You are on page 1of 18

TUGAS MAKALAH PBL

(OTITIS)

KELOMPOK 4

PRADNYA PARAMITA SAPUAN IDHARUDDIN ZUHAIR AKBAR CANDRA PRADIPTA LEKSANA FAHMI MAJID AL- ALMAGHFUR ANDIRA AULIA RAHMAH ANANDA ARANTIKA W.A USQI KRIZDIANA

2081210064 2091210016 2091210017 2091210020 2091210022 2091210028 2091210027

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2009/2010

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur yang telah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. SWT. Yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kami semua sehingga dapat menyelesaikan MAKALAH ini yang bertema OTITIS ini dibuat dengan tujuan melaksanakan tugas dari dosen pembimbing sebagai bekal kita besok. Makalah ini disusun berdasarkan pada teori-teori serta literaturliteratur yang telah kami dapatkan dari buku pedoman yang ada diperpustakaan FK ,dari penelusuran melalui internet serta materi-materi yang telah disampaikan oleh dosen pembimbing . Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan materil maupun nonmateril sehingga makalah ini dapat terselasaikan. Untuk itu kami penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarny kepada yang terhormat ibu/bapak dosen selaku pembimbing : Semoga bimbingan, bantuan arahan dan dukungan yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai kebijakan kelak dikemudian hari. Kami penyusun menyadari makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 13 Oktober 2009

Tim penyusun BAB I BAB I PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Otitis biasanya digunakan untuk menggambarkan masalah-masalah yang ada dalam telinga (Shenoi,1987). Otitis merupakan kelainan telinga yang biasanya dialami oleh orang yang tidak menjaga kebersihan telinga,sering kali otitis juga kebanyakan diidap oleh anak-anak. Dalam hal ini data penderita otitis di Indonesia masih belum akurat serta minimnya pengetahuan masyarakat tentang gejala-gejala otitis, kelainan otitis, dan bahaya otitis yang menimbulkan banyaknya korban atau penderita. Otitis itu sendiri banyak sekali macamnya, sehingga pada makalah kita kali ini ingin mencoba mengulas dan ingin memberikan informasi kepada pembaca pada umumnya tentang berbagai macam otitis, proses dan penyebab dari otitis, cara pencegahan serta penyembuhan pada penderita otitis, sehingga dapat mengurangi angka penderita otitis.

1.2 Rumusan Masalah a. Mengapa otitis media seringkali menyerang anak-anak? b. Bagaimana cara menyembuhkan penderita otitis?

c. Bagaimana mencegah penyakit otitis?


5

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui mengapa otitis seringkali menyerang anak-anak b. Untuk mengetahui bagaimana cara menyembuhkan penderita otitis

c. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit otitis

1.4 Manfaat
a. Untuk kalangan akademis khususnya di bidang kedokteran, yaitu diharapkan

dapat menambah penegtahuan mahasiswa dan mahasiswi mengenai penyakit otitis baik gejala dan cara penyembuhannya.
b. Untuk pemerintah khususnya departemen kesehatan, yaitu diharapkan dapat

meberikan masukan dalam pelaksanaan peningkatan program kesehatan


c. Untuk kalangan umum, yaitu diharapkan dapat memberikan gambaran atau

informasi mengenai penyakit otitis baik gejala maupun cara penyembuhannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Otitis Menurut Zainul A Djaafar (1980) otitis ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Peradangan ini seringkali mulai dengan infeksi-infeksi yang menyebabkan sakit tenggorokan, selesma-selesma atau persoalan-persoalan pernapasan lainnya, dan menyebar ke telinga tengah. Ini dapat disebabkan oleh virus-virus atau bakteribakteri, dan dapat menjadi akut atau kronis. 2.2 Jenis Otitis Otitis atau peradangan pada telinga terdiri atas beberapa jenis, antara lain: 2.2.1 Otitis Eksterna Yang dimaksud dengan otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus. Factor yang mempermudah radang telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek telinga. Otitis eksterna terdiri dari: 1). Otitis eksterna akut Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus.
a. Otitis eksterna sirkumpskripta (furunkel/bisul)

Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secaraa steril untuk mengeluarkan nanahnya. Local diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitracin, atau antiseptic (asam asetat 2-5 % dalam alkohol). Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara sistemik, hanya diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan obat penenang. b. Otitis eksterna difus Biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat secret yang berbau. Secret ini tidak mengandung lender (musin) seperti secret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media. Pengobatannya dengana membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak

yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.

2.2.2 Otitis Media Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi / OME). Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut / OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK / OMP). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotraumas / aerotitis) dan otitis media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberculosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva. 1). Otitis Media Akut Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis media akut (OMA) terjadi karena factor pertahanan ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan factor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Dikatakan juga bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius-nya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal.

Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadangkadang ditemukan juga Hemofilus influenza, Escherichia coli, Streptokokus anhmolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun. Perubahan mukosa telinga tengah sebagai infeksi dapat dibagi atas 5 stadium: Stadium konklusi tuba Eustachius, Stadium hiperemis, Stadium supurasi, Stadium perforasi, dan Stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melalui liang telinga luar. a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi. b. Stadium hiperemis (Stadium Pre-Supurasi) Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edem. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. c. Stadium Supurasi Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging) kea rah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timpul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa.
5

Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membrane timpani akan rupture dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi rupture, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali. d. Stadium Perforasi Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi. e. Stadium Resolusi Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila secret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi. 2.2.2 Otitis Media Supuratif Kronis Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek. Yang disebut otitis media supuratif kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut. Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat di berikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk. Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe / jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Oleh karena itu disebut perforasi sentral, marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membrane timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars flaksida. OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu: a. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe banigna) b. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna) Berdasarakan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang. OMSK aktif ialah OMSK dengan secret yang keluar kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering. Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma. Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau diatik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.
5

2.2.3 Otitis Media Non Supuratif Nama lain adalah otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear). Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membrane timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membrane timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mucoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh arah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mucoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid. Factor yang berperan utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius. Factor lain yang dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft palate), tumor di nasofaring, baro trauma, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik, atau metabolic. Keadaan alergik sering berperan sebagai factor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi di telinga tengah). Beberapa ahli memberi batasan yaitu otitis media efusi adalah keadaan terdapat cairan di telinga tengah baik berbentuk nanah, secret encer, ataupun secret yang kental (mucoid / glue ear). Dengan kata lain otitis media efusi dapat berupa OMA (otitis media akut), OMS (otitis media serosa), atau OMM (otitis media mucoid). Menurut Zainul (1980), batasan otitis media efusi tersebut akan mempersulit pengertian, terutama lagi mahasiswa dan dokter umum. Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis otitis media serosa akut dan otitis media kronik. a. Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya secret ditelinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadan akut ini disebabkan oleh :
5

1. Sumber tuba, pada keadaan tersebut terbentuk cairan ditelinga tengah disebabkan ileh tersumbatanya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotraumas 2. Virus, terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada jalan napas atas
3. Alergi,terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan

keadaan alergi pada jalan napas atas .


4. Idiopatik (tak di ketahui sebabnya). b. Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan

otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring. Secret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diperkirakan adanya hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan mekanis pada tuba.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Penyakit Otitis pada Anak-Anak Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa otitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Penyakit ini biasanya diawali dengan infeksi pada saluran pernafasan seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan saluran. Sebagian besar penderita otitis adalah anak-anak dan balita. Hal ini terjadi karena tabung Eustachius dan saluran yang berjalan dari telinga tengah ke belakang dari hidung dan tenggorokan lebih pendek dan permukaannya lebih horizontal dibandingkan saluran yang dimiliki orang dewasa. Oleh karena itu mikroorganisme lebih mudah masuk ke dalam telinga baik bagian lusar, tengah, maupun dalam. Masuknya organism tersebut menyebabkan infeksi dan menjurus pada otitis. Proses pertumbuhan seorang anak akan mempengaruhi seberapa besar dia terkena penyakit ini karena jika seseorang mengalami pertumbuhan dan perkembangan saluran Eustachius juga ikut tumbuh menjadi dua kali dari panjangnya yang semula dan diposisikan lebih vertikal sehingga nasopharyngeal orifice pada orang dewasa secara signifikan akan berada di bawah tympanic orifice (bukaan dalam telinga dekat gendang telinga). Ukurang panjang yang lebih dari semula dan terutama kemiringan dari saluran ketika tumbuh membuat lebih efektif sebagai perlindungan terhadap mikroorganisme.

3.2 Penyembuhan Penderita Penyakit Otitis

Pada banyak kasus-kasus, otitis seringkali hilang dengan sendirinya melalui suatu periode waktu, seringkali dalam 24 sampai 48 jam, tanpa perlu obat-obatan. Pasien seringkali diberi saran hanya untuk memonitor peradangan pada telinga mereka dan menjaga serta mencatat apa saja yang memperburuk kondisi mereka, proses ini disebut dengan pendekatan watchful waiting. Ketika menunggu tubuh untuk sembuh, pasien dapat mengambil beberapa tindakan-tindakan untuk menghilangkan rasa sakit dari peradangan. Ini dapat termasuk menggunakan suatu handuk hangat atau botol air hangat pada telinga dan menggunakan obat-obatan tanpa resep atau over-the-counter (OTC) untuk menghilangkan gejala-gejala dari peradangan. Pada beberapa kasus-kasus, obat-obatan dengan resep mungkin digunakan untuk merawat penderita penyakit tersebut. Antibiotik-antibiotik (pil-pil atau tetes-tetes mata) digunakan untuk melawan infeksi-infeksi yang berasal dari bakteri-bakteri, seperti corticosteroids yang dapat membantu mengurangi gatal dan peradangan. Kadangkala, ketika saluran telinga meradang atau membengkak, suatu sumbu kapas ditempatkan kedalam telinga untuk memasukkan obat tetes telinga hingga ke ujung kanal. Akibatnya bakteri-bakteri semakin meningkat dan menjadi kebal (resistant) terhadap banyak antibiotik-antibiotik umum. Ini berarti bahwa seorang pasien mungkin harus mencoba lebih dari satu tipe antibiotik sebelum menemukan satu yang efektif. Pasien dengan alergi dapat juga diberikan obat-obatan untuk mengurangi atau mencegah gejala-gejala alergi pada beberapa kasus. Ini dapat membantu mencegah atau mengurangi pembengakkan dari saluran Eustachius, dengan begitu cairan dapat mengalir dari telinga tengah. Pasien sering dihimbau untuk memelihara telinga mereka agar tetap bersih dan kering selama perawatan. Ini termasuk pencegahan dari air masuk ketelinga sewaktu mandi. Pasien mungkin juga mau menghindari segala situasi yang membuat tekanan pada telinga, sehingga dapat meningkatkan nyeri atau sakit yang berhubungan dengan infeksi telinga. Situasi-situasi yang harus dihindari agar tidak terasa nyeri adalah dengan tidak melakukan perjalanan udara dan olahraga menyelam (scuba diving).
5

Operasi mungkin diperlukan ketika infeksi telinga memburuk meskipun diberikan terapi antibiotik. Pada kasus ini, maka akan dilakukan suatu prosedur pembukaan secara operasi pada gendang telinga (myringotomy). Ini membebaskan tekanan dan membuat cairan mengalir keluar dari telinga tengah. Pada beberapa kasus, tabung-tabung telinga (tympanostomy tubes) mungkin dimasukkan kedalam gendang telinga agar udara masuk kedalam telinga dan cairan-cairan mengalir keluar. Pada banyak kasus, tabung-tabung ini keluar sendiri dan tidak perlu dikeluarkan dengan operasi. 3.3. Pencegahan Penyakit Otitis Cara yang paling efektif untuk mencegah terjadinya otitis adalah dengan melakukan pemeriksaan rutin pada telinga. Selain itu kita juga harus rutin membersihakn telinga kita sehingga kemungkinan terjadinya infeksi akibat organisme sangatlah kecil. Salah satu kebiasaan baik yang ahrus kita lakukan adalah mencucui tangan, karena dengan begitu kita dapat mencegah penyebaran organism yang dapat menyebabkan infeksi pernafasan yang merupakan awal mula dari infeksi telinga. Perawatan yang efektif dari alergi-alergi dan asma juga mengurangi risiko mengembangkan suatu infeksi telinga. Menghindari ekspose pada asap rokok bekas (second-hand) dapat mengurangi kejadian infeksi-infeksi telinga pada anak-anak. Anak-anak paling berisiko mengembangkan penyakit radang telinga. Memberi vaksin pneumococcal membantu mencegah infeksi-infeksi dari organisme yang paling sering dihubungkan dengan infeksi-infeksi telinga tengah. Anak-anak yang terkena infeksi-infeksi telinga kadang-kadang diberikan dosis rendah antibiotik untuk beberapa minggu sebagai suatu tindakan pencegahan. Langkah-langkah yang dapat kita ambil untuk mencegah terjadinya penyakit otitis atau peradangan pada telinga antara lain: f. Jangan memasukkan benda apapun ke dalam saluran telinga. Seperti jari tangan dan sumbu kapas, benda tersebut dapat melukai jaringan yang melapisi saluran dan menyebabkan suatu infeksi telinga.
5

g.

Ambil tindakan pencegahan yang memadai sebelum dan sesudah berenang. Beberapa orang mungkin dihimbau menggunakan penyumbatpenyumbat telinga ketika berenang atau mandi untuk memelihara saluran telinga tetap kering. Jika kita mengeringkan telinga dengan handuk atau hair dryer sesudah berenang dapat juga menurunkan risiko infeksi telinga. Dokter kadangkala menyarankan penggunaan tetes telinga khusus sesudah berenang.

h.

Berikan ASI (air susu ibu) pada bayi. Air susu ibu menyediakan antibodiantibodi yang membantu membuat anak-anak kurang peka terhadap infeksi-infeksi, termasuk infeksi-infeksi telinga.

i.

Periksa penggunaan dot pada bayi. Bayi-bayi terutama yang berumur antara 6 dan 12 bulan yang menggunakan dot-dot mempunyai risiko yang lebih tinggi mengembangkan infeksi-infeksi telinga. Bagaimanapun, pada bayi-bayi muda, penggunaan dot dapat membantu mengurangi risiko sindrom kematian mendadak bayi atau sudden infant death syndrome (SIDS). Menghisap jempol tidak tampak meningkatkan risiko infeksi telinga.

j.

Sewaktu menyusui dengan botol, pegang anak-anak pada posisi duduk yang tegak. Tiduran waktu minum meningkatkan terkena infeksi karena cairan dapat berjalan naik ke saluran Eustachius dan meningkatkan risiko infeksi.

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan Otitis adalah peradangan telinga yang diakibatkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Sebagian besar penderita otitis adalah anak-anak dan balita karena saluran Eustachius yang mereka miliki lebih pendek dan horizontal daripada oaring dewasa. Cara penyembuhan dari penyakit otitis tergantung pada stadium dari penyakit tersebut. Karena setiap stadium memiliki cara penyembuhan yang berbeda-beda. Sedangkan cara pencegahan dari penyakit ini adalah dengan melakukan pemeriksaan rutin dan menjaga kebersihan telinga agar terhindar dari mikroorganisme yang bersifat patogen.

4.2 Saran a. Untuk pemerintah khususnya departemen kesehatan agar melakukan penyuluhan ke berbagai daerah-daerah di pedalaman mengenai kebersihan diri dan lingkungan. b. Untuk kalangan umum agar lebih memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dengan begitu pencegahan penyakit lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Shenoi, PM. Management of Chronic suppurative Otitis. Butterworth International Edition, 1987:p 215-232. Soepardi, E.A, 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Zainul A. Djaafar, 1980. Pentingnya Diagnosis Dini pada Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Tipe Dangerous Kumpulan Naskah Kongres Nasional VI PERHATI medan. Zainul A. Djaafar, 1980. Penangan dan Pencegahan Otitis pada Anak dan Balita. Kumpulan Naskah Kongres Nasional VI. Medan: Perhati.

You might also like