You are on page 1of 10

1

Konflik Bahasa
Dominasi & Sub Ordinasi
Batasan Masyarakat Tutur
Interferensi & Integrasi


Mata Kuliyah Sosiolinguistik

Oleh:
1. edung Sutarno
2. Khambali


















2
KONFIK BAHASA
Sebagaimana yang terjadi oleh makhkluk hidup, juga akan terjadi oleh bahasa.
Bahasa-bahasa akan saling serang satu sama lain supaya tetap exist dan kemudian menjadi
penguasa. Dampak dari konIlik bahasa ini keadaanya beragam, ada bahasa yang kuat
sehingga mampu menolong bahasa lain yang lemah dan bahkan ada yang menjajah dari sisi
pelaIalannya, tapi terkadang bahasa bertenu dengan bahasa yang sama kuat sehingga
keduanya tetap terpelihara yang digunakan oleh satu penutur.
Ada berbagai sebab atau alasan mengapa mengapa suatu bahasa punah atau tidak
digunakan lagi oleh penutur-penuturnya. Satu diantaranya adalah dominasi bahasa atau dialek
yang lebih besar baik secara demograIis, ekonomi sosial dan politik, seperti apa yang dialami
oleh diale bahasa Jawa Banyumas dari tekanan bahasa Jawa Solo-Jogya. Untuk pemertahan
dialekBanyumas, kebijakan pembinaan bahasa Jawa, haruslah memberi peluang yang seluas-
luasnya bagi penutur-penuturnya untuk menggunakan dialek Banyumas. Sehingga dialek ini
bisa menjadi alat komunikasi yang utama dalam ranah keluarga dan masyarakat dalam
mengembangkan budaya lokalnya. Pemeliharaan suatu bahasa tidak cukup hanya dengan
usaha mendeskripsikan sistem kehabasaan dan wilayah pemakaiannya seperti yang telah
dilakukan oleh para ahli bahasa selama ini, nammun yang tdak kalah penting adalah
menumbuhkan rasa bangaga dalam diri penutur-penutur dialek Banyumas untuk dignakan
bahasanya.
KonIlik Bahasa adalah terjadinya persaingan antara satu ragam bahasa dan ragam
bahasa lain, terutama dalam menentukan statusnya dalam masyarakat bahasa. KonIlik bahasa
ada yang seimbang dan ada juga yang tidak seimbang. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
konIlik bahasa :

1. Konflik Melayu
sampai saat ini, deIinisi alam Melayu belum mampu dikemukakan secara jelas. Dapat
diperkirakan., alam Tamaddun Melayu meliputi semenanjung Malaysia, kepulauan Indonesia,
Filipina Selatan, dan kepulauan selatan laut Teduh (Polenesia, Melanesia, dan Oceania)
hingga ke Madagaskar di sebelah barat dan lain-lain. penduduk dan kebudayaannya dikenal
dengan rumpun Melayu Polinesia. Dalam alam Melayu kita mengenal sebuah bahasa yang
disebut bahasa Melayu. Dalam TaIsiran umum, bahasa Melayu adalah sebuah bahasa yang
digunakan oleh suatu bangsa yang terdapat di Asia Tenggara dari keturunan etnik Melayu,
keturunan Melayu, beradat ragam Melayu, dan berkebudayaan melayu. Dengan banyaknya
3
penutur bahasa Melayu tentu banyak pula ragam bahasa yang ada dikawasanTanah Melayu.
Akibatnya , timbul konIlik memperebutkan statusnya dalam masyarakat bahasa alam Melayu,
terutama pengklaiman penutur asli atau rumpun asli bahasa melayu.

2. Konflik Singapura
Sejak 1819, Singapura telah dijajah Inggris. Dengan demikaian, bahasa Inggris telah
menjadi bahasa resmi. Namun, bahasa Melayu masih digunakan masyarakat umum. Bahasa
Melayu menjadi teguh dengan dibentuknya Negara Malaysia pada 1963 karena singapura
masuk kedalam Negara persekutuan Malaysia. Pada tahun 1965 Singapura keluar dari
Malaysia, Singapura menetapkan empat bahasa sebagai bahasa resmi, yaitu Melayu,Inggris,
Mandarin, dan Tamil. Penduduk Singapura 26 nya adalah keturunan cina. Namun, bahasa
Inggris lebih diutamakan karena dianggap lebih netral dan perekat antarbangsa. Hal ini pasti
ada konIlik dalam memperebutkan statusnya dalam masyarakat.

3. Konflik India
India adalah sebuah Negara besar di Asia Selatan dengan bahasa yang cukup banyak.
Di India dikenalkan bahasa Hindi dengan menggunakan tulisan Dewanagari, sedangkan di
Pakistan diperkenalkan bahasa Urdu dengan dialek Hindi, tetapi menggunakan tulisan arab.
Namun, terjadi masalah karena India ingin menjadikan bahasa Hindi sebagai bahasa kesatuan
India. Kemudian muncul pejuang bahasa Dravidia, seperti pejuang bahasa Tamil Nadu. Di
Punjab timbul pejuang bahasa Punjabi. Di Andra timbul pejuang bahasa Telugu. Di Bengal
muncul pejuang bahasa Benggali dan lain-lain. sekarang di India terwujud 16 bahasa resmi
termasuk di negeri-negeri bagian., sedangkan di peringkat pusat digunakan bahasa Inggris
dan Hindi.










4
DOMINASI DAN SUB ORDINASI BAHASA
Semua bahasa adalah sama, dalam artian kesemuanya adalah merupakan alat
komunikasi bagi penutur-penuturnya dan masing-masing merupakan representasi keunikan
penutur-penuturnya dalam mengungkapkan pengalaman dan memandang dunia disekitarnya.
Oleh karena itu setiap bahasa sebenarnya berpotensi untuk menjadi bahasa dunia, hanya saja
untuk terakhir ini sangant tergantung dari lingkungan sosial politik, atau lebih tepatnya pada
relasi kekuasaan (power relations). Dalam hubungannya dengan kekuasaan bahasa (linguistic
force) Mackey dalam teori geolinguistiknya mengungkapkan bahwa kekuatan bahasa dapat
diukur dengan sejumlah indikator, diantaranya demograIi, persebaran, ekonomi, idielogi dan
kultural.
Indikator demograIi berkaitan dengan pendapatan nasional kotor (GNP) suatu negara.
Indikator kultural berkaitan dengan peranan bahasa dalam mewadahi suatu idielogi, seperti
agama, politik, dan ajaran-ajaran agama tertentu. Indikator kultural berhubungan dengan
peranan yang dimiliki oleh sebuah bahasa dalam mewahanai kekayaan budaya suatu
masyrakat. Dengan indikator-indikator ini, mackey kemudian menentukan dominasi bahasa
Inggris atau bahasa-bahasa lain didunia abad ke-19, bahkan sampai sekarang ini. Meskipun
jumlah penduduk Republik Rakyat China tersebar saat ini, tetapi indikator persebaran dan
mobilitas penutur bahasa Inggris jauh lebih besar dibandingkan dengan bahasa China.
Mackey mengungkapkan bahwa perpindahan penutur-penutur bahasa Inggris terutama orang
Amerika terjadi sejak berakhirnya Perang Dunia II. Diperkirakan 40 juta orang Amerika
mengubah alamatnya sekali dalam setahun, dan rata-rata seluruh penduduk Amerika
berpindah 14 kali sepanjang hidupnya.diberbagai kota hampir 1/3 penduduknya berpindah
setiap tahun. Lebih dari 3 juta orang Amerika berpergian ke Eropa pada tahun 1970.
sementara itu dari indikator ekonomi, walaupun total penduduk orang jepang melebihi
penutur bahasa Inggrism, tetapi pendapatan kotornya lebih rendah. Pendapatan nasional kotor
(GNP) dalam hal ini berperan penting dalam peingkatan prestise nasional.
Dengan sejumlah indikator diatas tidak begitu saja kiranya menentukan dominasi dan
sub ordinasi antara bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa-bahasa daerah dalam situasi
pemakaian bahasa di Indonesia.
Bahasa Inggris memiliki dominasi paling tinggi, karena semakin banyak saja orang
mempelajari dan menguasai bahasa ini. Bahasa Indonesia mendominasi pemakaian bahasa-
bahasa daerah, karena indikator idielogis mengharuskan semua orang Indonesia menguasai
5
bahasa Nasional ini, dan semakin banyak saja generasi muda meninggalkan bahasa ibunya.
Sementara itu, diantara bahasa-bahasa daerah yang beratus-ratus jumlahnya di Indonesia,
dilihat dengan indikator Mackey bahasa Jawa mendominasi bahasa-bahasa daerah lain.
Presentase kosa kata bahasa jawa yang disumbangkan kedalam bahasa Indonesia paling
tinggi dibandingkan dengan presentasi kosa kata daerah lain.
Akulturasi Kebahasaan, Perubahan Bahasa
Apabila masyarakat tutur atau lebih memperlama hubungan dadalam bidang
komunikasi yang luas, maka terdapat diIusi. Hasilnya adalah pembentukan srpruchbund,
yang menyusun kelompok variasi yang beroksitensi dalam ruang sosial sebagai dialek,
bahasa tetangga yang berbeda, atau pilihan kata khusus, pemakaian kontinu selama periode
waktu tertentu bisa menciptakan struktur linguistik dalam kelompok itu, yang cenderung
mengaburkan perbedaa genetis yang sudah ada. Sebagai contoh adalah sub kontinen Asia-
Selatan, diamana para penutur bahasa Indo-Aryan, Dravidian dan Munad semuanya
menunjukan tentang tindih yang signiIikan dalam kebiasaan berbahasa mereka.
Tampaklah bahwa nimona tunggal, verba, dan adjektiva merupakan yang banyak
mengalami diIusi, seringkali dalam responnya keberbagai inovasi teknologi dan
kecenderungan kebudayaan atau agama pelaIalan dan susunan kata sering terpengaruh, tetapi
tingkat pola Ionologi dan gramatikal (inti struktural bahasa), sering bertahan terhadap
perubahan dan kata-kata pinjaman cenderung diadaptasikan kedalam pola-pola bahasa
penerima. Tetapi kendala-kendala linguistik terhadap diIusi itu tidak pernah absholute, dan
dalam situasi-situasi bilingualisme ekstensiI, gramatikalnya bisa terpengaruh.
Pengaruh lalu lintas budaya mencapai titik maksimum dalam kasus pjin dan kreol,
idiom yang megkombinasikan elemen-elemen dari beberapa bahasa berbeda. Bentukan baru
ini muncul dalam masyarakat kolonial atau dalam pusat-pusat perdagangan, dimana para
pekerja mengacaukan lingkungan bahasa aslinya karena bekerjasama dengan para penutur
bahasa lain. Pengaruh lintas budaya juga mengarah pada perubahan bahasa. Penghilangan
salah satu bahasa asli karena adanya bahasa yang lain. Fenomena ini seringkali trejadi jika
dua kelompok ke satu kelompok, sebagai penyerapan kesukuan atau ketiak kelompok
minoritas mengambil kebudayaan mayoritas yang mengelilinginya.




6
INTERFERENSI DAN INTEGRASI

A. Interferensi
InterIerensi yaitu: Penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma salah satu bahasa
yang terjadi dalam tuturan para dwibahasawan sebagai akibat dari pengenalan mereka lebih
dari satu bahasa, yaitu sebagai kontak bahasa ( Weinreich 1953).menurut Lado dan Sunyono
(1979) pengaruh antarbahasa itu dapat juga berupa pengaruh kebiasaan dari bahasa pertama
(ibu) yang sudah dikuasai penutur ke bahasa kedua.

Jenis-jenis InterIerensi ( Weinreich 1953)
1. pemindahan unsur dari satu bahasa ke bahasa lain
2. perubahan Iungsi dan kategori unsur karena proses pemindahan
3. penerapan unsur-unsur yang tidak berlaku pada bahasa kedua dalam bahasa pertama
4. pengabaian struktur bahasa kedua karena tidak terdapat padananya dalam bahasa pertama.

Di pihak lain, Suwito (1983) menjelaskan, bahwa interIerensi dapat terjadi dalam semua
komponen kebahasaan, yaitu bidang tata bunyi, tata kalimat, tata kata, dan tata makna.
Bentuk-bantuk interIerensi menurut weinreich terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Interferensi fonologi
InterIerensi bahasa minangkabau terhadap bahasa Indonesia di temukan interIerensi
dalam bidang Ionem, dan dalam bidang bunyi atau Ionetik.akan tetapi tidak bersiIat umum.
Beberapa proses Ionologi bahasa minangkabau dalam peristiwa tutur bahasa Indonesia dapat
dirumuskan sebagi berikut :
1. penambahan Ionem konsonan contoh : sikola ---- sikolah --- sekolah
gaca ---- gacar --- takut
2. penghilangan Ionem konsonan contoh : tasasa?ciri? --- sesa? Cirri? terdesak ingin
buang air besar
3. perubahan Ionem konsonan contoh : cie --- ciat --- sekolah
4. penghilangan Ionem vocal contoh : karambia --- karmbil --- kelapa
5. perubahan Ionem vocal contoh : tabe --- tebat --- kolam


7
2. interferensi dalam Bidang eksikal
InterIerensi dalam bidang leksikal tejadi apabila seorang dwibahasawan dalam peristiwa
tutur memasukkan leksikal bahasa pertama kedalam bahasa kedua atau sebaliknya. Ada lima
kelas kata yang mengalami interIerensi leksikal yaitu:
1. kelas kata verba contoh : mandudu --- mandudu --- berjalan tidak jelas arah
2. kelas kata adjektiva contoh : lita --- lita --- letih
3. kelas kata nomina contoh : terompe --- terompa --- sandal
4. kelas kata pronominal contoh : awak --- awak --- saya
5. kelas kata numeralia contoh : salapan --- salapan --- delapan

3. interferensi dalam Bidang Gramatikal
InterIerensi dalam bidang gramatikal terjadi apabila dwibahasawan mengidentiIikasikan
morIem, kelas morIem, atau hubungan ketatabahasaan pada system bahasa pertama dan
menggunakannya dalam tuturan bahasa kedua atau sebaliknya.
a. interIerensi morIologi
interIerensi dalam bidang morIologi dapat terjadi antara lain pada penggunaan unsur-
unsur pembentukan kata, pola proses morIologi, dan proses penanggalan aIiks.

AFIKSASI
1. awalan
a. awalan /ba-/ contoh : basalam --- bersalam. Awalan /ba-/ dalam bahasa minangkabau
dapat disejajarkan artinya dengan awalan /ber-/ dalam bahasa Indonesia.
b. Awalan /ma-/ contoh : mamegan --- memegang
c. Awalan /man-/ contoh : manunju? --- menunjuk
d. Awalan /mang-/ contoh : mangintip --- mengintip
e. Awalan /ta-/ contoh : tabalik --- terbalik
I. Awalan /di-/ contoh : dipake dipakai
g. Awalan /pa-/ contoh : pasahabatan --- persahabatan
h. Awalan /sa-/ contoh : saribu --- seribu
2. Akhiran
a. Akhiran /-nyo/ contoh : harogonyo --- harganya
b. Akhiran /-kan/ contoh : barikan --- berikan
c. Akhiran /-an/ contoh : kambalian --- kembalian
3. Imbuhan Gabungan
8
a. Imbuhan Gabungan /di-nyo/ contoh : dikeceknyo --- dikatakannya
b. Imbuhan Gabungan /mang-kan/ contoh : manghilangkan --- menghilangkan
c. Imbuhan Gabungan /man-nyo/ contoh : manjuaanyo --- menjualnya.

!ERUANGAN
InterIerensi bahasa minangkabau terhadap bahasa Indonesia dalam hal perulangan dapat
ditemukan dalam tiga bentuk perulangan, yaitu :
1. Perulangan seluruhnya contoh : saribu- saribu --- seribu seribu
2. Perulangan dengan mendapat awalan contoh : bamain main --- bermain- main
3. Perulangan dengan mendapat awalan dan akhiran contoh : kaduo-duonyo --- kedua-
duanya.

B. Integrasi
Integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi warga bahasa tersebut ( Mackey dalam Chaer dan Agustina 1995).
Penerimaan bahasa lain dalam bahasa tertentu sampai menjadi berstatus integrasi
memerlukan waktu yang relative panjang. Proses penerimaan unsur bahasa lain khususnya
unsur kosa kata dalam bahasa Indonesia pada awalnya dilakukan secara audial.artinya, mula-
mula penutur Indonesia mendengar butir-butir leksikal itu dituturkan oleh penutur aslinya,
lalu mencoba menggunakannya. Apa yang didengar oleh telinga, itulah yang diujarkan, lalu
dituliskan. Oleh karena itu, kosa kata yang diterima secara audial seringkali menampakkan
cirri ketidak teraturan bila dibandingkan dengan kosa kata aslinya.
Pada waktu pemerintah mengeluarkan EYD, penerimaan dan penyerapan bahasa lain
atau bahasa asing dilakukan secara visual. Artinya, penyerapan dilakukan melalui bentuk
tulisan dalam bahasa aslinya, kemudian bentuk itu disesuaikan dengan aturan yang terdapat
pada kedua dokumen kebahasaan tersebut.







9
BATASAN MASYARAKAT TUTUR
Konsep Masyarakat tutur yang diajukan oleh Chomsky jelas-jelas mengingkari Iakta
bahwa masyarakat tutur tersusun atas anggota-anggota yang memiliki ciri Iisik, kepribadian,
ststus sosial ekonomi, tingkat pendidikan, asal kedaerahannya yang memang hakikatnya
berbeda-beda. Konsep masyaraka Chomsky oleh karenanya oleh Wardaugh (1986) disebut
sebagai masyarakat tutur yang bersiIat ideal dan abstrak lantaran masyakat seperti itu
hanyalah angan-angan. Oleh karena itu pernyataan Chomky ini harus ditolak.
Such a speech community cannot be our concern: it is a theoritcal construct
employed Ior narro purpse. Our speech communities whatever they are, exist in a real world.
Concequently some alterntive view must be developed oI speech communiy, one helpIul to
investgations oI language in sociaty rathen than necessitated by more abstract linguistic
theorizing.
Dalam masyarakat yang sesungguhnya, anggota-anggotanya dimungkinkan memiliki
ciri Iisik yang berupa organ bicara yang ebrbeda-beda yang pada gilirannya nanti
menghasilkan idiolek yang berbeda. Dalam masyarakat itu anggota-anggotanya
dimungkinkan pula memiliki kepribadian yang berbeda yang nantinya menimbulkan wujud
cara bahasa yang berlaianan. Sementara itu, status sosial ekonomi anggota masyarakat yang
berbeda-beda akan mewujudkan sosiolek yang berbeda. Akhirnya, asal kedaerahan yang
berbeda akan menghasilkan macam-macam variasi regional yang lazim disebut dialek.
Faktor-Iaktor sosial dan individual diatas barulah sebagian saja. Faktor-Iaktor lain seperti
umur, jenis kelamin, tingkat keakraban, latar belakang keagamaan dan sebagainya, tentu pula
akan membuat lebih kompleks wujud bahasa yang terdapat dalam sebuah masyaakat tutur,
sehingga tidak mustahil bahwa dalam sebuah masyarakat tutur terdapat sejumlah masyarakat
tutr lain dalam skope yang lebih kecil. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa
masyarakat tutur adalah sekelompok orang dalam lingkup luas atau sempit yang berinteraksi
dengan bahasa tertentu yang dapat dibedakan denagn kelompok masyarakat tutur yang lain
atas dasar perbedaan bahasa yang besiIat signiIikan.
Jadi, masyakat Indonesia, masyarakat Jepang, masyarakat Korea, da sebagainya
adalah masyarakat tutr yang berbeda, karena masing-masing menggunakan bahasa berbeda.
Masyakat Indonesia di Jakarta, masyarakat Indonesia di Ambon, Masyarakat Indonesia di
Manado, Masyarakat Indonesia di Medan, Masyarakat Indonesia di Larantuka, dan
sebagainya, masing-masing juga merupakan kelompok-kelompok masyatrakat tutur yang
berbeda karena bahasa Indonesia yang dipakainya menunjukan ciri yang berbeda. Dalam
10
lingkup yang sempit lagi, para pelajar, karyawan pabrik, para pemandu wisata, pegawai
negeri, karyawan perbengkelan dan sebagainya masing-masing juga menggunakan jenis
bahasa yang berbeda dan karenanya mereka merupakan kelompok masyarakat tutur yang
berbeda.
Kompleksitas masyarakat membawa konsekuensi bahwa seseorang memungkinkan
menggeluti beberapa proIesi dalam hidup kesehariannya. Misalnya seorang pelajar diluar
waktu sekolahnya memungkinkan menjadi pembengkel untuk mencari tambahan SPP,
dengan demikian, seseorang dapat menjadi anggota masyarakat tutur yang berbeda-beda.
Semakin luas dan kompleks aktivitas atau proIesi anggota sebuah masyarakat, semakin rumit
pula bentuk masyarakat tutur didalamnya. Demikianpula sebaliknya, dalam hubungan ini
anggota-anggota sebuah masyarakat tutur tidak semata-mata dicirikan oleh bentuk bahasa
yang di gunakannya, tetapi juga ditentukan oleh pandangan atau presepsi mereka terhadap
bentuk bahasa yang digunakan oleh mereka dan bentuk bahasa yang digunakan oleh anggota
masyarakat lain. Dalam hubungan ini, misalnya semua anggota masyarakat tutur bahasa Jawa
dialek Solo-Jogya, memiliki presepsi bahwa varian bahas yang digunakanya memiliki
prestise yang lebih tinggi dibandingkan varian dialektal lainnya, seperti bahasa Jaea dialek
Banyumas, dialek Tegal, dialek Kebumen, dialek Jawa Timur dan sebagainya.

You might also like