You are on page 1of 11

Pengembangan Virtual Library Untuk Kitab Kuning dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pondok Pesantren di Jawa Timur

Ali Masum Syafaat


Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang

Abstract: The purpose of this study was to describe the kitab kuning titles that are taught at the Islamic boarding schools (pesantren), kitab kuning learning methods at the pesantren and the concept of creating a virtual library of kitab kuning at the pesantren. The data abaut the titles of the books and learning methods were obtained using the design of survey research. This design starting point on the concepts, hypotheses, and theories are already established, so it will not create a new theory nor having the nature of the verification or checking of existing theories (Mantra, 2001). While describing the concept of creating a virtual library is an experimental method. Kata Kunci: kitab kuning, virtual library, pondok pesantren

Pola pembelajaran pesantren memiliki beberapa kekhasan, diantaranya adalah kurikulum dan buku ajarnya yang hampir sama antara pesantren satu dengan lainnya mulai dulu sampai sekarang, yakni menggunakan buku ajar yang disebut dengan kitab kuning. Istilah kitab kuning merujuk pada buku khas pesantren yang biasanya berwarna kuning, hasil karya dari ulama abad perte ngahan. Kitab kuning bahkan ditempatkan pada posisi istimewa, karena keberadaannya menjadi unsur utama, sekaligus unsur pembeda antara pesantren dengan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya. Lebih dari itu, Al-Hana (2005) setelah melakukan penelitian, menyimpulkan bahwa sistem pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan dan bandongan itu memiliki persamaan dengan sistem belajar tuntas. Dalam lingkup yang lebih luas, ternyata sampai sekarang kitab kuning masih tetap dipakai di masyarakat sebagai rujukan permasalahan keagamaan, terutama dalam kegiatan bahsul masail atau majlis
103

tarjih mulai tingkat daerah sampai ke tingkat nasional. Dhofier (1982) menambahkan, untuk pesantren di Jawa dan Madura, penyebaran keilmuan, jenis kitab dan sistem pengajaran kitab kuning memiliki kesamaan, yaitu sorogan dan bandongan. Kesamaan-kesamaan ini menghasilkan homogenitas pandangan hidup, kultur dan praktik-praktik keagamaan di kalangan santri. Dari uraian di atas, muncul beberapa pertanyaan: (a) sejauh mana pesantren telah menggunakan ICT untuk mendukung pembelajaran kitab kuning?, (b) bagaimana cara untuk melakukan inovasi pembelajaran kitab kuning?, (c) apa media yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kitab kuning? Terkait dengan keterlibatan pesantren dalam penggunaan ICT, sebetulnya beberapa pesantren telah melakukan upaya modernisasi dalam proses pembelajarannya melalui multimedia dan internet. Penelitian Nuraini (2005) terhadap Pesantren Darut Tauhid Bandung menemukan bahwa pesantren tersebut telah menggunakan teknologi pembelajaran yang canggih
103

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TH. 20, NO. 2, OKTOBER 2010

bahkan melebihi lembaga pendidikan non pesantren. Kondisi tersebut ditandai antara lain dengan penggunaan dan pemanfaatan dunia cyber secara maksimal. Di sana juga terdapat TV, CD dan VCD, disamping media cetak, yang menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran dan diseminasi gagasan keislaman (dakwah) di pesantren. Namun, harus diakui ternyata pola salaf (tradisionalisme) (66,0%) di seluruh Indonesia lebih banyak dibandingkan pesantren pola lainnya, seperti kombinasi modern dan salaf (28,7%) dan pesantren kategori modern (5,3%) (Sumber: Republika, 26 Mei 2006). Data tersebut diperkuat dengan data Departemen Agama (dalam Maulana, 2006) pada tahun 2000/ 2001, pesantren dengan kategori khalaf sebanyak 599 pesantren (5,29%), salaf sebanyak 7.462 pesantren (65,9%), dan kombinasi 3.251 pesantren (28,7%). Adapun yang terkait dengan inovasi pembelajaran, pada sepuluh tahun terakhir ini telah berkembang teknologi virtual library atau perpustakaan maya, yang salah satu bentuknya adalah ebook atau buku elektronik. Di internet telah tersedia ribuan ebook Islam dalam bahasa Arab. Sementara itu, di pasaran banyak tersedia CD program kamus arab atau kumpulan bukubuku tafsir, hadis, akhlaq dan lain-lain. Namun, tidak ada program atau ebook yang memuat semua atau sebagian besar kitab kuning yang diajarkan di pesantren. Koleksi terlengkap program ebook berbahasa Arab saat ini adalah AlMaktabah Asy-Syamilah versi 2.11 yang bisa didownload di situs www.shamela.ws. Ia memuat 2127 kitab berbahasa Arab. Tetapi, hasil penelitian Syafaat (2008) mengenai kitab pesantren yang terakomodir dalam ebook tersebut hanya 25 kitab (1,175%). Demikian juga program ebook Al-Maarif yang memuat 196 kitab, hanya 11 kitab (5,61%) saja yang masuk dalam kategori kitab pesantren (sesuai daftar kitab pesantren dari hasil penelitian Arifin, 2001). Data di atas menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2008 ini, pesantren masih belum beranjak jauh dari pola tradisionalismenya. Sisi lain, buku-buku elektronik juga belum banyak
104

mendukung pembelajaran pesantren. Untuk itu, peneliti memandang urgen adanya penelitian pengembangan virtual library untuk kitab kuning, demi memberdayakan potensi pesantren di bidang pembelajaran. Dari paparan di atas, diajukan rumusan masalah: (a) bagaimana deskripsi tentang kitab kuning yang diajarkan di pesantren?, (b) bagaimana deskripsi tentang metode pembelajaran kitab kuning di pesantren?, dan (c) bagaimana deskripsi tentang konsep pembuatan virtual library kitab kuning di pesantren? Peran Virtual Library dalam Pembelajaran Menghadapi era informasi (information era), informasi menjadi sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Adanya perkembangan dan kemajuan bidang teknologi informasi (information technology) yang sangat pesat dewasa ini, mengharuskan perubahan paradigma dan kinerja pada pusatpusat atau sumber informasi. Salah satu sumber informasi tersebut adalah perpustakaan, di mana para santri masih bersifat manual dalam mengolah dan menyajikan informasinya. Salah satu upaya memaksimalkan pemanfataan dan penggunaan data/informasi di atas adalah mengembangkan infrastruktur informasi dengan konsep perpustakaan digital (digital library) atau lebih dikenal dengan e-Library yang pada akhirnya akan menjadi perpustakaan virtual (virtual library). Tantangan baru teknologi informasi khususnya untuk para penyedia informasi adalah bagaimana menyalurkan informasi dengan cepat, tepat dan global. Perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi yang keberadaannya sangat penting di dunia informasi, mau tidak mau harus memikirkan kembali bentuk yang tepat untuk menjawab tantangan ini. Salah satunya adalah dengan mewujudkan virtual library yang terhubung dalam jaringan komputer.

Ali Masum, Pengembangan Virtual Library Untuk Kitab Kuning

Virtual library atau perpustakaan maya adalah suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya denganmenggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer. Istilah virtual library sendiri mengandung pengertian sama dengan electronic library dan digital library. Sedangkan istilah yang sering digunakan dewasa ini adalah digital library, hal ini bisa kita lihat dengan sering munculnya istilah tersebut dalam workshop, simposium, atau konferensi dengan memakai nama (Wahono, 2003). Prianggono (2000) mendefinisikan virtual library dengan: sebuah perpustakaan yang memberikan akses pada sumber-sumber elektronis yang memuat layanan indeks, abstrak, jurnal, bahan rujukan, dokumen pemerintah dan koleksi-koleksi digital. Keuntungan akan adanya perpustakaan virtual antara lain mengurangi terjadinya pengulangan kegiatan (plagiarism); penyebaran dan akses informasi akan lebih cepat tanpa batas waktu dan ruang, karena tidak terikat secara fisik, bersifat lebih luas dari katalog induk dunia (universal main catalogue) dan mampu melakukan kerjasama dalam jejaring informasi (information networking). Namun demikian, teknologi virtual ini memiliki dampak negatif, yaitu: (1) data yang berada di database beresiko rusak atau hilang yang disebabkan kerusakan sistem atau virus dan sejenisnya, (2) karena sangat mudahnya mengakses, mengakibatkan banyaknya pembajakan hak cipta intelektual, dan (3) dibutuhkan sejumlah perangkat keras (hardware) yang terkoneksi dengan internet atau CDRom yang akan diakses (Prianggono, 2000). Dengan adanya program-program software baru, membuat bahan pustaka yang divisualkan dalam internet menjadi sangat mudah. Sehingga kata ebook atau buku elektronik lambat laun akan menggantikan buku dalam bentuk cetakan kertas. Semua dokumen dalam bentuk cetakan akan berganti menjadi data digit dan atau CD-Rom yang ada dalam komputer. Karena semua buku akan di-

gantikan CD-Rom, maka diperlukan komputer multimedia sebagai media pembacanya. Proyek penelitian virtual library pada intinya meneliti bidang pendigitalan dokumen dan pembangunan sistem untuk dokumen digital. Pada pendigitalan dokumen, diteliti tentang bagaimana mendigitalkan dokumen dan jenis penyimpanan digital dokumen baik berupa full text maupun page image. Sedangkan bidang pembangunan sistem pada virtual library, diteliti tentang pedesainan dan implementasi sistem untuk memanipulasi data pada database, misalnya penelitian arsitektur sistem yang baik untuk virtual library, baik yang sederhana hingga implementasi teknologi agent dari Artificial Intelligence(AI), dan sebagainya (Wahono, 2003). Teknik Pembuatan Virtual Library Kitab Kuning Di era sekarang ini hampir semua aktivitas dituntut bekerja lebih cepat dan lebih nyaman, hal ini akan bisa terpenuhi jika menggunakan teknologi sebagai alat bantunya, tidak terkecuali dengan pengajaran kitab kuning, yaitu dengan melakukan vitualisasi kitab kuning agar pemanfaatanya lebih mudah dipelajari dan dapat diakses secara cepat. Untuk mengembangkan suatu program perpustakaan digital perlu didukung dana dan sumberdaya manusia yang handal karena harus mampu mengelola berbagai komponen penting di dalamnya seperti: isi (content); sumberdaya informasi (information resources), aplikasi informasi (information application) dan jasa informasi (information services). Terkait dengan aplikasi informasi yang handal, upaya virtualisasi kitab kuning ini membutuhkan teknik tertentu yang dalam istilah komputernya biasa disebut rekayasa perangkat lunak atau teknik membuat perangkat lunak/ software aplikasi (application software). Rekayasa perangkat lunak dapat didefinisikan penetapan
105

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TH. 20, NO. 2, OKTOBER 2010

dan penggunaan prinsip-prinsip rekayasa dalam rangka mendapatkan perangkat lunak yang ekonomis yaitu perangkat lunak (software/program aplikasi) yang terpaya dan bekerja efisien pada komputer (Ladjamudin, 2006). Perangkat lunak/software/program aplikasi adalah obyek tertentu yang dapat dijalankan yang berupa kode sumber, kode obyek, prosedur, fungsi yang ditambahkan dengan itemitem lain dan pelayanan pendukung secara keseluruhan untuk dapat memenuhi kebutuhan pemakai (Ladjamudin, 2006). Produk perangkat lunak banyak memiliki bagian yang meliputi manual, referensi, tutorial, instruksi instalasi, data sample, pelayanan pendukung dan sebagainya. Dengan definisi di atas teknik virtualisasi kitab kuning dapat diartikan suatu teknik yang digunakan untuk menetapkan dan menggunakan prinsip-prinsip rekayasa untuk mendapatkan perangkat lunak/software aplikasi yang dapat menampung dan menyajikan data-data atau materi-materi yang ada dalam kitab kuning secara efisien sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya. Pada komputer, ada dua perangkat lunak sistem yang penting yaitu sistem operasi (operating system) dan bahasa pemrograman (program language). Bahasa pemrograman ini yang digunakan untuk membuat program aplikasi baru (software application), bahasa pemrograman yang banyak digunakan sekarang ini adalah Visual C, Visual Foxpro, Borland Delphy, Visual Basic dan masih banyak bahasa pemrograman lainnya (Kusmijanto, 2002). METODE Pada tahap pertama akan dipecahkan masalah penelitian tentang: (a) data tentang kitab kuning yang diajarkan di pesantren, (b) data tentang pola pembelajaran kitab kuning di pesantren, dan (c) data tentang konsep-konsep virtual untuk merancang virtual. Berdasarkan
106

masalah tersebut maka prosedur penelitian yang akan ditempuh adalah sebagai berikut. Penelitian survei merupakan upaya pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Metode ini bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah mapan sehingga tidak akan memunculkan teori yang baru. Penelitian survei memiliki sifat verifikasi atau pengecekan terhadap teori yang sudah ada (Mantra, 2001). Rancangan penelitian survei ini dipilih karena data yang akan diambil adalah data tentang kitab kuning yang diajarkan di pesantren, data tentang pola pembelajaran kitab kuning di pesantren; dan data tentang konsep-konsep virtual untuk merancang virtual. Subjek penelitian ini adalah para santri dan pengasuh pesantren di dua kabupaten dan satu kota di Jawa Timur meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu. Di sini tidak ada pembedaan subjek, baik pondok modern maupun tradisional, dan baik yang sudah maju maupun belum. Dalam penelitian survei ini, akan dikumpulkan informasi berupa kata-kata, situasi setting dan beberapa dokumen yang berhubungan dengan fokus penelitian. Kata-kata dimaksud adalah berasal dari para santri dan pengasuh. Informasi tersebut akan digali melalui wawancara bebas. Di samping itu juga akan diambil data berupa situasi setting penelitian serta kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan fokus, penelitian. Untuk menjaring data tersebut akan dilakukan pengamatan tentang kondisi pesantren yang dijadikan objek penelitian. Adapun teknik penjaringan informasi yang digunakan adalah teknik bola salju (snowball). Dalam penelitian kualitatif teknik untuk memperoleh data di lapangan dilakukan dengan tiga cara, yaitu: teknik wawancara terfokus, observasi dan dokumentasi (Marshall, 1989). Hal ini diterapkan untuk mendapatkan data yang memadai dan sesuai dengan fokus penelitian dan tujuan penelitian.

Ali Masum, Pengembangan Virtual Library Untuk Kitab Kuning

HASIL DAN PEMBAHASAN Kitab Kuning yang Diajarkan di Pesantren Pada penelitian tahap I ini, ada tiga tujuan yang akan dicapai sesuai rumusan masalah, yaitu: (a) data tentang kitab kuning yang diajarkan di pesantren, (b) data tentang metode pembelajaran kitab kuning di pesantren; (c) data tentang konsep dan prosedur virtual untuk merancang kitab virtual. Untuk itu dilakukan observasi lapangan di 30 pesantren di tiga wilayah kota/kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kota Batu, Kab. Malang dan Kota Malang. Sebagaimana dipaparkan sebelumnya bahwa peran kitab kuning dalam pendidikan pesantren sangat penting sebagaimana pentingnya kurikulum, buku, dan media. Bahkan kitab menurut kaum santri mampu mencover tiga hal tersebut sekaligus. Melalui kitab kuning, guru/ ustadz menjadikannya sebagai satu-satunya media pembelajaran dalam pengertian yang sederhana. Sekaligus, kitab kuning menjadi acuan target capaian dalam satu kurun waktu disamping juga sebagai buku ajar. Secara umum kitab kuning yang dipakai oleh pesantren salaf di tiga wilayah (Kota Batu, Kab. Malang, Kota Malang) di Jawa Timur itu ada sebelas katagori: (1) fiqh, (2) ushul fiqh, (3) tafsir, (4) ulumul Quran, (5) hadis dan mustholah hadis, (6) aqidah, (7) sejarah (8) qawaidul lughah (10), akhlaq dan tasawwuf. Dari 10 katagori tersebut yang kitabnya paling banyak dikaji adalah akhlaq dan tasawwuf. Sebagai contoh, di pesantren di kota Batu, dari 169 kitab yang dikaji ada 47 kitab tasawwuf/akhlaq (27,8%), diikuti fiqh (22,4%) dan hadis (11,8%), sementara itu yang paling sedikit adalah sastra yang hanya mengkaji 4 kitab (2,3%). Demikian juga di Kab Malang, dari 99 kitab yang dikaji ada 21 kitab tasawwuf/akhlaq (21,2%), diikuti Qawaid B. Arab (18,1%) dan fiqh (14,1%), sementara itu yang paling sedikit adalah sastra yang hanya mengkaji 1 kitab (1%). Sementara itu di kota Malang, dari 162 kitab yang dikaji ada 38 kitab tasawwuf/

akhlaq (23,4%), diikuti Fiqh (17.9%) dan Qawaid B. Arab (15.4%), sementara itu yang paling sedikit adalah sastra yang hanya mengkaji 1 kitab (0,6%). Jumlah kitab kuning yang diajarkan di pesantren wilayah Malang Raya rata-rata sekitar 100 kitab (di Kota Batu 169 kitab, di Kab. Malang 99 kitab dan di Kota Malang 162 kitab). Adapun judul kitab keseluruhan di Malang Raya berjumlah 297. Jumlah tersebut bukan hasil penambahan jumlah kitab di masing-masing pesantren, tetapi merupakan jumlah riil judul kitab yang diajarkan. Yakni, dengan mensortir judul kitab yang sama dan hanya mencantumkan satu kitab saja. Adapun komposisi Kitab Kuning berdasarkan katagori ilmu adalah sebagai berikut: Katagori pertama: Fiqh. Materi fiqh pada kurikulum pesantren menempati prioritas kedua setelah akhlaq dan tasawwuf. Sebab keberadaan pesantren salaf itu berfungsi untuk menyebarkan faham Ahlussunnah dalam bidang aqidah dan madzhab Syafii dalam bidang fiqh. Sehingga porsi kitab yang dipelajari lebih dominan fiqh dibanding ulumul quran maupun ulumul hadis. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada beberapa pesantren yang melengkapi kurikulum fiqhnya dengan fiqh lintas madzhab dari madzahibul arbaah (madzhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali) seperti kitab Bidayatul Hidayah, Rahmatul Ummah, ataupun fiqh tanpa madzhab seperti Fatawa Ibn Taimiyyah, Fiqhus Sunnah, Subulussalam dll. Dari tiga wilayah di Jawa Timur yang diteliti, ditemukan ada 58 kitab fiqh yang dipakai dengan komposisi: 38 kitab dipakai di kota Batu, 15 kitab di kab. Malang dan 29 kitab di kota Malang. Dari 58 kitab tersebut terdapat 5 judul kitab yang sama-sama dipakai di tiga wilayah tersebut, yaitu: Sullamut taufiq, Fathul Qarib, Fathul Muin, Minhajul Qawim dan Nihayatuz Zain. Kategori kedua: Ushul Fiqh. Materi ushul fiqh pada kurikulum pesantren sebetulnya hanya sebagai pendukung dari ilmu fiqh sekaligus menjadi alat untuk melakukan istinbath hukum dari al-Quran dan Hadis. Rata-rata santri yang
107

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TH. 20, NO. 2, OKTOBER 2010

memiliki kemampuan lebih dalam ilmu ushul fiqh, akan mampu memahami asal-usul perbedaan pendapat dalam fiqh secara mendalam. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas pesantren menggunakan kitab-kitab ushul fiqh yang dikarang oleh Ashabus SyafiI (pengikut Imam Syafii). Tapi anehnya, tidak ada satupun pesantren di wilayah Malang Raya yang mengkaji ushul fiqh karangan Imam Syafii sendiri, yaitu Ar-Risalah. Padahal beberapa pesantren melengkapi kurikulum ushul fiqhnya dengan kitab-kitab yang dikarang oleh ulama kontemporer seperti Abd. Wahab Khalaf dll. Dari tiga wilayah yang diteliti, ditemukan ada 13 kitab ushul fiqh yang dipakai dengan komposisi: 8 kitab dipakai di kota Batu, 5 kitab di kab. Malang dan 10 kitab di kota Malang. Dari 13 kitab tersebut terdapat 5 judul kitab yang sama-sama dipakai di tiga wilayah tersebut, yaitu: Faraidul Bahiyyah, al-Mabadi Awwaliyah dan Al-Waraqat. Kategori ketiga: Tafsir. Materi tafsir pada kurikulum pesantren termasuk kurikulum inti yang harus ada sebagai upaya memahami kandungan ayat-ayat al-Quran, hanya saja rata-rata pesantren hanya mengkaji satu kitab saja. Hal ini disebabkan tebal dan banyaknya jilid dari kitab-kitab tafsir selain Tafsir Jalalain yang hanya satu jilid. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ternyata ada sembilan kitab lain yaitu tafsir Ibn Katsir, al-Ibriz, al-Baidlowi, Ayatul Ahkam, Hamamy, Karimur Rohman, Tanwirul Adzhan dan Al-Munir. Dari tiga wilayah yang diteliti, ditemukan ada 10 kitab tafsir yang dipakai dengan komposisi: 7 kitab dipakai di kota Batu, 2 kitab di kab. Malang dan 6 kitab kota Malang. Dari 10 kitab tersebut terdapat 2 judul kitab yang sama-sama dipakai di tiga wilayah tersebut, yaitu: Tafsir Jalalain dan Tafsir Ayatul Ahkam. Kategori Keempat: Ulumul Quran. Materi ulumul Quran pada kurikulum pesantren merupakan pendukung dari ilmu tafsir. Ulumul Quran ini mencakup ilmu tajwid, ilmu qiraat, asbabun nuzul, nasakh-mansukh, metodologi tafsir. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas pesantren menggunakan kitab-kitab tajwid
108

dasar seperti Hidayatus Shibyan, al-Itqan fi Ulumil Quran dan Tuhfatul Athfal. Sementara itu, tema-tema lain yang merupakan cakupan dari ulumul Quran masih belum banyak dikaji. Dari tiga wilayah yang diteliti, ditemukan ada 28 kitab Ulumul Quran yang dipakai dengan komposisi: 13 kitab dipakai di kota Batu, 12 kitab di kab. Malang dan 16 kitab di kota Malang. Dari 28 kitab tersebut terdapat 2 judul kitab yang sama-sama dipakai di tiga wilayah tersebut, yaitu: Hidayatus Shibyan, al-Itqan fi Ulumil Quran dan Tuhfatul Athfal. Kategori Kelima: Hadis. Materi matan hadis dan mustolah hadis pada kurikulum pesantren merupakan materi inti juga. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas pesantren menggunakan kitab-kitab matan hadis yang sahih seperti Hadis Arbain, Bulughul Matam dan Sahih Bukhari. Sementara itu, hadis-hadis musnad, sunan, dan mustadrak masih belum banyak ajarkan. Dari tiga wilayah yang diteliti, ditemukan ada 29 kitab Hadis dan Ulumul Hadis yang dipakai dengan komposisi: 19 kitab dipakai di kota Batu, 9 kitab di kab. Malang dan 22 kitab di kota Malang. Dari 29 kitab tersebut terdapat 3 judul kitab yang sama-sama dipakai di tiga wilayah tersebut, yaitu: Al-Adzkar, Bulughul Maram, Riyadus Sholihin, dan Jamius Shaghir . Kategori Keenam: Qawaid. Materi qawaid pada kurikulum pesantren merupakan pendukung dari semua materi, karena ia menjadi alat/media untuk memahami semua kitab yang ditulis dalam bahasa Arab. Qawaid ini mencakup ilmu nahwu, sharaf, balaghah, dan mantiq. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas pesantren menggunakan kitab-kitab qawaid klasik, seperti Ajurumiyah, Imrity dan Alfiyah. Sementara kitab-kitab baru seperti Qawaidul Lughah al-Arabiyyah dan Jamiud Durus al-Arabiyyah jarang dipakai. Dari tiga wilayah yang diteliti, ditemukan ada 40 kitab Qawaid B. Arab yang dipakai dengan komposisi: 20 kitab dipakai di kota Batu, 18 kitab di kab. Malang dan 23 kitab di kota Malang. Dari 40 kitab tersebut terdapat 3 judul kitab yang sama-sama dipakai

Ali Masum, Pengembangan Virtual Library Untuk Kitab Kuning

di tiga wilayah tersebut, yaitu: Al-Jauharul Maknun, Matan Jurumiyyah, Syarah Mutammimah, dan Nadham Maqshud. Kategori Ketujuh: Aqidah. Materi Aqidah pada kurikulum pesantren merupakan materi penting guna menanam pemahaman aqidah ala Ahlussunnah wal Jamaah dan membentengi diri dari rongrongan aqidah lain yang tidak sesuai. Meski demikian porsi kitab yang diajarkan lebih sedikit dibanding katagori fiqh, ulumul quran dll. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas pesantren menggunakan kitab-kitab aqidah klasik, seperti aqidatul awam. Sementara kitab-kitab baru jarang dipakai. Dari tiga wilayah yang diteliti, ditemukan ada 20 kitab Aqidah yang dipakai dengan komposisi: 6 kitab dipakai di kota Batu, 13 kitab di kab. Malang dan 13 kitab di kota Malang. Dari 20 kitab tersebut terdapat 3 judul kitab yang sama-sama dipakai di tiga wilayah tersebut, yaitu: Ad-Dasuqi, Aqidatul Awam, dan Kifayatul Awam. Kategori Kedelapan: Sejarah. Materi sejarah pada kurikulum pesantren merupakan materi pendukung guna memberikan pijakan contoh/ ibrah dalam menciptakan sejarah baru di masa depan terutama sejarah hidup Rasulullah SAW. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas pesantren menggunakan satu kitab saja yaitu khulashoh Nurul Yaqin. Dari tiga wilayah yang diteliti, ditemukan ada 9 kitab Tarikh yang dipakai dengan komposisi: 5 kitab dipakai di kota Batu, 4 kitab di kab. Malang dan 5 kitab di kota Malang. Dari 9 kitab tersebut terdapat 1 judul kitab yang sama-sama dipakai di tiga wilayah tersebut, yaitu: Khulashah Nurul Yaqin. Kategori Kesembilan: Sastra. Materi sastra pada kurikulum pesantren merupakan materi pendukung guna memberikan motivasi dan hiburan jiwa yang menentramkan hati, sekaligus pujian untuk Rasulullah SAW. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas pesantren dalam mengkaji sastra lebih pada penyebutan dan lagu daripada kajian makna dan kritik sastra. Dari tiga wilayah yang diteliti, ditemukan ada 5 kitab Sastra yang dipakai dengan kompo-

sisi: 4 kitab dipakai di kota Batu, 1 kitab di kab. Malang dan 1 kitab kota Malang. Dari 4 kitab tersebut tidak terdapat satupun judul kitab yang sama-sama dipakai di tiga wilayah tersebut. Kategori Kesepuluh: Akhlaq & Tasawwuf. Materi Akhlaq dan Tasawwuf pada kurikulum pesantren merupakan faktor pembeda dengan institusi pendidikan Islam yang lain. Dengan tasawwuf, seorang santri dididik untuk lebih tawaddu dan sungguh-sungguh dalam bermunajat pada Allah, serta memberikan jalan terdekat untuk sampai pada pensucian jiwa (tazkiyatun nufus) Dari hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas pesantren dalam mengkaji akhlaq dan tasawwuf lebih dominan dibanding bidang lainnya. Dari tiga wilayah yang diteliti, ditemukan ada 72 kitab Akhlaq/Tasawwuf yang dipakai dengan komposisi: 47 kitab dipakai di kota Batu, 21 kitab di kab. Malang dan 38 kitab di kota Malang. Dari 47 kitab tersebut terdapat 3 judul kitab yang sama-sama dipakai di tiga wilayah tersebut, yaitu: Talimul Mutaallim dan Iqadul Himam. Adapun kitab favorit (paling banyak dikaji) di tiga wilayah tersebut ada 25 kitab, dari jumlah tersebut terdapat 5 kitab yang sama-sama dianggap favorit oleh 3 wilayah tersebut, yaitu: talimul mutaallim, tafsir Jalalain, Matan Jurumiyah, Al-Jazariyah dan Aqidatul Awam. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren Keberadaan pesantren di tengah-tengah berbagai macam lembaga pendidikan di Indonesia merupakan lembaga yang unik dan khas. Hal ini tampak dari metode pembelajarannya yang berbeda dengan umumnya lembaga pendidikan. Ada beberapa metode yang dipakai di pesantren, yaitu: (1) metode wetonan, metode ini dilaksanakan dengan cara guru dan siswa membawa kitab yang sama, kemudian guru membacakan, menerjemahkan (secara harfiyah), dan menerangkan isi kitab tersebut, se109

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TH. 20, NO. 2, OKTOBER 2010

dangkan siswa menyimak bacaan guru, memberikan syakal dan terjemahan yang dibacakan oleh guru di kitab masing-masing; (2) metode Sorogan, metode ini dilaksanakan dengan cara siswa yang sudah bisa membaca dan menerjemahkan kitab menghadap gurunya untuk men sorog kan kitab tersebut, kemudian guru menyimak bacaan dan terjemahan siswa tersebut serta memberikan pembenaran secara langsung jika ada kesalahan; (3) metode ceramah, metode ini dilaksanakan dengan cara guru menyampaikan bahan pelajaran secara lisan di depan siswa dan siswa menyimak secara seksama isi pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan terkadang diakhiri dengan tanya jawab dan terkadang tidak; (4) metode tanya jawab, metode ini dilaksanakan dengan cara guru memberikan pendahuluan tentang tema yang akan dibahas, kemudian guru menanyakan sesuatu atau mempersilahkan siswa menanyakan sesuatu seputar tema yang dibahas, kemudian diakhiri dengan kesimpulan; (5) metode diskusi, metode ini dilaksanakan dengan cara guru dan siswa menetapkan permasalahan yang akan didiskusikan, lalu guru menerangkan sistematika diskusi, kemudian siswa melaksanakan diskusi sesuai arahan dan petunjuk guru, dan kegiatan ini diakhiri dengan menarik konklusi hasil diskusi; (6) metode demonstrasi, metode ini dilaksanakan dengan cara guru memberikan pendahuluan tentang tema yang akan dipelajari, khususnya pelajaran yang bersifat motoris dan keterampilan, kemudian guru menerangkan serta mempraktikkan langsung di depan siswa, sedangkan siswa menyimak dengan seksama serta diberi kesempatan bertanya, kegiatan ini diakhiri dengan menyuruh siswa mempraktekkan langsung di bawah arahan dan bimbingan guru; (7) metode klasikal/ diniyah, metode ini dilaksanakan dengan membentuk kelas-kelas untuk mengklasifikasikan pelajaran santri berdasarkan kemampuan dan jenjang belajar; (8) metode khidmah/pengabdian, metode ini diterapkan untuk santri yang dianggap sudah mumpuni dan semua jenjang belajar di pesan110

tren sudah dilalui dan lulus dengan nilai baik. Biasanya ditugaskan menjadi ustad di almamaternya dalam kurun waktu tertentu atau ditugaskan di lembaga pendidikan Islam di luar pesantren; (9) metode hafalan, metode ini diterapkan untuk pelajaran-pelajaran utama dan penting, seperti nahwu, sharaf, hadis, al-Quran, fiqh dll; dan (10) metode asistensi, metode ini berupa pelimpahan wewenang mengajar dari ustadz kepada santri senior atau dilakukan bergiliran, ini biasanya dilakukan sekali dalam sehari. Dari metode-metode di atas, marilah kita lihat metode yang dipakai di tiga wilayah kota/ kab. di Jawa Timur dengan prosentase pemakaian yang variatif; metode wetonan 100%, metode sorogan 66.6%, metode ceramah 93.3%, metode tanya jawab 43.3%, metode diskusi/musyawarah 66.6%, metode penugasan mengajar/asistensi 56.6%, metode klasikal/diniyah 76.6%, metode demontrasi 20%, metode khidmat/pengabdian 40%, dan metode hafalan 100%. Konsep Pembuatan Virtual Library Kitab Kuning di Pesantren Dalam membuat virtual library kitab kuning dibutuhkan software inti yang bernama AlMaktabah Asy-Syamilah. Software tersebut telah didesain menggunakan input buku/kitab dengan ekstensi book (bok.) bukan dokumen (doc.), karena jenis ekstensi tersebut memiliki beberapa kelebihan, yaitu: (a) mudah diintegrasikan dengan file sejenis yang berkapasitas besar, (b) dapat memunculkan hal atau jilid sesuai dengan buku aslinya, (c) mudah dalam pengindekan atau pembuatan link daftar isi, (d) dapat diimport atau dieksport dari atau ke software lain, dan (e) Sangat fleksibel dalam penyetingan backround, warna, dan ukuran. Dalam proses konversi, dibutuhkan tiga tahap: (a) penyiapan software konverter, (b) cara instalasi software konverter, dan (c) pengoperasian software konverter. Ada dua cara un-

Ali Masum, Pengembangan Virtual Library Untuk Kitab Kuning

tuk mendapatkan software konverter tersebut, yaitu: (1) mendownload Shamela Ebook Generator tersebut di situs: www.shamela.ws, dan (2) mengkopi satu folder lampiran / yang terdapat dalam Maktabah Syamilah versi 2.1. Untuk cara II, setelah membuka Al-Maktabah Asy-Syamilah (MS) versi 2.1 mengklik folder lampiran tersebut, lalu muncul beberapa file; (1) MS kosong (asy-syamilah al-mufarraghah), (2) Penyiapan buku untuk dimasukkan ke MS (tajhizul kutub li idkhliha ilas syamilah), (3) tutorial penggunaan MS (syuruh mushawarah littaamul maas syamilah). Diantara ketiga file yang muncul, dipilih file yang letaknya di tengah, yaitu , lalu mengklik folder tersebut. Sementara folder sebelah kanan dan kiri memiliki fungsi lain. Setelah terbuka, folder Shamela Ebook Generator tersebut diklik dua kali, selanjutnya muncul beberapa file dan dipilih yang paling kanan atas. Sebelum melakukan instalasi, terlebih dahulu harus dirubah setting MS Word pada komputer yang akan diinstal. Cara yang ditempuh adalah membuka tampilan macro pada menu tool. Pada menu macro yang sudah ditemukan, digeser ke arah kanan menuju security, lalu klik dua kali, dan muncul empat pilihan; (1) very Tabel 1. Menu-menu pembuat link daftar isi dan penomoran halaman
Menu Arab Terjemahan

( 1 Judul utama ) ( 2 Sub judul ) Penomoran lembar

manual Penomoran lembar otomatis Pembatasan akhir penomoran Menyisipkan ruang identitas buku Menyisipkan ruang nama buku

high, (2) high, (3) medium, (4) low. Artinya, semakin dipilih yang teratas (high atau very high) keamanan database lebih terjamin. Pada empat pilihan di atas, harus dipilih medium atau low agar bisa dilakukan instalasi. Untuk melakukan instalasi cukup mengklik dua kali pada file Shamela Ebook Generator, lalu muncul tampilan halaman MS Word dengan tambahan toolbar berbahasa Arab. Menu-menu tersebut berfungsi untuk membuat link daftar isi dan penomoran halaman seperti buku aslinya. Menu-menu tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Langkah berikutnya setelah software konverter terinstal dalam MS Word adalah mengoperasikannya melalui tahapan-tahapan berikut: (a) mengisi lembaran dengan file word (.doc) dari kitab kuning yang telah disiapkan baik lewat jalur text scanning dan penulisan manual. Kemudian mengklik menu untuk memberikan judul buku, dan di layar muncul kotak isian dan diisi dengan tulisan Arab atau latin, misalnya mengetikkan: lalu klik OK. Secara otomatis di layar muncul tanda $ $ pada baris paling atas; (b) memasukkan identitas buku/kitab dengan mengklik menu , dan secara otomatis akan muncul daftar identitas yang harus diisi dengan terapit dua tanda @@ di bawah dan di atas identitas. Inilah contoh isian tersebut. Baris I diisi dengan judul buku, baris II diisi nama pengarang, baris III diisi nama editor/komentator, baris IV dan V diisi nama penerbit dan percetakan, baris VI dan VII diisi urutan cetakan dan jumlah jilid dan baris VIII diisi sumber buku; (c) tahap berikutnya, yaitu memberikan penanda judul dengan menampilkan link daftar isi. Caranya kalimat yang merupakan judul utama tersebut diseleksi, lalu mengklik . 1 Sesaat setelah diklik, kalimat yang terseleksi tersebut berubah warna menjadi merah yang diawali dengan tanda ^ . Lalu memberikan penanda sub judul dengan menseleksi kalimat yang diinginkan, lalu mengklik menu . 2
111

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TH. 20, NO. 2, OKTOBER 2010

Sesaat setelah itu secara otomatis akan berubah warna menjadi merah; (d) menambahkan halaman otomatis sesuai dengan buku aslinya dengan meng klik di awal baris, secara otomatis pula akan muncul tanda #01$0001@ . Langkah seperti di atas dilakukan pada setiap halaman dengan menyesuaikan halaman pada buku/kitab yang sesungguhnya. Langkah itu dilakukan sampai semua isi buku tersetting seperti itu, selanjutnya pada halaman terakhir diklik menu dan akan muncul selanjutnya tanda &% berwarna merah; (e) setelah diklik akan muncul pilihan dalam kotak dialog untuk menempatkan file bok. Setelah memilih drive dan folder tempat menyimpan file bok, kemudian diklik Ok/ dengan tetap mengosongkan isian pada folder name. Dan akan muncul pemberitahuan bahwa proses konversi telah selesai dengan sukses ( ) lalu tekan Ok. Pengecekan file bok hasil konversi pada drive dan folder yang dituju. Apabila muncul satu file berwarna ungu dengan nama sesuai nama kitab dan tercantum ekstensi Shamela Ebook; (f) dilakukan ujicoba, apakah tampilan link daftar isi dan penomoran sudah benar. Bila sudah benar, dicoba menggeser panah ke kiri dan ke kanan untuk berpindah halaman; (g) membuka software MS 3.1 yang masih kosong atau yang terisi. Selanjutnya memasukkan file kitab kuning yang telah terkonversi menjadi bok dengan menggunakan fasilitas import files/ yang tersedia dalam Al-Maktabah Asy-Syamilah. Kemudian menu tersebut diklik. Untuk mengimport, harus dipastikan sudah muncul file bok yang akan dimasukkan. Bila belum ada, maka harus dicari dulu drive atau folder tempat file bok tersebut disimpan. Setelah diketemukan file bok berwarna ungu, berarti kita sudah siap melakukan import; (h) setelah itu file tersebut ditarik dan dipindahkan ke area kotak di bawahnya. Langkah berikutnya mengubah katagori ilmu yang sesuai dengan buku atau kitab yang dimasukkan, yaitu dengan mengklik panah kecil di atas tulisan tadi. Misalnya, buku yang akan dimasukkan itu
112

maka katagori yang tepat adalah . Kemudian diklik tanda petir yang terletik di samping kanan dan tulisan tadi hilang dan muncul pemberitahuan bahwa proses import sudah selesai dan klik OK; (i) kemudian dicek dalam software Al-Maktabah AsySyamilah, apakah file bok dengan nama tadi sudah masuk dan terintegrasi di dalamnya. Untuk pengecekan tersebut diklik icon bergambar buku. Setelah itu dilacak folder dengan nama katagori ( sebagaimana yang telah pilih saat import files di atas), lalu diklik dan cari nama buku/kitab yang telah dimasukkan. Kemudian diklik nama kitab baru dimasukkan, untuk mengecek tampilan yang sesungguhnya di Al-Maktabah Asy-Syamilah baik dari segi ketepatan halamannya atau link daftar isinya. Kemudian pengecekan identitas kitab dengan mengklik . Pengecekan kitab yang baru dimasukkan dengan fasilitas search, dengan mengklik gambar teropong, kemudian mengisi kotak dengan kata yang akan dicari, serta mencentang kitab yang diinginkan, lalu mengklik gambar teropong yang terletak di bawah samping kanan. KESIMPULAN Judul-judul kitab kuning yang diajarkan di pesantren di tiga wilayah di Jawa Timur berjumlah 284 kitab kuning yang tersebar dalam sepuluh katagori. Di samping jumlah tersebut, ada juga kitab pilihan (favorit) yang diajarkan, yaitu berjumlah 25 kitab. Jumlah tersebut akan menjadi prioritas program virtualisasi kitab kuning pada penelitian tahap II. Metode-metode yang dipakai di pesantren dalam melakukan pembelajaran kitab kuning. Itu terdapat sepuluh metode, yaitu: metode wetonan, metode sorogan, metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi/musyawarah, metode penugasan mengajar/asistensi, metode klasikal/diniyah, metode demontrasi, metode khidmat/pengabdian, dan metode hafalan.

Ali Masum, Pengembangan Virtual Library Untuk Kitab Kuning

Sedangkan dalam pembuatan virtual library kitab kuning dibutuhkan software inti, yaitu AlMaktabah Asy-Syamilah. Software tersebut telah didesain menggunakan input buku/kitab dengan ekstensi book (bok.) bukan dokumen

(doc.). Untuk itu dibutuhkan beberapa tahap dalam konversi, yaitu: (1) penyiapan software konverter, (2) cara instalasi software konverter, dan (3) pengoperasian software konverter.

DAFTAR RUJUKAN Dhofier, Z. 1982. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. hlm. 51. Kusmijanto. 2002. Teknik Merancang Program Aplikasi Dengan Visual FoxPro. Jakarta: Elexmedia Komputindo. Ladjamudin, A.B.B. 2006. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: Graha Ilmu Press. Madjid, N. 1997. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Penerbit Paramadina Mantra, I.B. 2001. Langkah-langkah Penelitian Survai Usulan Penelitian dan Laporan Penelitian. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) UGM. Marshall, Catherine & Gretchen B. Rossman 1989. Designing Qualitative Research. California: Sage Publication Inc Maulana, M.I. 2006. Sinergi Pendidikan Sekolah dan Pendidikan Pesantren Dalam Membangun Masyarakat Yang Madani. Artikel diakses dari situs Nasuha, C. 2007. K.H. A. Syathori Pemandu Kitab Kuning. Artikel diakses dari situs http://www.daraltauhid.com/ index. php?option=com Nuraeni, Z. 2005. Daarut Tauhiid: Modernizing a Pesantren Tradition. Artikel dimuat dalam Jurnal Studia Islamika, Vol. 12, No. 3, 2005, hal 475 UIN Jakarta Prawiradilaga, D.S. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Prianggono, B. 2000. Virtual library. Makalah disampaikan dalam lokakarya Aplikasi Teknologi Informasi di lingkungan perpustakaan tanggal 3 4 Nopember 2000. Wahono, S. 2003. Menengok Proyek Digital Library. Diakses dari situs http://romisatriawahono.net. tanggal 2 Agustus 2007

113

You might also like