You are on page 1of 10

Hukum perdata

Salah satu bidang hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara individu-individu dalam masyarakat dengan saluran tertentu. Hukum perdata disebut juga hukum privat atau hukum sipil. Salah satu contoh hukum perdata dalam masyarakat adalah jual beli rumah atau kendaraan . Hukum perdata dapat digolongkan antara lain menjadi: 1. 2. 3. 4. Hukum keluarga Hukum harta kekayaan Hukum benda Hukum Perikatan 5. Hukum Waris

Hukum acara
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering juga disebut hukum formil. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana cara dan siapa yang berwenang menegakkan hukum materiil dalam hal terjadi pelanggaran terhadap hukum materiil. Tanpa hukum acara yang jelas dan memadai, maka pihak yang berwenang menegakkan hukum materiil akan mengalami kesulitan menegakkan hukum materiil. Untuk menegakkan ketentuan hukum materiil pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum materiil perdata, maka ada hukum acara perdata. Sedangkan, untuk hukum materiil tata usaha negara, diperlukan hukum acara tata usaha negara. Hukum acara pidana harus dikuasai terutama oleh para polisi, jaksa, advokat, hakim, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan. Hukum acara pidana yang harus dikuasai oleh polisi terutama hukum acara pidana yang mengatur soal penyelidikan dan penyidikan, oleh karena tugas pokok polisi menrut hukum acara pidana (KUHAP) adalah terutama melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan. Yang menjadi tugas jaksa adalah penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim pidana. Oleh karena itu, jaksa wajib menguasai terutama hukum acara yang terkait dengan tugasnya tersebut. Sedangkan yang harus menguasai hukum acara perdata. termasuk hukum acara tata usaha negara terutama adalah advokat dan hakim. Hal ini disebabkan di dalam hukum acara perdata dan juga hukum acara tata usaha negara, baik polisi maupun jaksa (penuntut umum) tidak diberi peran seperti halnya dalam hukum acara pidana. Advokatlah yang mewakili seseorang untuk memajukan gugatan, baik gugatan perdata maupun gugatan tata usaha negara, terhadap suatu pihak yang dipandang merugikan kliennya. Gugatan itu akan diperiksa dan diputus oleh hakim. Pihak yang digugat dapat pula menunjuk seorang advokat mewakilinya untuk menangkis gugatan tersebut. Tegaknya supremasi hukum itu sangat tergantung pada kejujuran para penegak hukum itu sendiri yang dalam menegakkan hukum diharapkan benar-benar dapat menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Para penegak hukum itu adalah hakim, jaksa, polisi, advokat, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan. Jika kelima pilar penegak hukum ini benar-benar menegakkan hukum itu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disebutkan di atas, maka masyarakat akan menaruh respek yang tinggi terhadap para penegak hukum. Dengan semakin tingginya respek itu, maka masyarakat akan terpacu untuk menaati hukum

Hukum Acara Perdata Oleh Oleh Misnar Syam, SH.MH Misnar Syam, SH.MH Silabus Hukum Acara Perdata Silabus Hukum Acara Perdata Bab I Pendahuluan : 1. Istilah dan Pengertian 2. Sejarah Hukum Acara Perdata 3. Sumber Hukum 4. Asas-asas Hukum Acara Perdata 5. Perbedaan Hukum Acara Perdata dengan Hukum Acara Pidana Bab II Gugatan 1. Pengertian dan Isi Gugatan 2. Pencabutan dan Perubahan Gugatan 3. Penggabungan Gugatan 4. Kewenangan Mengadili atau kompetensi Bab III Penyitaan 1. Pengertian dan dasar hukum 2. Conservatoir Beslag 3. Revindicatoir Beslag Bab IV Pemeriksaan Perkara : 1. Penetapan Hari Sidang 2. Proses Pemeriksaan Perkara 3. Peranan Hakim dalam Memeriksa Perkara 4. Perdamaian 5. Acara Verstek 6. Jawaban tergugat 7. Replik dan Duplik 8. Intervensi Bab V Pembuktian 1. Pengertian dan dasar Hukum 2. Hal yang Dibuktikan dan Beban Pembuktian 3. Teori Pembuktian dan Kekuatan Alat Bukti 4. Macam-macam Alat Bukti Bab VI Putusan Hakim 1. Pengertian 2. Susunan dan Isi Putusan Hakim 3. Macam-macam Putusan Hakim 4. Kekuatan Putusan Hakim

5. Uitvoorbaar Bij Voorraad Bab VII Upaya Hukum 1. Upaya Hukum Terhadap Putusan Hakim 2. 3. 4. 5. 6. Perlawanan Banding Kasasi Peninjauan Kembali Derdenverzet

Bab VIII Eksekusi atau Pelaksaaan Putusan Hakim 1. Pegertian 2. Bentuk-bentuk Eksekusi Literatur Literatur 1. Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Acara Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,Bandung. 2. K Wantjik Saleh, 1979, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. 3. Lilik Mulyadi, 1999, Hukum Acara Perdata menurut Teori dan Praktek Peradilan di Indonesia, Jembatan, Jakarta. 4. Izaac.S.Leinisu, Fatimah Ahmad, 1982, Intisari Hukum Acara Perdata, Ghalia Indonesia, Jakarta. 5. Mukti Arto, 1996, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar,Yogyakarta. 6. Sudikno Mertokusumo, 2000, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta. 7. Riduan Syahrani, 1988, Hukum Acara Perdatadi Lingkungan Peradilan Umum, Pustaka Kartini, Jakarta. 8. R. Soepomo, 1993, Hukum Acara Perdata, Pradanya Paramita, Jakarta. 9. R. Rubini, 1974 , Pengantar Hukum Acara Perdata, Alumni Bandung. 10. R. Wiryono Prodjodikoro, 1982, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Sumur, Bandung. 11. Retnowulan Sutantio Iskandar Oeripkartowinata, 1972, Hukum Acara Perdata Dalam Praktek dan Teori, Alumni, Bandung. 12.R. Tresna, 1979, Komentar HIR, Pradnya Paramita, Jakarta. 13.R. Subekti, 1969, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta. 14.--------------, Hukum Acara Perdata, 1977, Bina Cipta, Jakarta.

BAB I Pendahuluan 1. Istilah dan Pengertian Hukum Perdata Materil : hukum yang mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak dalam hubungan perdata. Hukum perdata formil === hukum acara perdata : hukum yang mengatur cara mempertahankan atau melaksanakan hak dan kewajiban para pihak dalam hubungan hukum perdata. Hubungan antara hukum perdata materil dengan hukum perdata formil : hukum perdata formil mempertahankan tegaknya hukum perdata materil= = = = = jika ada yang melanggar perdata materil maka diselesaikan dengan perdata formil. Pengertian hukum acara perdata menurut pendapat para ahli 2. Abdul Kadir Muhammad=== peraturan hukum yang m,engatur proses penyelesaian perkara perdta melalui pengadilan (hakim), sejak diajukan gugatan sampai dengan pelaksanaan putusan hakim. 2. Wirjono Projodikoro=== rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata. 3. Sudikno Mertokusumo=== peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materil dengan perantaraan hakim===hukum yang mengatur bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, memeriksa sera memutusnya dan pelaksanan daripada putusannya. Tujuan dan sifat hukum acara Tujuan dan sifat hukum acara perdata perdata Tujuan : 2. Mencegah jangan terjadi main hakim sendiri (eigenrichtig) 3. Mempertahanakan hukum perdata materil 4. Memberikan kepastian hukum Sifat : 7. Memaksa === mengikat para pihak yang berperkara dan ketentuanketentuan yang ada peraturan hukum acara perdata harus dipenuhi. contoh: gugatan harus diajukan di tempat atau domisili tergugat Jangka waktu untuk mengajukan permohonan banding adalah 14 hari setelah putusan hakim diterima para pihak, dll 11. Menagatur === peraturan-peraturan dalam hukum acara perdata dapatdikesampingkan para pihak Contoh dalam hal pembuktian. Sejarah hukum acara perdata Sejarah hukum acara perdata Sebelum tanggal 5 April 1848

Hukum acara perdata yang digunakan di pengadilan Gubernemen bagi golongan Bumiputera untuk kota-kota besar di Jawaadalah BrV (hukum acara bagi golongan Eropa) Untuk luar kota-kota besar Jawa digunakan beberapa pasal dalam Stb 1819-20 Pada tahun 1846 Ketua Mahkamah Agung (Hooggrerechtshof) Mr H.L Wichers tidak setuju hukum acara perdata bagi golongan Eropa digunakan untuk golongan Bumiputera tanpa berdasarkan perintah Undang-undang. Gubenur Jendral J.J Rochussen menugaskan Wichers membuat rancnagn Reglement tentang Administrasi Polisi dan Hukum Acara Perdata dan Pidana Bagi Bumiputera. Tahun 1847 rancaqngan selesai dibuat tetapi JJ Rochussen mengajukan keberatan yaitu 2. Pasal 432 ayat (2) :membolehkan pengadilan yang memeriksa perkara perdata untuk golongan Bumiputera menggunakan hukum acara perdata uyang diperuntukkan untuk golongan Eropa. 3. Rancangan itu terlalu sederhana karena tidak dimasukkannya lembag-lembaga intervensi, kumulasi gugatan, penjaminan dan rekes civil seperti yang termuat dalam BRv Tanggal 5 April 1848 setelah melakukan perubahan dan penambahan maka rancangan itu ditetapkan dengan nama Inlandsch Reglement (IR) yang ditetapak dengan Stb 1848-16 dan disahkan dengan firman Raja tanggal 29 September 1849 dengan Stb 1849-63. Tahun 1927 diberlakukan RBg (Rechtsreglement voorde Buitengewesten) yaitu hukum acara perdata bagi golongan Bumiputera luar Jawa dan Madura. Sebelumnya berlaku peraturan tentang susunan Kehakiman dan kebijaksanaan Pengadilan ===Stb 1847-23 Tahun 1941 terjadi perubahan nama Ir menjadi HIR (Herzeine Indlansch Reglement)dengan Stb 1941-44 yang berlaku untuk Jawa dan Madura. Pada saat ini dengan Pasal 1 UUD 1945 yang telah diamandemen HIr dan RBg masih berlaku sampai saatini. Sumber hukum acara perdata Sumber hukum acara perdata Pada zaman Hindia Belanda: 2. RV (reglement op de Burgerlijk Rechtsvordering)=== golongan Eropa 3. HIR (Herzeine Indlandsch Reglement)===golongan Bumiputera daerah Jawa dan Madura 4. RBg (Reglement voor de Buitengewesten)=== golongan Bumiputera luar Jawa dan Madura.

Saat Ini 7. HIR dan RBg 8. UU No 29 Tahun 1947 tentang Peradilan Banding Jawa dan Madura. 1. UU No 1 Tahun 1974 tentang Pokok Perkawinan 2. UU No 4 Tahun 2004 tentang Pokok Kehakiman 3. UU No 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung 4. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku ke-IV tentang Pembuktian dan Daluarsa 5. Yurisprudensi. 6. SEMA 7. Hukum Adat 8. Doktrin Asas-asas Hukum Acara Perdata Asas-asas Hukum Acara Perdata 1. Hakim bersifat menunggu===inisiatif mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan===Pasal 118 HIR/142 RBg 2. Hakim bersifat Pasif=== ruang lingkup atau luas pokok perkara ditentukan para pihak berperkara tidak hakim. Hakim tidak boleh menjatuhkan putusan melebihi dari yang dituntut 3. Persidangan terbuka untuk umum===setiap orangdibolehkan hadir dan mendengarkan pemeriksaanperkara, walaupun ada beberapa perkara yang dilakukan pemeriksaannya secara tertutup. Contoh dalam perkara perceraian. 1. Mendengarkan kedua belah pihak 2. Putusan harus disertai dengan alasanalasan. 3. Berperkara dikenai biaya. 4. Beracara tidak harus diwakilkan=== bisa langsung pihak yang berperkara beracara di pengadilan atau dapatdiwakilkan. Perbedaan Hukum Acara Perdata Perbedaan Hukum Acara Perdata dengan Hukum Acara Pidana dengan Hukum Acara Pidana Dasar timbulnya gugatan Perdata :timbulnya perkara krn terjadi pelanggaran hak yang diaturdalam hukum perdata.

Pidana : timbulnya perkara krn terjadi pelanggaran terhadap perintah atau larangan yang diatur dlm hkm pidana 9. Inisiatif berperkara Perdata : datang dari salah satu pihak yang merasa dirugikan Pidana : datang penguasa negara/pemerintah melalui aparat penegak hukum seperti polisi dan jaksa 3. Istilah yang digunakan Perdata : yang mengajukan gugatan=== penggugat pihak lawannya/digugat= = = = = tergugat Pidana : yang mengajukan perkara ke pengadilan= = = = jaksa/penuntut umum pihak yang disangka === tersangka=== terdakwa===terpidana 4. Tugas hakim dalam beracara Perdata : mencari kebenaran formil= = = = mencari kebenaran sesungguhnya yang didasarkan apa yang dikemukakan oleh para pihak dan tidak boleh melebihi dari itu. Pidana :mencari kebenaran materil= = = = tidak terbatas apa saja yang telah dilakukan terdakwa melainkan lebih dari itu. Harus diselidiki sampai latar belakang perbuatan terdakwa. Hakim mencari kebenaran materil secara mutlak dan tuntas. 5. Perdamaian Perdata : dikenal adanya perdamaian Pidana : tidak dikenal perdamaian 6. Sumpah decissoire Perdata : ada sumpah decissoire yaitu sumpah yang dimintakan oleh satu pihak kepada pihak lawannya tentang kebenaran suatu peristiwa. Pidana : tidak dikenal sumpah decissoire. 7. Hukuman Perdata : kewajiban untuk memenuhi prestasi (melakukan , memberikan dan tidak melakukan sesuatu ) Pidana : hukuman badan ( kurungan, penjara dan mati), denda dan hak. Bab II Bab II Gugatan Gugatan Perkara perdata ada 2 : 2. Perkara contentiosa === perkara yang di dalamnya terdapat sengketa atau perselisihan.

3. Perkara voluntaria === perkara yang di dalamnya tidak terdapat sengketa atau perselisihan Beda contentiosa dengan voluntaria Pihak yang berperkara Contentiosa : penggugat dan tergugat Voluntaria : pemohon Aktifitas hakim yang memewriksa perkara Contentiosa : terbatas yang dikemukakan dan diminta oleh pihak-pihak Voluntaria : hakim dapat melebihi apa yang dimohonkan krn tugas hakim bercorak administratif. Kebebasan hakim Contentiosa : hakim hanya memperhatikan dan menerapkan apa yang telah ditentukan UU Voluntaria : hakim memiliki kebebasan menggunakan kebijaksanaannya. Kekuatan mengikat putusan hakim Contentiosa : hanya mengikat pihak-pihak yang bersengketa serta orangorang yang telah didengar sebagai saksi. Voluntaria : mengikat terhadap semua pihak. Pengertian gugatan Pengertian gugatan Menurut RUU Hukum Acara Perdata pada Psl 1 angka 2 === tuntutan hak yang mengandung sengketa dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan Sudikno Mertokusumo : tuntutan hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah main eigenrichtig. Darwan Prinst : suatu permohonan yang disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang mengenai suatu tuntutan terhadap pihak lainnya dan harus diperiksa menurut tata cara tertentu oleh pengadilan serta kemudian diambil putusan terhadap gugatan tersebut. Syarat dan isi gugatan Syarat dan isi gugatan Syarat gugatan : 2. Gugatan dalam bentuk tertulis. 3. Diajukan oleh orang yang berkepentingan. 4. diajukan ke pengadilan yang berwenang Isi gugatan : Menurut Pasal 8 BRv gugatan memuat :

8. Identitas para pihak 9. Dasar atau dalil gugatan/ posita /fundamentum petendi berisi tentang peristiwa dan hubungan hukum 10. Tuntutan/petitum terdiri dari tuntutan primer dan tuntutan subsider/tambahan Teori pembuatan gugatan Teori pembuatan gugatan Ada 2 teori tentang bagaimana menyusun sebuah surat gugatan yaitu : 2. Substantieseringstheorie yaitu membuat surat gugatan dengan menguraikan rentetan kejadian nyata yang mendahului peristiwa yang menjadi dasar gugatan. 3. Individualseringstheorie yaitu hanya memuat kejadian-kejadian yang cukup menunjukkan adanya hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan Pencabutan Gugatan Pencabutan gugatan dapat terjadi: 7. Sebelum pemeriksaan perkara oleh hakim 8. Dilakukan dalam proses pemeriksaan perkara dengan syarat disetujui oleh pihak tergugat. Perubahan surat gugatan dapat dilakukan dengan syarat : 2. Tidak boleh mengubah kejadian materil yang menjadi dasar gugatan. 3. Bersifat mengurangi atau tidak menambah tuntutan. Kesempatan atau waktu melakukan perubahan gugatan dapat dibagi menjadi 2 tahap : 6. Sebelum tergugat mengajukan jawaban dapat dilakukan tanpa perlu izin tergugat. 7. Sesudah tergugat mengajukan jawaban harus dengan izin tergugat jika tidak disetujui perubahan tetap dapat dilakukan dengan ketentuan : h. Tidak menyebabkan kepentingan kedua belah pihak dirugikan terutama tergugat. i. Tidak menyimpang dari kejadian materil sebagai penyebab timbulnya perkara. j. Tidak boleh menimbulkan keadaan baru dalam positanya. Penggabungan gugatan atau Penggabungan gugatan atau kumulasi gugatan kumulasi gugatan Kumulasi gugatan ada 2 yaitu : 2. Kumulasi subjektif yaitu para pihak lebih dari satu orang (Pasal 127 HIR/151 RBg)

4. Kumulasi objektif yaitu penggabungan beberapa tuntutan. Penggabungan objektif tidak boleh dilakukan dalam hal: g. Hakim tidak wenang secara relatif untuk memeriksa satu tuntutan yang diajukan secara bersama-sama dalam gugatan h. satu tuntutan tertentu diperlukan satu gugatn khusus sedangkan tuntutan lainnya diperiksa menurut acara biasa. i. Tuntutan tentang bezit tidak boleh diajukan bersama-sama dengan tuntutan tentang eigendom dalam satu gugtan. Tujuan penggabungan gugatan : l. Menghindari kemungkinan putusan yang berbeda atau berlawan m. Untuk kepentingan beracara yang bersifat sederhana, cepat dan biaya ringan. kompetensi kompetensi Kompentensi adalah kewenangan mengadili dari badan peradilan. Kompetensi ada 2 yaitu : 3. Kompetensi mutlak/absolut yaitu dilihat dari beban tugas masing-masing badan peradilan 4. Kompetensi relatif yaitu dari wilayah hukum masingmasingperadilan Menurut Pasal 118 HIR/142 RBg kompetensi relatif adalah pengadilan negeri di tempat tinggal tergugat ( asas Actor Sequitor Forum Rei). Pasal 118 HIR/142 RBg mengatur juga pengecualiannya yaitu : 2. Diajukan di tempat kediaman tergugat apabila tidak diketahui tempat tinggatnya. 3. Apabila tergugat lebih dari satu orang diajukan di tempat tinggal

You might also like