You are on page 1of 9

1 the experience of spiritual communication

ZIARAH & KOMUNIKASI ROHANI MENGHERANKAN


Sukoharjo, Solo 3 Maret 2010
Hari Rabu pagi-pagi sewaktu kami duduk di teras depan rumah, pak Pudjono sudah melihat meja, Alkitab, dan ada orang seperti misdinar perempuan yang berlutut mengatur segala sesuatu. Kami tidak begitu perhatian karena sibuk bebenah akan berangkat ke gereja Sukoharjo. Berkisar pukul 09.00 kami berlima berangkat menuju Sukoharjo ke gereja Hati Kudus Yesus. Rini Hasturi istri dik Bandono melanjutkan perjalanan ke pekerjaan di Wonogiri, kemudian dik Bandono pulang untuk antar jemput anak. Kami hanya bertiga, aku, pak Sumeri dan pak Pudjono. Kami kulanuwun kepada romo Yakobus Winarto Pr melalui mas Kristiadi sekretaris paroki. Kami diterima dengan baik dan dipersilahkan untuk berdoa ataupun nyepi di dalam gereja ataupun di luar. Romo kemudian pamit karena ada rapat para romo di Palur. Di halaman paroki kami duduk-duduk istirahat bersama mas Kristiadi, ngobrol ngalor ngidul. Pak Pudjono memberi tahu bahwa ada yang menghampiri kami. Kemudian yang terlihat seorang suster, mengaku bernama suster Khatarina Mudjiati keturunan mbah Hardja Suminta dari Giri Ketawang, Srondol Semarang. Kami mencoba bertanya tentang dhawuh Dalem Gusti kepada kami mengapa harus datang ke Sukoharjo. Dijawab :Pangeramerame, mengko kowe bakal weruh uwong padha munggah swarga. Wektune jam telu sore, diwiwiti srengenge redhup sing dikelilingi lingkaran kaya payung gedhe banget. Wiwit kuwi padha nyembaha. Mula aja mulih dhisik, ana kene wae. Ciri-cirine, ana slendang sutra putih. (Hal yang mengherankan, nanti kalian akan melihat banyak orang bersama naik ke surga. Waktunya jam tiga sore, dimulai matahari redup yang dikelilingi seperti payung besar sekali. Pada saat itu menyembahlah. Maka jangan pulang dahulu, disini saja. Ciri-cirinya, ada selendang sutera putih.) Selendang putih selama ini kami kenali sebagai simbol Bunda Maria, bagaikan jalan yang menghantar orang naik ke papan mulia tanpa siksa. Sebagai Bunda Pengantara. Kemudian yang terlihat oleh pak Pudjono sepertinya ada tangga naik ke atas, entah sampai mana. Tangga tersebut seperti selendang putih. Dari payung besar tersebut terlihat sepertinya banyak orang kudus yang keluar masuk, naik turun melalui selendang putih tersebut. Terlihat ada anak laki-laki kecil yang telanjang bulat, di bawah undhak-undhakan trap pertama. Kami bertanya siapa dia dan ada suara jawaban : Kuwi disebut rohe dhewe-dhewe. Dadi sadurunge munggah, wis padha nunggu dhisik. (Itu disebut rohnya masing-masing. Jadi sebelum naik, sudah menunggu terlebih dahulu) Kami bertanya tentang roh hitam yang terlihat di Yogyakarta kemarin yang melayanglayang. Yang terlihat sepertinya roh-roh tersebut berdatangan, mengantri di dekat sianak kecil telanjang tadi. Yang pertama namanya mbah Usup (?) atau mbah Pekik. Kami bertanya macam-macam dan ada suara jawaban :Jadwale jam telu kuwi ana kene. (Jadwalnya jam tiga itu ada disini)

2 Pak Pudjono melihat ada kursi putih dari besi berjejer banyak sekali ke belakang sampai ke jalan besar, tetapi masih kosong. Sepertinya akan ada perayaan besar di sore hari nanti, sehingga sudah dipersiapkan banya kursi untuk duduk. Kami bertanya siapakah mbah Jagaraga yang menemani kami semalam sampai hari ini. Suara yang terdengar :Mbah Jagaraga kuwi awakmu dhewe-dhewe. (mbah Jagaraga itu diri kalian masing-masing) Pada pukul 11.45 kami bertiga ke gua Maria dan berdoa. Yang terlihat oleh pak Pudjono, ada seekor kupu-kupu besar. Disamping patung Bunda Maria terlihat seseorang bernama Romo Bimo Untara (?) di sebelah kiri patung dan di sebelah sisi lainnya kelihatan seseorang putih santan yang belum jelas. Yang terlihat ternyata di belakang orang warna putih tersebut banyak sekali dan berpakaian putih semua. Suara yang didengar pak Pudjono :Iki jenenge Gua Maria Abdi Kinasih. Gunanre kanggo nundhukake uwong kang angkuh. Angkuh apa wae, kesombongan, ego, gen sadhar. (Ini namanya Gua Maria HambaTerkasih. Gunanya untuk menundukkan orang yang angkuh. Angkuh apa saja, kesombongan, egois, biar sadar) :Pakaryanmu becik, terusna. Aja wedi kangelan, aja wedi dipoyoki, aja wedi ora kanggo. Mulih saka kene kudu bisa mengendalikan nafsu. (Yang kalian kerjakan baik, teruskan. Jangan takut kesulitan, jangan takut dicemooh, jangan takut tidak dipakai. Pulang dari sini harus bisa mengendalikan nafsu) Orang yang putih tersebut menjawab sewaktu kami tanya siapa :Aku dhewe ora ngerti, kena apa kowe malah takon karo aku? Ngendikane Gusti kowe metua manggona ana kono, tunggunen. Akeh uwong kang kepengin nunggu ananging ora didhawuhi. Aku ana kene tegese njaga, ora kaya kowe nunggu wektu. (Aku sendiri tidak tahu, mengapa kalian malah bertanya kepadaku? Kata Tuhan, kalian keluarlah, tinggallah disitu, tunggulah. Banyak orang yang ingin menunggu tetapi tidak diperintah.Aku disini maksudnya menjaga, tidak seperti kalian yang menunggu waktunya) Lha yang di belakang itu siapa? :Yakuwi mau, aku njaga gentenan. (Ya itu tadi, aku menjaga bergantian) :Aku didhawuhi Gusti saka swarga turun njaga kene. Ana kene diwastani papan sumarah ingkang langgeng. Njaga kene kuwi wis dadi tugasku wiwit ndhisik.Aku tetep ana kene. Sing ngatur ana kana suster Khatarina karo romo Paulus Muder. Mengko yen wis ketemu dhewe nyuwuna pirsa. (Aku diperintahkan Tuhan dari surga turun menjaga disini. Disini dinamakan tempat berserah yang abadi. Menjaga disini sudah menjadi tugasku sejak dahulu. Aku tetap disini. Yang mengatur disana suster Khatarina bersama pastor Paulus Muder. Nanti kalau sudah bertemu sendiri, bertanyalah) Yang terlihat oleh pak Pudjono kemudian, sepertinya romo Paulus Muder sedang sibuk mengatur kursi. :Kowe wong telu kuwi jenenge bambangan. Tegese isih perlu digarap, dimatengke. Carane ya ming sering sowan Gusti. Sowan Gusti kuwi perlokna atimu. Pokoke kudu ana wektu tersendiri untuk Tuhan. Wektu sing paling sae kuwi wektu perubahan menjelang esuk utawa menjelang bengi. Sing paling penting dadekna pakulinan, dudu tepate wektu. Tak suwun doa sing panjang sing diulang-ulang, sing sifate umum, sapa wae nganggo

3 lan ngerti. Iki dudu doa spontan. Pokoke doamu sing nganti jeleh anggonmu muni sing endi. (Kalian bertiga itu namanya bambangan / priya muda. Artinya masih perlu digarap, dimatangkan. Caranya ya hanya sering menghadap Tuhan. Menghadap Tuhan itu menyenggangkan hati kalian. Waktu yang paling baik itu waktu perubahan menjelang pagi atau menjelang malam. Yang paling penting jadikanlah kebiasaan, bukan tepatnya waktu. Aku minta doa yang panjang yang diulang-ulang, yang sifatnya umum, siapa saja melakukan dan mengerti. Ini bukan doa spontan. Pokoknya doa kalian sampai bosan, mendaraskan yang mana) Dalam bayanganku, yang teringat adalah doa rosario yang selalu didaraskan berulang-ulang, bahkan sampai lupa atau terkantuk-kantuk. Mbah-mbah kuwi akeh sing ora ngerti, ora bisa doa rosario. Nek rosario kuwi jenenge wis nganggo pathokan, nganggo etungan. Ananging yen bisane nganggo Bapa Kami lan Salam Maria terus-terus, nganti pegel, etungane ora jelas, pungkasane ya ora jelas, kuwi luwih becik kanggo sing durung ngerti. Kowe mengko ndhak malah ngarani kae sing pener, kae sing kurang. Jane olehmu rosaria sok kliwat sok cupet, rumangsamu wis pener, sok sepotong. Aja nganti kuwi dadi batu sandhungan sowan Gusti. (Kakek nenek itu banyak yang tidak mengerti, tidak bisa berdoa Rosario. Kalau Rosario itu namanya sudah memakai patokan, memakai hitungan. Tetapi kalau bisanya memakai Bapa Kami dan Salam Maria terus menerus, sampai pegal, hitungannya tidak jelas, akhirnya ya tidak jelas, itu lebih baik bagi yang belum mengerti. Kalian nanti malah mengatakan sana yang benar, sini yang kurang. Sebenarnya yang kalian lakukan dalam doa Rosario kadang berlebih kadang kurang, merasa kalian sudah benar, kadang sepotong. Jangan sampai hal itu menjadi batu sandungan menghadap Tuhan.) Pak Pudjono, dongamu kuwi isih kurang, kudune kanggo wong minimal rolas, sokur patbelas, wektumu rak akeh. (Pak Pudjono, doamu itu masih kurang, seharusnya untuk minimal duabelas orang, syukur kalau empatbelas orang; waktumu kan banyak) :Aku weling karo kowe, aja kok anggep kuwi tetulung, njur njaluk upah. Wong dongamu mung ngapalke, Gusti kang nyembadani, Gusti kang paring kawaluyan. Aja nganti kowe krungu uwong kang duwe ujar, janji lan uwong kang meneng wae. Mengko ndhak kowe ngarep-arep, uwonge mari merga duwe ujar. (Aku berpesan untuk kalian, jangan dianggap itu jasa pertolongan, terus meminta upah. Doa kalian kan hanya menghafalkan, Tuhan yang menyelesaikan, Tuhan yang memberi kesembuhan. Jangan sampai kalian mendengar orang yang mempunyai nazar terucap, janji dan orang yang diam saja. Nanti kalaian malah berharap-harap, orangnya sembuh karena mempunyai nazar terucap) :Bali maneh, kowe bisane mung ndongakake. Sing nambani dudu kowe. Gampangane mengkene, kowe kuwi mung nyuwun. Sing paring margi mung Gusti. Banjur tugasmu karo upahmu apa, kowe mrene? Ganjaranmu Apa? Ngomonga. (Kembali lagi, kalian bisanya hanya mendoakan. Yang mengobati bukan kalian. Gampangnya begini, kalian itu hanya memohon. Yang memberi jalan itu hanya Tuhan. Jadi tugas dan upah kalian apa, kalian kesini?Upah kalian apa? Bicaralah.) Kami menjawab bahwa kami memang tidak menghendaki imbalan, hanya ingin menolong yang membutuhkan. :Kena apa sing kok tulungi kudu kok sebut jenenge? Jawaban kuwi bener, leres lan pantes. Mula ilangana kamulyan cara menungsa. Golekana kamulyan ing Asma Dalem. Yen kowe bisa mbayangke mengkono, uripmu teges, (ttg kemuliaan duniawi dan surgawi) kowe wis menang, kowe wis kanggo. Diarani putra kinasih. Putra kuwi tegese

4 ngerti kersane kang dhawuh, utawi ngerti karepe Gusti Allah. Jawabane utawa tumindake kuwi pada karo Gusti, kuwi putra. Yen jawabane, tumindake ngenteni wektu lan biasane, kuwi isih abdi. (Mengapa yang kalian tolong harus kalian sebutkan namanya? Kami jawab agar tidak keliru antara hati dan mulut. Jawaban itu benar, betul dan pantas. Maka hilangkanlah kemuliaan cara manusia. Carilah kemuliaan dalam Nama Dia. Jika kalian bisa membayangkan seperti itu, hidup kalian berguna, kalian sudah menang, kalian sudah terpakai. Dinamakan putra terkasih. Putra itu maksudnya mengerti kehendak yang memberi perintah, atau mengerti kehendak Tuhan Allah. Jawabannya atau perbuatannya itu sama dengan Tuhan, itu putra. Jika jawabannya, perbuatannya menunggu waktu dan biasanya, itu masih hamba) :Aku mau abdi kinasih amarga didhawuhi Gusti nemoni kowe. Saiki aku putra kinasih, anak-anak Allah merga aku wani muni, wani ngomong, wani mulang marang kowe. Aku ora sumelang didukani dening Romo kang Mahadhawuh. Dadi aku langsung njawab, ora ngenteni, ora nunggu dhawuh. Tak kira kowe wis ngerti, kena apa kowe wani nambani, wani nyeramahi. Titik, saiki wis awan. (Aku tadi hamba terkasih karena diperintah Tuhan menemui kalian. Sekarang aku putra terkasih, anak-anak Allah karena aku berani bersuara, berani bicara, berani mengajar kepada kalian. Aku tidak kawatir dimarahi oleh Bapa Sang Mahasabda. Jadi aku langsung menjawab, tidak menunggu, tidak menunggu perintah. Aku kira kalian sudah mengerti. mengapa kalian berani mengobati, berani memberi ceramah. Titik, sekarang sudah siang.) :Pangeram-erame, kowe mung ndelok wong suci irid-iridan. (Hal-hal yang mengerankan, kalian hanya melihat orang-orang suci berjalan beriritan) Wektu Tuhan Bersabda :Inilah Putraku yang Kukasihi .. Ana kene mung para kudus sing ngendika, kowe pantes dadi putrane Allah, dudu abdine Allah. Ana kene ngemu teges kowe layak, kowe pantes karawuhan Gusti, komunikasi langsung. Nggoleki, nyela-nyela; Ya uwis. (Disini hanya para kudus yang berbicara, kalian pantas menjadi putra Allah, bukan hambanya Allah. Disini berisi maksud kalian layak, kalian pantas kedatangan Tuhan, komunikasi langsung. Mencari, meminta waktu bertemu. Ya, begitulah) Kami mengucapkan banyak terima kasih atas wejangan yang telah kami terima. Kemudian kami ngobrol sebentar tentang pengalaman rohani yang kami terima saat itu. Jam menunjukkan pukul 13.05 Kami berdoa untuk pak Saan, para orang tua dan mertua kami. Dalam doa tersebut, pak Pudjono mendengar suara : :Dhendane pak Pudjono Sembah bekti 70X, pak Sumeri Salam Maria 4X, pak Darmono Salam Maria ping telungatus. Sing isih kok ngen-ngen rak pak Saan ta, isa munggah swarga apa ora. Wektune sesuk-sesuk, ndhak campur adhuk.(Dendanya untuk pak pudjono, Salam Maria 70X, pak Sumeri Salam Maria 4X, untuk aku Salam Maria 300X. Yang kalian angan-angan kan pak Saan, bisa naik ke surga atau tidak. Waktunya besuk-besuk, nanti malah campur aduk.) Dalam benakku, akulah yang lebih lama mengenal pak Saan, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Karena kedekatan tersebut, jangan-jangan malah sering berbeda pendapat dan berdebat. Jam 14.00

5 Yang terlihat oleh pak Pudjono, payung besar tersebut sepertinya melayang menuju ke timur . Dari dalam payung tersebut banyak orang kudus keluar turun untuk menghadiri upacara. Payung besar tersebut sepertinya bagaikan piring terbang dengan ukuran yang besar sekali berwarna putih santan tidak tembus pandang. Aku menyebutnya sebagai kemah Allah, dengan model pintu untuk keluar masuk. Jam 14.30 Yang terlihat oleh pak Pudjono kemudian, sepertinya banyak gerobag yang ditarik dua ekor sapi berisi orang putih-putih dari arah timur menuju gereja. Ada yang duduk berhadapan berkisar empat orang, tanpa sais. Terlihat juga mobil-mobil sedan kuna yang berjalan menuju gereja. Gerobag dan mobil tersebut sepertinya datang dari angkasa turun ke bawah, berhenti di depan gereja. Mendekati jam 15.00, yang terlihat oleh pak Pudjono simbul lilin menyala, gong dan yang paling dekat dengan kami, di depan kami malahan sepertinya peti mati tetapi berukuran besar sekali. Tulisan yang terlihat pak Pudjono sepertinya Judge of walls Suara yang didengar oleh pak Pudjono :Tegese batas becik karo awon(Artinya batas baik dengan jahat) Pak Pudjono sepertinya terlihat corong mike seperti akan ada perayaan besar. Kemudian dari depan gereja sepertinya berdatangan orang-orang berpakaian putih-putih bermacam-macam. Yang memimpin di depan anak kecil telanjang yang pagi tadi kelihatan. Kami bertanya kepada si anak kecil tersebut siapa dan ada suara jawaban :Jenengku Panglima Dirgahayu. Mburiku iki uwong sing tak sowanake Gusti sing bakal dipilihi, sing layak lan ora. (Namaku Panglima Dirgahayu. Belakangku ini orang-orang yang aku hadapkan kepada Tuhan, yang akan dipilih, yang layak dan tidak.) Yang akan mempimpin upacara siapa? :Romo Bravo Goodyear. Berasal dari mana? :Romo penguasa alam. Kemudian pak Pudjono melihat Tuhan Yesus berjalan dari depan gereja ke arah kami, berpakaian putih berdiri di samping peti besar. Sebelah lainnya romo Bravo berdiri dekat corong, berpakaian seperti wayang, bebedan pakaian Jawa dan bercelana hitam. Romo Bravo sepertinya melapor :Gusti semenika kula ndherekaken tiyang-tiyang ingkang sampun seda badhe dherek Gusti. Sumangga kersa Gusti anggenipin badhe mithati, sinten ingkang pantes, kaliyan ingkang mboten pantes ndherek Gusti Yesus. (Tuhan, sekarang saya menghantarkan orang-orang yang sudah wafat akan mengikut Tuhan. Terserah kehendak Tuhan yang akan memilih, siapa yang pantas, dan yang tidak pantas ikut Tuhan Yesus.) Tuhan Yesus berkata :Wis kowe padha majua siji-siji. (Sekarang kalian majulah satu persatu) Kemudian yang dilihat pak Pudjono, mereka sepertinya maju satu persatu diberkati dahinya dan ada pula yang hanya dipegang kepalanya. Mereka semua telanjang. Tuhan Yesus berkata :Sing apik lungguha ana kana. Sing elek lungaa. Sebagian ndhisik ayo tak ajak munggah. Aja nganti ana sing keri, cepet ganti kancane. (Yang baik duduklah disana. Yang jahat pergilah. Sebagian dulu hayo Aku ajak naik. Jangan sampai ada yang ketinggalan; cepat ganti temannya)

6 Tuhan Yesus sepertinya membawa rombongan tersebut naik. Arahnya sepertinya ke timur menuju ke payung besar tadi melalui jalan selendang sutra putih, jumlahnya banyak sekali. Payung besar tersebut sepertinya tenda yang ada pintunya untuk keluar masuk. Mungkin kita lebih familier dengan sebutan Kemah Allah. Kemudian terlihat sepertinya ada rombongan selanjutnya dengan baju putih lengan panjang, diluarnya dirangkapi seperti pakaian rompi hitam tanpa kancing. Kemudian romo Bravo menyerahkan corong kepada seseorang dari kelompok rompi hitam tadi. :Aku Brahmana, sing ana mburiku iki murid-muridku, anak buahku, pengikutku sing arep tak sowanake Gusti Yesus. :Gusti, kawula menika ndherekaken tiyang-tiyang ingkang sampun mboten wonten. Mangga kula aturi milah-milah, amargi Gusti ingkang kagungan nampi lan nolak sedaya tiyang wau. (Aku Brahmana; yang ada di belakangku ini murid-muridku, pengikutku yang akan aku hadapkan kepada Tuhan Yesus. :Tuhan, saya ini menghantarkan orang-orang yang sudah tidak ada. Saya persilahkan memilah-milah, karena Tuhan yang empunya, berkuasa menerima dan menolak semua orang tadi.) Tuhan Yesus menjawab :Ndang padha majua. Kowe wis tekan ngarepan-Ku. Kenal Aku apa ora? Sing ora kenal padha balia dhisik, durung layak ndherek mrana. (Segeralah maju semua. Kalian sudah di hadapan-Ku. Kenal Aku apa tidak? Yang tidak kenal Aku pulanglah dahulu, belum layak mengikut ke sana.) Kemudian yang kenal dengan Tuhan Yesus disuruh minum anggur. Beberapa saat kemudian Tuhan Yesus berkata :Wis tak potong semene dhisik, ayo padha ndhereka. (SEkarang Aku potong sekian dulu, hayo ikutlah semua.) Yang terlihat, Tuhan Yesus membawa rombongan yang diterima menuju ke tempat payung besar. Arahnya sama seperti rombongan yang pertama Kemudian, pak Pudjono melihat sepertinya ada rombongan banyak sekali baru turun dari kendaraan. Pemimpinnya memakai baju panjang putih seperti kelompok bangsa China atau berkulit putih, wajahnya bulat bersih, berjas panjang belakang, terbuka depannya. berwarna hitam. Pak Pudjono bertanya dan dijawab :Aku Bapa Walisanga. Di belakangnya berpakaian macam-macam. Ada yang bersarungan, berpeci, berkolor, wajahnya digambar warna-warni. Ada anak-anak kecil maju berdorong-dorongan sambil bergurau atau berebut tempat. Pada saat tersebut Tuhan Yesus tidak kelihatan, yang kelihatan malah Santo Yusuf. Hal tersebut membuat aku kaget malah berdebar-debar sejenak, menunggu kelanjutan penglihatan. Bapa Walisanga berkata :Aku arep matur Gusti Yesus, ning Gusti Yesus ora ana. Sing ana Bapa Yoseph. Bapa Yoseph aturna marang putramu, Gusti Yesus. Ben bocah-bocah kuwi slamet ndherek Gusti, carane piye? Aku ora bisa tekan tanpa melalui Tuhan Yesus. (Aku akan menyampaikan kata kepada Tuhan Yesus, tetapi Tuhan Yesus tidak ada. Yang ada Bapak Yoseph. Bapak Yoseph sampaikanlah kepada Putramu, Tuhan Yesus. Biar anak-anak itu selamat mengikut Tuhan, caranya bagaimana? Aku tidak bisa sampai tanpa melalui Tuhan Yesus) Bapa Yoseph menjawab :Kuwi dudu urusanku, aku bisane mung nekakake marang Gusti Yesus. Aku ora ana wewenang kanggo meksa, kanggo ngerih-erih babagan iki. Mula mung tekan semene wae, padha mundura. (Itu bukan urusanku, aku bisanya hanya menyampaikan kepada Tuhan Yesus. Aku tidak ada wewenang untuk memaksa, untuk memohon dalam hal ini. Maka hanya sampai sekian saja, mundurlah semua)

7 Bapa Walisanga bertanya :Aku oleh ngenteni ana ngendi? Utawa penere ngendi? Lan tekan kapan? Becike aku tak ngandhani sedulurku dhewe ndhisik. (Aku boleh menunggu di mana?Atau arahnya dimana? Sebaiknya aku akan memberi tahu saudaraku dulu saja). Setelah itu mereka ini tidak kelihatan, entah dimana dan kemana. Kemudian kami menunggu karena rombongan selanjutnya masih jauh sekali. Setelah itu terlihat kelompok orang yang naik kuda coklat. Pemimpinnya malah berjalan menuntun kuda paling depan. Anehnya menuntun kuda dari sebelah kanan kuda. Kemudian semakin dekat dan di belakang malah ada yang naik kereta. Ketua rombongan berkata :Aku Romo Banjar utawa Bapa Banjar. Badhe nyowanaken tiyang-tiyang ingkang sampun seda dumateng Gusti Yesus. (Saya Romo Banjar atau Bapa Banjar. Akan menghadapkan orang-orang yang sudah meninggal kepada Tuhan Yesus.) Yang terlihat oleh pak Pudjono kemudian, Tuhan Yesus sekarang berjubah hitam mencondongkan badan ke depan dan kedua tangannya diangkat menengadah ke bawah. :Padha nyedhaka lan tumuruna saka tumpakanmu, saka keretamu, saka kudamu. Pada majua, kowe rak isih warga Yahudi, warga Israel, warga kang ketengen. Mula ndang munggaha bareng. (Mendekatlah semua dan turunlah dari kendaraan kalian, dari kereta kalian, dari kuda kalian. Majulah semua, kalian kan masih warga Yahudi, warga Israel, warga yang terpilih. Maka segeralah naik bersama.) Semuanya dibawa ke atas, ketempat payung besar berada. Aku agak bingung dan heran, karena semuanya dibawa naik ke kemah Allah. Untuk sementara, kami berhenti konsentrasi karena ada tamu warga gereja, seorang katekis menemui kami. Kami ngobrol sebentar. (Kami duduk bertiga di teras, menghadap jalan raya, sehingga kelihatan dari jalan seperti sedang ngobrol). Kemudian kami bertanya mengapa keluarga Yahudi, Israel dan terpilih dibawa semua. Cirinya apa? Dan ada suara jawaban, dengan penglihatan seseorang yang sedang berjalan menunduk, tangan bersatu dibawah seperti menghormat. :Aku wis ngerti sapa kowe lan kowe wis ngerti sapa Aku. Cirine meleta (menjulurkan lidah), ana gambare putih. Wong Israel Yahudi kuwi saka rambute, saka praupane uwis ketok yen kuwi umatku. (Aku sudah tahu siapa kalian dan kalian sudah tahu siapa Aku. Cirinya julurkan lidah, ada gambarnya putih. Orang Israel Yahudi itu dari rambutnya, dari raut wajahnya sudah kelihatan kalau mereka ini umatKu.) Mengapa kelompok Walisanga kok Gusti tidak memperlihatkan diri. Suara yang terdengar :Nerak saka sandhangane sing nyowanke, uwis katon. (Tidak sesuai dengan pakaiannya yang menghadapkan, sudah kelihatan.) Kemudian ada kelompok yang gemuk-gemuk tidak berbaju, bawahnya seperti pakaian wayang. Suara yang didengar oleh pak Pudjono :Kaya ngene kuwi kelompok ancaman baru. Sing mimpin Mikhael Monief . Kelompok pengrusak adat. Ketoke apik ning duwe rencana awon. Entenana, wonge ben mara dhewe. (Seperti ini kelompok ancaman baru. Yang memimpin Mkhael Monief. Kelompok pengrusak adat. Kelihatannya baik tetapi mempunyai rencana jahat. Tunggulah, orangnya biar datang sendiri.) Yang terlihat oleh pak Pudjono, Mikhael Monief berlutut menyembah Tuhan Yesus, tetapi Tuhan Yesus tidak bereaksi apa-apa. Suara yang terdengar bahkan :Mesthine kowe ora

8 pantes ndherek perjamuan. Mesthine kowe ora susah sowan. Kiblatmu wis liya. Kowe sumingkira. Aja netegi wong kang pantes ndherek Gusti. Mula enggal mundura. (Mestinya kalian tidak pantas ikut perjamuan. Mestinya kalian tidak usah menghadap. Kiblat kalian sudah lain. kalian menyingkirlah. Jangan menghalangi orang yang pantas ikut Tuhan. Maka cepatlah mundur.) Mereka mundur semua, dan entah hilang kemana. Kemudian pak Pudjono melihat di belakang rombongan Mikhael Monief banyak kelompok orang seperti masih primitif, memakai bulu di rambut. Hampir seperti model di pewayangan. Pemimpinnya bernama Bapa Kuncala Manik. Dia mendekat di corong berdiri dan berkata :Gusti, kawula sampun pejah. Sakmenika kula badhe ndherek Gusti. Menapa leres penjengan menika Gusti kawula Allah kawula? Menawi leres, kawula sak rombongan badhe ndherek mulya. (Tuhan, kami sudah meninggal. Sekarang kami ingin ikut Tuhan. Apakah benar bahwa Engkau Tuhan kami? Jikalau benar, kami serombongan ingin ikut mulia.) Tuhan Yesus menjawab :Kowe mundura, pacakanmu ilangana. Rombai-rombaimu buwangen. (Kalian mundurlah, hiasan kalian hapuslah. Rumbai-rumbai kalian buanglah) Yang terlihat, mereka membuang seluruh ubarampe yang mereka pakai, semua hiasan tersebut sudah dibuang. Kemudian pak Pudjono mendengar suara :Lagi tak pilihi, sapa kang pantes lan sapa kang keri. (Aku baru memilih, siapa yang pantas dan siapa yang ditinggal) Sepertinya Tuhan Yesus berbicara kepada kami :Sing penting rungakna dhisik. Uwong kaya ngono kuwi malah akeh sing munggah swarga...... Ayo padha ndhereka, dalane munggah mrana kae. Sing isih keri kuwi nek perlu utawa yen kenal, becike dongakna, suwuna ngapura. Bapa bakal nampa. Titik. (Yang penting dengarkanlah dahulu. Orangorang seperti ini malah banyak yang naik ke surga. Hayo ikutlah semua, jalannya naik kesana itu. Yang masih tertinggal itu kalau perlu atau kalau kenal, sebaiknya kalian doakan, mintalah pengampunan. Bapa akan menerima. Titik.) Kemudian Tuhan Yesus berkata lagi untuk kami :Becike kowe padha nyembaha, Gusti arep kondur. (Sebaiknya kalian menyembah sijud, Tuhan akan kembali pulang). Kemudian kami menyembah dengan cara kami masing-masing dan terlihat Tuhan Yesus sepertinya terbang ke arah timur laut, masuk ke dalam payung besar bersama-sama dengan mereka yang terpilih. Peti besar masih terlihat, yang menjadi pertanyaan kami. Suara yang didengar pak Pudjono :Ya entenana wae kabare. (Ya tunggulah saja kabarnya) Mendekati pukul 17.00 Payung besar kemah Allah tersebut sepertinya melayang ke arah barat. Semakin jauh dan semakin jauh dan mulai tidak kelihatan. Tuhan, terima kasih bahwa Engkau telah memberikan pangeram-eram yang begitu hebat bagi kami. Terpujilah Allah selama-lamanya. Amin. Kami ngobrol dengan sukacita dan merasa bingung dengan undangan Tuhan Yesus sewaktu masih di Bandung. Pangeram-eram akan ada orang bertobat dan orang akan dibaptis tidak kami lihat dan alami. Malah penampakan yang begitu menakjubkan dan masih banyak yang menjadi tandatanya untuk dijabarkan.

9 Kami menunggu jemputan sambil mampir di warung hik-hik di depan gereja. Sesaat kemudian kami dijemput kembali menuju rumah dik Bandono dan berjanji menerima undangan Priyono menginap di rumahnya yang di Matesih. Sore itu kami melanjutkan perjalanan ke rumah Priyono keponakanku yang ada di Matesih. Malamnya banyak orang yang berdatangan untuk konsultasi dengan pak Pudjono. Aku ngobrol dengan mas Kardjo para saudara dan tetangga sampai jam 03.00 pagi. 4 Maret 2010 Hari Kamis setelah ngobrol dengan para saudara yang memerlukan bantuan/ konsultasi, kami pergi ke sungai di belakang rumah. Ada orang yang tenggelam telah empat hari belum diketemukan. Kami mencoba membantu apakah bisa menemukan mayat yang belum ketemu tersebut. Dalam bayangan pak Pudjono orang tersebut masih ada di dalam sungai, yang kelihatannya terjepit batu yang memang penuh dengan batu-batu besar. Dari hasil komunikasi rohani dan penglihatan, badan orang tersebut sudah terlepas dari batu, tinggal sebelah tangan yang masih terjepit. Suara yang terdengar setelah diadakan komunikasi rohani, orang tersebut akan dilepaskan besok paginya pada hari Jumat. Kelanjutannya kami tidak tahu karena akan melanjutkan perjalanan lagi. Sore malam harinya kami diundang untuk ikut APP yang diadakan di lingkungan Priyono yang masuk paroki Karanganyar. Namun daerah tersebut masuk ke dalam wilayah kabupaten Sukoharjo. Salah satu acara malam itu adalah upacara peneguhan calon katekumen dari lingkungan tersebut yang ingin menjadi Katolik. Aku berpikir apakah ini yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus sewaktu kami diminta untuk datang ke Sukoharjo. Dalam benakku yang terpikir hanya betapa surga bersukacita karena ada orang yang bertobat dan akan dibaptis. Apa yang bisa aku lakukan untuk bisa bersukacita bersama para kudus? Akhirnya aku hanya bisa memberikan rosarioku satu-satunya yang aku bawa untuk ibu Totok sebagai salah satu katekumen. Kami bertiga ngobrol, apakah pesan Tuhan Yesus agar kami diminta ke Sukoharjo adalah sembahyangan di lingkungan Priyono ini. Ada orang yang akan bertobat, ada orang yang akan dibaptis. Undangan dalam acara APP ini tidak masuk dalam rencana perjalanan kami, karena yang terpikir hanya di gereja Sukoharjo. Kemuliaan kepada Allah, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Allah Tritunggal yang Mahakudus. Allah kami, sesembahan kami. Seperti sekarang, selalu dan sepanjang segala Abad. Amin Terpujulah keluarga kudus panutan kami, Tuhan Yesus, Bunda Maria dan Santo Yusuf. Sekarang dan selama-lamanya. Amin. jdarmono@gmail.com

You might also like