekuat, pengawasan dan pengaturan suhu, perawatan kulit, penetalaksaan bonding, dan bimbingan kecemasan pada keluarga. Asuhan keperawatan tidak hanya ditujukan pada fisik bayi saja, tetapi juga dichanrge planning klien dan keluarga yang meliputi hubungan anak dan orang tua dengan mengikutkan orang tua dalam perawatan selama di rumah sakit dan di rumah. Pada kasus ini didapatkan enam diagnosa keperawatan yang meliputi : 1. Potensial kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototerapi dan diare. 2. Potensial gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek fototerapi 3. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare. 4. Gangguan perenting sehubungan dengan pemisahan. 5. Kecemasan meningkat sehubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang diberikan pada bayi. 6. Potensial gangguan respon keluarga sehubungan dengan kondisi bayi. Pada kasus ini belum dapat melakukan evaluasi sampai pada saat klien pulang karena akan perawatan diberikan pada hari ketiga dan evaluasi dalam satu hari. Hasil evaluasi yang didapatkan: 1. Gangguan pemenuhan cairan belum teratasi. 2. Masalah peningkatan suhu tubuh teratasi sebagian. 3. Gangguan integritas kulit belum teratasi. 4. Keluarga dapat menerima dilakukannya pemisahan. 5. Keluarga memahami tentang proses penyakit dan therapinya. 6. Keluarga sudah dapat menerima keadaan bayi dan terapi yang dilakukan untuknya.

BAB V. PENUTUP Asuhan keperawatan pada hiperbilirubinemia merupakan penatalaksanaan yang memerlukan perhatian khusus sesuai dengan prosedur yang berlaku, apabila penangannya tidak tepat akan menimbulkan keadaan yang lebih parah, yang dapat menimbulkan kecacatan. Prinsip penanganan pada bayi hiperbilirubinemia dilakukan dengan mempercepat konjugasi, mempermudah konjugasi, melakukan dekompensasi bilirubin, mengeluarkan bilirubin dengan transfusi tukar. Sebagai perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi akibat dari prosedur di atas yang dialami oleh klien. Klien Ny. X yang dirawat di ruang III A. RSB. Budi Kemuliaan dengan mendapatkan fototerapi mengalami beberapa masalah keperawatan dan memerlukan kerja sama yang baik dari tim kesehatan dengan keikutsertakan keluarga untuk mengatasi masalah tersebut dengan harapan mempercepat proses penyembuhan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DEGAN HIPERBILIRUBINEMIA BAB I I. PENDAHULUAN - ANGKA KEJADIAN ICTERUS : 50 % PD CUKUP BULAN 75 % PD KURANG BULAN - PERAWAT BAGIAN DARI TIM KESEHATAN MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN SECARA PARIPURNA

PERLU KETERAMPILAN : - INTELEKTUAL - INTERPERSONAL -TEKNIK

BATASAN-BATASAN IKTERUS FISIOLOGIS: Timbul pada hari ke 2 - 3. Kadar bilirubin indirek stl. 2x24 jam > 15mg/dl. pada bayi cukup bulan dan 10 mg/dl pada bayi kurang bulan. Kecepatan peningkatan bilirubin tidak lebih dari 5 mg/dl per-hari. Kadar bilirubin direk < 1 mg/dl. Hilang pada 10 hari pertama. Tidak ada hubungan dengan keadaan patologis.

IKTERUS PATOLOGIS Kadar bilirubin melebihi nilai yang menjadi potensi untuk terjadinya Kernikterus. Brown : 12 mg/dl cukup bulan, 15 mg/dl kurang bulan. Utely : 10 mg/dl dan 15 mg/dl.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINIMEA LATAR BELAKANG Angka kejadian : 50% pada cukup bulan. 75% pada kurang bulan. Perawat Tim Kesehatan Asper . paripurna Perlu ketrampilan : Intelektual. Interpersonal. Tehnik.

JENIS IKTERUS (Menurut waktu terjadinya) 1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama. 2. Ikterus yang timbul 24-72 jam. 3. 4. KADAR BILIRUBUN INDIREK SETELAH 2 X 24 JAM < BULAN - KECEPATAN PENINGKATAN KADAR BILIRUBIN TDK LEBIH 5 MG %/HRI 15 MG% PD NEONATUS CUKUP BULAN DAN 10 MG % PD NEONATUS KURANG

- KADAR BILIRUBIN DARAH < 1 MG % - HILANG PD 10 HARI PERTAMA - TDK ADA HUBUNGAN DG KEADAAN PATOLOGI TSB 2. HIPERBILIRUBINEMIA/PATOLOGIS KADAR BILIRUBIN MENCAPAI NILAI YG MEMPUNYAI POTENSI UTK TIMBUK KERN ICTERUS

You might also like