You are on page 1of 28

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA 1

1UDUL : ADSORPSI ISOTERM
ASISTEN DOSEN : ASTI



DISUSUN OLEH
NAMA : RAHMAN FIRDAUS
NIM : H13110018
KELOMPOK : 1 (SATU)
ANGGOTA : ERVI O.
FERNY I.
IRENE F.
OBED
RAHMI P.
RESWANTI
YULIANTI

FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TAN1UNGPURA
PONTIANAK
2011
I. Pendahuluan
1.1Latar Belakang
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukan distribusi adsorben antara Iasa
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan Iasa ruah saat kesetimbangan pada suhu tertentu.
Karbon aktiI merupakan senyawa karbon amorI dan berpori yang mengandung 85-95 karbon
yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon (batubara, kulit kelapa dan
sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun
Iisika untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas.
Karbon aktiI dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau siIat
adsorpsinya selektiI, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya
serap karbon aktiI sangat besar, yaitu 25- 1000 terhadap berat karbon aktiI. Karena hal tersebut
maka karbon aktiI banyak digunakan oleh kalangan industri. Hampir 60 produksi karbon aktiI
di dunia ini dimanIaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia,
Iarmasi dan industri tekstil. Dalam satu gram karbon aktiI, pada umumnya memiliki luas
permukaan seluas 500-1500 m
2
, sehingga sangat eIektiI dalam menangkap partikel-partikel yang
sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktiI bersiIat sangat aktiI dan akan
menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon
aktiI tersebut manjadi jenuh dan tidak aktiI lagi. Oleh karena itu biasanya karbon aktiI dikemas
dalam kemasan yang kedap udara.
Energi yang dihasilkan seperti ikatan hidrogen dan gaya Jan Der Waals menyebabkan
bahan yang teradsorpsi berkumpul pada permukaan penjerap. Bila reaksi dibalik, molekul yang
terjerap akan terus berkumpul pada permukaan karbon aktiI sehingga jumlah zat diruas kanan
reaksi sama dengan jumlah zat pada ruas kiri. Apabila kesetimbangan telah tercapai, maka proses
adsorpsi telah selesai.


1.2Prinsip dan Aplikasi Percobaan
!enentuan adsorpsi isoterm bagi proses adsorpsi asam asetat dan asam klorida pada
temperatur tetap, melalui perubahab konsentrasi pada permukaan dari dua Iasa dan dengan
menambahkan adsorbat kedalam adsorben dan membiarkannya beberapa saat dengan sekali
melakukan pengocokan sehingga terjadi proses adsorpsi dan jumlah zat yang teradsorpsi
ditentukan dengan metode asam basa. Sehingga dapat dihitung kapasitas adsorpsi dengan
menggunakan persamaan Ireundlich,

=
1
n

log

= log +

n
logc
Aplikasi system sangat cocok untuk digunakan pada pengionan air bersih atau air murni,
dengan memisahkan adsorbat dan adsorben sehingga didapatkan air bersih.
1.3Tujuan Percobaan
enentukan adsorpsi isoterm menurut Irenlich bagi adsorpsi asam asetat dan asam
klorida pada arang aktiI.





















II. Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses pemisahan komponen tertentu dari suatu Iasa Iluida (cair atau
gas) ke permukaan zat padat yang menyerap(adsorben), penyebabnya ialah karena adanya
perbedaan bobot molekul, yang menyebabkan sebagian molekul lainnya terikat pada permukaan
daripada molekul lainnya. Adsorpsi dapat di golongkan dalam dua jenis, yaitu: (Yestinah,2011):
/sorbsi secara fisika
Adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya-gaya Iisika. Adsorbsi ini dicirikan danya kalor
adsorbs yang kecil (10 kkal/mol). olekul-molekul yang diadsorbsi secara Iisik tidak terikat
secara kuat pada permukaan dan biasanya terjadi pada proses reversible yang cepat, sehingga
mudah diganti dengan molekul lain.
2 /sorbsi secara kimia
Adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi kimia.
Adsorpsi jenis ini mengakibatkan terbentuknya ikatan secara kimia, sehingga diikuti dengan
reaksi berupa senyawa baru. !ada adsorpsi kimia permukaan padatan sangat kuat mengikat
molekul gas atau cairan sehingga sukar untuk dilepas kembali, sehingga proses kemisorbsi
sangat sedikit.
!ada peristiwa adsorbsi ini, bila konsentrasi zat pada bidang batas menjadi lebih besar
daripada konsentrasi medan salah satu Iase adsorbsi maka disebut adsorbsi positiI, demikian juga
sebaliknya.apabila konsentrasi zat pada bidang batas menjadi lebih kecil daripada konsentrasi
medan salah satu Iase adsorbsi maka disebut adsorbsi negative (Basset,1994).

2.2 Interaksi Adsorbat dan Adsorben
Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh siIat dari adsorbat
maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen mana yang
diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorbrnnya. Apabila adsorbennya bersiIat polar, maka
komponen yang bersiIat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang
kuarang polar. Kekuatan interaksi juga di perlukan oleh siIat keras-lemahnya dari adsorbat
maupun adsorben. SiIat keras untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing power cation,
yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang
mempunyai polarizing power cation besar cenderung bersiIat keras. SiIat polarizing power cation
yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar.
Sebaliknya siIat polarizing power cation yang rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran
besar namun muatannya kecil, sehingga diklasiIikasikan ion lemah. Sedangkan pengertian keras
untuk anion dihubungkan dengan istilah polarisabilitas anion yaitu, kemampuan suatu anion
untuk mengalami polarisasi akibat medan listrik dari kation. Anion bersiIat keras adalah anion
berukuran kecil, muatan besar dan elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki
oleh anion dengan ukuran besar, muatan kecil dan elektronegatiIitas yang rendah. Ion logam
keras berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion lemah
(Basset,1994).
Asam-basa Lewis diklasiIikasikan menurut siIat keras dan lemahnya. Situs aktiI pada
permukaan padatan dapat dianggap sebagai ligan yang dapat mengikat logam secara selektiI.
Logam dan ligan dikelompokkan menurut siIat keras dan lemahnya berdasarkan pada
polarisabilitas unsure (Basset,1994).
!rinsip Hard and SoIt Acid Base (HSAB) ialah Ligan-ligan dengan atom yang sangat
elektronegatiI dan berukuran kecil merupakan basa keras, sedangkan ligan-ligan dengan atom
yang elektron terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar merupakan basa
lemah. Sedangkan ion-ion logam yang berukuran kecil namun bermuatan positip besar, elektron
terluarnya tidak mudah dipengaruhi oleh ion dari luar, ini dikelompokkan ke dalam asam keras,
sedangkan ion-ion logam yang berukuran besar dan bermuatan kecil atau nol, elektron terluarnya
mudah yang berukuran besar dan bermuatan kecil atau nol, elektron terluarnya mudah asam-basa
menurut prinsip HSAB dapat dilihat pada Tabel 1. enurut prinsip HSAB, asam keras akan
berinteraksi dengan basa keras untuk membentuk kompleks, begitu juga asam lemah dengan
basa lemah. Interaksi asam keras dengan basa keras merupakan interaksi ionik, sedangkan
interaksi asam lemah dengan basa lemah, interaksinya lebih bersiIat kovalen. Ion krom (Cr
3
)
merupakan kation yang bersiIat asam keras, sehingga akan berinteraksi secara kuat dengan
anion-anion yang bersiIat basa keras seperti dengan OH
-
. Selulosa mempunyai banyak gugus -
OH, dengan demikian selulosa akan mengikat ion krom secara kuat. Ikatan antara ion Cr
3

dengan -OH pada selulosa melalui pembentukan ikatan koordinasi, di mana pasangan elektron
bebas dari O pada - OH akan menempati orbital kosong yang dimiliki oleh Cr
3
, sehingga
terbentuk kompleks terkoordinasi. Berikut adalah tabel asam dan basa beberapa senyawa dan ion
menurut prinsip HSAB dari (antell. C.L,1951).

!orositas adsorben juga mempengaruhi daya adsorpsi dari suatu adsorben. Adsorben
dengan porositas yang besar mempunyai kemampuan menjerap yang lebih tinggi dibandingkan
dengan adsorben yang memilki porositas kecil. Untuk meningkatkan porositas dapat dilakukan
dengan mengaktivasi secara Iisika seperti mengalirkan uap air panas ke dalam pori-pori
adsorben, atau mengaktivasi secara kimia. Salah satu cara mengaktivasi adsorben secara kimia
adalah aktivasi selulosa melalui penggantian gugus aktiI -OH pada selulosa dengan gugus HSO3
melalui proses sulIonasi. Selulosa yang teraktivasi dengan cara sulIonasi memberikan daya
adsorpsi yang meningkat dua kali lipat dibandingkan daya adsorpsi selulosa yang tidak diaktivasi
(Barrow.G, 1994).
Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses
berkesetimbangan, sebab laju peristiwa adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi. !ada awal
reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa desorpsi, sehingga
adsorpsi berlangsung cepat. !ada waktu tertentu peristiwa adsorpsi cendung berlangsung lambat,
dan sebaliknya laju desorpsi cendrung meningkat. Waktu ketika laju adsorpsi adalah sama
dengan laju desorpsi sering disebut sebagai keadaan berkesetimbangan. !ada keadaan
berkesetimbangan tidak teramati perubahan secara makroskopis. Waktu tercapainya keadaan
setimbang pada proses adsorpsi adalah berbeda-beda, Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi
yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya dibandingkan
dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi (antell. C.L,1951).
Adsorpsi juga dibedakan menjadi tiga macam yaitu (antell. C.L,1951):
a. Chemisorption, terjadi karena ikatan kimia (chemical bonding) antara molekul zat terlarut
(solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersiIat sangat eksotermis dan tidak dapat
berbalik (irreversible). Adsorpsi kimia terjadi karena adanya rekasi kimia antara zat padat
dengan adsorbat larut dan reaksi ini tidak berlangsung bolak-balik. Interaksi suatu senyawa
organik dan permukaan adsorben dapt terjadi melauli tarikan elektrostatik atau pembentukan
ikatan kimia yang spesiIik misalnya ikatan kovalen. SiIat-siIat molekul organik seperti
struktur, gugus Iungsional dan siIat hidroIobik berpengaruh pada siIat-siIat adsorpsi.
b. Adsorpsi Iisika (physical adsorption, terjadi karena gaya tarik molekul oleh gaya van der
Waals dan biasanya adsorpsi ini berlangsung secara bolak-balik. Ketika gaya tarik-menarik
molekul antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari gaya tarik-menarik zat terlarut
dengan pelarut, maka zat terlarut akan cenderugn teradsorpsi pada permukaan adsorben.
c. Ion exchange (pertukaran ion), terjadi karena gaya elektrostatis.
2.3 Penentuan Adsorbsi Isoterm
!erubahan konsentrasi adsorbat oleh proses adsorpsi sesuai dengan mekanisme
adsorpsinya dapat dipelajari melalui penentuan isoterm adsorpsi yang sesuai. Isoterm Langmuir
dan Isoterm BET adalah dua diantara isoterm-isoterm adsorpsi yang dipelajari (Day, R. A. dan
Underwood, A. L., 1999):
a. IsothermLangmuir.
eskipun terminology adsorpsi pertama kali diperkenalkan oleh Kayser (1853-1940),
penemu teori adsorpsi adalah Irving Langmuir (1881-1957), Nobel laureate in Chemistry (1932).
Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi,yaitu (Day, R. A. dan Underwood,
A. L., 1999) :
(1) Adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer),
(2) !anas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan, dan
(3) Semua situs dan permukaannya
!ersamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan
menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada
permukaan adsorben dengan molekulmolekul zat yang tidak teradsorpsi. !ersamaan isoterm
adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut (Day, R. A. dan Underwood, A. L., 1999):


C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang terjerap
per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan aIinitas adsorpsi dan (x/m)mak
adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dapat
disajikan seperti pada Gambar 1(Day, R. A. dan Underwood, A. L., 1999).



b. Persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich
!ersamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer
dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich
situs-situs aktiI pada permukaan adsorben bersiIat heterogen. !ersamaan isoterm adsorpsi
Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut(Day, R. A. dan Underwood, A. L., 1999).
Log (x/m) log k 1/n log c.................................................................(2),
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 2(Day, R. A. dan Underwood, A.
L., 1999).

2.4 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Adsorbsi
Factor-Iaktor yang mempengaruhi eIektiIitas aadsorpsi ialah sebagai berikut (Svehla, G,
1995):
(1) Jenis adsorban, apakah berupa arang batok, batubara (antrasit), sekam, dll;
(2) Temperatur lingkungan (udara, air, cairan): proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya
makin rendah;
(3) Jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin mudah larut,
makin sulit diadsorpsi), taraI ionisasi (zat organik yang tidak terionisasi lebih mudah
diadsorpsi).
Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga, yaitu (Svehla,
G, 1995) :
1. Adsorbsi Lemah (weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya
adalah klor).
2. Adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organik aliIatik dan
3. Adsorpsi kuat (strong) terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma)
dengan struktur benzena, C
6
H
6
).
2.5 Proses Adsorbsi
!roses adsorpsi mempunyai empat tahapan antara lain (Svehla, G, 1995):
1. TransIer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan Iilm yang mengelilingi adsorben.
2. DiIusi adsorbat melalui lapisan Iilm (Iilm diIIusion process).
3. DiIusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorben (proses adsorpsi sebenarnya).
4. Adsorpsi adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan adsorben (proses adsorpsi
sebenarnya).
5. Adsorpsi dibatasi terutama oleh proses Iilm diIIusion dan pore diIIusion, hal ini tergantung
oleh besarnya pergolakan dalam system. Jika pergolakan antar partikel karbon dan Iluida
relative kecil, maka lapisan Iilm disekeliling partikel akan tebal sehingga adsorpsi
berlangsung lambat. Apabila dilakukan pengadukan yang cukup maka kecepatan diIusi Iilm
akan meningkat.

2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Adsobsi
Ada beberapa Iactor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatu adsorben
diantaranya adalah sebagai berikut (Day, R. A. dan Underwood, A. L., 1999):
1. Luas permukaan adsorben Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak asorbat yang
diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin eIektiI. Semaki kecil ukuran diameter
partikel maka semakin luas permukaan adsorben.
2. Ukuran partikelakin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan
adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0.1 mm, sedangkan ukuran
diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3. Waktu kontak Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses diIusi dan
penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. KOnsentrasi zat-zat organic akan turun
apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya sekitar 10-15 menit.
4. Distribusi ukuran pori Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat
yang masuk kedalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengasorpsi atau adsorben
merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-
dinding pori atau letak-letak tertentu didalam partikel tersebut.

2.7 Karbon Aktif atau Arang Aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95 karbon, dihasilkan
dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika
pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara di dalam ruangan
pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak
teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat
menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan aktiI Iaktor bahan-
bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan
mengalami perubahan siIat-siIat Iisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang
aktiI (Noor. A.K dan Selamet. W, 2008).
Salah satu adsorban yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum (juga air limbah)
dalah karbon aktiI atau arang aktiI. Arang ini digunakan untuk menghilangkan bau, warna, dan
rasa air termasuk ion-ion logam berat. Karena merupakan Ienomena permukaan maka semakin
luas permukaan kontaknya makin tinggilah eIisiensi pengolahannya. Syarat ini dapat dipenuhi
oleh arang yang sudah diaktiIkan sehingga menjadi porus dan kaya saluran kapiler. Yang belum
aktiI, ruang kapilernya masih ditutupi oleh pengotor berupa zat organik dan anorganik. proses
pembuatannya yaitu (Day, R. A. dan Underwood, A. L., 1999) :
1. embuat arang misalnya dari tempurung kelapa (arang batok, Cocos nuciIera), kayu,
batubara, merang, sekam, atau serbuk gergaji.
2. Arang ini kemudian diaktiIkan dengan cara pemanasan pada kondisi sedikit oksigen agar
hidrokarbonnya lepas. Hasilnya berupa arang yang sangat porus sehingga luas permukaannya
besar.
3. Barulah digunakan untuk mengolah air minum atau air buangan, misalnya memisahkan
pencemar organik dan inorganik seperti air raksa, krom, atau untuk deklorinasi (pengurangan
klor di dalam air).
RelatiI mudah membuat Iilter arang aktiI ini. !enjual Iilter skala rumah tangga di kota
dan desa sudah biasa membuatnya bahkan tanpa berlatar pendidikan teknik. Hanya perlu
keterampilan dan tahu sedikit tentang Iungsi arang aktiI dan kapan harus diganti. Bahkan penjual
Iilter ini bisa memiliki pelanggan setia untuk reparasi dan perawatan Iilter yang dibeli oleh
warga. Selain menggunakan arang butir (granular) berdiameter 0,3 - 0,5 mm atau 1 2 mm,
arang bubuk, serbuk atau tepung (powder) pun dapat diterapkan (Basset, 1994).
Dari evaluasi beberapa teknik pengolahan logam berat dengan mempertimbangkan akan
kemudahan sistem aplikasi lapangan dan sumber daya yang melimpah, maka diperoleh suatu
metode yang lebih representatiI dalam mengolah logam berat timbal dan kadmium. etode
tersebut adalah adsorpsi dengan media karbon aktiI. Karbon aktiI memiliki ruang pori sangat
banyak dengan ukuran tertentu. !ori-pori ini dapat menangkap partikel-partikel sangat halus
(molekul) terutama logam berat dan menjebaknya disana. !enyerapan menggunakan karbon aktiI
adalah eIektiI untuk menghilangkan logam berat. Ion logam berat ditarik oleh karbon aktiI dan
melekat pada permukaannya dengan kombinasi dari daya Iisik kompleks dan reaksi kimia.
Karbon aktiI memiliki jaringan porous (berlubang) yang sangat luas yang berubah-ubah
bentuknya untuk menerima molekul pengotor baik besar maupun kecil. EIektiIitas adsorpsi
karbon aktiI terhadap logam timbal !b
2
telah ditunjukkan pada sertiIikat NSF (ational
Sanitation Foun/ation) yang mereIleksikan isotherm Langmuir dimana adsorbsi logam berat !b
akan berlangsung sampai mencapai titik keseimbangan dimana proses adsorbsi tidak akan
berjalan lagi atau berhenti meskipun dosis karbon aktiI diperbesar. Kecepatan penyerapan ini
tergantung dari siIat adsorbsi, temperatur, pH, dan waktu singgung karbon aktiI dengan !b.
Sedangkan penyerapan Cd relatiI mereIleksikan isotherm Freundlich (Basset, 1994).
!roses eliminasi logam berat !b dan Cd dengan karbon aktiI akan semakin eIektiI dimana
selain sebagai adsorben karbon aktiI secara simultan juga bertindak sebagai pemberat (eighing
agent) demikian pula jikaberbagai metode pengolahan digabung misalnya metode adsorbsi
karbon aktiI dengan metode konvensional (koagulasi, flokulasi, se/imentasi, filtrasi /an
khlorinasi). !enyerapan karbon aktiI bubuk dapat digunakan pada instalasi pengolahan di hampir
seluruh tempat/titik pembubuhan. !embubuhan karbon aktiI dapat dilakukan dengan sistem
kering maupun basah. Titik pembubuhan ini tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing masing. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang
aktiI yang telah dihaluskan (Basset, 1994).
2.8 Titrasi Asam Basa
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya(Basset, 1994).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi
asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa dan sebaliknya.Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai
keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini
disebut sebagai 'titik ekuivalen. !ada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar
titrant(Basset, 1994).





III.Metodologi
3.1Alat dan bahan
Alat alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu batang pengaduk, botol semprot,
buret, erlenmeyer, pipet tetes, pipet volume, rotasi shaker, spatula, dan statiI.
Adapun bahan yang digunakan ialah akuades, asam asetat, asam klorida, IenoIthalien dan
natrium hidroksida.
3.2Analisa Bahan
3.2.1. Akuades
Akuades merupakan pelarut yang sangat baik, konstanta dielektriknya sangat
tinggi, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, melarutkan banyak elektron, titik
beku 0
o
C dan titik didhnya 100
o
C, tidak berbahaya bagi manusia(Achmadi, 2004).
3.2.2 Asam Asetat (CH
3
COOH)
Asam asetat merupakan senyawa organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam
dan aroma masakan, asam cuka murni adalah cairan hidroskopis tak berwarna. Apabila
dalam air merupakan asam lemah, dapat di konsumsi dan tidak berbahaya bgi
manisia(ulyono, 2005).
3.2.3 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida adalah suatu larutan asam yang sangat penting bagi industri kimia,
untuk menetralisasi air limbah ber-pH tinggi, pembuatan bahan kimia organik dan
anorganik. Sangat korosiI dan uapnya menyebabkan iritasi saluran pernaIasan, untuk
menanggulanginya hindari kontak Iisik secara langsun dan gunakan masker(ulyono,
2005).
3.2.4 Karbon Aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95 karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara di
dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya
terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga
dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Tidak berbahaya bagi tubuh dan dapat
dijadikan obat sakit perut(Noor. A.K dan Selamet. W, 2008).
3.2.5 Indikator PP (Fenopthalien)
Indikator !! adalah senyawa organik yang bersiIat asam dan basa lemah dalam
larutan mengalami ionisasi. Indikator !! berwarna kuning pada terayek pH 8,0-9,6. Juka
bereaksi dengan basa berwarna merah muda. Tidak berbahaya bagi manusia(Daintith,
1994)
3.2.6 Natrium Hidroksida (NaOH)
Larutan NaOH berwujud cairan, tidak berwarna, memiliki titik beku 38
o
C, titik
didih 199
o
C, larutan ini sangat mudah menarik air dan bersiIat hidroskopis terhadap air,
CO
2
dan O
2
. NaOH dapat menimbulkan iritasi pada kulit serta sangat beracun, untuk
menanggulanginya hindari kontak Iisik secara langsun dan gunakan masker(Haryadi,
1990).
3.3Prosedur Percobaan
Dilarutkan arang sebanyak 1 gram dengan cara dipanaskan dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer tertutup. Disediakan larutan asam asetat dan asam klorida dengan konsentrasi 0.5 ,
0.25 , 0.125 , 0.0625 dan 0.0313 . kemudian dimasukan masing-masing dalam
erlenmeyer dan dibiarkan setengah jam dan setiap 10 menit di kocok. Dicatat perubahan
temperaturnya. Lalu disaring dengan kertas saring kering. Dititrasi dengan NaOH dan indikator
!!, dicatat volumenya.
3.4Rangkaian Alat




S1A1ll
L8LLnML?L8
8u8L1
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.1.1 Data Pengamatan
No. !erlakuan !engamatan
1. DiaktiIkan arang dengan cara dipanaskan,dimasukan ke
dalam erlenmeyer
enggunakan Norit (Obat
Sakit !erut) 0,5 gram
2. Disediakan larutan asam dengan konsentrasi 0.5 , 0.25
, dan 0.125 .
HCl pekat 2.5 ml,
diencerkan dengan akuades 50
ml. CH
3
COOH 0.4ml
diencerkan hingga 50 ml. dan
dilakukan pengenceran
bertingkat
3. Dimasukan masing-masing dalam erlenmeyer dan
dibiarkan setengah jam dan setiap 10 menit di kocok

4. Dicatat perubahan temperaturnya. Lalu disaring dengan
kertas saring kering

5. Dititrasi dengan NaOH dan indikator !!, dicatat
volumenya
naCP 2 gram dllaruLkan dalam
03 L akuades
PCL v
1
33 mlv
2
313 ml v
3

247 ml
CP
3
CCCP v
1
116 ml v
2
113
ml v
3
38 ml
4.1.2 Adsorpsi Larutan HCl pada Arang
no
m
(gram)
1lLran (naCP) 1lLraL (PCl) C (PCl
adsorpsl)
x
(gram)
x/m log x/m log C
M (M) v (mL) M (M) v (mL)
1 03 01 3300 03000 1000 033 0128 0233 03932 0436
2 03 01 3130 02300 2300 013 0113 0230 06389 09
3 03 01 2470 01230 3000 003 0090 0180 07443 1306
4.1.3 Adsorpsi Larutan CH
3
COOH pada Arang
no
m
(gram)
1lLran (naCP) 1lLraL (CH
3
COOH) C (CH3COOH
adsorpsl)
x
(gram)
x/m log x/m log C
M (M) v (mL) M (M) v (mL)
1 03 01 1160 03000 1000 012 0042 0083 10728 0936
2 03 01 1130 02300 2300 003 0042 0084 10763 1337
3 03 01 380 01230 3000 001 0014 0028 13373 2119


4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Prosedur
!ercobaan adsorpsi isoterm ini bertujuan untuk menentukan adsorpsi isoterm
menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam klorida dan asam asetat pada arang dan
mencari tetapan adsorpsi isoterm k dan n. adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu
zat pada permukaan zat lain dan terdapat dua jenis adsorpsi:
/sorbsi secara fisika
Adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya-gaya Iisika. Adsorbsi ini dicirikan
danya kalor adsorbs yang kecil (10 kkal/mol). olekul-molekul yang diadsorbsi secara
Iisik tidak terikat secara kuat pada permukaan dan biasanya terjadi pada proses reversible
yang cepat, sehingga mudah diganti dengan molekul lain.
2 /sorbsi secara kimia
Adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi
kimia. Adsorpsi jenis ini mengakibatkan terbentuknya ikatan secara kimia, sehingga diikuti
dengan reaksi berupa senyawa baru. !ada adsorpsi kimia permukaan padatan sangat kuat
mengikat molekul gas atau cairan sehingga sukar untuk dilepas kembali, sehingga proses
kemisorbsi sangat sedikit.
Jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada beberapa Iaktor, yaitu: jenis
adsorbat, jenis adsorben, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat terlarut dan
temperatur.zat yang diserap disebut adsorbat sebagai zat yang disetrap disebut adsorben.
!ada percobaan ini jenis adsorpsi yang digunakan adalah adsorpsi Iisika yaitu melalui gaya
Van der Waals pada permukaan adsorbannya karena tidak terjadi ikatan kimia antara
adsorbat dengan adsorbennya.
!ercobaan ini dilakukan denganmelakukan standarisasi larutan NaOH 0.1 yang
telah dibuat yang merupakan larutan standar primer. Karena siIatnya yang hidroskopis,
yaitu kemampuan menyerap molekul air dari lingkungannya, dengan larutan standar primer
asam asetat. Larutan standar merupakan larutan yang disiapkan dengan cara menimbang
secara akurat. Standarisasi ini menggunakan metode alkalimetri dengan NaOH sebagai
baku basanya.
!ada percobaan ini arang yang digunakan telah aktiI yaitu menggunakan Norit
atau Obat sakit perut yang merupakan arang yang telah aktiI, sehingga tidak perlu
dipanaskan lagi yang bertujuan membuka pori-pori dari arang. Kemudian dilakukan
penumbukan pada arang tersebut, Iungsi penumbukan ialah agar arang aktiI menjadi
butiran-butiran halus yang dapat memperluas daerah adsoebennya. Arang digunakan
sebagai zat adsorben karena arang merupakan adsorben yang berjenis polar yang sesuai
dengan asam klorida dan asam asetat agar terjadi pencampuran nantinya. Selain itu karakter
dari adsorben adalh memiliki ukuran partikel yang seragam. Kepolarannya sama dengan
zat yang akan diserap dan memiliki berat molrkul yang besar. Arang merupakan suatu
padatan yang mengndung 85-96 karbon.
Selanjutnya disediakan larutan asam dengan konsentrasi yang berbeda-beda,
antara lain 0.5 , 0.25 , 0.125 , 0.0625 dan 0.0313 . larutan asam yang digunakan
adalah asam klorida dan asam asetat, tujuan memvariasikan konsentrasi ini adalah untuk
mengetahui perbedaan proses adsorpsi dalam konsentrasi yang berbeda. Hal ini dilakukan
karena Iaktor yang mempengaruhi jumlah zat teradsorpsi adalah konsentrasi zat terlarutnya
larutan asam klorida dan asam asetat yang dibuat dengan berbagai konsentrasi dimana
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap daya serap.larutan asam klorida dan asam
asetat dipilih sebagai adsorbansinya, karena dalam hal ini untuk membandingkan antara
asam kuat(asam klorida) dan asam lemah (asam asetat) dalam hal adsorpsinya. Ada
beberapa Iaktor yang mempengaruhi daya serap arang:
-. SiIat adsorben, bila pori-pori arang semakin kecil maka permukaan arang semakin
besar hingga kecepatan adsorpsi semakin bertambah. Oleh karena itu arang lebih
dahulu di tumbuk.
-. SiIat serapan yaitu pengaruh kemampuan daya serap arang yang disebabkan oleh
bertambah besarnya ukuran molekul dari struktur yang sama. Dalam hal ini
perbedaan tersebut terdapat antara asam klorida dan asam asetat.
-. Temperatur, dalam proses adsorpsi sebaiknya dilakukan dalam suhu kamar karena
suhu kamar dianggap stabil dan bisa pada suhu rendah.
-. pH( derajt keasaman), dalam proses adsorpsi kemampuan adsorpsi akan bertambah
bila dicampurkan dicampurkan dengan asam lemah, tetapi bila dicampurkan asam
kuat kemampuan adsorpsi akan berkurang dikarenakan akan terbentuk garam.
Dalam percobaan ini digunaka asam klorida sebagai asam kuat dan asam asetat
sebagai asam lemah hal ini dilakukan untuk membandingkan pH terhadap pengaruh
adasorpsi.
-. Waktu singgung, yaitu pengdukan dimana agar proses adsorpsi baik maka
dilakukan pengadukan atau pengocokan dalam waktu yang lama. !ada percobaan
dilakukan pengadukan dengan mesin shaker dalam waktu setengah jam selam satu
menit dengan jarak 10 menit tiap pengocokan. Dala proses pengocokan diharapkan
adsorpsi dapat berlangsung cepat.
Setelah proses pencampuen den pengocokan larutan disaring kemudian Iiltratnya
di titrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi. Dalam proses titrasi menggunakn proses
titrasi asam basa. Digunakannya larutan NaOH 0.1 sebagai larutan baku basa karena zat
yang akan dititrasi merupakanasam asam atau disebut dengan alakalimetri. !ada penentuan
titik akhir titrasi mengguankan indikator Fenopthalien yang berubah warna bening menjadi
merah muda pada pH 8.0-9.6. Karena pada saat titika akhir larutan akan bersiIat basa,
disebabkan larutan titrasi adalah larutan basa.
Dengan dilakukannya titrasi ini akan diketahui berapa besar daya serap dua
macam senyawa yang berbeda kekuatan keasamanya. Karena dengan diketahui kinsentrasi
Iiltratkemudian dihitung jumlah molnya maka akan diketahui juga berapa mol zaat terserap
oleh arang. Dengan begitu tetapan adsorpsi isoterm n dan k dapat dihitung melalui graIik.
4.2.2 Analisis Hasil
Dari hasil percobaan diperoleh nilai konstanta akhir larutan setelah terjadinya
adsorpsi adalah untuk asam klorida 0.5 , 0.25 dan 0.125 , berturut-turut yaitu, 0.35
, 0.126 , 0.0494 . sedangkan pada asam asetat diperoleh konsentrasi akhir larutan
setelah terjadi adsorpsi adalah 0.12 , 0.05 dam 0.01 . maka dapat disimpulkan
bahwa telah terjadi adsorpsi dilihat dari berkurangnya konsentrasi akhir adsorbatnya.
Berdasarkan hasil yang diperoleh perbandingan daya serap arang denga HCl dan
arang dengan asam asetat menunjukan bahwa asam klorida lebih banyak diserap oleh arang
dibandingkan asam asetat. Seharusnya berdasarkan Iaktor yang mempengaruhi daya
adsorpsi yaitu pH, bahwa didalam proses adsorpsi kemampuan adsorpsi akan bertambah
bila dicampur dengan asam lemah, tetapi bila dicampur dengan asam kuat kemampuan
adsorpsi akan berkurang dikarenakan akan terbantuknya garam. Dalam percobaan asam
asetat yang merupakan asam lemah seharusnya lebih mudak disetap oleh arang karena
derajat keasaman yang tinggi dibandingkan dengan asam klorida yang merupakan asam
kuat yang memiliki pH yang rendah yang sulit diserap oleh arang. Hal ini bisa terjadi
karena pada saat pembuatan larutan, penyaringan dan titrasi yang dilakukan.
Kemudian dari pengaruh perbedaan konsentrasi menunjukan bahwa nilai x/m atau
besarnya daya serap arangsemakin besar dengan bertambahnya konsentrasi larutan
dikarenakan pengruh siIat serapan, yaitupengaruh kemampuan daya serap arangyang
bertambah disebabkan bertambah besarnyaukuran molekul dari striuktur yang sama untuk
asam klorida dan asam dulIat menghasilkan hasil yang sama.
Setelah perhitungan nilai log x/n dan log c didapat graIik log c vs log x/m dari
masing-masing larutan. GraIik pada kedua larutan membentuk parabola keatas dan nilai
gradien nya bernilia negatuI. Hal ini menunjukan bahwa konsentrasi tidak stabil dimana
akan menemukan keadaan saat konsentrasi turun dan selanjunta stabil naik.
Dari graIik yang dihasilkan diperoleh persamaan garis untuk asam klorida (HCl)
,yaitu y -0.038x 0.221 dan untuk persamaan asam asetat (CH
3
COOH) yaitu y -0.028x
0.094, berdasarkan kedua persamaan tersebut diketahui graIik berbentuk parabola
terbuka keatas. Dari persamaan dapat dicari nilai tetapan k dan n. Nilai tetapan adsorpsi n
dan k untuk asam klorida (HCl) yaitu n -26.31 dan k -0.655 dan untuk asam asetat
(CH
3
COOH) yaitu n -35.71 dan k -1.02. Tetapan yang dihasilkan tersebut menunjukan
bahwa asam asetat lebih sedikit terserap oleh arang dibandingkan asam klorida.












V. Penutup
5.1Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dibuatdapat disimpulkan bahwa jenis adsorpsi yang
digunakan adalahadsorpsi Iisika. Nilai tetapan adsorpsi n dan k untuk asam klorida (HCl) yaitu
n-26.31 dan k-0.655 dan untuk asam asetat (CH
3
COOH) yaitu n-35.71 dan k-1.02.
5.2 Saran
Saran untuk percobaan ini, sebaiknya digunakan juga adsorben yang lain sehingga dapat
dibandingkan antara keduanya.























Daftar Pustaka
Achmadi. R .2004. Kimia Lingkungan. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Barrow, Gordon . 1996. Physical Chemistry, 6
th
edition. New York: cGraw-Hill.
Basset, J. 1994. 'Buku ar Jogel, Kimia nalisis Kuantitatif norganik`.Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Daintith.J 1994. 'Kamus Lengkap Kimia`. AB: Suminar. Erlangga. Jakarta
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1999. 'nalisis Kimia Kuantitatif`. Erlangga. Jakarta.
antell, C.L. 1951. Chemical Engineering Series. /sorption. New York: cGraw-Hill.
ulyono, HA. 2005. 'Kamus Kimia Cetakan ke-3`. Bumi aksara.Jakarta.
Noor. A.K dan Selamet. W. 2008. '/sorpsi Minyak Goreng Batas Penggunaan rang ktif
/ari Serabut Kelapa`Universitas uhamadiah. Jakarta
Svehla, G. 1995. 'Jogel Buku Teks nalisis norganik Kualitatif Makro /an Semimakro`
Kalman edia !ustaka. Jakarta.
Yustinah. H 2011. 'Tinauan Kesetimbangan /sorpsi Tembaga /alm Limbah Pencuci PBC
/engan Ze/it`SD Tekno. Nuklir. Yogyakarta.
















Lampiran
Perhitungan
1 {H] = , H, = I
{IH] = , H, = I
o H = H. = , H I = o
o IH = H. = , H I = ,o

HCL(aq) NaOH(aq) NaCL(aq) H2O(l)
o , o
r , o , o +, o -
s , o , o


{H]ssI =
n

=
, o
I
= , H
{H]Isorps = {H]II - {H]ssI
= , H - , H
= 0,35 ( C )
IssI H Isorps = o HI Isorps Hr
= , H , I ,
= ,8 rI
=
m.HCI
m.Kubon ukt]
=
0,128
0,5
= ,
. {H] = , H, = I
{IH] = , H, = , I
o H = H. = , H I = , o
o IH = H. = , H ,I = ,o

HCL(aq) NaOH(aq) NaCL(aq) H2O(l)
, o , o
r , o , o + , o -
s , o , o


{H]ssI =
n

=
, o
I
= , H
{H]Isorps = {H]II - {H]ssI
= , H -, H
= 0,126 (C)
IssI H Isorps = o HI Isorps Hr
= , H , I ,
= , rI
=
m.HCI
m.Kubon ukt]
=
0,115
0,5
= ,
. { H] = , H, = I
{IH] = , H, = , I
o H = H. = , H I = , o
o IH = H. = , H , I = , o

HCL(aq) NaOH(aq) NaCL(aq) H2O(l)
, o , o
r , o , o + , o -
s ,8 o ,8 o


{H]ssI =
n

=
,8 o
I
= , H
{H]Isorps = {H]II - {H]ssI
= , H - , H
= 0,0494 ( C )
IssI H Isorps = o HI Isorps Hr
= ,9 H , I ,
= ,9 rI
=
m.HCI
m.Kubon ukt]
=
0,09
0,5
= ,8

4. {{HH{] = , H ; = I
{IH] = , H ; = , I
o HH = , H I = o
o IH = , H , I = , o
ula-mula : CH
3
COOH NaOH CH
3
COONa
Bereaksi : 5 1.16
Setimbang : 1.16 1.16 1.16
Sisa : 3.84 - 1.16

{HH]ssI =
n

=
,8

= ,8 H
{HH] Isorps = H II -H Ir
= , - ,8
= , H
HH Isorps = Ho H Isorps H
= , H ,
= ,9 r
=
HH
Irbo I
=
,9
,
= ,9

5. {{HH{] = , H ; = I
{IH] = , H ; = , I
o HH = , H I = , o
o IH = , H , I = , o
ula-mula : CH
3
COOH NaOH CH
3
COONa
Bereaksi : 6.25 1.15
Setimbang : 1.15 1.15 1.15
Sisa : 5.10 - 1.15

{HH]ssI =
n

=
,

= , H
{HH] Isorps = H II -H Ir
= , - ,
= , H
HH Isorps = Ho H Isorps H
= , H ,
= ,9 r
=
HH
Irbo I
=
,9
,
= ,8


6. {{HH{] = , H ; = I
{IH] = , H ; = , I
o HH = , H I = , o
o IH = , H , I = , o
ula-mula : CH
3
COOH NaOH CH
3
COONa
Bereaksi : 6.25 1.32
Setimbang : 1.32 1.32 1.32
Sisa : 4.92 - 1.32

{HH]ssI =
n

=
,8

= ,98 H
{HH] Isorps = H II -H Ir
= , -,98
= , H
HH Isorps = Ho H Isorps H
= , H ,
= ,9 r
=
HH
Irbo I
=
,9
,
= ,8
7 Penentuan Kapasitas Adsorpsi
HCl
o
x
m
= log +
1
n
logc
y -0.038x 0.221

1
n
= -.038
n = -, {soprIn{
log = .
=-0.655 (intersep)
CH
3
COOH
o
x
m
= log +
1
n
logc
y -0.028x 0.094

1
n
= -.028
n = -. {soprIn{
log = .9
=-1.02 (intersep)


















Grafik
1. Adsorpsi Larutan HCl pada Arang
Log C(x) Log x/m(y)
033 M 0236
0126 M 0 230
00494 M 018


1. Adsorpsi Larutan CH
3
COOH pada Arang
Log C(x) Log x/m(y)
012 M 0083
003 M 0 084
001 M 0028




y 0038x + 02213
0
003
01
013
02
023
03
0 1 2 3 4
Log C vs Log x]m
Log C vs Log x/m
Llnear (Log C vs Log
x/m)
y 00283x + 00947
0
002
004
006
008
01
000 100 200 300 400
Log C vs Log x]m
Log C vs Log x/m
Llnear (Log C vs Log
x/m)
1awaban Pertanyaan
1. !ada percobaan ini yang terjadi adalah proses adspsi Iisika, karena antara adsorbat dan
adsorben tidak terjadi ikatan kimia, namun adsorbat hanya masuk kepori-pori dari
adsorben.
2. Contoh adsorpsi kimia adalah gas hidrogen padanikel & adsorbsi gas hidrogen pada
perak.
Contoh adsorpsi Iisika adalah adsorbsi HCl dan CH
3
COOH oleh Karbon AktiI.
3. !engaktiIan arang dengan cara pemanasan agar pori-pori pada permukaan arang
membesar dan terbuka sehingga akan menyebabkan masuknya partikel-partikel yang
akan diserap.
4. Daya adsorpsi zat padat terhadap zat setimbang tergantung pada jenis adsorben, jenis gas,
luas permukaan, temperatur dan tekanan gas. !ada jumlah gas tertentu jumlah adsorben
yang dapat diserap semakin banyak temperatur kritis semakin tinggi atau gas semakin
mudah di cairkan.
5. Adsorpsi Langmuir untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat lebih memuaskan
dibandingkan adsorpsi Freundlich karena, Langmuir merumuskan adsorpsi isoterm
dengan asumsi bahwa setiap tempa adsorpsi adalahekuivalen dan kemampuan untuk
berikatan tidak berdekatan yang sesuai dengan siIat gas.

You might also like