You are on page 1of 18

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 LUBUKLINGGAU MENGGUNAKAN BELAJAR DENGAN TEHNIK JIGSAW

DISUSUN OLEH NIP UNIT KERJA

: SUGIYO,S.Pd.I : 130635011 : DINAS DIKNAS KOTA LUBUKLINGGAU

PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

LEMBAR PENGESAHAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 LUBUKLINGGAU MENGGUNAKAN BELAJAR DENGAN TEHNIK JIGSAW

Masalah yang menjadi fokus perbaikan adalah

Bagaimana mengoptimalkan pembelajaran dikelas sehingga hasil belajar menjadi lebih baik melalui belajar dengan tehnik Jigsaw.

Mengetahui A.n Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kasubdin Dikdas Diknas Kota Lubuklinggau

Lubuklinggau , 30 pebruari 2007 Penulis

Drs.H. Burlian Husin ,M.Si NIP 131149999

Sugiyo, S.Pd.I NIP 130635011

JUDUL PENELITIAN

: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 LUBUKLINGGAU MENGGUNAKAN BELAJAR DENGAN TEHNIK JIGSAW.

BIDANG ILMU

: PENDIDIKAN

KATAGORI PENELITIAN : PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENELITI Nama Lengkap dan Gelar NIP Pangkat/Gol/ Jabatan Instansi Verja Lokasi Penelitian Lama Penelitian Sumber Dana : : SUGIYO, S.Pd.I : 130635011 : Pembina / IV/a / Pembina Sekolah Madya : Dinas Pendidikan Nasional Kota Lubuklinggau : SD Negeri 3 Lubuklinggau : 3 Bulan :-

Mengetahui A.n Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kasubdin Dikdas Diknas Kota Lubuklinggau

Lubuklinggau , 30 Pebruari 2007 Penulis

Drs.H. Burlian Husin ,M.Si NIP 131149999

Sugiyo, S.Pd.I NIP 130635011

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan berkat rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini dengan baik dan lancar. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran khususnya matematika kelas V. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian ini. Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan da masa yang akan datang. Semoga hasil Penelitian ini bermanfaat.

Lubuklinggau, 30 Pebruari 2007 Penulis

SUGIYO,S.Pd.I NIP 130635011

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 LUBUKLINGGAU MENGGUNAKAN BELAJAR DENGAN TEHNIK JIGSAW ABSTRAK
Masalah redahnya motivasi siswa dan rendahnya hasil belajar siswa telah lama menjadi bahan pikiran para guru dan pengawas pembina TK/SD, terutama pada mata pelajaran Matematika. Pada umumnya siswa merasa matematika merupakan pelajaran yang menakutkan dan paling susah, sehinga setiap kegiatan pembelajaran kurang aktif, interaktif antara guru dan siswa cenderung pasif dan hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Menjadi Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang melibatkan guru kelas, permasalahan ini dicoba untuk diteliti melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. Penelitian ini melalui dua siklus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan menggunakan model kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan hasil belajar sebelumnya. Pada Siklus I tingkat motivasi siswa sebesar 34,38 % sedangkan pada siklus II naik menjadi 63,47 %. Pada hasil ulangan harian siklus I 59,39 % sedangkan pada siklus II naik menjadi 85 %. Sebagian besar siswa menyenangi model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini karena siswa diberi kebebasan dan aktif dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga terciptalah hubungan yang baik dengan siswa begitu juga dengan guru.

DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi ABSTRAK I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian II. KAJIAN PUSTAKA III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Lokasi Dan Karateristik Subjek Penelitian C. Pengumpulan Data D. Analisa Data IV. HASIL PENELITIA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Siklus I B. Hasil Penelitian Siklus II V. KESIMPULAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru bukan hanya dituntut untuk terampil dalam memberikan materi pelajaran yang lebih baik tetapi diharapkan juga mampu membantu mengatasi kesulitan kesulitan belajar yang alami siswa dan mampu menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar. Kesadaran peserta didik untuk belajar sendiri sangat dibutuhkan guna membekali diri untuk mengikuti pelaksanaan pembeajaran berikutnya sehingga peserta didik mempunyai kesiapan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) ideal adalah 75% atau sekolah menetapkan kriteria lebih tinggi atau lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimal Ideal sesuai dengan Standar Kompetensi dan kemampuan siswa. Namun dari jumlah siswa kelas V SD Negeri 1 Lubuklinggau sebanyak 28 siswa hanya 50 % saja yang memiliki motivasi belajar yang cukup baik, namun masih banyak yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan paling susah, sehingga hasil prestasi belajar siswa masih jauh dari yang diharapkan. Untuk mengatasi beberapa masalah yang berkaitan dengan minat dan motivasi belajar siswa guru dan penulis sudah mencoba dengan cara memberi tugas dirumah atau PR dari materi-materi yang telah diberikan. Dari cara cara tersebut memang mampu meningkatkan hasil belajar siswa namun kurang efektif dan hanya beberapa siswa saja yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal. Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa juga sangat dipengaruhi kemampuan guru dalam menyajikan pelajaran. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran ( KTSP ) siswa bukan hanya memahami materi pelajaran untuk mengembangakan kemampuan intelektual saja akan tetapi bagaimana pengetahuan yang akan dipahami itu dapat mewarnai perilaku yang ditampilkan dalam kehidupannya. Berdasarkan masalah diatas penulis berusaha mencari alternatif apakah ada yang dapat membantu membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Dalam menyajikan materi pelajaran guru memiliki metode, model dan strategi yang dapat menunjang minat dan motivasi belajar siswa, akan tetapi metode, model dan strategi tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi siswa sehingga siswa ikut terlibat dan aktif dalam pelajaran, salah satu model pembelajaran yang dianggap cocok untuk dipakai dalam pembelajaran Matematika yaitu model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas pokok masalah yang penulis bahas dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Apakah dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang diharapkan dapat meningkatkan minat hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Lubuklinggau dalam pelajaran matematika . C. Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini untuk mengetahui apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat : 1. Bagi Guru, dapat dijadikan sebagai alternatif dalam perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman materi pembelajaran matematika. 2. Bagi Sekolah, untuk bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas hasil pendidikan. 3. Bagi siswa, untuk lebih mampu memahami materi pelajaran dan meningkatkan hasil belajar serta mengembangkan sikap saling ketergantungan secara positip, menumbuhkan minat belajar yang lebih tinggi, menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi, dan komonikasi antar siswa dan semangat untuk kerjasama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik Istilah model pembelajaran berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model yang menyeluruh. Menurut Anita Lie ( 2002;27 ) Falsafah yang mendasari model pembelajaran dalam pendidikan adalah Homo Homini Socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial, kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelansungan hidup. Sedangkan menurut Depdiknas ( 2005 : 44 ) Pembelajaran Kooperatif adalah mengupayakan seseorang peserta didik mampu mengajarkan sesuatu kepada peserta lain . Dengan kata lain mengajarkan teman sebaya, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan ia mampu menjadi nara sumber. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan pembelajaran, yaitu: 1. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas tugas akademik. 2. Penerimaan terhadap individu Yaitu penerimaan yang luas bagi siswa terhadap orang berbeda menurut ras, budaya kelas sosial, kemampuan ketidakmampuan. 3. Pengembangan keterampilan sosial Yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi Menurut Salvin ( 1991 : 4 ) pembelajaran kooperatif mempunyai ciri ciri sebagai berikut: 1. Untuk menuntaskan materi belajarnya siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. 3. Diupayakan dalam kelompok terdiri ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda. 4. Penghargaan kelompok lebih diuatamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan nilai prestasi belajar siswa yaitu Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Menurut Arason yang dikutip Rahmadi ( 2006 : 18 ) Jigsaw atau gigi gergaji adalah odel belajar kelompok yang dibagi menjadi 4 6 orang . Pelajaran dibagi beberapa bagian sehingga setiap siswa mempelajari setiap bagian tersebut. Semua siswa dengan bagian pelajara yang sama belajar bersama dalam sebuah kelompok yang dikenal dengan kelompok Jigsaw.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok yang dilakukan dalam kelompok. Ada unsur unsur kooperatif yang membedakannya dengan belajar kelompok yang dilakukan asal asalan. Dalam melaksanakan pembelajaran banyak sekali model pembelajaran yang kita temui tetapi tidak semua model dapat kita terapkan dalam semua kegiatan pembelajaran, misalnya dalam pembelajaran matematika guru harus jeli memilih model yang tepat sesuai dengan Kopetensi Dasar yang akan dicapai. Salah salah satu kenyataan yang dialami siswa kelas V SD Negeri 1 Lubuklinggau kesulitan dalam memahami beberapa materi seperti menghitung campuran pada pecahan dan soal soal cerita. Kesulitan itu tidak terpecahkan karena proses pembelajaran hanya berjalan satu arah, dan guru sering mendominasi kegiatn pembelajaran tersebut. Siswa hanya diam dan menerima apa yang diberikan oleh guru. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah : 1. Menyajikan metode alternatif disamping metode ceramah 2. Mengkaji ketergantungan positip dalam menyampaikan dan menerima informasi diantara anggota kelompok. 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih berbicara dan mendengarkan dalam menyampaikan informasi. Sebelum pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dimulai, sebaiknya siswa dilatih terlebih dahulu langkah langkah model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dapat berjalan dengan lancar. Langkah langkah model pembelajaran yaitu ; 1. Membentuk kelompok kooperatif awal : a. Siswa dibagi kedalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 6 b. Bagikan wacana atau tugas yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan c. Masing masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau tugas yang berbeda beda dan memahami informasi yang ada didalamnya. 2. Kelompok Ahli a. Kumpulkan masing masing siswa yang memiliki wacana atau tugas yang sama kedalam satu kelompok sehinggah jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang diberikan oleh guru b. Dalam kelompok ahli ini ditugaskan siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung jawab. c. Tugaskan bagi semua anggota ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil wacana atau tugas yang telah dipahami kepada kelompok Kooperatif ( awal ). d. Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing masing siswa kembali sekelompok kooperatif ( awal )

e. Beri kesempatan secara bergiliran masing masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas yang dikerjakan di kelompok ahli f. Apabila kelompok telah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi Dalam model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw ini penilaian kelompok lebih diutamakan daripada penilaian individu. Untuk penilaian hasil belajar individu pada model kooperatif Tipe Jigsaw ini bisa diadakan kuis secara individu, setelah itu individu tiap kelompok dirata-ratakan. Kelompok yang rata ratanya lebih tinggi bisa diberi penghargaan. Penilaian untuk Jigsaw meliputi nilai dasar ( base score ), nilai perkembangan ( inprovemenpoint ), dan penilaian tim ( team scoring procedures ). Nilai dasar yaitu rata rata kuis. Sedangkan nilai perkembangan diperoleh dengan acuan yang ditentukan. Sedangkan nilai tim diperoleh dari nilai rata rata dari nilai perkembangan stiap kelompok. Setelah diketahui rata rata nilai perkembangan masing masing kelompok diberi predikat khusus. Siswa bekerjasama dengan metode gotong royong. Mereka saling membantu mempersiapkan diri untuk tes kemudian masing masing mengerjakan tes sendiri sendiri dan menerima nilai pribadi. B. Hipotesis Tindakan Dengan menggunakan model kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw guru harus memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu mengaktifkan pengalaman agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Sehingga kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran dapat diselesaikan dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam mengatasi permasalahan yang dirumuskan maka dirancanglah suatu rencana tindakan dalam bentuk siklus. Direncanakan ada 2 siklus yang terdiri dari 2 kali pertemuan setiap 1 siklus.

BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Penelitian tindakan ini akan dilakukan di kelas V SD Negeri 1 Lubuklinggau pada semester II tahun pelajaran 2006 / 2007 dengan jumlah siswa 28 orangdengan mengambil Standar Kompetensi Pecahan. Siswa Kelas V SD Negeri 1 Lubuklinggau memiliki kemampuan bervariasi. Proses pelaksanaan tindakan ini merupakan suatu siklus kegiatan yang meliputi beberapa kegiatan yaitu : 1. Rencana Tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Pemantauan dan Evaluasi 4. Analisis Data dan Refleksi 1. Rencana Tindakan - Menyiapkan perangkat pembelajaran - Menyiapkan kelompok belajar yang terdiri 4 orang. Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen dengan memperhatikan kemampuan akademis yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. - Membagi tugas tiap kelompok - Memberi arahan tentang apa yang harus dikerjakan dan diskusikan dalam kelompok - Mendiskusikan tugas masing masing kelompok - Mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain menanggapi - Memberikan penilaian terhadap tiap kelompok 2. Pelaksanaan Tindakan Langkah langkah pelaksanaan tindakan sebagai berikut : - Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa - Menyajikan Informasi - Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kelompok belajar - Membimbing kelompok belajar dan bekerja - Mengadakan evaluasi - Memberikan penghargaan secara individu atau kelompok 3. Pemantauan dan Evaluasi Evaluasi hasil belajar adalah suatu proses untuk menentukan nilai belajar melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar.

Pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan dengan : - Mengamati tingkat motivasi relajar siswa - Analisis hasil ulangan harian siswa B. Lokasi dan Karateristik Subjek Penelitian 1. Gambaran Umum Daerah Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah SD Negeri 1 Lubuklinggau yang beralamat di Jl. Garuda Kelurahan Lubuk Durian Kecamatan Lubuklinggau Barat I Kota Lubuklinggau . SD Negeri 1 Lubuklinggau ada 6 kelas yaitu kelas 1 sampai kelas 6, siswa yang dijadikan objek penelitian adalah siswa kelas V. Keadaan fisik sekolah sangat baik, bangunan sudah permanent, yang terdiri 3 gedung , 6 ruang belajar, 1 ruang kantor. Penduduk Kelurahan Lubuk Durian merupakan penduduk heterogen yang terdiri dari penduduk pribumi dan pendatang dari daerah lain. 2. Karateristik Subjek Penelitian Siswa kelas V SD Negeri 1 Lubuklinggau yang dijadikan objek penelitian berjumlah 28 siswa yang terdiri 12 laki-laki dan 16 perempuan. Pada umumnya orang tua siswa petani dan pedagang, tapi ada juga yang Pegawai Negeri. C. Pengumpulan Data Data penelitian berupa prestasi dari catatan keaktifan siswa pada waktu proses pembelajaran. Pengumpulan data menggunakan metode pengamatan. Jenis pengamatan yang digunakan adalah pengamatan partisipasi. Pengamatan ini menggunakan alat bantu daftar cek dan tes. E. Analisis Data Data yang diperoleh dari produk tindakan diolah dengan menggunakan analisis statistik, sedangkan data dari pengamatan proses pembelajaran diolah dengan tehnik analisis kualitatif, instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kualitatif adalah lembaran pengamatan dan lembaran catatan. Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui isi rangkuman peserta didik, yang dikerjakan secara berkelompok dan mempresentasikan hasil diskusinya. Unsur yang diamati ialah keterlibatan peserta didik, kelancaran, sistematika dan isi. Lembaran ini sudah dirancang dalam bentuk tabel dan diisi dengan memberi tanda kriteria.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Siklus I Penelitian ini berlansung dalam dua siklus. Pada tiap siklus pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. Hasil belajar diambil dari hasil ulangan harian. Pada siklus I yang diadakan pada minggu kedua januari sampai minggu ketiga januari 2007 dengan standar kompetensi menyelesaikan soal cerita dengan hitung campuran pada pecahan. Waktu yang diperlukan 2 x 35 menit. Dari pengamatan pada siklus I yang dilakukan penulis diperoleh data dari motivasi hasil belajar dengan pembelajaran menggunakan model kooperatif Tipe Jigsaw terlihat pada tabel berikut: Tabel. Distribusi Frekuensi Tingkat motivasi dan hasil belajar siswa pada siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 Rentang Nilai 4,4 4,5 5,4 5,5 6,4 6,4 7,4 7,5 8,4 8,5 9,4 9,5 10 Sebutan Sangat Kurang Kurang Hampir cukup Cukup Lebih dari cukup Baik Sangat Baik JUMLAH Jumlah siswa ( %) 21,88 % 43, 75 % 25,00 % 9,38 % 100 %

Dari tabel diatas dapat dilihat siswa yng memiliki tingkat motivasi belajar yang cukup baik hanya sedikit sekali dan perlu ditingkatkan lagi. Berdasarkan hasil siklus I diadakan refleksi dalam upaya perbaikan, maka perlu rencana yang matang pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Dari kegiatan refleksi maka terungkap kelemahan kelemahan pada kegiatan pembelajaran sebelumnya. Kelemahan kelemahan itu antara lain : 1. Kurangnya waktu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran . 2. Interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru belum tercipta belum tercapai 3. Siswa masih malu dalam mengungkapkan pendapaymya 4. Masih banyak sisa yang tidak aktif didalam kegiatan pembelajaran.

B. Siklus II Hasil penelitian pada siklus II yang diadakan pada minggu pertama dan kedua bulan pebruari 2007. Dengan sub pokok soal cerita yang berkaitan dengan operasi hitung campuran pada pecahan. Pelaksanaan tindakan dan kegiatan ini sesuai dengan perencanaan. Dari hasil refleksi pada siklus I telah dilakukan perbaikan pada rencana kedua sebagai berikut : 1. Waktu pada siklus I hanya 2 x 35 menit sedangkan pada siklus II ditambah menjadi 3 x 35 menit 2. Ruang belajar diatur sebelum proses belajar dimulai 3. Memasukan suatu permainan yang berkaitan dengan pembelajaran yang membuat siswa tertarik untuk belajar. Dari kegiatan pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw terlihat dalam tabel berikut : Tabel. Distribusi Frekuensi Tingkat motivasi dan hasil belajar siswa pada siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 Rentang Nilai 4,4 4,5 5,4 5,5 6,4 6,4 7,4 7,5 8,4 8,5 9,4 9,5 10 Sebutan Sangat Kurang Kurang Hampir cukup Cukup Lebih dari cukup Baik Sangat Baik JUMLAH Jumlah siswa ( %) 0,00 % 0,00 % 6,25 % 21,87 % 31,25 % 15,63 % 25,00 % 100 %

Dari tabel diatas dapat dilihat peningkatan yang sangat signifikan, walaupun masih ada yang mencapai nilai ketuntasan namun sudah mampu meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Dengan melihat perkembangan hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hail penelitian yang dilakukan selama 2 siklus, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dapat menumbuh kembangkan semangat ban kemampuan serta motivasi belajar siswa 2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terbukti dari tabel frekwensi tingkat motivasi dan hasil belajar siswa yang menunjukan peningkatan hasil dari siklus I 3. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw harus dengan persiapan yang matang baik persiapan perangkat pembelajaran maupun mengaktifkan siswa bagi seorang guru 4. Pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw memerlukan seorang guru yang kreatif dan sarana dan prasarana yang sangat menunjang agar memperoleh hasil yang memuaskan. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan selama dua siklus maka penulis menyarankan bahwa : 1. Model pembelajaran kooperatif ini dapat digunakan pada pelajaran lain selain matematika. 2. Untuk mengembangkan proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif Tipe Jigsaw ini membutuhkan alat dan sarana yang menunjang, untuk itu diharapkan kepada kepala sekolah untuk dapat membantu menfasilitasi alat dan sarana tersebut agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Belajar Mengajar. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Umum, Jakarta Depdikbud, 1998. Pokok Pokok Pengajaran Matematika Sekolah ; Jakarta Depdiknas, 2006. KTSP Sekolah Dasar . Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Lie. Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo

You might also like