You are on page 1of 26

HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {1}

HERMENEUTIKA
STUDI PEMIKIRAN MUHAMMAD IMARAH
Dalam Kitab
Qiraah an-Nash ad-Diniy: Baina at-Tawilil Garabiy wa at-Tawilil Islamiy

TUGAS DALAM MATA KULIAH
FISLAFAT BAHASA :Teori-teori Semiotik & Linguistik
Bimbingan DR. Phil. Sahiron, MA



Oleh : Munawir Husni
NIM : 10.213.005
JURUSAN AGAMA & FILSAFAT KOSENTRASI AL-QURAN
HADITS
PROGRAM PASCASARJANA
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SUNAN KALIJAGA
(UIN) YOGYAKARTA 2010 / 2011

HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {2}

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendekatan yang lazim dilakukan oleh para ahli tafsir di dalam melakukan studi
interpretasi teks al-Quran adalah menggunakan pendekatan bahasa. Dalam hal ini
bukannya kita tanpa bukti untuk mengatakan bahwa sepanjang sejarah peradaban umat
Islam telah menunjukkan bahwa para ahli tafsir sejak masa sahabat di kala itu yang
terkenal adalah Ibnu Abbas, sampai muncul berbagai ahli tafsir yang terkenal yang
ditulis di era moderen, dan bahkan para islamisis barat sekalipun, tidak ketinggalan
untuk menggunakan pendekatan bahasa tersebut. Dalam realisasinya pendekatan bahasa
merupakan salah satu pendekatan yang sangat memungkinkan dalam studi ilmu tafsir
al-Quran. Karena al-Quran representasi nilai religius teologi muslim yang bercorak
bahasa. Oleh karena itu maka sepantasnya, untuk mengkaji al-Quran setidaknya
diperlukan suatu alat analisis yang sama dengan corak yang dimilikinya. Yaitu
pendekatan bahasa.
Bersamaan dengan perkembangan teori- teori ilmu pengetahuan di bidang
bahasa. Ternyata ilmu liguistik modern telah memiliki peran yang signifikan terhadap
perkembangan pendekatan studi al-Quran. Beberapa intelektual Muslim, telah mencoba
mengembangkan teori-teori tersebut dalam studi al-Quran. Dalam kontek ini masih
berada dalam bingkai ilmu liguistik, sebagimana yang telah dikembangkan oleh seorang
linguistik moderen, Ferdinan de Saussure . Namun, didalam aplikasinya terhadap studi
al-Quran terdapat perbedaan satu sama lain. Saussure telah membuktikan dirinya
sebagai ahli linguistik histories yang sangat cemerlang. yatitu tentang strukturalisme
liguistik Yang akhirnya tanpa disadari oleh Saussure sendiri, buah pikirannyalah yang
sebenarnya yang lebih banyak menyebabkan timbulnya revolusi dalam kajian bahasa .
Perubahan itu selain disebabkan oleh wawasannya tentang pembahasan bahasa secara
sinkronis, antara lain juga dilandarsi oleh wawasannnya tentang keberadaan bahasa
sebagai suatu relasi struktural sebagai suatu sistem unik yang berbeda antara bahasa
yang satu dengan bahasa yang lain. Sebab itulah kajian kebahasaan dalam
stukturalisme, meskipun dapat terfokus pada unit- unit tertentu.
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {3}

Strukturalisme banyak dilihat sebagai pendekatan secara diametral terpisah
dengan hermeneutika, hermeneutika adalah dialektika dan gerak kembali dan seterusnya
dari teks menuju interpreter dari teks menuju segala kemungkinan konteks dalam
membangun makna terkini dari suatu teks , yang akhirnya hermeneutika diartikan
sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti. Batasan
umum ini selalu dianggap benar, baik hermeneutika dalam pandangan klasik maupun
dalam pandangan moderen. Sedangakan strukturalisme sering kali dilihat secara
positivistik, mengafkirkan asumsi-asumsi epistimologis hermeneutika dan menjaraki
teks dari berbagai perhatian subjektif suatu kritik.
Tetapi ada tokoh yang mengkritik hermeutika, yaitu Muhammad Imarah. Beliau
banyak menentang penggunaan hermeneutika dalam menafsirkan teks-teks agama.
Termasuk al-Quran Dan al-Hadits. Salah satu kritikannya adalah ketika beliu
mengatakan dalam salah satu karangannya bahwa hermeutika merupakan ilmu tentang
kematian pengarang.

B. PROFIL SINGKAT MUHAMMAD IMARAH
1. Kelahiran, Kehidupan
Muhammad Imarah
1
atau sering dikenal dengan sebutan Imarah adalah pemikir
Islam yang berlian, Ia dilahirkan tahun 1931 M, di Desa Sharwah-Qalain Provinsi Kafr
Al-Syaikh Mesir. Dalam kehidupannya beliau termasuk orang yang sangat beruntung
karna hidup ditengahtengah yang amat mengerti dengan agama, walau secara ekonomi
ia masih tergolong keluarga yang sederhana berstatus petani. Akan tetapi semangat ilmu
orang tuanya mengantarkan pemikirannya untuk terus berkosentrasi akan pentingnya
ilmu dan pengetahuan. Dan semangat itu pun berlanjut sampai ia memasuki jenjang
Pendidikan Tinggi.
Sebagaimana tradisi Ulama Islam, Muhamma Imarah telah mampu menghafal
al-Quran melalui kutab semasa pendidikannya di Sekolah Dasar. Pada 1945 ia masuk
sekolah menengah Mahad Dasuqi al-Diny yang berada di bawah al-Azhar.
Kemudian pada 1949 dia masuk sekolah Tsnawiyah (setarap SMA) di Mahad Thanta
al-Ahmadi yang juga menjadi underbow al-Azhar dan keluar pada 1954. Mulai saat

1
Konon, sebeluim Ia lahir bapaknya bernazar sekiranya anak yang di kandung oleh istrinya
adalah laki-laki, maka akan di beri nama Muhammad dan akan di suruhnya ia belajar di al-Azhar
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {4}

inilah bakat dan perhatian Imarah terhadap persoalan politik, kebudayaan dan sosial
mulai muncul. Dia pun mulai sering menulis artikel maupun puisi di berbagai jurnal dan
majalah seperti di Misru al-Fath, Mimbar al-Syarq, al-Masry, al-Ktib dan lain-
lainnya. Kemudian ia melanjutkan studi formalnya ke jenjang perguruan tinggi di Drul
Ulum Cairo-University pada 1954 pada fakultas Bahasa Arab dan Ilmu Syariah.
Setelah selesai dari pendidikan perguruan tinggi, ia mulai mencurahkan waktu
dan perhatiannya kepada proyek pemikiran tokoh-tokoh Islam. Karya perdananya
berjudul Al-Qawmiyah Al-Arabiyah diterbitkan 1958, yang berhasil dua kali naik cetak.
Lalu ia mulai mengumpulkan data dan mengkaji pemikiran serta gagasan para tokoh
yang menurutnya sangat berpengaruh (dalam proyek al-amal kmilah). Seperti, Rifaah
Thahtwi, Jamaluddin al-Afghni, Muhammad Abduh, Abdurrahman al-Kawkibi, Ali
Mubarak, Qsim Amin. Kemudian tentang tokoh pemikir pembaru, ia menulis beberapa
tokoh terkenal, seperti: Abd. Razak al-Sanhuri Basya, Muhammad Ghazali, Umar
Makram, Musthafa Kamil, Khoiruddin al-Tunisi, Rasyid Ridha, Abd. Hamid bin Bads,
Muhammad Khidir Husein, Abul Ala al-Maududi, Hasan al-banna, Sayid Qutub,
Muhammad Syaltut dan lain-lain.
Pada tahun 1970 M, ia meraih gelar Master dalam bidang Filsafat Islam di Drul
ulum-Cairo University, dengan judul tesis Mutazilah dan Problematika Kebebasan
Manusia. Kemudian pada 1975 gelar Doktor diraihnya dengan disertasi doktoral Al-
Islm wa Falsafat Al-Hukm, yang dicetak berkali-kali sampai saat ini, juga dari
universitas yang sama.
2. Karya-karya
a) Karangan Pribadi
1) Ma`lim al-Manhaj al-Islmy, (Kairo: Dr el-Rasyd, 1997).
2) Al-Islm wa al-Mustaqbal, (Kairo: Dr el-Rasyd, 1997).
3) Nahdhatuna al-Hadtsah baina al-`Ilmniyyah wa al-Islm, (Kairo: Dr el-
Rasyd, 1997).
4) Ma`rik al-`Arab Dhidzdz al-Ghazh, (Kairo: Dr el-Rasyd, 1998).
5) Al-Ghrah al-Jaddah `ala al-Islm, (Kairo: Dr el-Rasyd, 1998).
6) Jamluddn al-Afghny baina Haqiq at-Trkh wa Akdzb Luis `Iwadh,
(Kairo: Dr el-Rasyd, 1997).
7) Asy-Syaikh Muhammad al-Ghazli: al-Mauqi` al-Fikry wa al-Ma`rik al-
Fikriyah, (Kairo: Dr el-Rasyd, 1998).
8) Al-Wa`y bi at-Trkh wa Shin`t at-Trkh, (Kairo: Dr el-Rasyd, 1997).
9) At-Turts wa al-Mustaqbal, (Kairo: Dr el-Rasyd, 1997).
10) Al-Islm wa at-Ta`addudiyah: at-Tanawwu` wa al-Ikhtilf f Ithr al-
Wuhdah, (Kairo: Dr el-Rasyd, 1997).
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {5}

11) Al-Ibd` al-Fikry wa al-Khushshiyah al-Hadhriyah, (Kairo: Dr el-
Rasyd, 1997).
12) Ad-Duktr `Abdur Rziq Syanhry Bsy: Islmiyah ad-Daulah wa al-
Madaniyah wa al-Qann, (Kairo: Dr el-Rasyd, 1999).
13) Al-Islm wa as-Siysah: ar-Radd `ala Syubht al-`Ilmniyyn, (Kairo: Dr
el-Rasyd, 1997 & Jeddah: Markaz ar-Ryah, 2003).
14) Al-Islm wa Falsafat al-Hukm, (Dr el-Syurq, 1998).
15) Ma`rakah al-Islm wa Ushl al-Hukm, (Dr el-Syurq, 1997).
16) Al-Islm wa al-Funn al-Jamlah, (Dr el-Syurq, 1991).
17) Al-Islm wa Huqq al-Insn, (Dr el-Syurq, 1989 & Jeddah: Markaz ar-
Ryah, 2003).
18) Al-Islm wa ats-Tsaurah, (Dr el-Syurq, 1988).
19) Al-Islm wa al-`Urbah, (Dr el-Syurq, 1988).
20) Ad-Daulah al-Islmiyyah baina al-`Ilmniyyah wa as-Sulthah ad-Dniyyah,
(Dr el-Syurq, 1988).
21) Hal al-Islm Huwa al-Hill? Limdz? Wa Kaifa?, (Dr el-Syurq, 1998).
22) Suqth al-Ghuluww al-`Ilmny, (Dr el-Syurq, 2002).
23) Al-Ghazw al-Fikry Wahm am Haqqah?, (Dr el-Syurq, 1997).
24) Ath-Tharq ila al-Yaqdhah al-Islmiyyah, (Dr el-Syurq, 1990).
25) Tayyrat al-Fikr al-Islmy, (Dr el-Syurq, 1997).
26) Ash-Shahwah al-Islmiyyah wa at-Tahaddy al-Hadhry, (Dr el-Syurq,
1997).
27) Al-Mu`tazilah wa Musykilah al-Hurriyyah al-Insniyyah, (Dr el-Syurq,
1988).
28) `Indama Ashbahat Mishr `Arabiyyah Islmiyyah, (Dr el-Syurq, 1997).
29) Al-`Arab wa at-Tahaddy, (Dr el-Syurq, 1991).
30) Muslimn Tsawwr, (Dr el-Syurq, 1988).
31) At-Tafsr al-Markisy li al-Islm, (Dr el-Syurq, 2002).
32) Al-Islm baina at-Tanwr wa at-Tazwr, (Dr el-Syurq, 2002).
33) At-Tayyr al-Qoumy al-Islmy, (Dr el-Syurq, 1996).
34) Al-Islm wa al-Amn al-Ijtim`iy, (Dr el-Syurq, 1998).
35) Al-Ushliyyah baina al-Gharb wa al-Islm, (Dr el-Syurq, 1998).
36) Al-Jmi`ah al-Islmiyyah wa al-Fikrah al-Qoumiyyah, (Dr el-Syurq,
1994).
37) Qms al-Mushthalaht al-Iqtishdiyyah f al-Hadhrah al-Islmiyyah,
(Dr el-Syurq, 1993).
38) `Umar ibn Abdul Azz, (Dr el-Syurq, 1988).
39) Jamluddn al-Afghny: Mqizh asy-Syarq (Dr el-Syurq, 1988).
40) Muhammad `Abduh: Tajdd ad-Dunya bi Tajdd ad-Dn, (Dr el-Syurq,
1988).
41) `Abdurrahmn al-Kawkiby, (Dr el-Syurq, 1988).
42) Ab al-A`l al-Mauddi, (Dr el-Syurq, 1988).
43) Rif`at Thahthw, (Dr el-Syurq, 1988).
44) `Ali Mubrak, (Dr el-Syurq, 1988).
45) Qsim Amn, (Dr el-Syurq, 1988).
46) At-Tahrr al-Islmy li al-Marah, (Dr el-Syurq, 2002).
47) Asy-Syar`ah al-Islmiyyah wa al-`Ilmniyyah al-Gharbiyyah, (Dr el-
Syurq, 2002).
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {6}

48) Ma`rakah al-Mushthalaht baina al-Gharb wa al-Islm, (Kairo: Nahdhah
Mesir, 1997).
49) Al-Quds asy-Syarf Ramz ash-Shir` wa Bawwbah al-Intishr, (Kairo:
Nahdhah Mesir, 1997).
50) Hdz Islmun: Khulsht al-Afkr, (Dr el-Waf, 2002).
51) Ash-Shahwah al-Islmiyyah f `Uyn al-Gharbiyyah, (Kairo: Nahdhah
Mesir, 1997).
52) Al-Gharb wa al-Islm, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1997).
53) Ab Hayyn at-Tauhdy, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1997).
54) Ibn Rusyd baina al-Gharb wa al-Islm, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1997).
55) Al-Intima ats-Tsaqafy, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1997).
56) At-Ta`addudiyyah: ar-Ruyah al-Islmiyyah wa at-Tahaddiyt al-
Gharbiyyah, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1997).
57) Shir` al-Qiyam baina al-Ghrab wa al-Islm, (Kairo: Nahdhah Mesir,
1997).
58) Ad-Duktr Ysuf Qardhwi: al-Madrasah al-Fikriyyah wa al-Masyr` al-
Fikry, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1997).
59) `Indama Dakhalat Mishr f Dn Allah, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1997).
60) Al-Harakt al-islmiyyah: Ruyah Naqdiyyah, (Kairo: Nahdhah Mesir,
1998).
61) Al-Manhaj al-`Aqliy f Dirst al-`Arabiyyah, (Kairo: Nahdhah Mesir,
1997).
62) An-Namdzaj ats-Tsaqfy, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1998).
63) Tajdd ad-Dunya bi Tajdd ad-Dn, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1998).
64) Ats-tsawbit wa al-Mutaghayyirt f Fikr al-Yaqdhah al-Islmiyyah al-
Hadtsah, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1997).
65) Naqdh Kitb al-Islm wa Ushl al-Hukm, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1998).
66) At-Taqaddum wa al-ishlh: bi at-Tanwr al-Gharby aw bi at-Tajdd al-
Islmy?, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1998).
67) Al-Hamlah al-Faransiyyah f al-Mzn, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1998).
68) Al-Hadhrt al-`lamiyyah: Tadfu` am Shir`?, (Kairo: Nahdhah Mesir,
1998).]
69) Islmiyyah ash-Shir` baina al-Quds wa Filisthn, (Kairo: Nahdhah Mesir,
1998).
70) Al-Quds baina al-Yahdiyyah wa al-Islm, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1998).
71) Al-Aqalliyyt ad-Dniyyah wa al-Qaumiyyah: Tanawwu` wa Wuhdah am
Taftt wa Ikhtir`?, Kairo: Nahdhah Mesir, 1998).
72) As-Sunnah an-Nabawiyyah wa al-Ma`rifah al-Insniyyah, (Kairo: Nahdhah
Mesir, 2000).
73) Khathar al-`lamah `ala al-Hawiyyah ats-Tsaqafiyyah, (Kairo: Nahdhah
Mesir, 1999).
74) Mustaqbaluna baina al-`lamiyyah al-Islmiyyah wa al-lamah al-
Gharbiyyah, (Kairo: Nahdhah Mesir, 2000).
75) F at-Tahrr al-Islmy li al-Marah, (Kairo: Nahdhah Mesir, 2003).
76) Al-Mustaqbal al-Ijtim`iy li al-Ummah al-Islmiyyah, (Kairo: Nahdhah
Mesir, 2003).
77) Hal al-Muslimn Ummah Whidah?, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1999).
78) Al-Ghin wa al-Msiqy: Hall am Harm?, (Kairo: Nahdhah Mesir, 1999).
79) Syubht Haula al-Qur'an al-Karm, (Kairo: Nahdhah Mesir, 2003).
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {7}

80) Tahll al-Wqi bi Minhj al-`ht al-Muzminah, (Kairo: Nahdhah Mesir,
1999).
81) Al-Hiwr baina al-Islmiyyn wa al-`Ilmniyyn, (Kairo: Nahdhah Mesir,
2000).
82) Adh-Dhhirah al-Islmiyyah al-Mukhtr al-Islmy, (1998).
83) al-Wasth f al-Madzhin wa al-Mushthalaht al-Islmiyyah, (Kairo:
Nahdhah Mesir, 1999).
84) Islmiyyt Sanhri Bsy, (Dar el-Waf: 2003).
85) An-Nashsh al-Islmy baina al-Ijtihd wa al-Jumd wa at-Trkhiyyah,
(Damaskus: Dr el-Fikr, 1998).
86) Azmah al-Fikr al-Islmy al-Hadts, (Damaskus: Dr el-Fikr, 1998).
87) Al-Mdiyyah wa al-Matsliyyah f Falsafah Ibn Rusyd, (Dr el-Ma`rif:
1983).
88) Al-`Ath al-Hadhry li al-Islm, (Dr el-Ma`rif: 1998).
89) Islmiyyah al-Ma`rifah Madz Ta`ny, (Dr el-Ma`rif: 1999).
90) Al-Islm wa Dharrah at-Taghyr, (Dr el-Ma`rif: 2001).
91) Al-Islm wa al-Harb ad-Dniyyah, (Dr el-Ma`rif: 2002).
92) Tsaurah az-Zanj, (Dr el-Wuhdah: 1980).
93) Dirst f al-Wa`y bi at-Trkh, (Dr el-Wuhdah: 1984).
94) Al-Islm wa al-Wuhdah al-Qaumiyyah, (Beirut: Lembaga Kajian Arab,
1979).
95) Al-Islm wa as-Sulthah ad-Dniyyah, (Beirut: Lembaga Kajian Arab, 1980).
96) Al-Islm baina al-`Ilmniyyah wa as-Sulthah ad-Dniyyah, (Kairo: Dr
Tsbit, 1982).
97) Fikr at-Tanwr baina al-Islmiyyn wa al-`Ilmniyyn, (Kairo: Dr el-Waf,
1995).
98) Salmah Msa: Ijtihd Khthi am `Ammlah Hadhriyyah ?, (Kairo: Dr
el-Waf, 1995).
99) Al-`lam al-Islmy wa al-Mutaghayyirt ad-Dauliyyah, (Kairo: Dr el-
Waf, 1997)
100) lamun: Hadhrah am Hadhrt?, (Kairo: Dr el-Waf, 1997).
101) Al-Jadd f al-Mukhaththath al-Gharby Tijh al-Muslimn, (Kairo: Dr el-
Waf, 1997).
102) Al-`Ilmniyyah baina al-Gharb wa al-Islm, (Kairo: Dr el-Waf, 1996).
103) Muhammad Abduh: Sratuhu wa A`mluhu, (Beirut: Dr el-Quds, 1978).
104) Nadzrah Jaddah ila at-Turts, (Damaskus: Dr el-Qutaibah, 1988).
105) Al-Qaumiyyah al-`Arabiyyah wa Mumart Amrka Dhidda Wuhdah al-
`Arab, (Kairo: Dr el-Fikr, 1958).
106) Al-Fikr al-Qid li ats-Tsaurah al-Irniyyah, (Kairo: Dr Tsbit, 1982).
107) Dhhirah al-Qaumiyyah f al-Hadhrah al-`Arabiyyah, (Kuwait, 1983).
108) Rihlah f `lam ad-Duktr Muhammad `Imrah, (Beirut: Dr el-Kitb al-
Hadts, 1989).
109) Nadhariyyah al-Khilfah al-Islmiyyah, (Kairo: Dr ats-Tsaqfah al-
Jaddah, 1980).
110) Al-`Adl al-Ijtim`iy li Umar ibn Khaththb, (Kairo: Dr ats-Tsaqfah al-
Jaddah, 1978).
111) Al-Fikr al-Ijtim`iy li `Ali ibn Thlib, (Kairo: Dr ats-Tsaqfah al-Jaddah,
1978).
112) Isrl Hal Hiya Smiyah?, (Kairo: Dr el-Kitb al-`Araby, 1968).
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {8}

113) Al-Islm wa Ushl al-Hukm: Dirst wa Watsiq, (Beirut: Lembaga Kajian
Arab, 1985).
114) Ad-Dn wa ad-Daulah, (al-Haiah al-`mmah li al-Kuttb, 1997).
115) Al-Istiqll al-Hadhry, (al-Haiah al-`mmah li al-Kuttb, 1993).
116) Al Islm wa Qadhya al-`Ashr, (Beirut: Dr el-Wuhdah, 1984).
117) Al-Islm wa al-`Urbah wa al-`Ilmniyyah, (Beirut: Dr el-Wuhdah, 1981).
118) Al-Fardhah al-Ghibah: `Aradh wa Hiwr wa Taqym, (Beirut: Dr el-
Wuhdah, 1983).
119) At-Turts f Dhau al-`Aql, (Beirut: Dr el-Wuhdah, 1984).
120) Fajr al-Yaqdhah al-Qaumiyyah, (Beirut: Dr el-Wuhdah, 1984).
121) Al-`Urbah f al-`Ashr al-Hadts, (Beirut: Dr el-Wuhdah, 1984).
122) Al-Ummah al-`Arabiyyah wa Qadhiyyah al-Wuhdah, (Beirut: Dr el-
Wuhdah, 1984).
123) Akdzbah al-Idhthihd ad-Dny f Mishr, (Kairo: Dewan Tinggi Urusan
Keislaman, 2000).
124) F al-Masalah al-Qibthiyyah: Haqiq wa Auhm, (Kairo: Maktabah asy-
Syurq ad-Dauliyyah, 2001).
125) Al-Islm wa al-khar: Man Ya`tarif bi Man? Wa Man Yunkir Man?, (Kairo:
Maktabah asy-Syurq ad-Dauliyyah, 2001).
126) F Fiqh al-Muwjahah baina al-Gharb wa al-Islm, (Kairo: Maktabah asy-
Syurq ad-Dauliyyah, 2003).
127) Al-Islm wa al-Aqalliyyt: al-Mdhy wa al-Hdhir wa al-Mustaqbal,
(Kairo: Maktabah asy-Syurq ad-Dauliyyah, 2003)
128) Mustaqbalun baina at-Tajdd al-Islmy wa al-Hadtsah al-Gharbiyyah,
(Kairo: Maktabah asy-Syurq ad-Dauliyyah, 2004).
129) Al-Gharb wa al-Islm: Aina al-Khatha? wa Aina ash-Shawb?, (Kairo:
Maktabah asy-Syurq ad-Dauliyyah, 2004).
130) Maqlt al-Ghuluww ad-Dny wa al-Lddny, (Kairo: Maktabah asy-Syurq
ad-Dauliyyah, 2004).
131) F Fiqh al-Hadhrah al-Islmiyyah, (Kairo: Maktabah asy-Syurq ad-
Dauliyyah, 2003).
132) F al-Masyr` al-Hadhry al-Islmy, (Jeddah: Markaz ar-Ryah, 2003).
133) Min A`lm at-Tajdd al-Islmy, (Jeddah: Markaz ar-Ryah, 2003).
134) Syubht wa Ijbt Haula al-Qur'an al-Karm, (Kairo: Dewan Tinggi Urusan
Keislaman, 2001).
135) Al-Imm al-Akbar asy-Syaikh Mahmd Syaltt, (Kairo: Dewan Tinggi
Urusan Keislaman, 2001).
136) Syubht wa Ijbt Haula Maknah al-Marah f al-Islm, Vol. I, II, III,
(Kairo: Dewan Tinggi Urusan Keislaman, 2001).

b) Hasil Suntingan dan Penelitian

1. Al-A`ml al-Kmilah Li Rif`ah ath-Thahthwi, (Beirut: Lembaga Kajian
Arab, 1973).
2. Al-A`ml al-Kmilah Li Jamluddn al-Afghni, (Beirut: Lembaga Kajian
Arab, 1979).
3. Al-A`ml al-Kmilah Li al-Imm Muhammad Abduh, (Kairo: Dr el-Syurq,
1993).
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {9}

4. Al-A`ml al-Kmilah Li Abdurrahmn al-Kawkibi, (Beirut: Lembaga Kajian
Arab, 1975).
5. Al-A`ml al-Kmilah Li Qsim Amn, (Kairo: Dr el-Syurq, 1989).
6. Rasil al-`Adl wa at-Tauhd, (Kairo: Dr el-Syurq, 1987).
7. Kitb al-Amwl Li `Ubaid al-Qsim ibn Salm, (Kairo: Dr el-Syurq, 1989).
8. Rislah at-Tauhd Li al-Imm Muhammad Abduh, (Kairo: Dr el-Syurq,
1993).
9. Al-Islm wa al-Marah f Ray al-Imm Muhammad Abduh, (Kairo: Dr el-
Rasyd, 1997).
10. Fashl al-Maql f M baina al-Hikmah wa asy-Syar`ah min al-Ittishl,
(Kairo: Dr el-Ma`rif, 1999).
11. At-Taufqt al-Ilhmiyyah f Muqranah at-Tawrkh Li Muhammad Mukhtr
Bsy al-Mishry, (Kairo: Dewan Tinggi Urusan Keislaman, 2004).
12. Asy-Syar`ah al-Islmiyyah Shlihah Li Kull az-Zamn wa Makn Li asy-
Syeikh Muhammad al-Khadhr Husain, (Mesir: Nahdhah, 1999).
13. As-Sunnah wa al-Bid`ad Li asy-Syeikh Muhammad al-Khadhr Husain,
(Mesir: Nahdhah, 1999).
14. Rh al-Hadhrah al-Islmiyyah Li Syeikh al-Fdhil ibn `syr, (Mesir:
Nahdhah, 2003).

c) Sanggahan-sanggahan

1. Azmah al-`Aql al-`Araby, (Kairo: Dr an-Nahdhah Mishr, 2003).
2. Al-Muwjahah baina al-Islm wa al-`Ilmniyyah, (Kairo: Dr al-fq ad-
Dauliyah, 1413 H).
3. Tahfut al-`Ilmniyyah, (Kairo: Dr al-fq ad-Dauliyah, 1413 H).

d) Karangan Kolektif

1. .Al-Harakah al-Islmiyyah: Ruyah Mustaqbaliyyah, (Kuwait, 1989).
2. Al-Qur'an, (Beirut: Lembaga Kajian Arab, 1972).
3. Muhammad Saw., (Beirut: Lembaga Kajian Arab, 1972).
4. Umar ibn Khaththb, (Beirut: Lembaga Kajian Arab, 1973).
5. Ali ibn Thlib, (Beirut: Lembaga Kajian Arab, 1974).
6. Qri`ah September, (Kairo: Maktabah asy-Syurq ad-Dauliyah, 2002).
7. Haqiq al-Islm f Muwjahah Syubht al-Musyakkikn, (Kairo: Dewan
Tinggi Urusan Keislaman, 2002).
8. Al-Islm f `Uyn al-Gharbiyyah.
9. Qirah an-Nashsh ad-Dny baina at-Tawl al-Gharby wa at-Tawl al-
Islmy.
10. Maqm al-`Aql f al-Islm.
11. Al-Futht al-Islmiyyah: Tahrr am Tadmr?.








HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {10}

BAB II
PEMBAHASAN
PEMIKIRAN MUHAMMAD IMARAH
(Sinopsis Isi Kitab)
A. PENGANTAR
Hermeneutik muncul dari filsafat pencerahan positif Eropa pada abad ke18 H
yang merupakan perkembangan dari takwil yang dikenal dalam pemikiran barat sejak
abad Yunani yang menganggap Tuhan telah mati ketika menakwilkan teks-teks agama
kaum Yahudi dan Nasrani, dan bahwa pengarang telah mati ketika menafsirkan teks-
teks sastra dan seni. Dalam pemikiran barat hermeneutik adalah ilmu memahami teks
dimana petunjuk makna dan tujuan menempati posisi makna.
Takwil muncul sebagai upaya pembaca dalam melepaskan diri dari teks-teks.
Untuk menghadapi teks-teks yang memiliki kekuatan, mempengaruhi pemikiran dan
sosial, muncullah takwil untuk melepaskan diri dari kekuatan dan pengaruh tersebut.
Tujuan dari takwil, yang berusaha menembus teks hingga mencapai makna
terdalamnya yang sebenarnya akan memunculkan makna majas bagi teks tersebut,
beragam:
1. Terbebas dari batasan teks kitab suci guna mensingkronkan kandungan teks
dengan pendapat penakwil.
2. Terbebas dari batasan teks kitab suci untuk mensingkronkan antara pemahaman
tekstual dan pemahaman rasional.
3. Ingin memperjelas kitab suci guna memperdalam pengetahuan yang dimiliki.
Takwil yang berusaha melepaskan diri dari teks tidak hanya terbatas pada teks-
teks agama saja akan tetapi digunakan dalam teks-teks lain yang memiliki pengaruh
baik dalam budaya ataupun masyarakat.
Seperti ketika syair Hermirus (19 SM) yang memiliki pengaruh ia pun mulai
ditakwilkan oleh para pendukung aliran kalbiyah. Lalu Ziyus (kebesaran Tuhan)
dita'wilkan dengan Logos (akal pertama). Sebuah penakwilan yang keluar dari makna
tekstual berganti dengan berbagai makna konkrit, yakni makna lahir menjadi makna
batin, mengganti makna hakiki menjadi makna majazi.
Takwil seperti ini bagi kaum Yahudi pada periode perjanjian lama sudah
dilakukan. Mereka menafsrikan Abraham (Ibrahim) menjadi "cahaya" (akal), Sarah
(Isterinya) menjadi keutamaan. Pada masa Filon (20SM-54M) takwil seperti ini menjadi
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {11}

aliran dan metode dalam memahami kitab suci. Bagi Filon , takwil dengan makna
terdalam adalah mengganti makna lahir teks dengan ruh dan hakikat maknanya.
Sehingga, surga ditafsirkan dengan alam ruh. Sejak itulah (abad pertama Masehi) takwil
intrinsik (batini) ini mulai terbentuk menjadi sebuah metode penafsiran.
Bagi kaum Nasrani, takwil intrinsik ini dimulai oleh Origen (185-254M) yang
dipengaruhi oleh Filon. Ia menyatakan bahwa dalam membaca Injil ada tiga level. (1)
orang sederhana cukup memahami "tubuh" kitab suci; (2) orang yang pemahamannya
lebih maju akan mengetahui "ruh" kitab suci; (3) orang yang sempurna adalah orang
yang dapat memahami kitab suci dengan jiwa yang telah melihat alam gaib.
Bagi Origen, Injil tidak mungkin memahami seluruh Injil secara harfiah. Harus
dibedakan antara redaksi yang dapat dipahami secara tekstual dan yang harus dipahami
ditakwilkan secara intrinsik. Sejak saat itu, seluruh kecenderungan pemikiran Nasrani
menggunakan takwil intrinsik.
Pada abad pertengahan tiga petunjuk makna (dalalah) yang pernah dikatakan
oleh Origen berubah menjadi empat yang kemudian mencapai klimaksnya pada masa
Tuman ikwaini (1225-1274 M), yaitu:
a. Dalalah Harfiyah : Petunjuk makna tekstual
b. Dalalah Majaziyah : petunjuk alegoris
c. Dalalah akhlaqiyah : petunjuk tropologi dan
d. Dalalah al-Bathiniyah : petunjuk anagogik.
Petunjuk makna tekstual, majas dapat dipahami dengan membaca, sedangkan
Petunjuk makna tropologi dan anagogi diperoleh dengan penghayatan. Bagi saya,
masing-masing sejarah takwil intrinsik ini dalam sejarah pemikiran Barat, baik yang
berhubungan dengan teks agama ataupun teks manusia, hanyalah berkisar tingkat
overstatement (ghulub) dan moderat. Sudah barang tentu, berbagai takwil ini hanya
dimaksudkan untuk mencari makna hakikat teks dan hakikat maksud redaksi teks. Sama
sekali tidak ada upaya untuk memisahkan (qatii'ah) antara pembaca (penafsir), sumber
teks dan penulis. Pemisahan baru muncul pada masa pencerahan (tanwir) barat dengan
filsafat intrinsik (batini).




HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {12}

B. HERMENEUTIKA :ILMU KEMATIAN SANG PENGARANG!
Filsafat pencerahan Barat terus hidup bersama Moralitas (akhlakiyah) Kristiani
dan dianggap sebagai sebuah proses wajib dan berguna dalam menentukan perilaku
khalayak banyak. Akan tetapi, filsafat pencerahan barat tersebut memutus hubungan
moralitas umat Kristiani dengan Tuhan dan menakwilkan teks agama dengan
penakwilan yang membebaskan pemahaman pembaca dari maksud yang diinginkan
dalam teks Tuhan tersebut. Dari sinilah hermeneutik menjadi semakin banyak
digunakan dalam penakwilan.
Kesuksesan Coeur Nikos dalam ilmu alam mempengaruhi dunia pemikiran dan
sastra serta sosial seluruh masyarakat Eropa, termasuk filsafat, kemanusiaan dan agama.
Semua orang berupaya membentuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial seperti ilmu alam
termasuk metode dalam ilmu alam. Bahkan mereka berusaha menempatkan agama alam
sebagai pengganti agama Tuhan.
Jol Ricoeur mengatakan: hermeneutik telah lahir pada abad ke-18 M karena
Coeur Nikos mengajukan pertanyaan Bagaimana pemahamannya? Sebagai pengganti
pertanyaan: Apa arti teks ini, atau arti paragraf teks ini, baik teks kitab suci ataupun
bukan.
Kembangkitan hermeneutik pada abad 18 M tersebut menegaskan akan
kematian pengarang atau penutur, mengesampingkan tujuan pengarang atau penutur,
menempatkan petunjuk makna (dalalah) yang merupakan pemahaman individu
pembaca menggantikan makna yang diinginkan oleh penulis dalam teksnya, baik teks
agama ataupun bukan.
Jarak antara penulis dan pembaca membelenggu pembaca ketika berhadapan
dengan teks. Beberapa pertanyaan muncul dalam memahami teks: Apakah pembaca
mampu memahami teks dengan benar? Apa yang dimaksud pemahaman yang benar
terhadap teks? Adakah pemahaman tunggal? Dari mana munculnya petunjuk makna,
penutur, pembaca atau Teks? Jawabannya_dulu, tentu petunjuk makna muncul dari
pengarang, akan tetapi karena berkembangnya kajian atas teks-teks seni menjadikan
pembaca yang memainkan peran penting dalam memahami teks, sehingga dapat
dikatakan pembacalah yang menghasilkan teks.
Teks dalam hermeneutik adalah seluruh ungkapan tertulis. Sedangkan teks
menurut para Ahli Ushul Islam adalah sesuatu yang pasti (muhkam) yang hanya
memiliki satu makna, sehingga tidak perlu ditakwilkan, sebab ia merupakan lawan
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {13}

mutasyabih. Teks bagi para ulama Ushul adalah sesuatu yang tidak memiliki
kemungkinan makna lain, dalam waktu dekat ataupun kemudian hari. Seperti angka
lima yang hanya memiliki satu makna.
Hermeneutik menempatkan pembaca sebagai pengganti penulis atau penutur dan
menjadikan pembaca sebagai orang yang menghasilkan teks. Pemisahan teks dari
pengarang ini berimbas pada tujuan pengarang atau penulis dan pesan yang ingin
disampaikannya dalam teks. Bahkan, ada kecenderungan bahwa hermeneutik berusaha
membentuk modernitas positif dimana manusia alam menggantikan manusia Tuhan dan
menjadikan manusia alam tersebut sebagai inti sumber pengetahuan menggantikan
Tuhan.
Sedangkan takwil dalam hermeneutik adalah kemampuan kita dalam memahami
tujuan teks. Meskipun yang kita pahami salah. Target akhir hermeneutik adalah
memahami penulis lebih baik daripada apa yang dipahami oleh penulis tentang dirinya
sendiri. Teks lebih banyak berkata dari pada apa yang dikatakan penulis. Petunjuk
makna memutus jiwa penulis. Petunjuk makna yang dihasilkan oleh pembaca adalah
pengantar petunjuk makna yang dialami oleh penulis.
Dalam hermeneutik setiap pembaca adalah sisi yang didewakan. Sedangkan
penulis dianggap telah tiada. Makna dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis
dianggap tidak ada. Demikianlah hermeneutik dalam pandangan Barat, tatkala
hermeneutik digunakan bagi setiap teks, agama dan manusia, muhkam dan mutasyabih,
yang perlu ditakwil dan tidak ditakwil, boleh ditakwil dan tidak boleh ditakwil, maka
sebenarnya kita dihadapkan pada "kesia-siaan yang tidak dimengerti" yang hanya
diketahui oleh Allah.

C. HERMENEUTIKA TEKS AGAMA
Kebangkitan Eropa Modern dengan filsafat pencerahan yang dibentuk oleh
Jerman didasarkan pada turats filsafat Yunani yang memisahkan antara nukilan agama
dan wahyu Tuhan dan hukum Romania yang berdasarkan pada filsafat kemanfaat
dengan kemanfaatan dunia. Hermeneutik dalam Taurat merupakan pengembangan dari
hermeneutika filsafat yang menganggap Tuhan telah mati, dalam teks agama,
sebagaimana yang dianggap oleh hermeneutik filsafat dalam teks manusia. Pembaca
diberikan kebebasan berlebih dalam untuk menakwil. Pembaca adalah yang
mengeluarkan teks agama tanpa sama sekali membedakan antara wahyu Tuhan dan
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {14}

teks-teks yang telah dirubah dan dikembangkan oleh manusia. Hermeneutik
memperlakukan teks agama sebagai sesuatu yang nisbi, karena pembentuk hermeneutik
benar-benar mengingkari sesuatu yang mutlak.
Hal itu diberlakukan pada perjanjian lama ketika hermeneutik Taurat menjadi
satu-satunya objek terapan yang memungkinkan bagi hermeneutik filsafat. Ketika
hermeneutik diterpakan pada teks agama, Taurat, dan diperlakukan seperti halnya teks
sastra dan seni, ketika dilakukan penakwilan dengan rumus dan isyarat, ketika pembaca
ditempatkan pada posisi pengarang, maka agama dilepaskan dari agama aslinya dan
merubah menjadi agama alam. Jika muralitasnya/tropologi (akhlakiyah) dapat terjaga
hingga masa tertentu, maka ia akan terpisah dari ketuhanan berubah menjadi sesuatu
yang mirip dengan karya manusia yang terputus dari kenabian, mukjizat dan wahyu
serta Allah.
Seperti halnya teks-teks kaum Yahudi dan Taurat, hermeneutik dengan seperti
ini juga diberlakukan pada teks-teks kaum Nasrani dan beberapa Injil bahkan, agama
Kristen tidak dianggap tidak lebih dari penakwilan atas Yahudi dan Perjanjian Lama.
Berbagai perbedaan antara Injil dianggap sebagai buah dari berbagai perbedaan
penakwilan antara orang-orang yang menulis Injil. Ada yang menakwilkan al-Masih
dengan Taurat. Masing-masing julukan yang dinamakan oleh para penafsiran yang
berkaitan dengan kajian al-Masih muncul dari penakwilan ulang atas bentuk-bentuk
yang didapatkan dari budaya Ibrani yang tertulis dan dari budaya Yunani yang
mua'branah seperti malaikat, dan akal pertama. Dengan demikian, agama Kristen sejak
awal merupakan penafsiran. Seperti halnya missionaris/tabsyir (Injil berarti basyarah)
sejak awal didasarkan pada dalil-dalil yang ditakwilkan dari berbagai kelompok asli.
Dalam hermeneutik Barat wahyu adalah sesuatu yang diwahyukan oleh
pembaca, dunianya dan realitasnya, bukan sesuatu yang diwahyukan oleh Allah, karena
Allah (penulis) dianggap telah mati dalam teks agama seperti halnya teks-teks lainnya.

D. MODEL TAWIL DALAM FAKULTAS KEISLAMAN
1. Tawil Dalam al-Qur'an
Dalam al-Qur'an, takwil berarti penafsiran dengan mendapatkan esensi, hakikat,
inti dan rujukan serta berbagai hasil. Metode analisa silam membedakan antara mutlak
sifat yang dan nisbi. Yang mutlak adalah dzat Tuhan sedangkan manusia beserta sifat-
sifatnya digolongkan nisbi. Dalam Islam, akal manusia dapat mengetahui yang esensi,
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {15}

inti, hasil ilmu dan pengetahuan serta mengetahui dunia yang empiris. Oleh karena itu,
terbuka lebar bagi mereka yang memiliki pengetahuan untuk menakwilkan ayat-ayat
Qur'an yang mutasyabih yang berhubungan dengan tanda-tanda, pengetahuan, hukum
dunia nyata dan empiris. karena sebagian ayat-ayat mutasyabih dalam al-Qur'an dapat
diketahui oleh mereka yang berilmu sedangkan sebagian yang lain tidak dapat
diketahui, maka muncullah perbedaan antara mufassir pada ayat:
> _ _. ,,ls ..>l .. .,, ..>>: _> ..>l `> .,.:.`. !.!
_ _ `,l _, `-,., !. ,.:. .. ,!-., ..l ,!-., .,!. !. `l-, .`,!.
| < `>.l _ l-l l1, !.., ., _ _. ..s !., !. `., | l`
.,l
Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
sebagian meng'atafkan kepada namun sebagian yang lain tidak menganggapnya
sebagai huruf 'athaf.
Contoh yang lain yang dapat kita temukan dalam al-Quran adalah semisal
konsep keadilan dalam hal mu'amalah [Q.S. Isra': 35] yang lengkapnya berbunyi :
_,>l :| ,.l . _!L`.1l!, ,1.`..l ,l: ,> _.> ,!. __
dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan
neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
yang ditakwilkan dengan balasan yang paling baik. Begitu juga dengan ayat-ayat
yang lain, dalam arti kebolehan sesorang untuk mentawilkan dalam hal ini adalah
orang-orang pilihan Tuhan dan ahli Irfan. Semisal penawilan Yusuf mengenai
mimpinya atau penglihatannya mengenai Malaikat :
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {16}

_! ,l.l _.| _ _,. ,1, !.. _l!, _,. .!>s _,. .l,.. .> >
..,!, !!., .l _.. _ _.,,' | `.. !,,ll _`-. __ l! .-. .l>
!. _> _,!., .l> _,.l.-, __ _! _ !> !... : .-, . !. `:,.
.,!., l.! __ .`, ! _,..l !.. _ _,. ,1, !.. _l!, _,.
.!>s _,. .l,.. .> > ..,!, _l-l _> _|| _!.l `l-l .l-, __ _!
`s. _,. _,.. !,: !. ,...> :'. _ .,.. | ,l !.. l!. __ . _.!,
_. .-, ,l: _,. :.: _l!, !. ,... _> | ,l !.. `..> __ . _.!, _. .-,
,l: l. , ,!-`, '_!.l , .-, __
43.raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya
aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh
tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau
dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang yang terkemuka:
"Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat
mena'birkan mimpi."{44}mereka menjawab: "(Itu) adalah mimpi-mimpi yang
kosong dan Kami sekali-kali tidak tahu menta'birkan mimpi itu.{45}dan
berkatalah orang yang selamat diantara mereka berdua dan teringat (kepada
Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: "Aku akan memberitakan kepadamu
tentang (orang yang pandai) mena'birkan mimpi itu, Maka utuslah aku
(kepadanya).{46}(setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf Dia berseru):
"Yusuf, Hai orang yang Amat dipercaya, Terangkanlah kepada Kami tentang
tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi
betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh)
lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya.{47}Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun
(lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu
biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.{48}kemudian sesudah itu
akan datang tujuh tahun yang Amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu
simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum)
yang kamu simpan.{49}kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya
manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur."
Dan masih banyak ayat-ayat yang serupa dengan ini dalam arti tawil sebagai
sebuah interpretasi atau tawil dalam arti penafsiran sehingga menbedakan anatara
tawil barat dan Islam.


HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {17}

2. Tawil Dalam hadis
Dalam konteks Sunnah Nabawiyah, tawil semakna dengan tafsir. Cukup banyak
hadis Nabi yang ditakwilkan, di antaranya: kata ditakwilkan dengan
pada hadis riwayat Imam Ahmad berikut:
_ -
"

Begitu juga halny dengan periwayatan hadis melalui Aisyah r.a. berbunyi :
: .
, : ( ) ( : 3 )

Sungguh Rasulullah saw menyebutkan dalam ruku dan sujudnya: subha>naka alla
humma rabbana wabihamdika alla hummagfirliy, beliau mentawil al-Quran yakni
mentakwilkan dan menafsirkan firman Allah swt yang termaktub dalam QS. An-Nashr:
3 (fasabbih bihamdi rabbika wastagfirhu). HR. Bukhari, Abu Daud, An-Nasai, Ibnu
Majah dan Imam Ahmad.

3. Tawil Secara Etimologitatif
Sebagai perluasan makna terminologi takwil dalam al-Qur'an dan hadis,
beberapa makna takwil muncul dalam kamus. Dalam Lisan al-Arab oleh Ibn Manzur
(630-711 H/ 1233-1311 M), kita temukan takwil diartikan dengan mengetahui sumber
dan hasil. Kalimat yang tidak dapat dipahami secara tekstual memerlukan dalil yang
dapat membuka makna tersirat di atas makna tersurat teks tersebut. Takwil adalah
memindah makna lahiriyah teks dari makna asli kepada makna yang membutuhkan dalil
yang seandainya tidak ada dalil tersebut, maka makna lahiryah teks tidak akan
ditinggalkan.

4. Tawil Secara Terminologitatif
Takwil secara terminologi menurut Raghib al-Ashfahani(502 H/1108 M) adalah
kembali ke asal dan mengembalikan sesuatu pada tujuan akhir yang diinginkan, baik
pengetahuan atau pun perbuatan. Dan contoh Tawil dalam bentuk pengetahuan adalah
firman Allah wama yalamu tawilahu illallah warrasikhuna fil ilmi
Sedangkan tawil secara terminologi menurut Al-Jurjani (740-817 H/1077-1143
M) menyebutkan bahwa tawil adalah memalingkan lafaz dari makna zhahir kepada
makna yang muhtamal (potensi makna lain) apabila makna muhtamal ini tidak
berlawanan dengan al-Quran dan al-Hadits. Misalnya dalam firman Allah QS Al-
Anam ayat 95:
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {18}

| < _l! >' _.l _> _>' _. ,.l _>: ,.l _. _>l `>l: <
_.! >. __
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-
buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup. (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka
mengapa kamu masih berpaling?

Dari segi tafsir makna ayat ini adalah Jika Allah berkehendak, maka Ia
mengeluarkan burung dari dalam telur. Sedangkan dari segi tawilnya, maka maknanya:
Jika Allah menghendaki, maka Ia mengeluarkan orang-orang mukmin dari orang-orang
kafir atau mengeluarkan orang-orang alim dari orang-orang bodoh.
Sedangkan takwil dalam perspektif Tahawuni secara etimologi berarti kembali.
Dan pandangan ahli Ushul, sebagian menyatakan sama dengan tafsir. Sebagian lain
mengatakan takwil adalah masih dalam taraf dugaan, sedangkan tafsir dalam taraf
keyakinan.
Para ulama yang telah membuat beberapa ensiklopedi dalam berbagai
terminologi Islam telah menetapkan bahwa takwil yang benar memiliki beberapa syarat,
yakni makna yang makna teks harus masih memungkinkan bermakna lain, sesuai
dengan logika pembentukan bahasa, sesuai dengan ayat-ayat muhkam dan hadis
mutawatir, bahwa takwil hanyalah sebuah upaya di bawah maksud penulis,
mengalihkan lafal kepada makna yang terkalahkan menggantikan makna yang unggul
disyaratkan adanya dalil yang menguatkan makna terkalahkan, bahwa takwil harus terus
mengikuti lingkup makna yang dikandung lafal. Takwil adalah mengarahkan kata
kepada salah satu makna yang dimuat terkandung dalam lafal. Selain itu, mereka juga
mensyaratkan keilmuan yang menyeluruh bagi mereka yang menakwilkan.

5. Dalam Penafsiran Qur'an
Takwil tidak diterapkan pada ayat muhkam, baik Qur'an dan sunnah. Sedangkan
ayat dan hadis yang masih mutasyabih masih terdapat perbedaan, yang dikembalikan
kepada dasar-dasar yang pasti.
Para mufassir telah memaparkan penakwilan mereka. Mereka hampir sepakat
akan kebolehan takwil bagi mereka yang mengetahui teks ternukil dan teks ternalar.
Dan bahwa sebagian ayat-ayat mutasyabih hanya dapat diketahui maksudnya oleh
Allah. pengetahuan orang-orang yang berilmu hanyalah dinisbatkan pada maksud
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {19}

tersebut. Sebagian ayat-ayat mutasyabih yang berhubungan dengan alam, ayat-ayat
kauniyah, pensyarai'atan dan hukum syari'at dapat diketahui oleh orang-orang yang
berilmu melalui kata-kata yang diberikan Allah dalam ayat-ayat mutasyabih dan
berbagai petunjuk yang terdapat dalam ayat muhkamat.
Yang dimaksud mutasyabih di sini adalah hal-hal yang diinginkan yang
diisyaratkan Allah mencakup masalah-masalah akhirat dan lafal-lafal makna lahirnya
berbeda dengan makna yang dimaksud. Keberadaan mutasyabih pada masalah akhirat
dalam al-Qur'an tidak dapat dipungkiri, karena di antara rukun agama dan tujuan wahyu
adalah mengkhabarkan keberadaan akhirat. Penakwilan yang banyak dilakukan
mencakup lafal-lafal yang makna lahirnya berbeda dengan yang dimaksudkan.
Yang dimaksud orang yang berilmu di sini adalah orang-orang yang mengetahui
sampai ke akar permasalahan dan dapat menempatkan penakwilan dengan baik.

E. ATURAN ISLAM MENGENAI FILOSOFI TAWIL
Imam Ghazali(450-505 H/1058-1111 M) adalah orang pertama yang membuat
aturan pasti dan terperinci bagi takwil dalam Islam. Ia mengungkapkan posisi mayoritas
filosof dan teolog Islam terhadap takwil, tanpa mengecualikan antara golongan batiniah
ataupun zahiriyah. Berikut pemaparan al-Gazali:
1. Tidak ada tokoh Islam yang tidak memerlukan takwil, hingga mereka yang tidak
menekuni analisa secara rasional, seperti Ahmad bin Hambal yang telah
menakwilkan tiga Hadits saja. Diantaranya : . ".
." . " . ." . " .
...."
2. Tidaklah mudah membedakan sesuatu yang dapat ditakwilkan dan yang tidak
dapat ditakwilkan, bahkan hanya dapat dilakukan oleh orang yang mahir,
cemerlang dalam ilmu bahasa, mengetahui dasar-dasar bahasa, tradisi orang
Arab dalam penggunaan bahasa serta metode dalam membuat perumpaan.
3. Beberapa kelompok Islam telah sepakat bahwa penakwilan hanya diperbolehkan
ketika memiliki dalil akan kemustahilan menggunakan makna lahir. Makna
lahiriyah pertama adalah makna asli.
4. Mereka sepakat bahwa jika dalil tersebut telah pasti, maka diberikan keringanan
diberikan untuk penakwilan, meskipun menggunakan makna jauh. Jika belum
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {20}

past maka tidak diberikan keringanan kecuali hanya pada penakwilan makna
dekat yang memudahkan pemahaman.
5. mereka sepakat bahwa tingkatan yang diterima hanya lima, yaitu wujud dzati,
hissi, khayali, aqliy, syibhi, yang menjadi tingkatan dalam penakwilan.
6. Para penakwil dikelompokkan menjadi dua tingkat. Tingkatan awam dan
tingkatan analis.
7. Mereka yang menakwilkan tanpa dalil dalam masing-masing tingkatan belum
tentu dianggap kufur. Tergantung apakah penakwilannya berkaitan dengan
permasalahan akidah atau tidak. Dan akan dianggap kafir ketika berkaitan
dengan masalah akidah.
8. Sebuah makna yang bertentangan terkadang bertentangan dengan makna
mutawatir dan dianggap sebagai makna yang ditakwilkan, akan tetapi
disebutkan sebagai sebuah penakwilan yang tidak memiliki dasar bahasa, maka
dianggap kufur dan orang yang melakukannya berdosa, meskipun ia menyangka
bahwa makna itu adalah makna yang ditakwilkan.
9. Jika seseorang mengingkari makna yang ditetapkan berdasarkan hadis ahad,
maka tidaklah dianggap kafir. Jika ditetapkan berdasarkan berdasarkan ijma',
maka dipertimbangkan terelbih dahulu.
Sedangkan Ibn Rusyd menekankan bahwa takwil diperbolehkan dalam sebagian
teks-teks syara'. Bagi Ibn Rusyd, yang dimaksud takwil yang dilakukan berdasarkan
ketentuan takwil Arab adalah menggabungkan antara makna yang ternalar dan makna
ternukil, bukan menempatkan makna ternalar menggantikan makna ternukil.
Pendapat Ibn Rusyd tentang takwil secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. Takwil diperbolehkan
2. Hanya pada makna yang memiliki dalil kemustahilan penggunaan makna lahir.
3. Sesuai dengan persyaratan majaz, yang mengeluarkan petunjuk makna kata-
kata dari hakikat menjadi majaz.
4. Tidak ada kesepakatan ijma' yang diyakini bahwa yang dimaksudkan adalah
makna lahiriyah.
5. adanya dukungan petunjuk makna lahiriyah dari beberapa teks yang
menguatkan penakwilan
6. Bertujuan menggabungkan antara yang ternalar dan ternukil, bukan
membenturkan keduanya, melampaui salah satu ataupun menafikannya.
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {21}

7. Takwil berlaku hanya untuk kalangan khusus yang berilmu. Tidak
diperbolehkan bagi kalangan umum. Tidak boleh dituliskan dalam buku-buku
umum, kecuali jika penakwilannya telah benar-benar valid memenuhi syara-
syarat dan ketentuan takwil.
8. Tentang alam gaib, mukjizat, dasar-dasar syari'ah, dan segala yang tidak
mampu diketahui hanya dengan akal manusia untuk dapat mengetahui
essensinya. Ibn Rusyd mengharuskan mengambil makna lahiriyah, tidak
ditakwilkan.
9. Berita tentang yang gaib dan dasar-dasar syari'ah serta mukjizat tidak boleh
ditakwilkan, meskipun oleh para filosof.

Para ulama setelah mereka ketika menggunakan takwil ketakwaannya menjadi
berkurang, banyak bertentangan, semakin terpisah-pisah.
1. Tawil bagi para sufi
Tujuan penakwilan baik dalam sufi dalam segala keadaan, tingkatan, pembacaan
dan penakwilan adalah sampai pada tingkatan tertinggi pemahaman atas tujuan penulis,
tidak dengan terang-terangan mengakui matinya penulis.
Dalam pemikiran Islam dan sejarah peradaban umat Islam, tasawuf syar'i
memiliki perbedaan yang mendasar secara batin. Penakwilan dan pembacaan teks
agama termasuk salah satu bidang yang dapat digunakan mengetahui inti perbedaan
antara tasawuf dan penyimpangan aliran batiniyah.
Pembacaan kaum sufi terhadap teks-teka agama memang berbeda dengan
pembacaan para filosof dan mufasir Qur'an. Namun, meskipun demikian mereka
tidaklah berlebihan dalam seperti yang dilakukan oleh aliran batiniyah. Kaum sufi
berusaha membaca membaca teks untuk sampai pada penulis dan maksud tulisannya.
Sedangkan takwil bagi aliran mengesampingkan apapun maksud penulis, seperti yang
dilakukan hermeneutik terhadap pengarang bagi teks buatan manusia dan terhadap
Tuhan bagi Tuarat dan Injil.
Pembacaan kaum sufi terhadap teks agama berusaha mennggapai esensi dasar
teks dan menggapai dunia teks tersebut tanpa mengorbankan ketentuan bahasa ataupun
keimanan. Dalam pembacaan sufi terdapat tiga maqom, yaitu: mukmin yang telah
ma'rifah (yang telah bertemu Allah melalui kalamullah dan mengetahui makna
khitabnya), muqarrabin umum (yang menyaksikan dengan hati mereka seakan-akan
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {22}

Allah berdialog dengan kelembutannya), dan ashabul yamin (yang melihat diri mereka
telah bermunajat kepada Tuhan). Seluruh maqom ini dalam setiap pembacaan mereka
selalu mencari penulis, berusaha sampai pada sumber dan mencari esensi maksud.
Penakwilan hanya diberlakukan pada bagi kaum khawash, atau khawashhul
khawash, dan Allahlah yang menunjukkan mereka. Takwil dalam sufi adalah
pembacaan hati yang menerima limpahan dan ilham Tuhan. Sedangkan akal hanyalah
sekedar saksi. Akan tetapi, tujuan takwil tidak lain hanyalah mencapai sang penulis dan
mencari esensi maksud ungkapannya
2. Penakwilan Aliran Batiniyah
Penakwilan aliran batiniyah sama seperti penakwilan hermeneutik terhadap teks
agama dalam turats barat. Yakni bahwa penakwilan diberlakukan secara umum pada
setiap teks tanpa membedakan antara yang muhkam dan yang mutasyabih, tidak
menganggap peran bahasa. Seperti aliran Isma'iliyah yang penakwilannya hampir
merusak Islam. Bagi mereka yang batin menghapus yang lahir, hingga mereka
menempatkan syari'at batin pada syari'ah dzahir.

F. Penyimpangan (Bidah) Hermeneutik dalam Studi Islam Modern
Kita tahu dari berbagai media bagaimana hermeneutik Barat yang sekuler tumbuh
subur sejak masa pencerahan Eropa (renaisans) abad ke-18 M-bagaimana hermeneutik
itu berusaha untuk memanusiakan agama, menggantikan manusia menempati posisi
Tuhan, dan menggantikan pembaca menempati posisi wahyu seakan-akan manusialah
yang menciptakan wahyu (teks agama) tersebut. Sebagaimana hermeneutik berupaya
keras mengucilkan nilai spiritual, akhlak serta hukum-hukum agama dari sumbernya
(Tuhan) bahkan sampai batas wacana kemungkaran: Sungguh Allah telah mati
sehingga dengan demikian hermeneutik telah memposisikan agama buatan manusia
menempati agama yang diturunkan Tuhan sehingga menjadikan manusia tanpa nilai-
nilai ketuhanan dan bukanlah manusia yang memiliki nilai-nilai ketuhahan yang Allah
hembuskan dari ruh-Nya.
Tawil hermeneutik sekuler (hermeneutik Barat) ini telah menyusupkan kerancuan
ke dalam tawil gnostik-mistik (tawil Islamiy) pada teks-teks agama serta
menyamaratakan semua teks sehingga tidak ada bedanya antara teks mutawatir dengan
ghairu mutawatir, teks muhkam dengan teks mutasyabih atau antara teks wahyu dengan
teks non wahyu. Tawil hermeneutik sekuler ini cenderung bergerak menuju kebalikan
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {23}

dari tawil Islamiy yang berorientasi batiniah. Maka tawil batin mengklaim bahwa ia
menggiring teks dari jasadnya ke ruhnya sementara hermeneutik positivistik- sekuler
menggiring teks dari ruh ke jasadnya atau dengan istilah ekstrim menggiring agama dari
nilai-nilai ketuhanan menuju nilai-nilai kealaman, dari dunia metafisika ke dunia fisika,
dari wahyu menuju akal (rasio) dan eksperimen panca indera (sense).
Setelah hermeneutik memanusiakan Tuhan, memanusiakan nubuwwah dan
mengingkari adanya tanzil dan ijaz al-Quran dan wahyu serta mengingkari keabadian
makna-makna al-Quran serta memanusiakan alam ghaib. Hermeneutik modern ini juga
cenderung mendewakan akal (rasio) dan indera (sense) terhadap wahyu dan alam ghaib
serta menyerukan: sesungguhnya rasio itu tidak membutuhkan bantuan, akal (rasio) itu
mengetahui kebaikan dan keburukan dan akal itu mampu untuk mengetahui sifat-sifat
baik dan buruk terhadap sesuatu sebagaimana halnya indera (sense), pengamatan
(observasi) dan eksperimen mampu untuk mengetahui baik dan buruk.

G. WABADU
Hermeneutik Modern yang berusaha diterapkan dalam Islam, Allah, wahyu,
alam gaib, dan kenabian merupakan penakwilan yang buruk dan berlebihan, dimana
pembaca didewakan dan Tuhan dimatikan tanpa pandang bulu, baik pada hermeneutik
Barat ataupun pada Islam, yang kemudian menyebabkan kehancuran Nasrani Barat dan
kehampaan agama di Eropa, ketika tidak mampu menjawab pertanyaan manusia yang
seharusnya dijawab oleh agama. Bahkan, hermeneutik modern menyatakan bahwa ateis
adalah dasar wahyu dan penyimpangan adalah makna asli keimanan. Ini merupakan
upaya sia-sia yang tidak perlu dikomentari.
Demikianlah beberapa alur pemikiran dan madzhab filsafat dalam peradaban
kita yang menolak penakwilan sia-sia ini yang diperkenalkan oleh hermeneutik Barat
yang sangat merusak teks, khususnya teks-teks agama.







HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {24}

BAB III
KOMENTAR
Sebagai contoh relevansinya Hermenutika dalam konteks penafsiran adalah,
saya akan memaparkan sedikit titik relevantsi hermenutika Pasca Strukturalisme yang
dikembangkan Saussure. Dengen memperbandingkannya dengan metodologi Ilsam
mainstream.
Secara umum, metode penelitian tafsir yang selama ini dikenal terdapat empat
klasifikasi, yaitu (1) tafsir tahlily analitis, (2) tafsir ijmaly global, (3) tafs muqaran
perbandingan, dan (4) tafsir maudhui tematik (Al-Aridl 1994:4). Keempat konsep
ini mudah disebutkan, tetapi tidak begitu mudah menuntun orang ke pemahaman seluk-
beluk metode untuk diturunkan ke teknik yang dimaksud, karena keempat konsep
tersebut masih memerlukan teknik yang bersifat operasional. Maka ancangan, metode,
dan teknik yang dipakai oleh kalangan linguistik struktural terutama yang dipelopori
oleh de Saussure dan dikembangkan oleh Bloomfield, dan lain-lain dapat dijadikan
sebagai alternatif dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran. Teknik yang dimaksud adalah
(1) teknik substitusi (ganti), (2) teknik ekspansi (perluas), (3) teknik intrupsi (sisip), (4)
teknik delisi (lesap), dan (5) teknik permutasi
Bila ditelaah, para mufassir yang telah menghasilkan beberapa kitab tafsir yang
cukup populer di kalangan kita, seperti kitab tafsir al-Kasysyaf oleh al-Zamakhsyari,
kitab tafsir Jalalain oleh Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuti, kitab tafsir al-
Baidhowi, dan lain-lain telah meggunakan ancangan linguistik struktural. Sebuah karya
yang lebih dahulu dari pada munculnya konsep linguistik struktural tersebut perlu
menjadi perhatian untuk dikaji lebih mendalam agar tidak terjadi stagnasi metodologis
terutama dalam membedah struktur kalimat pada setiap ayat.
Dua contoh penafsiran di atas membuktikan bahwa para penafsir Alquran telah
menggunakan analisis ilmiah terhadap satuan lingual kebahasaan dengan ancangan
analisis linguistik struktural dalam membedah makna yang terkandung di dalam
Alquran.
Pada dasarnya Hermeneutika merupakan sebuah metode kritik eksploratif untuk
menginterpretasikan realitas teks-teks Kitab Suci baik secara implisit maupun eksplisit
di mana Kitab Suci dipandang mempunyai kedudukan sebagai ultimate truth (kebenaran
yang Agung) namun dalam realitas hermeneutika merupakan suatu teori filsafat tentang
interpretasi makna dikenal sebagai salah satu model spesifik analisa yakni sebagai
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {25}

pendekatan filosofis terhadap pemahaman manusia. Fokus analisa hermeneutika adalah
persoalan makna teks atau yang dianalogikan sebagai teks. Bahasa menjadi acuan way
of being bagi manusia dalam menggali kebenaran. Keterbatasan manusia dalam
mengungkapkan bahasa Kitab Suci sering suatu pemahaman menjadi invaliditas dan
semi validitas tetapi setiap interpreter mengakui klaim kevaliditasnya.
Aplikasi hermeneutika dalam pemahaman Al-Qur'an merupakan sebuah
keniscayaan sejarah sebagai sebuah evolusi metodologis dari triadik metode penafsiran
yang dikembangkan oleh umat Islam, yaitu tafsir takwil hermeneutika. Artinya, sebagai
sebuah perangkat metodologis pembacaan Al-Qur'an, hermeneutika merupakan bagian
integral perjalanan panjang sejarah perkembangan ilmu-ilmu Al-Qur'an. Sejumlah
gagasan konseptual dalam tradisi hermeneutika seperti keharusan mempertimbangkan
konteks sosial pembaca maupun teks, konsep teks itu sendiri, keragaman potensial
makna teks, mempertimbangkan kondisi audiens sebagai sasaran teks merupakan
kumpulan konsep yang erat kaitannya, bahkan tidak lain merupakan dari istilah-istilah
metodologis yang terdapat dalam tradisi kajian 'Ulum Al-Qur'an.
Penggunaan hermeneutika dalam Al-Quran memberikan orientasi ekspansif
pemahaman Al-Quran dari having religious ke being religious dan being human.
Konsep having religious lebih menitik-beratkan pada formalisme agama, sedangkan
being religious dan being human lebih menitikberatkan pada substansi dan nilai agama.
Kemudian dilakukan suatu transformative value melalui critical thinking yang bersandar
pada landasan atau perspektif kemaslahatan kontemporer. Kecenderungan Al-Quran
dipahami selama ini lebih dominan sebagai kajian hukum Islam (fiqh) dengan
pendekatan teoritis dan normatif dapat disebut melihat hukum dalam konteks law in
books, yaitu suatu pemahaman yang melihat hukum sebagai fenomena normatif dalam
rangka pencarian atau penemuan asas dan doktrin hokum, sementara kecenderungan
terapan yang bersifat sosiologis dapat dipahami sebagai model pemahaman yang
melihat hukum dalam kerangka law in action, yaitu suatu pemahaman yang melihat
hukum sebagai fenomena sosial.
Perubahan sosial, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan hukum yang terjadi
dalam dunia Islam yang berinteraksi dengan dunia internasional non-Islam, selalu
melibatkan proses dialektika yang intensif antara great tradition (tradisi besar) pada
wilayah alam pikiran, konsep, ide, teori, keyakinan, dan gagasan. Sedangkan little
tradition (tradisi kecil) yang merupakan wilayah aplikasi praktis di lapangan dari teori,
HERMENEUTIKA : Studi Pemikiran Muhammad Imarah {26}

konsep, ide, keyakinan dan gagasan tersebut dalam wilayah kehidupan konkrit pada
budaya dan tatanan sejarah tertentu. Perubahan (change) akan terjadi ketika tradisi baru
yang datang mempunyai kekuatan dan daya dorong yang besar dibandingkan dengan
tradisi keilmuan yang telah ada dan mapan sebelumnya. Jika tradisi baru yang datang
mempunyai kekuatan dan daya dorong yang lebih kecil dibandingkan kekuatan tradisi
keilmuan yang lama, maka yang terjadi adalah tidak adanya perubahan.
Oleh karena itu, perubahan yang sangat mendesak dalam Dunia Islam yaitu
pengalihan pemahaman Al-Quran dari hukum Islam (Fiqh) yang sifatnya teoritis dan
normatif berkisar pada formalisme agama Islam menjadi hukum Islam yang kontekstual
sesuai dengan sosiologis legal formal sekarang ini. Kontribusi teori double movement
Fazlur Rahman mencoba melakukan terobosan baru dengan merekonstruksi pemahaman
terhadap Al-Quran yang compatible dengan kehidupan kontemporer melalui metode
penafsiran hermeneutika

You might also like