You are on page 1of 26

2009

Analisa Gula Pada Jeruk Siam dan Sunkis

TBKKP.TPL.2008 AKADEMI TEKNOLOGI YOGYAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Jeruk adalah salah satu buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, selain rasanya yang manis, tampilannya menarik juga memiliki berbagai macam manfaat bagi tubuh. Selain kaya vitamin dan mineral, jeruk juga mengandung serat makanan yang esensial (sangat dibutuhkan tetapi tidak dapat dibuat oleh tubuh) bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh normal. Masyarakat banyak mengkonsumsi jeruk karena harganya yang relatif terjangkau juga mudah didapat dimana-mana. Jeruk yang memiliki tampilan yang segar dan rasa yang manis akan menjadi pilihan yang paling utama. Terdapat dua macam jeruk ditinjau dari produksinya yaitu jeruk lokal dan jeruk import. Jeruk import kebanyakan menjadi pilihan konsumen karena tampilannya yang menarik dibanding jeruk lokal. Tetapi sebenarnya jeruk lokal memiliki rasa yang lebih manis. Kebanyakan jeruk yang dibeli masyarakat adalah jeruk impor mungkin karena masyarakat ingin menikmati rasa yang lebih enak dari jeruk lokal, biasanya rasa manis yang dicari oleh para konsumen. Rasa manis dari jeruk ini dipengaruhi oleh kadungan gula alami yang terkandung di dalammnya. Meskipun jeruk impor memiliki rasa yang lebih nikmat tapi jeruk lokal juga perlu dibudidayakan agar pertanian kita mengalami kemajuan ,untuk itu ada suatu keinginan kami untuk

menganalisa kandungan gula yang terkandung dalam jeruk siam yang merupakan komoditi tanamam jeruk di Indonesia .

B. Tujuan Membandingkan sifat fisik dari jeruk sunkist (Australia) dan jeruk siam serta membandingkan kadar gula yang dikandung jeruk Sunkist dan jeruk siam.

C. Tinjauan Pustaka Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga Citrus dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak di antara

anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang menjadi terkandung pada semua anggotanya. Sebutan "jeruk" kadang-kadang juga disematkan pada beberapa anggota marga lain yang masih berkerabat dalam suku yang sama, seperti kingkit. Dalam bahasa sehari-hari, penyebutan "jeruk" atau "limau" (di Sumatra dan Malaysia) seringkali berarti "jeruk keprok" atau "jeruk manis". Di Jawa, "limau" (atau "limo") berarti "jeruk nipis". Jeruk sangatlah beragam dan beberapa spesies dapat saling bersilangan dan menghasilkan ('interspecific hibrida hybrid) antar yang spesies memiliki

karakter yang khas, yang tetuanya. seringkali menyulitkan

berbeda dari spesies Keanekaragaman ini

klasifikasi, penamaan anggota-anggotanya, melihat perbedaan

dan pengenalan terhadap karena orang baru dapat

setelah bunga atau buahnya muncul. Akibatnya tidak diketahui dengan jelas berapa banyak jenisnya. Penelitian-penelitian terakhir menunjukkan adalah keterkaitan kuat Citrus dengan genus Fortunella (kumkuat), Poncirus, serta Microcitrus dan Eremocitrus, sehingga ada kemungkinan dilakukan penggabungan. Citrus sendiri memiliki dua anakmarga (subgenus), yaitu Citrus dan Papeda. Asal jeruk adalah dari Asia Timur dan Asia Tenggara, membentuk sebuah busur yang membentang dari Jepang terus ke selatan hingga kemudian membelok ke barat ke arah India bagian timur. Jeruk manis dan sitrun (lemon) berasal dari Asia Timur, sedangkan jeruk bali, jeruk nipis dan jeruk purut berasal dari Asia Tenggara. Banyak anggota jeruk yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan, wewangian, maupun industri. Buah jeruk adalah sumber vitamin C dan wewangian/parfum penting. Daunnya juga digunakan sebagai rempah-rempah. Jeruk, buah yang sangat populer, mudah diperoleh, dan relatif murah itu, ternyata mengandung banyak zat gizi yang baik bagi kesehatan dan pencegahan penyakit. Jeruk telah lama dikenal sebagai buah dengan rasa segar dan bergizi baik.

Selain sangat kaya vitamin dan mineral, ia juga mengandung serat makanan yang esensial (sangat diperlukan tetapi tidak dapat diproduksi dalam tubuh) bagi pertumbuhan dan berkembangan tubuh normal. Senyawa non-gizi yang dikandungnya ternyata juga membantu menurunkan risiko terkena beberapa jenis penyakit kronis, seperti kardiovaskuler, kanker, dan katarak. Sayangnya, selama ini jeruk telanjur terkenal hanya sebagai sumber vitamin C. Padahal, buah bulat ini juga mengandung sederetan zat gizi esensial lainnya, yang meliputi karbohidrat (zat gula dan serat makanan), potasium, folat, kalsium, thiamin, niacin, vitamin B6, fosfor, magnesium, tembaga, riboflavin, asam pantotenat, dan senyawa fitokimia. Keunggulan lainnya, jeruk tidak mengandung sodium, lemak, dan kolesterol. Kandungan kalorinya pun rendah, sehingga tidak akan membangkitkan kekhawatiran bagi mereka yang berupaya menurunkan bobot badan. Sebuah jeruk segar berukuran sedang cuma mengandung 60 80 Kkal. Karbohidrat dalam jeruk merupakan karbohidrat sederhana, yaitu fruktosa, glukosa, dan sukrosa. Karbohidrat kompleksnya berupa polisakarida non-pati (secara umum dikenal sebagai serat makanan) yang baik untuk kesehatan. Serat makanan ini di dalam tubuh akan mengikat zat gizi larut dalam air pada suatu gel-matriks, sehingga dapat memperlambat proses pengosongan lambung serta proses pencernaan dan penyerapan. Keadaan itu akan memperpanjang rasa kenyang, dan menurunkan laju penyerapan glukosa sehingga dapat membantu mencegah lonjakan kadar gula darah. Serat makanan juga membantu menurunkan kadar kolesterol dalam plasma dengan cara mengganggu proses reabsorpsi asam empedu. Dengan mengkonsumsi sebuah jeruk ukuran sedang dalam satu hari, serat makanannya kira-kira 3,0 g, dapat memberikan kontribusi cukup berarti bagi pemenuhan kebutuhan zat itu bagi tubuh yang disarankan sekitar 25 g per hari. Vitamin paling dikenal yang terkandung dalam jeruk adalah vitamin C. Vitamin esensial larut air ini memainkan peranan kunci dalam proses pembentukan kolagen yang merupakan komponen dasar pembentukan jaringan penghubung dalam

tubuh. Pembentukan kolagen optimal sangat diperlukan untuk pembentukan ligamen, tendon, dentin, kulit, pembuluh darah, dan tulang. Juga membantu proses penyembuhan luka dan perbaikan jaringan. Vitamin C juga berperan dalam proses penyerapan zat besi non-organik (zat besi dari makanan non hewani), sehingga dapat mencegah dan membantu penyembuhan anemia. Sekarang vitamin C juga menyedot perhatian lantaran kemampuannya sebagai antioksidan, yang dapat membantu mencegah kerusakan sel akibat aktivitas molekul radikal bebas. Dalam tubuh molekul radikal bebas mengoksidasi protein, asam lemak, dan DNA. Kerusakan akibat radikal bebas berimplikasi pada timbulnya sejumlah penyakit, termasuk kanker, kardiovaskuler, dan katarak. Secara signifikan, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa asupan vitamin C yang tinggi dari makanan, termasuk jeruk segar, dapat mencegah kenaikan LDL teroksidasi. Kadar LDL teroksidasi tinggi merupakan faktor utama berkembangnya penyakit jantung. Beberapa penelitian epidemiologi memang telah memperlihatkan hubungan signifikan antara asupan vitamin C dengan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Tingkat konsumsi makanan dengan kandungan folat tinggi, seperti jeruk segar atau dalam bentuk jus, akan meningkatkan kadar folat. Peningkatan kadar folat akan menurunkan kadar homocystein, yang merupakan racun bagi dinding pembuluh darah. Dengan menurunnya kadar homocystein, risiko penyakit kardiovaskuler juga berkurang. Vitamin C dalam bebuahan, termasuk jeruk, secara ilmiah juga bisa dijelaskan peranan positifnya dalam memberikan perlindungan tubuh terhadap kanker. Hasil penelitian epidemiologi menunjukkan, tingkat konsumsi bebuahan, salah satunya jeruk, dan sesayuran yang tinggi memiliki efek perlindungan terhadap kanker lebih baik dibandingkan dengan tingkat konsumsi vitamin C (dari makanan suplemen) yang tinggi. Karena oksidasi lensa mata memainkan peranan penting pada pembentukan penyakit katarak, peranan antioksidan, termasuk vitamin C, menjadi penting. Dari

hasil penelitian diperlihatkan bahwa individu dengan konsentrasi vitamin C dan karotenoid dalam darah yang tinggi memiliki risiko terkena katarak lebih rendah. Namun, tidak ada bukti yang memperlihatkan bahwa asupan vitamin C yang tinggi dalam jangka waktu lama menurunkan risiko terkena katarak. Jeruk sebagai sumber vitamin C juga diduga memberikan efek pencegahan dan penyembuhan terhadap penyakit seperti pengeroposan tulang (osteoporosis), batu ginjal, gangguan fungsi kognitif, dan asma. Tetapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan dugaan tersebut. Untuk memelihara kesehatan dan menjaga kecukupan cadangan vitamin C dalam tubuh, disarankan untuk mengkonsumsi vitamin C sebanyak 30 100 mg per hari. Kebutuhan ini sudah cukup terpenuhi dengan sebuah jeruk berukuran sedang. Jeruk seukuran itu mengandung sekitar 70 mg vitamin C. Atau, dengan mengkonsumsi satu gelas, sekitar 225 ml, jus jeruk per hari. Walaupun beberapa penelitian terbaru menunjukkan, konsumsi di atas 200 mg per hari dapat secara optimal mencegah timbulnya beberapa penyakit kronis, mengkonsumsi vitamin C dalam bentuk suplemen secara berlebihan (di atas 500 mg per hari) dapat menimbulkan efek negatif, terutama bagi mereka yang berisiko menderita kelebihan zat besi. Menjaga tekanan darah normal. Vitamin esensial larut air lainnya yang terkandung dalam jeruk adalah folat. Vitamin ini membantu produksi DNA dan RNA serta pematangan sel-sel darah merah, yang pada akhirnya dapat mencegah anemia. Konsumsi folat per hari disarankan 180 mcg untuk wanita dan 200 mcg untuk pria. Sebagian kebutuhan itu bisa dipasok dari jeruk. Dalam satu gelas, 225 ml, jus jeruk terkandung 75 mcg asam folat bagi tubuh. Selain itu jeruk juga mengandung beberapa jenis mineral. Salah satunya potasium. Mineral esensial ini berperan memelihara keseimbangan asam dan air dalam tubuh. Sebagai komponen penting elektrolit, potasium memainkan peranan pada transmisi impuls syaraf ke otot, proses kontraksi otot, dan menjaga tekanan darah normal. Konsumsi potasium disarankan sebanyak 2000 mg per hari. Sebagian jumlah itu bisa dipenuhi oleh jeruk. Segelas, 225 ml, jus jeruk memberikan 500 mg potasium. Memang, kasus kekurangan potasium sangat jarang ditemukan. Perhatian lebih banyak tertuju pada rasio konsumsi sodium terhadap potasium. Rasio tinggi merupakan faktor risiko terhadap penyakit kronis.

Dalam jeruk juga terkandung senyawa fitokimia. Senyawa khas tanaman ini memiliki efek fisiologis luas dan membantu mencegah timbulnya berbagai jenis penyakit kronis, termasuk kanker dan penyakit jantung. Mekanisme pencegahannya meliputi kemampuannya sebagai antioksidan, efeknya pada proses pembelahan sel, meningkatkan aktivitas enzim dalam menghilangkan karsinogen (zat penyebab kanker), dan pemblokiran senyawa nitrosamin. Asupan senyawa ini hanya dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan asal tanaman, salah satunya jeruk, sebagai bagian dari menu makanan sehari-hari. Jeruk Pontianak yang dikenal sebagai jeruk siam atau jeruk keprok ini memiliki cirri antara lain buahnya berwarna hijau kekuningan, mengkilat, dan permukaannya halus. Ketebalan kulitnya sekitar 2mm. Berat tiap buah sekitar 75,6 g. Bagian ujung buah berlekuk dangkal. Daging buahnya bertekstur lunak dan mengandung banyak air dengan rasa manis yang segar. Setiap buah mengandung sekitar 20 biji. Jeruk siam tumbuh berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi 2-8 meter. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batangnya bulat atau setengah bulat dan memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk yang sangat rindang. Ciri khas lainnya tanaman ini adalah dahannya kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daunnya berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau lanset dengan pangkal tumpul dan ujung memncing seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengkilat sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan lebar 1,5-4 cm. Tangkai daunnya bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan tidak bersayap. Fungsi Buah Jeruk Berkat kulitnya yang mudah dikupas dan rasanya yang khas, yang bervariasi dari asam pada beberapa kultivar sampai sangat manis pada beberapa kultivar lain, sebagian besar jeruk siam dimakan segar. Selain dimakan jeruk dipergunakan sebagai bahan minuman. Beberapa jenis jeruk dapat digunakan sebagai obat. Segmen-segmen buah dikalengkan dan sari buahnya diekstrak dari buah jeruk siam ini. Pektin dan rninyak atsiri diambil dari kulit buah, yang di Indonesia dijadikan bahan rujak. Sampai saat ini belum ada perusahaan swasta yang mengolah jeruk menjadi minuman kaleng, sirup jeruk atau tepung jeruk.

Klasifikasi Jeruk Siam Tabel 1 Klasifikasi ilmiah jeruk siam Kerajaan Divisio Kelas Subkelas Ordo Familia Genus Sesies Plantae Magnoliophyta Magliopsida Rosidae Sapindales Rutaceae Citrus C.nobilis

Berdasarkan berat tiap buah, jeruk siam digolongkan dalam 4 ukuran yaitu kelas A,B,C dan D yang masing-inasing digolongkan dalam 2 jenis mutu yaitu Mutu I dan Mutu II.

Tabel 2 Klasifikasi Jeruk Siam Berdasarkan Berat Buah Per Gram Kelas A B C D Diameter (cm) >7,1 6,1-7,0 5,1-6,0 4,0-5,0 Berat (gram) > 151 101- 150 51 100 <50

Syarat mutu Tabel 3 Syarat Mutu Jeruk Siam Karakter Istik Mutu I Syarat Mutu II Seragam Cara Pengujian Organoleptik

Kesamaan sifat Seragam varietas Tingkat ketuaan Tua Kesamaan varietas tapi tidak

sifat Tua,

tapi

tidak Organoleptik

Seragam, terlalu matang terlalu

matang

Kekerasan

Keras

Cukup keras

Organoleptik

Ukuran

Seragam

Kurang Seragam

SP-SMP-309-1981

Kerusakan, % (buah/buah)

10

SP-SMP-310-1981

Kotoran Bebas 1 Bebas Busuk, %

SP-SMP-31 1-1981

CARA UJI GULA

Menurut SNI 01-2892-1992, cara uji gula, ada beberapa metode cara uji pada gula yaitu: a. Metode Luff Schoorl b. Metode Lane Eynon Pada makalah ini metode yang digunakan adalah metode Luff Schoorl. Dipilih metode ini karena sangat menguntungkan dalam menganalisa gula nabati yang termasuk sukrosa yang merupakan rasa manis dasar sakarosa adalah disakarida , yang apabila direduksi adalah akan menghasilkan monosakarida yang bersifat pereduksi. Monosakarida tersebut akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititer dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal NaOCl) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya

akan dititar dengan larutan standar natrium thiosulfat sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indicator amilum, maka penambahannya sebelum titik ekivalen. Pada prinsipnya, iodometri merupakan reaksi reduksi oksidasi karena terjadi perubahan bilangan oksidasi (biloks) dari zat-zat yang terlibat dalam reaksi, dalam hal ini transfer electron dari pasangan pereduksi kepasangan pengoksidasi. Oksidasi adalah pelepasan satu atau lebih elektron dari suatu atom, ion atau molekul. Sedangkan reduksi adalah penangkapan satu atau lebih electron. Tidak ada dalam elektron bebas dalam sistem kimia, oleh karena itu pelepasan elektron (oksidasi) selalu diikuti penangkapan elektron (reduksi).

Indikator Pada iodometri titrasi selalu berkaitan dengan I2, meskipun warna I2 berbeda dengan I2, secara teoritis untuk titrasi ini tidak memerlukan indikator, tapi karena warnanya dalam keadaan sangat lemah maka pada titrasi ini diperlikan indikator. Indikator yang digunakan adalah indikator amilum dan I2 akan bereaksi dan reaksinya adalah reaksi dapat balik.

D. Hipotesis Jeruk siam memiliki kadar gula yang lebih besar dibandingkan dengan sunkist sehingga mampu bersaing di pasaran.

10

Gambar 2. Sari buah jeruk

11

BAB II

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Bahan yang Digunakan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Larutan KI 20 % Larutan H2SO4 25 % Larutan Na2S2O3 0,1 N Indikator amilum Larutan timbal asetat 10 % Larutan luff school HCl

B. Alat yang Digunakan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Erlenmeyer Pipet gondok 10 ml, 15 ml, 25 ml Batu didih (pecahan keramik) Pemanas mantel Buret 50 ml Statif dan klem Labu ukur 50 ml Corong gelas Pengaduk kaca

10. Kaca arloji

C. Langkah Kerja 1. Pembuatan Larutan Dan Standarisasi a. Pembuatan Tio 0,1 N 250 ml 1) Menimbang 6,25 gr Na2S2O3 menggunakan neraca analitik, lalu larutkan dengan aquades secukupnya, aduk hingga homogen. 2) Menimbang 75 mg Na2CO3 menggunakan neraca analitik, lalu larutkan dengan aquades secukupnya, aduk hingga homogen.

12

3) Masukkan kedua larutan tersebut diatas kedalam labu ukur 250 ml lalu tambahkan aquades hingga garis batas. b. Pembuatan larutan luff schorl 1) Menimbang 2,5 gr CuSO4 lalu larutkan dengan aquades sebanyak 10 ml, masukkan kedalam gelas beker lalu aduk dengan spatula hingga homogen. 2) Menimbang 5 gr asam sitrat lalu larutkan dengan aquades 5 ml, masukkan kedalam gelas beker lalu aduk dengan spatula hingga homogen. 3) Didihkan air sebanyak 30 ml menggunakan kompor pemanas. 4) Setelah mendidih tambahkan 38,8 gr Na2CO3 sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk sampai homogen. 5) Masukkan ketiga larutan diatas kedalam labu ukur 100 ml lalu tambahkan aquades hingga tanda batas. c. Pembuatan larutan KI 20 % Menimbang 20 gr KI menggunakan neraca analitik lalu larutkan

menggunakan aquades, masukkan kedalam labu ukur 100 ml tambahkan aquades hingga tanda batas. d. Pembuatan larutan H2SO4 25% Karena adanya H2SO4 98% maka perlu pengenceran hingga konsentrasi 25% dengan volume sampai 100 ml V1 x N1 V1 x 25% V1 e. Amylum 1% 1) Menimbang 1 gr kanji lalu larutkan dengan aquades secukupnya, aduk hingga homogen. 2) Menimbang 1 gr NaCl lalu larutkan dengan aquades secukupnya, aduk hingga homogen. 3) Masukkan kedua larutan tersebut kedalam labu ukur 100 ml lalu tambahkan aquades sampai tanda batas dan kocok hingga homogen. f. Pb asetat 10 % Menimbang 10 gr Pb larutkan dengan aquades menjadi 100 ml g. Asam Oksalat 10 % = = = V2 x N2 100 x 98% 25,51 ml

Maka diambil 25,51 ml lalu dilarutkan dengan aquades menjadi 100 ml.

13

Menimbang 10 gr Asam Oksalat lalu dilarutkan dengan aquades, masukkan kedalam labu ukur 100 ml tambahkan hingga tanda batas. h. Standarisasi Thiosulfat 1) Menimbang 120- 150 mgram Kalium bikromat kristal Kemudian larutkan ke dalams aquades 25 ml kedalam erlenmayer 2) Menambahkan 2 gram KI kristal dan 5ml HCl pekat 3) Menitrasi dengan larutan tio Sulfat sampai terjadi perubahan warna dari coklat menjadi kuning dan tambahkan indikator amilum sebanyak 3 tetes dan titrasi kembali dengan larutan Tio Sulfat sampai menjadi warna hijau kebiruan. 4) Mengulangi langkah percobaan diatas sebanyak 2 kali 5) Mencatat hasil percobaan

2.

Penetapan Kadar Gula a. Timbang seksama 2 gram cuplikan dan masukkan ke dalam labu ukur 50 ml tambahkan air dan kocok. b. Tambahkan 5 ml Pb asetat 10 % dan goyangkan. c. Teteskan 1 tetes larutan Asam Oksalat 10% (bila timbul endapan putih maka penambahan Pb asetat 10 %). d. Tambahkan 15 ml larutan Asam Oksalat 10% untuk menguji apakah Pb asetat 10% sudah diendapkan seluruhnya, teteskan 1-2 tetes Asam Oksalat 10%. Apabila tidak timbul endapan berarti penambahan Asam Oksalat 10% sudah cukup. e. Goyangkan dan tepatkan isi labu ukur sampai tanda garis dengan air suling, kocok biarkan dan saring. f. Pipet 10 ml laruta hasil penyaringan dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml. g. Tambahkan 15 ml air suling dan 25 larutan Luff (dengan pipet) serta beberapa butir batu didih. h. Panaskan terus-menerus 10 menit (pakai stopwatch) keinudian angkat dan segera dinginkan dalam bak berisi es (jangan goyang). i. Setelah dingin tambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 25 ml larutan H2SO4 25% (hati-hati terbentuk gas CO2).

14

j. Titar dengan larutan tio 0,1 N dengan larutan A amilum sebagai indikator, misalkan dibutuhkan Vi ml tio 0, 1 N. k. Kerjakan penetapan blanko dengan 25 ml air dan 25 ml larutan Luff, misalkan dibutuhkan V2 ml tio 0, 1 N. l. mengulangi lankah sebanyak 2 kali dan mecatat infomarsi yang diperoleh

Perhitungan: (V2- V1) ml tio yang dibutuhkan oleh contoh dijadiikan ml 0,1000 N kemudian dalam tabel pherry cari berapa mg glukosa yang tertera untuk ml tio yang dipergunakan (misalnya W1 mg). % gula sebelum inverse = Keterangan: Wl = glukosa, mg fp = faktor pengenceran W = bobot contoh (mg)

15

RANGKAIAN ALAT TITRASI

Buret Klem

Statif

elenmayer

pemanas

Gambar 2. Rangkaian alat titrasi D. Rumus dan Perhitungan a. Data Praktikum 1. Standarisasi Na2S2O3 Tabel 4 hasil standarisasi Na2S2O3 Titrasi 1 2 3 m Bikromat 0,125 gram 0,1381 gram 0,1353 gram V tio 27,05 29,00 28,50 Perubahan warna Coklat kuningbiru kehijauan Coklat kuningbiru kehijauan Coklat kuningbiru kehijauan

2.

Konsentrasi Na2S2O3 yang telah distandarisasi = 0,0963 N

16

3.

Sampel jeruk siam(Pontianak) Berat sari jeruk siam = 2,0147 gram, diendapkan dan diencerkan hingga 50 ml. Dianalisa 10 mL Tabel 5 Penetapan kadar Jeruk siam No Volume sampel 1 2 3 Rata-rata 10 10 10 10 V tio Sulfat (ml) 18,7 18,8 18,5 18,67 Coklat kuningcoklatputih susu Coklat kuningcoklatputih susu Coklat kuningcoklatputih susu Perubahan warna

4.

Sampel jeruk Sunkist (Australia) Berat sari jeruk Sunkist = 2,0056 gram, diendapkan dan diencerkan hingga 50 ml, dianalisa 10 ml Tabel 6 Penetapan kadar Jeruk Sunkis

No

V sampel

Volume Tio (ml) 20,15 19,6 20,10 19,95

Perubahan warna Coklat kuningcoklatputih susu Coklat kuningcoklatputih susu Coklat kuningcoklatputih susu

1 2 3 Rata-rata

10 10 10 10

5.

Volume Na2S2O3 untuk blangko = 26,3 ml

b. Perhitungan 1. Standardisasi Larutan Na2S2O3 N Na2S2O3

N Na2S2O3

17

N Na2S2O3 N Na2S2O3 N Na2S2O3 rata-rata 2. Jeruk Siam a. Selisih titrasi blangko dan sampel 0,0963 N Tio = Volume Thio untuk titrasi blanko V thio untuk titrasi sampel = 26,3 18,67 = 7,63 ml b. Selisih titrasi blangko dan sampel 0,1 N Tio = = 7,3477 ml Glukosa = mgram (7ml) + mgram (0,3477ml) = 17,2 + 0,3477 x 2,6 = 17,2 + 0,904 = 18,104 mgram Glukosa total = = 90,52 mgram = 0,0901 gram Kadar =

= = 4,47 % b/b

18

3. Jeruk Sunkist a. Selisih titrasi blangko dan sampel 0,0963 N Tio = 26,3 19,95 = 6,35 ml b. Selisih titrasi blangko dan sampel 0,1 N Tio = = 6,1151 ml Glukosa = mgram (6ml) + mgram (0,1151ml) = 14,7 + (0,1151 x 2,5) = 14,7 + 0,2876 = 14,9876 mgram Glukosa total = = 74,938mgram = 0,0749 gram Kadar =

= = 3,74% b/b

19

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN


A. Pembahasan Berdasarkan literatur, komposisi dari buah jeruk secara umum antara lain: Air : 58,1 Gula : 4,5 Pati : 0 Serat makanan : 2,0 Total nitrogen : 0,12 Vitamin C Sumber: Person's Chemical Analysis of Food a. Metode Penetapan kadar Seperti tinjauan Pustaka diatas Schoorl.Dimana metode yang digunakan adalah metode Luff

dalam menganalisa gula nabati yang termasuk sukrosa yang

merupakan rasa manis dasar sakarosa adalah disakarida , yang apabila direduksi adalah akan menghasilkan monosakarida yang bersifat pereduksi.Mono sakarida tersebut akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehinnga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititer dengan larutan Na2S2O3.Dan volume tio yang habis ini yang akan dimasukan ke tabel luff Schoorl. b. Penjelasan Tiap Langkah Praktikum 1. Standarisasi larutan Na2S2O3 Standarisasi larutan Na2S2O3 kalium bikromat bertujuan untuk mencari kosentrasi larutan Na2S2O3 yang digunakan sebagai larutan standar pada proses titirasi untuk penentuan kadar gula karena pada proses titrasi larutan terlebih dahulu harus diketahui konsentrasinya untuk mencari larutan yang akan ditirasi.Natrium Thiosulfat kami pilih untuk larutan standar karena reaksinya sangat cepat sampai selesai dan tidak ada reaksi sampingan .Jika pH diatas 9 Thiosulfat teroksidasi menjadi sulfat 4I2 + S2O328I- + 2SO4 + 10H+

Dalam larutan yang netral atau sedikit alkalin oksidasi menjadi sulfat tidak muncul terutama jika iodium digunakan sebagai titran . Standarisasi larutan Natrium Thiosulfat biasanya menggunakan standar yang terbuat dari agen

20

pengoksidasi yang kuat yang akan membebaskan

iodin dari iodida, dalam

preaktikum kali ini kami menggunakan kalium bikromat karena senyawa ini mempunyai berat ekuvalen yang sangat tinggi serta larutan-larutanya sangat stabil dan merupakan pengoksidasi yang kuat Cr2O7 + 6I- + 14 H+ I2 + S2O322. Penetapan kadar gula Dalam penetapan kadar gula ini kita menggunakan pereaksi yaitu larutan luff Schorll sebelum kita menetapkan kadar gula reduksi pada sampel. Disini kita melakukan reparasi pada sampel terlebih dahulu. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dan tambahkan aquades sedikit hal ini untuk mengencerkan saja dan masukan kedalam labu ukur 50 ml . dan tambahkan Pb asetat 10 % hal penambahan timbal in dimaksudkan untuk mengikat kandungan kandungan yang ada di dalam sampel selain gula seperti pati,serat dan lain lain ,setelah pb asetat ditambahkan sebanyak 5 ml dilakukan penambahan asam oksalat sebagai indikasi penambahan Pb asetat sudah cukup. Dan tambahkan lagi asam oksalat sebanyak 15 ml untuk mengendapkan Pb asetat yang telah mengikat kandungan kandungan yang lain dalam sampel selain gula lalu tepatkan tanda labu ukur dengan penambahan aquades setelah didiuamkan beberapa menit lakukan penyaringan agar larutan yang kita dapat murni. Larutan dipipet 10 ml dan ditambah aquades sebanyak 15 ml serta penambahan pereaksi yaitu larutan luff sebanyak 25 ml dan melakukan pemanasan selama 10. Pemanasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi reduksi dari mono sakariada pada gula terhadap CuO menjadi CuO2 dan dalam pemanasan ditambahkan batu didih hal ini dimaksudkan untuk meratakan pemanasan. Pemanasan cukup lakukan pendinginan dengan es . Larutan ditambahkan larutan KI 10 % sebanyak 10 ml untuk mereduksi kelebihan CuO sehingga I2 terlepas dan juga dilakukan 2Cr3+ + 3I2 + 7H2O 2I- + S4O62-

penambahan H2SO4 25 % sebanyak 25 ml yang bertujuan untuk mengasamkan larutan karena pada suasana basa thio sebagai larutan standar akan tereduksi secara parsial menjadi sulfat makanya perlu dilakukan pengasaman tersebut.warna akan menjadi ciklat keruh dari awalnya berwarna biru karena larutan luff. Dititrasi dengan larutan standar thio sampai terjadi perubahan warna menjadi kuning hall ini menandakan larutan tersebut mendekati titik ekivalen sesuai dengan mmetode maka di tmbahkan indikator amilum sebanyak 3 tetes dn titrasi sampai terjadi

21

waarbna larutan berubah menjadi putih ssusu. Dan pada balangko dilakukan juga hal yang sam a hanya saj tidak menngunakan sampel Dari analisa yang diperoleh dan di konversikan ke persamaam luff maka di peroleh kadar gula pada jeruk siam sebesar 4,47 % dan jeruk sunkis 3,74 % pada titrasi dengan thio semakin kbanyak thio yang dihabiskan semakin kecil kadar gula yang terkandung karena akan selisih dengan blangko

22

BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN

Dari praktikum yang kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa 1. Dari bentuk fisik jeruk belum tentu dapat membuktikan rasa manis pada jeruk tersebut 2. Rasa manis pada jeruk dipengaruhi oleh beberoa hal nselain kadar gula ada faktor- faktor lain yang mempengaruhi seperti kesuburan tanah dan media penanaman sangat mempengaruhi kadar jeruk 3. Dari sari jeruk yang kami amati secara fisik jeruk siam mempunyai warna yang lebih keruh dari jeruk sunkis 4. Kadar gula pada jeruk siam lebih besar dibandingkan dengan jeruk sunkis 5. Kadar gula pada jeruk siam sebesar 4,47% dari berat jeruk dan jeruk sunkis 3,74 % dari berat jeruk

23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Car a Uji Guia SNI 01-2882-18S2. Dewan Standarisasi Nasional Slamet Sudarmadjis Bambang Haryono dan Suhardi, 1976, Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty. Yogyakarta. Official Methods of Analysis of AOAC International, 19 th Edition Fessenden, R.J., & Fessenden, J.S., Kimia Organik Erlangga, Jakarta, 1997. Jr,R.A. Day & A.L Underwood.2009.Analisa Kimia KuantitatifEdisi Keenam .Jakarta: Erlangga

24

25

26

You might also like