Professional Documents
Culture Documents
Pemateri I : Budi Setyono (Busyet) Sekretaris Yayasan Pantau, pernah aktif di LPM Hayam Wuruk Hp: 08158316037 Telp: 62217221031 Email: inibuset@yahoo.com Blog: www.inibuset.blogspot.com Alamat: Yayasan Pantau Jalan Raya Kebayoran Lama No 18 CD Jakarta Selatan. 12220
Wartawan: Membaca dan Menulis (tak hanya membaca tapi mengamati agar pandai menulis
isme omongan. Verifikasi mencari kebenaran sebenar-benarnya fakta. 4 Disiplin verifikasi mampu membuat wartawan menyaring desas-desus, gosip, ingatan keliru, manipulasi guna mendapatkan informasi yang akurat. Lima konsep Verifikasi menurut Kovach dan Rosenstiel: = Jangan menambah atau mengarang apa pun. (harus berdasarkan konfirmasi dan fakta lapangan) = Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa, maupun pendengar. (harus jujur dalam menulis, ingat tujuan jurnalisme) = Bersikaplah setransparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi Anda dalam melakukan reportase. (ungkapkan siapa kita kpd narasumber dngn jujur dan apa tujuan kita, sekalipun untuk investigasi, pakai style meliput, tapi tetap narasumber harus tau pada akhirnya. = Bersandarlah terutama pada reportase Anda sendiri. (Jangan terlalu percaya pada hasil reportase orang lain, apalagi sekadar mencomot, percayalah pada hasil pengamatan anda!) = Bersikaplah rendah hati. (Jangan sombong, jadilah pendengar yang baik)
Elemen Objektifitas:
Coverbothside tak cukup mewakili kebenaran = Keberimbangan (tak sekedar berimbang dalam hal narasumber/tak sekadar mencari aman dalam menulis berita, melainkan berimbang pada fakta) = Klarifikasi (mengkonfirmasi kebenaran fakta, benar/tidak) = Verifikasi (penelusuran detail fakta/ isu) 4 Bukanlah wartawan yang dibayangkan untuk jadi objektif. Metodenya yang harus objektif. Kuncinya adalah disiplin dalam metode ini, bukan dalam tujuannya. 4 Kebenaran macam apa? (mengacu pada elemen pertama) 4 Kebenaran adalah prinsip pertama dan yang paling membingungkan, Secara alami jurnalisme bersifat reaktif dan praktis, ketimbang filosofis dan introspektif.
7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting, menarik, dan relevan
=Jurnalisme: mendongeng dengan sebuah tujuan menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam memahami dunia. Bukan semata hiburan. = Menarik audiens hanya dengan menyajikan tontonan yang enak dilihat akan gagal sebagai strategi bisnis jurnalisme jangka panjang. Audiens semacam itu akan berpindah pada hal yang paling memikat berikutnya karena ia terbangun di atas tanah yang lembek sejak awal. = Ada tiga alasan, sederhana tapi tak terbantahkan: Anda akan memudarkan selera dan pengharapan sejumlah orang terhadap sesuatu yang lain, strategi infotainment menghancurkan otoritas organisasi berita, Anda bermain menggunakan kekuatan media lain dan bukannya kekuatan media Anda sendiri. Sejarah dalam waktu yang panjang telah mengisyaratkan bahwa organisasi yang lebih menggeluti informasi di ujung spektrum condong berjaya dibandingkan yang menggeluti ujung hiburan.
FEATURE danNARASI
Struktur Penulisan:
= Piramida terbalik
Mengacu pada munculnya realisme (bila seorang reporter menggali fakta dan meruntutkannya secara kronologis, kebenaran akan dengan sendirinya terungkap) akhir abad 19. Judul-lead-perangkai-tubuh berita 4 Memudahkan editor memotong tulisan dari bawah 4 Memungkinkan diketahui dengan cepat apakah berita itu layak dimuat atau tidak: editor cukup membaca leadnya saja.
Feature harus melihat konteks/objek kemenarikan berita/kebutuhan informasi. Kreatif dalam memilih angle. Bila berita biasa cukup straight News. Tugas liputan feature 1.
4dana diganti dengan uang 4Menjalani.dihilangkan. Langsung ke Profesi itu 4kata sambil, dihilangkan.
JURNALISME BARU
Dikembangkan oleh Tom Wolfe (wartawan Herald Tribune) Like A Novel! (Narasi seperti Novel). Contoh tulisan: Jimmy Breslin Its an Honour, Frank Sinatra Kena Salesma, Ngak Ngik Nguk. Dalam kata pengantarnya, Wolfe dan Johnson bilang bahwa genre ini berbeda dari reportase sehari-hari (jurnalisme konvensional). Dalam bertutur ia menggunakan: 4 Adegan demi adegan 4 Pencatatan dialog secara utuh (Dialog membuat tokoh-tokohnya hidup melalui ucapan-ucapannya) 4 Menggunakan sudut pandang orang ketiga (dia) 4 Penuh dengan detail
= Feature
Feature adalah tulisan yang disajikan sebagai karangan menarik. Lebih panjang dari berita biasa, bersifat kreatif terutama dalam memilih sudut pandang, terkadang subjektif yang memungkinkan penulisnya memasukkan emosi dan pikiran-pikirannya (tapi tetap bisa dipertanggung jawabkan/bisa diverifikasi kebenarannya), serta membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan. *Informatif tetapi menghibur. Ia bisa membuat pembaca terharu tetapi juga bisa tertawa. Ia awet sehingga tak lekas dipakai pembungkus kacang. *Feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita. Judul lead perangkai tubuh berita penutup Feature menekankan pada kreatifitas permainan judul: bisa berupa bunyi (ex: Ngak Ngik Nguk: Budi Setyono), suara, situasi. Judul tak mesti menyiratkan isi tulisan, feature tak seperti straight. Jangan terjebak soal label, apakah ini feature or bukan!
* Jurnalisme Sastrawi
Dalam buku Literary Journalism, Norman Sims menulis pengantar berjudul The Art of Literary Journalism, menjelaskan terjadinya perluasan konsep. Indikasinya terlihat dengan unsur kedalaman reportase (immersion reporting), teknik-teknik naratif yang membebaskan pandangan si wartawan, dan peningkatan standar akurasi. Perbedaan perspektif, suara, dan pengalaman juga diangkat ke permukaan, dalam rincian yang mendalam. Beberapa pemikir jurnalisme mengembangkan temuan Wolfe. Ada yang pakai nama narrative reporting. Ada juga yang pakai nama passionate journalism. Pulitzer Prize menyebutnya explorative journalism. Genre ini (narasi) menukik sangat dalam, lebih dalam daripada apa yang disebut sebagai indepth reporting. 4 Ia bukan saja melaporkan seseorang melakukan apa. Tapi ia masuk ke dalam psikologi yang bersangkutan dan menerangkan mengapa ia melakukan hal itu. 4 Ada karakter. Drama. Babak. Adegan. Konflik. 4Laporannya panjang dan utuh tidak dipecah-pecah ke dalam beberapa laporan. 4 Wawancara bisa dilakukan den-
4Judul kurang konfrehensif 4Lalu lalang: Lalu-lalang 4Lalu-lalang dan silih berganti: makna sama, pilih salah Satu 4Puluhan vs berjejer: makna sama banyak. Puluhan dihilangkan. 4Mondar-mandir vs sibuk: sama makna, pilih salah Satu 4Sore itu, pengulangan. 4Kutipan semakin sore semakin ramai kurang kuat. 4tengah, sedang dihindari
Evaluasi:
gan puluhan, bahkan lebih sering ratusan, narasumber. 4Risetnya tidak main-main. 4Waktu bekerjanya bisa berbulan-bulan. 4Ceritanya juga kebanyakan tentang orang biasa. Bukan orang terkenal. Not the official view Narrative journalism merupakan bentuk cangkokan, hasil perkawinan silang antara ketrampilan penuturan cerita dengan kemampuan seorang jurnalis dalam membuat drama, dan kegiatan mengamati segala orang, tempat, dan kejadian, yang nyata di banyak tempat dunia, Robert Vare (wartawan yang pernah jadi redaktur majalah The New Yorker dan The Rolling Stones, serta mengajar kelas narasi di Harvard University). Menurut Robert Vare, ada 7 pertimbangan dalam menulis narasi: 1. Fakta. 2. Konflik. 3. Karakter. 4. Akses. 5. Emosi. 6. Perjalanan waktu. 7. Unsur kebaruan. = Roy Peter Clark, seorang guru menulis dari Poynter Institute, Florida, mengembangkan pedoman standar 5W 1H menjadi pendekatan baru yang naratif, sehingga pengisahan berita naratif jadi mirip kamera film dokumenter. Who menjadi karakter What menjadi plot When menjadi kronologi Why menjadi motif Where menjadi setting How menjadi narasi Bagaimana Narasi berkembang? Mark Kramer memberikan masukan. Di ruang redaksi suratkabar, berkembangnya narasi biasanya dimulai dengan halhal sebagai berikut: 4 Pada tema apa dan teknik bagaimana naratif digunakan? 4 Proses reportasenya bagaimana? 4 Siapa yang akan menuliskan dan siapa mengeditnya?
Menulis
DESKRIPSI
eskripsi menimbulkan realitas kesadaran bagi pembaca, membuat pembaca bertindak sebagai partisan dalam suatu cerita melalui inderawinya. Kata sifat tak semua bisa dideskripsikan. Ex: cantik. Kata sifat bisa dideskripsikan tanpa memakai kata melainkan ditulis maknanya: Marah: memukul meja, matanya melotot. =Deskripsi bermula dari benak penulis tapi harus berakhir di benak pembaca. =Dimulai dari visualisasi apa yang Anda ingin dialami pembaca dan diakhiri saat Anda menerjemahkan apa yang Anda lihat dalam benak ke dalam bentuk katakata. =Deskripsi yang sedikit membuat pembaca kabur dan bingung. Deskripsi yang berlebihan membuat pembaca terkubur dalam detail dan bayangan. =Hindari menjelaskan karakteristik tokoh-tokohnya dan pakaian mereka. Biarkan pembaca membayangkan sendiri. =Tempat kejadian dan bagaimana kejadian itu berlangsung lebih penting bagi indera pembaca untuk benar-benar berada di dalam cerita. =Hindari penggunaan tamsil, metafora, dan ungkapan yang klise. Contoh: gadis itu secantik rembulan, dia melawan laksana harimau, dll.
Teknik
Menulis
Deskripsi
(Bagaimana mengikat pembaca) 4Buat outline tulisan 4Buat struktur 4Buka pandangan, catat detil suasana, proses wawancara, banyakkan dialog 4Pilih sudut pandang yang paling menarik tapi tak melupakan tema besar 4Penulis bisa masuk dengan sudut pandang orang pertama (saya)
DIALOG
Dialog membuat tokoh-tokohnya hidup melalui ucapan-ucapannya. =Memberi suara pada tokoh-tokohnya. =Menunjukkan karakter; dengan menggambarkan bagaimana tokoh bertingkah laku dan mengatakan sesuatu. = Menjadi sarana untuk merepresentasikan perubahan topik pengisahan =Dialog bisa menjadi alat penjelas bagi topik yang tengah diterangkan. =Dialog merupakan elemen penting bagi tampilan estetis, sekaligus menguatkan nilai dramatis. = Dialog yang baik menyenangkan untuk dibaca, dan dialog yang buruk membosankan.
HOW
4 The good narative writer is first a good reporter. (Penulis naratif yang baik adalah reporter terbaik pertama) 4 Learns to look and learns to listen. (Belajar melihat dan mendengar) 4Show how something happens. (Menunjukkan bagaimana sesuatu terjadi) 4Detail that helps the reader see and feel the story is relevant detail. (Detail itu membantu pembaca untuk melihat dan merasakan detail cerita secara relevan) 4Flashbacks (provide background and context). Help add drama and tension to the story. (Masa lalu bisa digambarkan dengan kuat dengan menambahkan drama dan tensi pada cerita).
teman-teman di FLP bagus-bagus. Saya jadi termotivasi, ujarnya. Ide tulisan muncul tak dikira. Kadang karena teman, atau situasi. Tengah malam adalah waktu favoritnya menulis. Dia terbiasa memangkas jatah tidur sekadar menuangkan ide. Lebih enak, lebih tenang, ucapnya. Tak ada jadwal pasti dalam menulis. Buatnya kalo lagi pengen. Kadang juga karena ada teman yang minta, katanya. Karya-karya Ibnu mengandung pesan islami, motivasi, dan hiburan. Tema-tema tulisan sederhana. Puisi berjudul Setangkai Ilalang dalam Genggamanku adalah tulisan favoritnya. Kepada kupu-kupu kupecahkan risau Mengapa kerap hampiri ilalang Apakah mawar tak lagi semerbak, tulisnya. Kenapa suka? Tulisan ini tentang kesederhanaan. Ilalang tak seperti mawar, tapi kenapa kupu-kupu menghampirinya. Pasti ada sesuatu di balik ilalang yang sederhana, ucapnya.
Pesan moralnya? Kesederhanaan akan membuat orang kagum, tuturnya. Ibnu tak berharap banyak dari karyanya. Dia ingin membuat karya yang bermanfaat bagi orang lain. Tulisan akan saya kumpulkan. Kemudian dibuat buku. 2010 ini target selesai, ujarnya. Evaluasi: 4nu jadi Nu: panggilan pakai huruf besar 4tulisan (human interest) kurang dalam 4Hindari kata : adalah, juga, pun 4data profil bila sedikit lebih baik dimasukkan ke tulisan, kalo banyak dibuat CV 4Setelah tanda kutip diberi spasi. 4Hindari kutipan pengulangan dari pernyataan sebelumnya. Pilih salah satu. Pilih kutipan yang punya pesan kuat, pendek. 4Hindari penggunaan kata : -ia menambahkan, ia mengaku,
Macam Biografi
Biografi politik: penulisan tokoh dari sudut politik. Bahan-bahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Kadang kala tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulis. Intelektual biografi, disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkan penulisnya dalam gaya penulisan ilmiah. Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra. menurut Nurinwa, materi diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan. Soal pengungkapan fakta sejarah baru belum menjadi titik tekan penulisan biografi di Indonesia. Biasanya, fakta yang berbeda ini hanya diungkap lewat memoir yang khusus menyorot suatu fase dalam kehidupan seorang tokoh, seperti yang dibuat oleh mantan presiden B.J. Habibie dalam Detik-detik yang Menentukan, atau dalam dua buku Wiranto: Wiranto: Bersaksi di Tengah Badai dan Selamat Jalan Timor Timur; Pergulatan Menguak Kebenaran.
SYARAT PENULISAN
BIOGRAFI
Profil
Biografi: cerita perjalanan hidup/profil seseorang disajikan lebih panjang, detail Profil : Disajikan lebih pendek. Dari segi isi biografi dapat memuat: Perjalanan hidup dan karier Proses kreatif Karya-karya yang pernah dihasilkan Renungan dan pemikiran Pembagian jenis biografi ditinjau dari siapa penulisnya: Autobiografi (ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya) Biografi (dituliskan oleh orang lain). Biografi masih bisa dibedakan lagi berdasarkan izin penulisan: Authorized biography, biografi yang penulisannya seizin atau sepengetahuan sang tokoh. Unauthorized biography, biografi yang ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin dari sang tokoh.
Strachey berpendapat biografi adalah penafsiran terhadap sebuah kehidupan, dan blak-blakan adalah syarat utamanya. Dia mengibaratkan penulis biografi sebagai seseorang yang mengayuh perahu di lautan fakta yang mahaluas dan mencemplungkan ember kecil untuk menciduk satu contoh kehidupan, lalu mengulitinya habis-habisan. Leon Edel, pendiri jurnal Biography, mengumpamakan pekerjaan menulis biografi seperti mencari figur di bawah karpet, pola yang terpapar di sisi tersembunyi dari kehidupan. Biografi terlihat tak relevan jika ia tak menemukan tumpang tindih antara apa yang dilakukan oleh seseorang dan kehidupan yang menjadikan hal itu mungkin. Tanpa menemukan itu, Anda hanya punya kejadian-kejadian tanpa bentuk dan gosip.
Syarat penting
Penulis biografi harus mampu merajut berbagai sisi kehidupan sang tokoh dan menampilkan sosok itu secara utuh, sisi positif dan negative tokoh. Objektif. Seorang penulis biografi harus mampu tetap menempatkan diri dalam posisi sebagai partner yang kritis. Mendekat tapi menjaga jarak. Semua keunikan hubungan penulis biografi dan objek yang ingin ia tampilkan itu disebut A.S Byatt dalam novelnya The Biographers Tale sebagai ikatan yang harus menjadi lebur dan lalu... lepaskan. Akses, yang membuat Anda leluasa mewawancarai dan mengikuti ke mana ia pergi (kalau masih hidup), membaca catatan hariannya, surat-surat, foto, dll. Adanya bahan yang tersedia untuk merekonstruksi jalan hidup tokoh yang bersangkutan, seperti suratkabar, karya sang tokoh, cerita keluarga dan orang yang hidup sezaman, dll. Memahami realitas sosial saat sang tokoh hidup. Relevan.
MENCIPTAKAN
TOKOH
Apa, dari mana, dan bagaimana kita mengenal tokoh: Tindakan. Pembaca tak perlu diberi tahu mereka melihatnya sendiri. Motif. Memberi nilai moral pada tindakan seseorang. Yang tampak sebagai sebuah pembunuhan mungkin sebenarnya pembelaan diri. Masa lalu. Membantu pembaca memahami siapa tokoh itu pada saat ceritanya terjadi. Reputasi. Bagian dari identitas seorang tokoh adalah apa yang dikatakan orang lain tentang dia. Stereotip. Adalah fakta bahwa manusia mengidentifikasikan orang berdasarkan stereotip, apapun bentuknya, dan secara sadar atau tidak. Ia mengarahkan dugaan, sehingga bisa mengejutkan pembaca. Jaringan pertemanan. Kita punya kepribadian tertentu di tempat kerja, yang lain bersama anak-anak, yang lain lagi dengan pasangan. Kebiasaan dan Pola. Bakat dan Kemampuan. Selera dan Kesukaan. Tubuh atau penampilan fisik
Jika tokoh Anda menangis, pembaca Anda tak akan perlu menangis; namun jika tokoh Anda punya alasan untuk menangis, dan dia tidak menangis, pembaca Andalah yang akan menangis.
Hierarki
Tokoh figuran. Tokoh ini tidak dikembangkan sama sekali; mereka hanya orang di latar belakang. Tokoh sampingan. Tokoh ini mungkin mempengaruhi plot, tetapi tidak dimaksudkan membuat pembaca terlibat secara emosional dengannya. Tokoh penting. Cerita, dalam derajat tertentu, adalah tentang mereka. Pilihan mereka mengarahkan cerita, keinginan mereka menggerakkan cerita.
Biasa vs aneh/unik Jumlah waktu yang dihabiskan untuk tokoh ini Fokus tokoh lain kepadanya Kekerapan kemunculan tokoh Derajat keterlibatan tokoh dalam aksi Penuturan dari sudut pandang tokoh
Catatan:
Faktor-faktor ini biasanya tumpang tindih. Setiap faktor memiliki struktur yang implisit; jika faktor tersebut mendominasi cerita, strukturnya akan menentukan bentuk cerita secara keseluruhan. Bagaimana meningkatkan tegangan emosional? Penderitaan Pengorbanan Bahaya Cinta
Siapa yang mengisahkan cerita Anda? Orang pertama (saya, aku kami). Digunakan untuk laporan saksi, cerita ketika Anda memberi tahu pembaca apa Anda lihat dan lakukan, apa yang terjadi pada Anda. Orang kedua (kau, kamu kalian). Hanya digunakan sesekali dalam cerita, biasanya menggunakan kalimat perintah dan kata Anda Orang ketiga (dia mereka). Ketika si penutur tidak hadir dalam cerita sebagai tokoh; alih-alih, si penutur memberi tahu pembaca apa yang terjadi pada orang lain. Catatan: Jika seorang tokoh dalam cerita digunakan sebagai penutur atau tokoh sudut pandang, kepentingannya akan sangat meningkat. Meskipun Anda menggunakan satu kata ganti secara keseluruhan untuk kisahnya, tetap ada bagian-bagian kecil yang menggunakan kata ganti yang lain. Sesekali masukkan dialog, penulis bisa masuk melalui sudut pandang orang pertama: saya Cont: profil Franks Sinatra Has a Cold/ Franks Sinatra Kena Salesma Penggambaran tokoh ditulis melalui pengamatan detail prilaku sumber, keseharian, kebiasaan, pendekatan dengan orang2 sekitar tokoh. Penulis bisa menggunakan unsure subjektifitas selama melalui observasi/ pengamatan penulis dan kebenaran bisa diverifikasi.
SUDUT PANDANG
Di Sudut Teleju
Oleh Supendi Dua wanita paruh baya itu asyik bermain remi. Mereka duduk di sofa merah jambu lusuh di ruangan tamu. Posisi keduanya berhadapan. Sebuah meja berwarna coklat terpampang. Di atas meja, kartu remi berserak. Ada asbak, bungkus rokok dan dua buah handphonemilik keduanya. Mereka Tuti, 35 tahun dan Tini, 37 tahun, keduanya Pekerja Seks Komersil (PSK) di Desa Teleju, Kecamatan Tenayan Raya Pekan Baru Riau. Siang itu, Tini mengenakan setelan daster ketat berwarna kuning dan celana sepaha. Tuti mengenakan baju terusan rok hitam. Ruangan itu tak begitu luas, sekitar 2x3 meter. Atapnya triplek, dindingnya terbuat dari kayu berwarna biru langit. Di atap, lampu kerlip menjalar. Sebuah salon terpasang di sudut ruangan. Kartu remi dikocok dan ditebar. Mereka larut dalam permainan. Menang aku, ujar Tini dengan logat Jawa kental. Tuti tak bergeming. Diraupnya kartu, lalu dikocok dan ditebar kembali. Begitu seterusnya. Yang kalah, yang ngocok. Bermain remi, rupanya menjadi kegemaran keduanya. Itu dilakukan untuk mengisi waktu kosongsambil menunggu mangsa datang. Lagi nunggu orang yang punya uang, tutur Tini terkekeh. Tini ngepos di Teleju sejak setahun lalu. Dia pendatang dari Jawa Tengah, Kota Batang tepatnya. Begitu halnya Tuti. Dia baru sebulan di Teleju. Keduanya ngekos di rumah itu. Sebulan, mereka dikenai tarif Rp 1, 3 juta. Sudah termasuk makan tiga kali sehari, sewa kamar, dan fasilitas kamar mandi. Rumah dipojokan perkampungan itu, sama dengan rumah kebanyakan menjajakan jasa pemuas birahi. Teleju memang dikenal sebagai kawasan tempat beroprasinya PSK sejak tahun 2000. Mereka mayoritas pendatang dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur. Sisanya Lampung, dan Palembang. Siang itu, suasana perkampungan lengang. Tak banyak pengunjung datang. Begitu halnya rumah tempat Tuti dan Tini tinggal. Mereka sedari pagi menjajakkan diri. Tapi tak satupun pengunjung datang. Lagi sepi mas,tutur Tuti disambut kekehan Tini. Nggak nentu. Kadang ada kadang kosong. Pendapatan menjual diri pun tak menentu. Tergantung dari ada tidaknya pen-
Teknik
Wawancara
Wawancara to get information! Ungkapkan identitas Percaya diri Bila narasumber no comment jangan panic. Tetap tenang, tarik ulur, deskripsikan/serang dengan data. Lihat dan amati teknik wawancara Frost terhadap presiden Amerika Serikat dalam film All President Man. Siapkanlah riset data soal topic dan narasumber dari sumber yang dapat dipercaya. Informasi itu tak perlu ditanyakan lagi. Itu untuk menyiasati waktu wawancara yang mepet. Tak perlu juga menyantumkan sumber data.
1. Bersiaplah (referensi data, narasumber, beri tahu sumber soal tema wawancara, siapkan peralatan) 2. Mengatur hak wawancara (membuat janjiTEPATI!) 3. Tepat waktu 4. Jadilah taat (lihat dan amati sekitar) 5. Sopan 6. Dengar dan jangan takut memotong 7. Diam adalah emas, jadilah pendengar yang baik, menunggu saat penjelasan 8. Jaga kontak mata 9. Setelah usai jangan cepat pergi. Santai,buka kembali data 10. Periksa kembali hasil wawancara
10 Tips Wawancara:
-Basilius Triharyanto (Basil) -Media Development Pantau -08157904548 -basith@yahoo.com -fb: Basil Triharyanto -www.duniabergerak.blogspot.com Riset data: Internet, Buku, Dokumen
gunjung. Setiap pengunjung dikenai biaya jasa Rp 100 ribu untuk sekali main. Gak ada batasan waktu, tergantung kesepakatan, tutur Tuti. Uang itu mereka terima bersih. Tak ada potongan dari si empunya rumah, kecuali untuk membayar sewa kos. Kita disini bebas, mau mangkal atau nggak. Nggak ada keharusan. Mau tidur seharian juga terserah, tutur Tuti. Menjalani profesi PSK bagi keduanya bukan tanpa alasan. Tini misalnya. Dia datang ke Teleju karena ditipu teman. Dia dijanjikan bekerja di Jakarta sebagai pembantu rumah tangga dengan honor Rp 500 ribu per bulan. Tapi fiktif. Angannya tak berbalas. Dia malah di bawa ke Teleju. Tau-tau dibawa ke sini. Kalo dah di sini ya harus kerja, katanya. Lain halnya Tuti. Dia ke Teleju karena diajak saudara di Kerinci Kabupaten Pelalawan Riau. Perceraian dengan suami membuatnya frustasi. Tahun 1989 dia hijrah ke Riau. Di Jawa Tengah aku petani. Di sini kerja WTSWanita Tuna Susila,tuturnya. Tekanan ekonomi menjadi faktor utama bagi mereka memilih profesi itu. Mereka kini janda dan sama-sama memiliki dua orang anak. Keharusan menghidupi keluarga tanpa suami membuat mereka memilih jalan kelam itu. Nggak mau kayak gini terus. Pengen juga ngidupin anak dengan cara baik, kata Tini diamini Tuti. Angin berhembus kencang. Suara kilat menggelegar. Di luaran hujan mengguyur. Mereka yang tengah asyik bermain remi tiba-tiba terhenti. Woi-woi ujan-ujan, ujar Tuti tergesa. Eh iapakeanku, Sahut Tini. Keduanya berlari ke belakang rumah. Tak lama seorang teman datang, Ade namanya. Kedatangannya disambut Tini dan Tuti. Mau beli apa mas, tanya Tuti. Ade tersenyum. Mereka pun larut dalam obrolan. Kocokan kartu remi pun terhenti. Bagi rokoknya mas, ujar Tuti. Oh, ini,sahut Ade sambil menyodorkan sebungkus rokok. Tuti pun menyandarkan tubuhnya ke sofa. Kakinya dilentangkan. Kepulan asap rokok menghembus dari mulutnya. Tini pun ikut bersandar di sofa.
-Judul kurang konfrehensif -mangsa cari padanan, jangan menklaim= tamu - Tulisan lebih pada Deskripsi, ceritanya kurang?
JUMAT, 28 MEI 2010
Evaluasi:
lifton Pollard yakin hari Minggu itu dia akan bekerja juga. Pukul 09.00 dia sudah bangun. Di apartemen tiga kamarnya di Corcoran Street, dia sudah mengenakan terusan warna khaki lalu menuju dapur untuk sarapan. Istrinya, Hettie, sudah menyiapkan daging panggang dan telur untuknya. Pollard sedang makan ketika ada telepon yang memang dia tunggu. Telepon dari Mazo Kawalchik, mandor para penggali kubur di Arlington National Cemetery, tempat di mana Pollard bekerja mencari nafkah. Polly, tolong jam sebelas nanti sudah ada disini, bisa ya? suruh Kawalchik. Saya kira kau tahu kenapa. Ya, Pollard memang sudah tahu. Dia meletakkan telepon, menyudahi sarapan, dan meninggalkan apartemennya. Hari Minggu itu dia lewatkan dengan menggali liang lahat untuk John Fitzgerald Kennedy. Waktu Pollard sampai di jalan ke gudang kayu bercat kuning, tempat perkakas pemakaman itu disimpan, Kawalchik dan John Metzler sudah menunggunya di sana. Maaf, kau jadi harus kerja hari Minggu, ujar Metzler. Ah, tidak usah ngomong begitu, kata Pollard. bagi saya, berada di sini adalah kehormatan. Pollard lalu menuju ke mesin dengan bajak berlawanan arah. Di pemakaman itu, lubang kubur tidak digali pakai sekop. Mesin bajak terbalik yang dipakai warnanya hijau dengan mangkuk besar yang menggali tanah ke arah orang yang mengendalikan mesin, tidak menjauh seperti kren. Di bawah bukit di depan Makam Serdadu tak Dikenal, Pollard mulai menggali. (Catatan Editor: Serdadu itu bernama Custis-Lee Mansion). Dedaunan menutupi rumput. Ketika gigi-gigi bajak menggaruk tanah, dedaunan itu mengeluarkan suara kres-kres rumput tertebas yang terdengar dari atas motor penggerak mesin bajak. Ketika mangkuk pertama menyembul dengan seonggok tanah, Metzler, pengawas pemakaman itu, mendekat dan menatapnya. Tanahnya bagus, kata Metzler. Saya mau menyimpannya sedikit, kata Pollard. Mesin ini ada bekas jejaknya di rumput, nanti saya isi tanah dan tanami dengan rumput subur yang tumbuh di sekitar sini, saya maunya semuanya di sini -- kau tahu -- indah. James Winners, penggali kubur lain, mengangguk. Lalu katanya, dia juga akan mengangkut beberapa gerobak tanah yang sangat subur itu ke gudang untuk ditanami rumput. Dia orang yang baik, ujar Pollard. Ya, memang, sahut Metzler. Sekarang dia akan datang ke sini dan berbaring di liang lahat yang saya gali, sambung Pollard. Kau tahu, ini benar-benar sebuah kehormatan buat saya, mengerjakan semua ini.