You are on page 1of 46

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan kegiatan dalam upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Untuk melaksanakan pembangunan nasional yang bercita-cita membangun
Indonesia seluruhnya, maka sudah sepantasnya jika kita berusaha meningkatkan
taraI hidup masyarakat dengan jalan meningkatkan taraI kesehatan manusia
(Depkes RI, 1996).
Tujuan pembangunan nasional salah satunya diinvestasikan dalam
pembangunan bidang kesehatan melalui visi Indonesia Sehat 2010, dimana
masyarakat akan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
sehingga akan terwujud kesehatan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
yang ditandai penduduk yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan prilaku
yang sehat pula.
Penyakit TBC (tuberculosis) adalah salah satu penyakit menular yang
dapat menyebabkan kematian. Banyak menyerang terutama kelompok usia
produktiI (15-50) dan anak-anak. Organization (WHO) memperkirakan sepertiga
penduduk dunia sudah terinIeksi TBC (1993) dan perkiraan saat ini setiap tahun
terjadi 583.000 kasus baru dengan kematian karena TBC. Secara kasar
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru BTA
positiI, pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap di
masa lalu diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat
Anti Tuberkulosis(OAT) atau Multi Drug Resistance (MDR). (Pedoman Nasional
Penanggulangan TBC,2002).
Seorang penderita TB dewasa dengan BTA positiI akan menularkan
kepada 10 orang di lingkungannya terutama anak-anak ,sehingga bila prevalensi
TB dewasa tinggi tentu TB anak pun akan tinggi dan oleh karena itulah sangat
penting mendeteksi TB dewasa sehingga setiap anak yang mempunyai resiko
tertular dapat diberikan pencegahan.(Kartasasmita,2002)
Sumber penularan TB pada anak,biasanya orang dewasa yang menderita
TB aktiI yaitu penderita dengan BTA positiI. Pada anak yang diaknosis TB,
dilakukan penelusuran sumber kontak untuk memastikan sumber inIeksi dan
mencegah berlanjutnya penularan dari sumber penularan, kedekatan dengan
sumber penularan, lama kontak dengan sumber penularan dan umur anak.
Meskipun resiko terbesar anak tertular TB dari kontak serumah dengan penderita
TB namun tidak menutup kemungkinan anak mendapat inIeksi dari sumber
penular yang asalnya diluar rumah.(Haryani,2007).
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih.Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah,batuk darah,sesak naIas,badan lemas, naIsu makan menurun , berat badan
menurun,malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan Iisik, demam meriang
lebih dari satu bulan.(Depkes RI.2008).
Disini penulis hanya membahas tetang gejala batuk darah (hemoptoe)
pada penderita TB paru.Hemoptoe secara deIinisi adalah ekspektorasi darah atau
mukus yang berdarah. Hemoptoe merupakan salah satu gejala yang penting dari
penyakit paru, pertama karena merupakan bahaya potensial adanya perdarahan
yang gawat yang memerlukan tindakan yang segera dan intensiI, dimana batuk
darah yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan angka kematian yang
tinggi.
Dugaan diagnosis TB ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
Iisik, pemeriksaan laboratorium, radiologis dan penunjang yang lain. Gejala
gejalanya termasuk gejala respiratorik (batuk _ 3 minggu, batuk berdahak, batuk
darah, nyeri dada, sesak naIas) dan gejala sistemik (demam, keringat malam,
penurunan berat badan, malaise, naIsu makan menurun). Pada pemeriksaan Iisik
TB tidak khas, sehingga tidak dapat membantu membedakan dengan penyakit
lainnya, temuan Iisik tergantung lokasi kelainan, serta luasnya kelainan struktur
paru.

(AriI Muttaqin,1998).
Pemeriksaan bakteriologis sangat berperan untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan dahak untuk menentukan bakteri tahan asam (BTA) merupakan
pemeriksaan yanng harus dilakukan pada seseorang yang dicurigai menderita TB
atau suspek, pemeriksaan dilakukan 3 kali (sewaktu/pagi/sewaktu). Diagnosis TB
paru ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan mikroskopis.
Hasil pemeriksaan dinyatakan positiI jika sedikitnya 2 dari 3 spesimen dahak
ditemukan BTA (). Bila hanya satu spesimen positiI maka perlu dilakukan
pemeriksaan Ioto thorax atau sputum ulangan. Bila Ioto thorax mendukung TB
maka didiagnosis TB paru BTA (). Bila Ioto thorax tidak mendukung maka
perlu dilakukan pemeriksaan sputum ulang. Bila hasil sputum ulangan negatiI
berarti bukan penderita TB. Bila Ioto roentgen mendukung TB namun sputum
negatiI maka diagnosis adalah TB paru BTA (-) roentgen positiI.

(Depkes
RI,2001).
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu pada tahun
2010 ditemukan jumlah TB paru sebanyak 393 orang yang terdiri dari 336 orang
dengan BTA ,25 orang TB Extra paru, dan 50 orang dengan BTA- .
Di Puskesmas Sukamerindu pada tahun 2009 ditemukan TB paru klinis
sebanyak 50 orang dengan BTA sebanyak 48 orang dan BTA sebanyak 2
orang.Pada tahun 2010 ditemukan jumlah paru klinis sebanyak 45 orang,dengan
hasil pemeriksaan sebanyak 45 orang BTA .(Laporan petugas Sukamerindu Th
2009-2010).
Berdasarkan kartu TB.o1 tahun 2010
Kajian Klinis Yang Hemoptoe Yang Tidak
Hemoptoe
Kategori
Baru 14 31
Kambuh 0 0
Virulensi
BTA 3 5 12
BTA 2 7 20
BTA 1 2 9

Berdasarkan Tabel di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian guna mengetahui kajian Hemoptoe pada penderita TB paru Yang
berobat di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.




1.1.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian ini adalah bagaimana kajian Hemoptoe pada penderita TB paru Yang
berobat di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2010.

1.2.%ujuan Penelitian
1.2.1. %ujuan Umum
Untuk mempelajari kajian Hemoptoe pada penderita TB paru
Yang berobat di Puskesmas Sukamerindu.

1.2.2. %ujuan Khusus
1.Untuk mengetahui gambaran penyakit TB paru di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu.
2.Untuk mengetahui gambaran Hemoptoe pada penderita TB paru di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.
3.Untuk menganalisis kajian Hemoptoe pada penderita TB paru di
Puskesmas Kota Bengkulu.

1.3.Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Institus RSUD dr. M. Yunus
Memberikan masukan bidang keperawatan umumnya dan para
tenaga perawat Puskesmas Sukamerindu khususnya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien TB paru.
1.4.2. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan bagi peneliti tentang penyakit TB paru
dan Hemoptoe.

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah bacaan ilmiah atau literatur tentang TB paru dan
Hemoptoe bagi STIKES Tri MAndiri Sakti (TMS) Bengkulu dan
merupakan bahan untuk penelitian selanjutnya.















BAB II
%IN1AUAN PUS%AKA
2.1 Konsep %ubercolosis
2.1.1 Anatomi Dan fisiologi Paru
Paru-paru adalah organ yag berbentuk kerucut dan terletak dalam
rongga dada atau toraks.,mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar memisahkan paru tersebut. Paru-paru
mempunyai permukaan luar yang menyentuh tulang belakang , dan sisi
depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh
Iisura.Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus.Jaringan paru-paru elastis,berpori,dan seperti spons.
Suatu lapisan tipis kontinu yang mengandung kalogen dan jaringan
elastis,dikenal sebagai pleura,melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan
menyelubungi setiap paru (pleura viseralis). Diantara pleura parientalis dan
veseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang berIungsi untuk
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan dan untuk
mencegah pemisahan toraks dan paru.
Fungsi Paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
.Pada pernapasan melalui paru-paru atau eksterna,oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut pada waktu bernapas.Oksigen masuk melalui trakea da
pipa bronchial ke alveoli ,dan dapat berhubungan erat dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapis membran,yaitu membrane alveoli-kapiler, yang
memisahkan oksigen dari darah.Oksigen menembus membrane ini dan
dipungut oleh hemoglobin sel darah dan dibawa kejantung,Dari sini
dipompa didalam arteri ke semua bagian tubuh .Darah meninggalkan paru-
paru pada tekanan oksigen 100mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinny
95 jenuh oksigen.
Didalam paru-paru ,karbondioksida salah astu hasil buangan
metabolism , menembus membrane alveolar-kapiler dari kapiler darah ke
alveoli, dan setelah melalui pipa bronchial dan trakea ,dinapaskan keluar
melalui hidung dan mulut.
2.1.2 Epidemiologi Global %uberkulosis
Walaupun pengobatan TB yang eIektiI sudah tersedia tapi sampai
saat ini masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada
bulan maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global healt
emergency,TB dianggap sebagai masalah kesahatan dunia yang penting
karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinIeksi oleh mickrobakterium
TB.Pada tahun 1993 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat diseluruh dunia.
Sebagian besar dari kasus TB ini (95) dan kematiannya (98)
terjadi di Negara-negara sedang berkembang.Dianara mereka 75 berada
pada usia produktiI yaitu 20-49 tahun karena penduduk yang padat dan
tingginya pervalensi maka lebih 65 dari kasus-kasus TB yang baru dan
kematian yang muncul terjadi di Asia.
Alasan utama munculya atau meningkatnya beban TB Global ini
antara lain disebabkan :
1. Kemiskinan pada berbagai penduduk ,tidak hanya pada
Negara yang sedang berkembang tetapi juga pada
penduduk perkotaan tertentu dinegara maju.
2. Adanya perubahan demograIik dengan meningkatnya
penduduk dunia dan perubahan dari struktur usia manusia
yang hidup
3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi
padanpenduduk di kelompok rentan di negeri-negeri
miskin.
4. Tidak memadaiya pendidikan mengenai TB diantara para
Dokter.
5. Terlantar dan kurangny biaya untuk obat, sarana
diagnostic, dan pengawasan kasus TB dimana terjadi
deteksi dan tatalaksana kasus yang tidak adekuat.
6. Adanya epidemic HIV terutama di AIrika dan Asia
2.1.3 Epidemiologi %uberkulosis di Indonesia
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi
didunyia setelah China, India.Pada tahun 1998 diperkirakan TB
China.India dan Indonesia berturut-turut 1.828.000, 1.414.000, dan
591.000 kasus.Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positiI di
Indonesia adalah 266.000 tahun 1998.Berdasarkan survey kesehatan
rumah tangga 1985 dan survey kesehatan nasional 2001,TB menempati
rangking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di
Indonesia.Prevalensi nasional terakir TB paru diperkirakan 0,24.Sampai
sekarang angka kejadian TB di Indonesia relative rendahnya inIeksi HIV,
tapi hal ini mungkin akan berubah dimasa dating melihat semakin
meningkatnya laporan inIeksi HIV dari tahun ketahun.
2.1.4 Pengertian %uberkulosis
Tuberkulosis merupakan inIeksi bakteri kronik yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinIeksi dan oleh hipersensitivitas yang
diperantai sel (cell-mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak
diparu,tetapi dapat mengenai organ lain.Dengan tidak adanya pengobatan
yang epektiI untuk penyakit yang aktiI ,biasa terjadi perjalanan penyakit
yang kronik dan berahir dengan kematian. (Harrison,1999)
A. Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer adalah suatu bentuk penyakit yang
berkembang mula-mula pada seseorang yang belum
tersensitiasi.Individu yang lanjut usia dapat kehilangan
sensitivitasnya terhadap basil tuberkel sehingga sekali lagi dapat
menderita tuberculosis primer.
B. Tuberkulosis skunder
adalah pola penyakit yang berkembang pada tuan rumah yang
dahulunya sudah tersensitasi.
2.1.5 Etiologi
Mikrobakteria tersusun dari sekelompok batang ramping yang
bersiIat tahan asam yaitu mempunyai kandungan 'lipid komplek yang
cukup sehingga sekali zat warna ziel-Nielsen (karbol Iuhsin) terserap,
warnanya bertahan dan tidak terhapus (pada dekoloriasi).Mycobacterium
tuberculosis hominis bertanggung jawab pada sebagian besar kasus
tuberculosis ,sebagian reservoir inIeksi pada umumnya adalah penyakit
paru aktiI pada manusia. Penyebaran biasanya secara langsung oleh karena
menghirup organisme yang terbawa oleh angin , dan tergantung dari
konsentrasi organisme dalam udara yang dibatukkan dan jarak serta
lamanya kontak dengan kasus yang aktiI.(Sylvia A.Price,2005)
2.1.6 Patofisiologi
Seorang yang dicurigai menghirup basil Mycobacterium
tuberculosis akan menjadi terinIeksi. Bakteri yang meyebar melalui jalan
napas ke alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan
berkembang biak .Penyebaran basil ini biasa juga melalui system limIe dan
aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,tulang,korteks serebri) dan area
lain dari paru-paru (lobus atas)
Sistem kekebalan tubuh memIagositosis (menelan ) bakteri.
LimIosit yang spesiIik terhadap tuberculosis menghancurkan (melisiskan)
basil dan jaringan normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah
bronkopneumonia.InIeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar.
Penykit akan berkembang menjadi aktiI setelah inIeksi awal,
karena respons system imun yang tidak adekuat.Penyakit aktiI dapat juga
timbul akibat inIeksi ulang atau aktiInya kembali bakteri yang tidak
aktiI.Pada kasus ini , terjadi ulserasi pada ghon tubercle.Tubercle yang
ulserasi mengalami proses penyembuhan membentuk jaringan parut.Paru-
paru yang terinIeksi kemudian meradang,mengakibatkan
bronkopnemonia,pembentukan tuberkel.Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya . Proses ini berjalan terus dan basil terus
diIagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui
kelenjar getah bening. MakroIag yang menandakan inIiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limIosit (membetuhkan 10-20 hari).Daerah yang
mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid
dan Iibroblast akan menimbulkan respons berbeda dan akhirnya
membentuk suatu yang dikelilingi oleh tuberkel.
2.1.7 Patogenesis
Tempat masuk kuman mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernapasan,saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
inIeksi TB terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari organ yang
terinIeksi.
A. Tuberkulosis Primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman di batukan
atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar
kita.Partikel inIeksi ini dapat menetap dalam udara bebs selama 1-2
jam, tergantung pda ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk,
dan kelembaban.Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan
berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel inIeksi ini terhisap
oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan
paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel 5 mikro
meter, kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutroIil baru oleh
magroIag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia
dengan sekretnya.
Bila kuman menetap dijaringan paru berkembang biak dalam
sito-plasma makroIak. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh
lainya. Kuman yang bersarang dijaringan paru akan berbentuk sarang
tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau aIek
primer atau sarang (Iocus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi
disetiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura maka
terjadilaheIusi pleura , kuman dapat juga masuk melalui saluran
gastrointestinal, jaringan limIe, oroIaring dan kulit, terjadilah
limIadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan
menjalar keseluruh organ seperti paru ,otak,ginjal,tulang. Bila masuk ke
arteri pulmonalis maka terjadilah perjalanan ke seluruh bagian paru
menjadi TB miler.
B. Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis skunder)
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul
bertahun-tahun kemudian sebagai inIeksi endogen menjadi tuberculosis
dewasa (tuberculosis post primer TB pasca primer TB skunder).
Mayoritas terinIeksi mencapai 90. Tuberkulosis skunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol,penyakit maligna ,
diabetes ,AIDS, gagal ginjal.Tuberkulosis pasca primer ini dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di region atas paru (bagian apical-
posterior lobus superior atau inIerior). Invasiya adalah kedaerahan
perenkim paru-paru dan tidak kenodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia
kecil. Dalam 3-10minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu
granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia-langhans (sel
besar dengan banyak inti ) yng di kelilingi oleh sel-sel limIosit dan
berbagai jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari inIeksi eksogen dari
usia muda menjadi TB usia tua (elderly tuberculosis) tergantung dari
jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien.



2.1.8 Gejala-gejala Klinis %uberkulosis Paru
Keluhan yang dirasakan pasien tuberculosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak pasien ditemukan TB paru tampa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan, keluhan yang terbanyak adalah :
1. Batuk- batuk yang berkepanjangan yang mengeluarkan dahak
berwarna kekuningan, kadang-kadang bercampur darah,kadang-
kadang batuk darah, batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus.Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar.
2. Demam, biasanya subIebris menyerupai demam inIluenza, tapi
kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41c (dirasakan
pada setiap sore hari dan kemudian mereda dan malam harinya
berkeringat).
3. Sesak napas pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belun
dirasakan sesak napas , sesak napas pada penderita tuberculosis
disebabkan oleh kurangnya jaringan paru yang berIungsi
dengan baik (bisa karena destruksi, bisa juga karena atelektasis)
4. Nyeri dada, gejala ini agak jarang ditemukan ,nyeri dada timbul
bila inIiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu-
sewaktu menarik atau melepaskan napasnya.
5. Malaise, gejala ini makin lama makin berat dan terjadi hilang
timbul secara tidak teratur.(FKUI,2006)
2.1.9 Penularan Tuberkulosis
Mycobacterium tuberculosis ditularkan dari orang melalui jalan
pernapasan, walaupun mungkin terjadi jalur penularan lain dan kadang-
kadang terbukit. Basilus tuberkel disekret pernapasan membentuk nuclei
dropet cairan yang dikeluarkan selama batuk, bersin dan berbicara,droplet
keluar dalam jarak dekat dari mulut dn sesuda itu basilus yang ada tetap
berada diudara untuk waktu yang lama.InIeksi pada penjamu yang rentan
terjadi bila terhirup sedikit basilus ini. Jumlah basilus yang dikeluarkan
oleh kebanyakan orang yang terinIeksi tidak banyak : khas diperlukan
kontak rumah tangga selama beberapa bulan penularanya. Penyakit paru
berkavitas yang luas sering kali sangat menular. InIeksi berkaitan dengan
jumlah kuman pada seputum yang dibatukkan, luasnya penyakit paru dan
Irekuensi di luar rumah jarang terjadi pada siang hari.
Ventilasi yang memadai merupakan tindakan yang terpenting
untuk mengurangi tingkat inIeksi lingkungan. Serbuk tidak penting pada
penularan tuberculosis. Sebagian besar pasien menjadi tidak inIeksius
dalam dua minggu setelah pemberian kemoterapi yang tepat karena
penurunan jumlah kuman yang dikeluarkan dan kurangnya batuk.
Penderita TB yang menular adalah penderita dengan basil-basil TB
didalam dahaknya, dan bila mengadakan ekspirasi paksa berupa batuk-
batuk, bersin, tertawa keras,dsb, akan menghembus percikan-percikan
dahak halus (droplet nucler) yang berukuran dari 5mikron dan yang akan
melayang-layang di udara. Dropet nuclei ini mengandung TB.
Bahaya penularan terbesar terdapat diperumahan-perumahan yang
berpenghuni padat dengan ventilasi yang jelek serta cahaya matahari
kurang atau tidak dapat masuk.
Ada 2 cara penularan Tuberkulosis Paru :
A. Penularan secara langsung
Sumber penularan dari penyakit ini adalah penderita TB paru
BTA positiI. Yang dapat menularkan kepada orang lain yang sehat
disekelilingnya terutama kontak erat.
Penularan dapat ditularkan pada waktu bersih, batuk,
berciuman ,maka kuman penderita akan menyebar di udara dalam
bentuk droplet akan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk ke
dalam saluran pernaIasan kemudian masuk ke paru-paru menuju
organ tubuh yang lain melalui system peredaran darah, saluran limIe,
saluran naIas atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya. Daya penularan bergantung pada banyaknya kuman yang
dikelurkan dari paru, semakin tinggi derajat positiI dahak maka akan
semakin tinggi pula penularan. Apabila hasil pemeriksaan dahak
negatiI maka ini dianggap tidak menularkan penyakit TB.
B Penularan secara tidak langsung
Bila penderita batuk dan meludah ditempat yang teduh dan
lembab, ludah tersebut akan mongering dan kuman akan diterbangkan
oleh angin. Ludah yang menghasilkan Tuberkulosis menyebar di udara
dan debu dan terhisap oleh orang yang sehat. Atau penyebaran ini
dapat juga melalui alat makan atau minum ari penderita Tuberkulosis
yang tidak disiram dengan air panas atau direbus yang langsung
dipakai oleh orang sehat.

Faktor-Iaktor untuk mengatasi penularan penyakit
Tuberkulosis paru adalah :
1. Menutup mulut dengan tissue atau sapu tangan pada waktu
batuk dan bersin untuk mengahsilkan penyebaran basil.Tissue
langsung dibakar atau dikubur.
2. Selama pengobatan intensiI atau yang belum berobat
didapatkan dahak BTA positiI sebaiknya tidur terpisah dengan
keluarga lain. Tetapi setelah pengobatan intensiI 2bulan secara
berturut-turut dan BTA negative walaupun masih berada dalam
pengobatan tidak usah tidur terpisah.
3. Tidak meludah disembarang tempat, sebaiknya meludah
ditempat tertutup dan diberi cairan antiseptic untuk membunuh
basil tertutup dan diberi cairan antiseptic untuk membunuh
basil kemudian dikubur.
4. Mengusahakan agar sinar matahari dan udara agar masuk
secukpnya di kamar tidur untuk menjaga supaya tidak lembab.
5. Menjemur kasur, bantal dan tempat tidur terutama pagi hari
untuk menjaga agar tetap kering.
6. Imunisasi BCG pada waktu bayi secepatanya
7. Pengaturan gizi yang seimbang.
8. Ventilasi ruangan yang baik
9. Pengobatan secara tekun da teratur tanpa terputus sampai
sembuh (diperlukan peran pengawas minum obat)
(Dep Kes RI,1991)
2.1.10. Faktor-faktor Risiko %erinfeksi %uberkulosis
Berhubungan dengan daya tahan tubuh terhadap daya tahan tubuh
terhadap penyakit tuberculosis terutama ditentukan oleh ampuhnya
system imunita seluler, setiap Iactor yang mempengaruhi secara negative
akan meningkatkan kerentanan terhadap tuberculosis.
Mereka yang paling beresiko terpajan atau tertular ke basil adalah
mereka yang tinggal degan orang yang terinIeksi aktiI. Mereka mencakup
para gelandangan yang tinggal di tempat penampungan dimana terdapat
para gelandagan yang tinggal di tempat penampungan dimana terdapat
tuberculosis, anggota keluarga penderita tuberculosis, para pekerja
kesehatan yang merawat pasien tuberculosis dan mereka yang
menggunakan pasilitas klinik perawatan atau rumah sakit yang juga
digunakan oleh para penderita tuberculosis.
Untuk individu yang system imunnya tidak adekuat misalnya :
misalnya mereka yang kekurangan gizi,orang berusia lanjut, bayi atau
anak-anak ,penderita HIV ,diabetes mellitus ,dsb kemungkinan besar
akan terinIeksi tuberculosis.(Sylvia,2005)

2.1.11 KlasiIikasi Tuberkulosis
Pada tahun 1974 american thoracic society memberikan klasiIikasi
baru yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat :
O Katagori 0 : Tidak pernah terpajan dan tidak terinIeksi,
riwayat kontak negative, tes tuberculin
negative.
O Kategori I : Terpajan tuberculosis tapi tidak terbukti ada
inIeksi, disini riwayat kontak positiI, tes
tuberculin negative.
O Kategori II : TerinIeksi tuberculosis tetapi tidak sakit, tes
tuberculin positiI, raiologis dan sputum
negative
O Kategori III : TerinIeksi tuberculosis dan sakit.

Di Indonesia klasiIikasi yang banyak dipakai adalah : berdasarkan
kelainan klinis, radiologis, dan mikrobiologis.
O Tuberkulosis paru
O Bekas tuberculosis paru
O Tuberkuosis paru terangka yang terbagi dalam :
a) Tuberkulosis paru tersangka yang diobati (disini sputum
BTA negative,tetapi tanda-tanda lain positiI)
b) Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati (disini
sputum BTA negative dan tanda-tanda lain juga
meragukan )
Dalam 2-3bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktiI) atau bekas TB paru. Dalam klasiIikasi ini perlu
dicantumkan :
O Status bakteriologi
O Mikroskopik sputum BTA (langsung)
O Biakan sputum BTA
O Status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberculosis
paru
O Status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti
tuberculosis
2.1.12 Kriteria Pasien tuberculosis
Kriteria pasien tuberculosis menurut WHO tahun 1991
1.Pasien dengan sputum BTA positiI
a. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis
ditemukan BTA, sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan.
b.Satu sediaan sputumnya positiI disertai kelainan radiologis yang
sesuai dengan gambaran TB aktiI.
c. Satu sediansputumnya positiI disertai biakan positiI

2.Dengan sputum BTA negative
a. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis
tidak ditemukan BTA sedikitnya dua kali pemeriksaan tetapi
gambaran radiologis sesuai dengan TB aktiI.
b.Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis
tidak ditemukan BTA sama sekali,tetapi pada biakannya positiI.
Diluar pembagian tersebut di atas pasien digolongkan lagi
berdasarkan
Riwayat penyakitnya yakni :
O Kasus baru , yakni pasien yang tidak mendapatkan obat anti
TB lebih dari satu bulan
O Kasus kambuh , yakni pasien yang pernah dinyatakan sembuh
dari TB tetapi kemudian timbul lagi TB aktiI
O Kasus gagal (smear positive Iailure) yakni
1. Pasien yang sputum BTA nya tetap positiI setelah
mendapat obat anti TB lebih dari lima bulan
2. Pasien yang menghentikan pengobatannya setelah
mendapat obat anti TB satu sampai lima bulan dan
sputumnya masih positiI
O Pindah (transIer in)
Pindahan adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan
di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke
kabupaten lain.Penderita pindahan tersebut harus membawa
surat rujukan
O Kasus berobat telah lalai (pengobatan telah deIault/drop
out).Kasus tersebut setalah lalai adalah penderita yang berobat
paling kurang 1 bulan dan berhenti 2 bulan atau lebih,
kemudian datang kembali berobat berobat. Umumnya
penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA positiI.
O Kasus kronik yakni pasien yang sputum BTA nya tetap positiI
setelah mendapatkan pengobatan ulang (retreatment) lengkap
yang disupervisi dengan baik.
2.1.13 Pencegahan %uberkulosis
Program-program kesehatan masyarakat sengaja dirancang untuk
deteksi dini dan pengobatan kasus dari sumber inIeksi secara
dini.Penapisan kelompok beresiko tinggi adalah tugas penting departemen
kesehtan local. Tujuan mendeteksi dini seseorang dengan inIeksi TB
adalah untuk mengidentiIikasi siapa saja yang akan memperoleh
keuntungan dari terapi pencegahan untuk menghentikan perkembangan
TB yang aktiI secara klinis. Program pencegahan ini memberikan
keuntungan tidak saja untuk seseorang yang telah terinIeksi namun juga
untuk masyarakat pada umumnya, karena itu penduduk yang sangat
beresiko terkena TB harus dapat diidentiIikasi dan prioritas untuk
menentukan program ,terapi obat harus menjelaskan resiko versus manIaat
terapi
Eradikasi TB meliputi penggabungan kemoterapi yang eIektiI,
identiIikasi kontrak dan kasus serta tindak lajut yang tepat. Penanganan
orang yang terpajan pada pasien dengan TB inIeksius, dan terapi
kemoproIilaktiI pada kelompok-kelompok populasi yang beresiko tinggi.
(Sylvia,2005)
A. Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dewasa
Hendaknya kita selalu ingat bahwa TB pada orang dewasa lebih
sering ditimbulkan oleh reinIeksi endogen (80) dari pada eksogen
(20). Di Indonesia sebagaimana di kebanyakan Negara sedang
berkembang lainya, hampir semua penduduk dewasa sudah pernah
mengalami inIeksi oleh basil TTB pada masa mudanya maka sebagian
besar penyakit TB pada orang dewasa di Negara ini ditimbulkan oleh basil
'tempo doeploe yang mengalami reaktivasi.
Perlu diingat pula bahwa system pertahanan tubuh terhadap TB
didasarkan atas Iungsi system umunitas seluler. Dengan demikian yang
mutlak perlu untuk mencegah TB pada orang dewasa adalah
mempertahankan system imunitas seluler dalam keadaan optimal, dengan
sedapat-dapatnya mengihdarkan Iactor-Iactor yang dapat melemahkanny,
seperti kortikoterapi dan kurang gizi.
Bagi mereka yang tergolong dalam high risk group (seperti
penderita diabetes mellitus, Morbus Hansen, yang dapat pengobatan rutin
dengan kortikosteroid, penderita AIDS, dsb) pemberian proIilaksis dengan
INH dapat dipertimbangkan.Pada mereka yang mengidap kelainan-
kelainan bekas TB dan belum pernah menerima spesiIikasi sebelumnya,
pemberian proIilaksis perlu demi mencegah kekambuhan di kemudian
hari. (Danusantoso).
B. Pencegahan Tuberkulosis pada Anak
Tentunya yang terbaik adalah mencegah inIeksi basil TB dari pada
mencegah kontrak antara anak dengan penderita TB yang menular
(sputum ). Tetapi hal ini sulit dicegah selama TB masih merupakan
penyakit rakyat dan hubungan kekeluargaan kita masih erat.
Sebagaiman halnya pada orang dewasa sistem imunitas seluler
memegang peranan yang menentukan apakah seorang anak, setelah
mendapat inIeksi akan menderita TB atau tidak. Oleh karena itu gizi
(terutama protein dan Ie yang cukup) akan memegang peranan penting
disamping menghindari Iactor-Iaktor yang dapat menurunkan system
imunitas . Sebagai perlindungan bagi anak terhadap TB primer serta
komplikasi-komplikasinya, vaksinasi BCG dapat diandalkan dengan
syarat bahwa vaksinasi baik, penyimpanan dan handlingnya baik, tehnik
penyuntikan baik dan anak yang bersangkutan mempunyai respon imun
yang baik pula, (Danusantoso,2000)
2.1.14 Diagnosis %berkulosis
Tuberkulosis paru cukup mudah dikenal mulai dari keluhan-
keluhan klinis, gejala-gejala kelainan Iisis, kelainan radiologist sampai
dengan kelainan bakteriologis. Tapi dalam prakteknya tidaklah selalu
mudah menegangkan diagnosisnya. Menurut American Thoraric Society
Diagnosis pasti tuberculosis paru dalam sputum atau jaringan paru secara
biakan.
Penemuan basil tahan asam (BTA) merupakan suatu alat penentu
yang amat penting dalam diagnosis tuberculosis paru.Untuk mendapatkan
hasil yang akurat diperlukan rangkaian kegiatan yang baik, mulai dari cara
mengumpulkan dahak, pemilihan bahan dahak yang akan diperiksa, tehnik
pewarnaan dan pengelolaan serta kemampuan membaca sediaan dibawah
mikroskop.Harus diketahui bahwa untuk mendapatkan BTA di bawah
mikroskop diperlukan jumlah kuman yang tertentu, yaitu sekitar 5.000
kuman/ml sputum . Sementara itu, untuk mendapatkan kuman pada
biakan/kultur dibutuhkan jumlah sekitar 50-100 kuman/ml sputum
(Candra Yoga Aditama,2000).
Bila hanya satu spesimen yang positiI perlu diadakan pemeriksaan
lebih lanjut yaitu Ioto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS
diulang.Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita TB
didiagnosis sebagai penderita TB BTA positiI, kalau hasil rontgen tidak
mendukung TB, maka pemeriksaan dahak SPS diulangi. Bila ketiga
spesimen dahak hasilnya negative.



2.1.15 Pemeriksaaan Penunjang
A.Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan Sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu
pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
yang sudah diberikan, pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat
dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah
untuk mendapat sputum, terutama penderita TB yang tidak batuk atau ada
batuk tetapi non produktiI. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum
pemeriksaan sputum , penderita TB disuruh minum air sebanyak 2 gelas
dan diajarkan melakukan reIlex batuk. Dapat juga dengan memberikan
tambahan obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan
garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum dapat
diperoleh dengan cara bronkoskopi. Sputum yang diperiksa hendaknya
sesegar mungkin.(Soeparman,1990)
O Pengumpulan dahak
Spesimen dahak dikumpulkan / ditampung dalam pot dahak
yang bermulut lebar, berpenampang 6cm atau lebih dengan tutup
berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor.Pot ini harus selalu tersedia
di UPK.
Diagnosis tuberculosis ditegakkan dengan pemeriksaan 3
spesimen dahak sewaktu pagi sewaktu (SPS). Spesimen dahak
sebaiknya dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan.
O Pelaksanaan pengumpulan dahak SPS
S(sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB dating
berkunjung pertama kali.Pada saat pulang ,suspek
membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
dahak hari kedua.
P(pagi) : dahak dikumpulkan dirumah pagi hari kedua,segara
setelah bangun tidur.Pot dibawa dan serahkan sendiri
kepada petugasdiUPK
S(Sewaktu) : Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedu ,Saat
menyerahkan dahak pagi.
Untuk menghindari resiko penularan, pengembilan dahak
dilakukan ditempat terbuka dan jauh dari orang lain, misalnya di
belakang puskesmas.Jika keadaan tidak memungkinkan ,gunakanlah
kamar terpisah yang mempuyai ventilasi cukup.
O Untuk memperoleh kualitas dahak yang baik
1. Memberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan dahak, baik
pemeriksaan dahak pertama maupun pemeriksaan dahak ulang.
2. Memberi penjelasan tentang cara batuk yang benar untuk
medapatkan dahak yang kental dan pirulen.
3. Memeriksa kekenatalan, warna dan volume dahak. Dahak yang baik
untuk pemeriksaan adalah berwarna kuning, ke hijau-hijauan
(mukopurelen). Kental dengan volume bila volumenya kurang,
petugas harus meminta agar penderita batu lagi sampai volumenya
mencukupi.
4. Jika tidak ada dahak yang keluar, pot dahak dianggap sudah terpakai
dan harus dimusnahkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi
kuman TB.
O Bila seseorang sulit mengeluarkan dahak
1. Dirumah : Malam hari sebelum tidur, minum satu gelas the manis
atau menelan tablet gliseril guayokolat 200mg
2.Di UPK : Melakukan olahraga ringan (lari-lari kecil) kemudian
menarik naIas dalam, beberapa kali.Bila terasa akan
batuk, naIas ditahan selama mungkin lalu disuruh batuk.
O Cara pengumpulan Dahak
Pengumpulan dahak dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. Beri label pada dinding membuat nomor identitas sediaan dahak
(TB,06)
2.Buka pot dahak, pegang tutupnya dan berikan pot kepada suspek
3.Berdiri dibelakang suspek, minta dia memegang pot itu dekat
kebibirnya dan membatukkan dahak kedalam pot.
4.Tutup pot dengan erat.
5.Petugas harus cuci tangan dengan sabun dan air.
O Pembuatan Dan Penyimpanan Sediaan Hapus
a. Ambil pot dahak dan kaca sediaan yang beridentitas sama dengan
pot dahak
b.Buka pot dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya droplet
(percikan dahak)
c.Buat sediaan hapus dengan ose (sengkelit), dengan urutan sbb :
1.Panaskan ose di atas nyala api spritus sampai merah dan biarkan
sampai dingin.
2.Ambil sedikit dahak dari bagian kental dan kuning kehijau-
hijauan (purulen) menggunkan ose yang telah disterilkan diatas.
3.Oleskan dahak secara merata (jangan terlalu tebal tapi jangan
terlau tipis) pada permukaan kaca sediaan dengan ukuran 2 x 3
cm.
4.Masukan ose kedalam botol (berukuran 300-500 cc) yang berisi
pasir dan alcohol 70 (setinggi 3-5 cm diatas pasir), kemudian di
goyang-goyangkan untuk melepaskan partikel yang melekat pada
ose / senkelit.
5.Setelah itu dekatkan ose tersebut pada api spritus sampai kering,
kemudian dibakar pada api spritus sampai membara.
6.Keringkan sediaan di udara terbuka, jangan terkena sinar matahari
langsung atau di atas api, biasanya memerlukan waktu sekitar 15-
30 menit, sebelum sediaan hapus tersebut di tiksasi.
7.Gunakan pinset untuk mengambil sediaan yang sudah kering pada
sisi yang berlabel dengan hapusan dahak menghadap kertas
8.Lewatkan di atas lampu spritus sebanyak 3 kali (memerlukan
waktu sekitar 3-5 detik) untuk Iiksasi (kalau terlalu lama dapat
merubah bentuk kuman dan membuat sediaan pecah.
d. Gunakan sedian yang sudah diIiksasi segara disimpan kedalam
kotak sediaan.
O Pewarnaan Sediaan Dengan Metpde Zeilh Neelsen
Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Botol gelas berwarna coklat berisi larutan Calbil Fuchsin 0,3
2.Botol gelas berwarna coklat berisi asam alcohol (HCL-Alkohol 3)
3.Botol coklat berisi larutan Methylene Blue 0,3
4.Rak untuk pengecatan slide (yang dapat digunakan untuk 12 slide
atau lebih)
5.Baskom untuk ditempatkan didalam rak
6.Corong dengan kertas Iilter
7.Pipet
8.Pinset
9.Pengukur Waktu
10. Lampu spritus
11.Air yang mengalir berupa air ledeng atau botol bripipet berisi air.
12.Beberapa rak cadangan
Pewarnaan sediaan yang telah diIiksasi, maksimum sekitar 12
slide. Harus ada jarak antara tiap sediaan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi antar sediaan.
Cara pewarnaan :
1. Letakkan sediaan dahak yang diIiksasi pada rak dengan hapusan
dahak menghadap keatas.
2. Teteskan larutan Carbol Fuchsin 0,3 pada hapusan dahak sampai
menutupi seluruh permukaan sediaa dahak.
3.Panaskan dengan nyala api spritus sampai keluar uap selama 3-5
menit. Zat warna tidak boleh sampai mendidih atau kering. Apabila
mendidih atau kering maka karbol Iuchsin akan terbentuk Kristal
(Partikel kecil)
4.Singkirkan api spring.Diamkan sediaan selama 5 manit.
5.Bila sediaan dengan air mengalir pelan sampai zat warna yang bebas
terbuang.
6.Teteskan sediaan dengan asam alcohol (HCL Alkohol 3) sampai
warna merah Iuchsin hilanng.
7.Bila dengan air mengalir pelan.
8.Teteskan larutan Methylen Blue 0,3 pada sediaan sampai menutupi
seluruh permukaan.
9.Diamkan 10-20 detik.
10.Bilas dengan air mengalir pelan
11.Keringkan sediaan diatas rak pengering di udara terbuka (jangan
dibawah sinar matahari langsug).

O Pembacaan Sediaan
Sediaan yang telah diwarnai dan sudah kering diperiksa
dibawah mikroskop binokuler.
O Pembicaraan Sediaan Dahak
1.Cari lebih dahulu pandang dengan objek 10x
2.Teteskan satu tetes minyak emersi di atas hapusan dahak
3.Periksa dengan menggunkan lensa okuler 10x dan objek 100x
4.Carilah basil tahan asam (BTA) yang berbentuk batanng berwarna
merah.
5.Periksa lebih 10 menot, dengan cara menggeserkan sediaan menurut
arah seperti paling sedikit 100 lapang pandang atau dalam waktu
kurang gambar dibawah ini.
6.Sediaan dahak yang telah diperiksa kemudian direndam dalam xylol
selama 15-30 menit , lalu disimpan dalam kotak sediaan ,bila
menggunakan unisol,sediian dahak tidak perlu direndam dalam xylol.
O Pembacaan hasil
Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan
menggunakan skala IUATLD sebagai berikut :
1.Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang,disebut negative
2.Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang,disebut jumlah
kuman yang ditemukan.
3.Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang,disebut atau
(1)
4.Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut atau (2)
5.Ditemukan ~ 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut atau
(3)
Catatan :
Bila ditemukan 1-3 BTA dalam 100 lapang pandang
pemeriksaan harus diulang dengan spesimen yang baru. Bila hasilnya
tetap 1-3 BTA, hasilnya dilaporkan negative. Bila ditemukan 4-9 BTA,
dilaporkan positiI.
Kuman baru dapat dapat dilihat dibawah mikroskop bila
jumlahnya paling sedikit atau sekurang-kurangnya 5000 kuman
Tuberkulosis dalam satu milli-liter dahak satu dan dahak yang baik
untuk diperiksa dahak kental dan purulen(mucopurulen) berwarna
hijau kekuning-kuningan, dengan volume 3 - 5 mili.

B. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis seringkali dapat menunjukan adanya
tuberculosis . tetapi hampir tidak dapat membuat diagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini saja karena hampir semua maniIestasi tuberculosis dapat
menyerupai penyakit-penyakit lainnya. Sacara patologis ,maniIesatasi dini
dari tuberculosis paru-paru biasaya berupa suatu kompleks kelenjar getah
bening parenkim. Pada orang dewasa, segmen apeks dan posterior lobus
atau segmen superior lobus bawah merupakan tempat-tempat yang sering
menimbulkan lesi yang terlihat homogeny dengan densitas yang lebih
padat pekat. Dapat juga terlihat adanya pembentukan kavitas dan
gambaran penyakit yang menyebar yag biasanya bilateral.(Sylvia
A.Price,1995)
.Uji %uberkulin
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantouk(penyuntikan
intrakutan) dengan semprit tuberkulin 1cc jarum nomor 26. Tuberkulin
yang dipakai adalah tuberkulin PPD(5:rified 5rotein derivate).
Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikkan. Diukur diameter
dalam transversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam
millimeter. Uji tuberkulin positiI bila indurasi ~ 10mm (pada gizi baik),
atau ~5mm pada gizi buruk. Bila uji tuberkulin positiI, menunjukan
adanya inIeksi TB dan kemungkinan ada TB aktiI pada anak, Namun uji
adanya inIeksi TB dan kemungkinan ada TB aktiI pada anak. Namun uji
tuberkulin dapat negatiI pada anak TB berat dengan anergi (malnutrisi,
penyakit sangat berat).Jika Uji tuberkulin meragukan dilakukan uji
ulang(Depkes,2002).
2.1.16 Pengobatan Penderita
A. 1enis dan dosis obat tuberculosis (Depkes RI,2002)
1. Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersiIat bakterisit, dapat membunuh 90
populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.Obat ini
sangat eIektiI terhadap kuman dalamm keadaan metabolic aktiI, yaitu
kuman yang sedang berkembang.Dosis harian yang dianjurkan 5mg/kg
BB, sedangkan untuk intermiten 3 kali seminggu dengan dosis
10mg/kg BB.
2. RiIampisin (R)
BersiIat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormat(persister)
yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid, dosis 10 mg/kg BB diberikan
sama untuk pengobatan harian maupun intermiteen 3 kali seminggu.
3. Pirasinamid (Z)
BersiIat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15mg/kg BB,
penderita TB berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75gr/hari,
sedangkan untuk berumur 60tahun atau lebih diberikan 0,50gr/hari.
4. Etambutol (E)
BersiIat sebagai bekteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 15mg/kg
BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3kali seminggu
digunakan dosis 30mg/kg BB.
2.2 Hemoptoe
2.2.1 Pengertian Hemoptoe
Hemoptoe adalah ekspektorasi darah atau mucus yang bercampur
dengan darah.Darah pada hemoptoe harus berasal pada saluran pernapasan
bagian bawah.(Darmanto,2007)
Hemoptoe merupakan suatu keadaan kegawatan paru yang
memerlukan tindakan segera dan intensiI.Setiap batuk darah , terutama
yang masiI perlu mendapatkan pegawasan yang ketat karena tidak dapat
dipastikan apakah akan segera berhenti dan berlajut. (AriI dan Nirwan
1992)
Hemoptoe merupakan keadaan batuk dengan pengeluaran sputum
berbecak darah atau pengeluaran darah yang tampak jelas dari dalam
traktus respiratorius.(Harrison,1995)
2.2.2 Etiologi
Di Indonesia urutan penyebab hemoptoe yang paling sering adalah
Tuberkulosis paru (hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah penderita
Tuberkulosis paru), kemudian disusul oleh keganasan paru (Karsinoma
bronkogenik),bronkiektasis,abses paru,pneumonia bakteria),bronchitis
kronik,dan inIestasi jamur.Penyebab homoptoe yang tidak sering adalah
mitralis,sindrom goodpastula,benda asing didalam bronkus, adenoma
bronchial, Fistula arteriovenosus pulmonal dan koagulopati. Hemoptoe
juga dapat terjadi pada bekas tuberculosis paru dengan masalah
pulmonologik seperti inIestasi jamur. Perdarahan sering terjadi pada arteri
bronkialis, arteri aksilari kolateral,arteri interkostasis, dan arteri
diaIragmatika.
Perdarahan yang berasal dari arteri kapiler dan vena pulmonalis,
merupakan 10 dari seluruh kejadian hemoptoe.perdarahan pada
tuberculosis paru dapat disebabkan karena robeknya pembuluh darah pada
dinding kavitas (aneurisma Rassmussen).Hemoptoe yang terjadi pada
bronchitis berasal dari pembuluh darah superIicial pada mukosa
bronkus.Pada kelainan Iibrokavitas kronik,perdarahan berasal dari
sobekan arteri bronkialis yang membesar dan anatomosis
bronkopulmonar.
Jika hemoptoe berlajut terus, harus ditentukan apakah telah
termasuk batuk darah masiI dan apakah telah memerlukan tindakan
operasi. Hemoptoe yang digolongkan sebagai batuk darah masiI adalah
batuk darah lebih dari 600ml dalam 24 jam atau batuk darah lebih dari
200-240ml dalam sekali pengamatan dan dalam pengamatan tersebut
batuk darah cenderung tidak segera berhenti sendiri. Penggolongan atau
batasan untuk perdarahan masiI tidak sama antara satu rumah sakit dengan
rumah sakit lainnya.Kematian pada hemoptoe masiI biasanya disebabkan
oleh penyumbatan saluran naIas oleh gumpalan darah (suIIocation).
2.2.3 Gejala-gejala Hemoptoe
Gejala Hemoptoe adalah
1.Didahului oleh batuk keras yang tidak tertahankan
2.Terdengar adanya gelembung-gelembung udara bercampur darah di
dalam saluran napas
3.Terasa asin/ berwarna dan gatal ditenggorokkan.
4.Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih,beberapa
hari kemudian warba menjadi lebih tua atau kehitaman
5.pH alkalis
6.Bisa berlangsung beberapa hari


2.2.4 Penatalaksanaan Hemoptoe
Penatalaksanaan karena hemoptisis merupakan gejala peringatan,
terdapat kecenderungan untuk mengobati pasien berlebihan. Biasanya
hemoptisis terjadi dengan jumlah darah yang sedikit dan akan berhenti
spontan tanpa terapi yang khusus. Setelah mengenali lokasi perdarahan
dan menegakkan diagnosis etiologinya, kelaianan yang mendasari gejala
tersebut harus di atasi,Jika hemoptisis tersebut cukup berat, tindakan
utama dalam terapi tersebut mencakup tindakan untuk menenangkan
perasaan pasien, memerintahkan tirah baring total, menyingkirkan
prosedur diagnostic yang tidak diperlukan sampai gejala hemoptisis
tersebut mulai mereda, dan menekan gejala batuk.bila gejala ini terdapat
serta memperberat hempoptisis, tindakan emergensi menuntut tersedianya
peralatan intubasi dan suction disamping pasien. Kontrol saluran napas
harus dilakukan dengan memasang endotracheal tube (Tuba endotrakeal)
pada pasien hemoptisis masiI (jumlah darah yang dikeluarkan ~ 500ml/24
jam) untuk menghindari kemungkinan asIiksiasi.Pada pasien terancam
bahaya asIiksiasi yang timbul karena pengaliran darah yang membanjiri
paru pada sisi kontralateral tempat perdarahan , tindakan intubasi dengan
teknik yang mengisolasi paru yang mengalami perdarahan da mencegah
aspirasi darah ke sisi paru yang kontralateral harus segera
dilaksanakan.Tindakan dapat dilakukan dengan pemasangan kateter balon
ini di dalam bronkus yang bersangkutan dapat dibantu visulisasinya
dengan bronkoskopi direk.
Penataksanaan hemoptisis yang masiI dan dapat membawa
kematian tetap menjadi masalah yang controversial.Pilihan antara
intervensi bedah dan non bedah tergantung pada kata da5at menimb:an
ematian.Hemoptisis masiI merupakan keadaan klinis yang
mengkhawatirkan karena asIiksiasi yang terjadi akibat aspirasi darah
merupakan ancaman utama bagi keselamatan jiwa pasien. Pada banyak
penderita hemoptisis masiI, tindakan terend yang dikerjakan tetapi kita
harus berupaya keras untuk melaksanakan pembedahan ini atas indikasi
elektiI ketimbang emergensi.

2.3 Kerangka konsep
Kajian Hemoptoe pada penderita TB paru di Puskesmas Sukamerindu
pada tahun 2010.

Gambar 2.1.
kerangka konsep variable







2.4 Definisi Operasional
%abel 2.2
Defenisi Operasional variabel


Variabel
Definisi
Operasional
ara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
TB paru


Merupakan
inIeksi bakteri
kronik yang
disebabkan oleh
mycobacterium
tuberculosis
yang ditandai
dengan hasil
pemeriksaan
BTA
Melihat
dokumentasi



Dokumentasi



TB 0 Nominal
Hemoptoe

adalah istilah
yang digunakan
untuk
menyatakan
batuk darah atau
sputum yang
berdarah
Melihat
dokumentasi

Dokumentasi



Ya 0
Tidak 1


Nominal
Tuberkulosis Hemaptoe
2.5 Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan proporsi hemoptoe pada penderita TB paru di
Puskesmas Sukemerindu Kota Bengkulu.
Ha : Ada perbedaan proporsi Hemoptoe pada penderita TB paru di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.

BAB III
ME%ODE PENELI%IAN

3.1. Lokasi dan Objek Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
dan objek penelitian ini adalah seluruh pasien TB paru berobat di Puskesamas
Sukamerindu selama tahun 2010.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh pasien TB paru
selama tahun 2010 yang berjumlah 45 0rang di Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu.
3.2.2.Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
total sampling artinya semua pasien TB paru selama tahun 2010 yang
berjumlah 45orang di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.
3.3. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desri5tif
:aitatif dengan desain atau rancangan Cross sectiona, variabel TB paru dan
variabel hemopoteo diukur atau dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang
bersamaan.


3.4. %eknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari medica record
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu selama tahun 2010.Pengumpulan data
ini di mulai dari tanggal 16 Februari -3Maret 2011.
3.5. %eknik Analisis Data
3.5.1. Analisis Univariat
Analisa yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran dari variabel TB paru dan variabel Hemoptoe.
3.5.2. Analisis Bivariat
Analisis yang digunakan untuk melihat beda proporsi Hemoptoe
pada pasien TB paru yaitu menggunakan analisis Chi- sq:are











DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.(2008).Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis.Jakarta: Depkes RI
Puskesmas Sukamerindu.(2010),Laporan Tahunan,Bengkulu :Puskesmas Sekamrindu
Depkes RI,(2002).Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis.Jakarta: Depkes RI
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu.(2009).Laporan Tahunan.Bengkulu : Dinas
Kesehatan.
Muttaqin,AriI.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan,Jakarta : Salemba Medika.
Djojodibroto,Darmanta.(2007).Respirologi (Respiratory Medecine) Jakarta :EGC.
Kartasasmita,TB (2002) Pencegahan TB paru Bandung FK Unpad.
Harrison (1999).Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam : Jakarta :EGC
Price,Sylvia Anderson.(1995).Konsep Klinis Proses-proses penyakit, Jakarta :EGC.
Haryani,(2007).Faktor Resiko yang Berhubungan dengan kejadiaan TB paru anak di
kabupaten Sleman.
Dr.W.Herdin Sibuane.(2005).Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Ganong,William F.(2002).Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC.
Depkes RI.(2001).Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.Jakarta: Depkes
RI.
Corwin,Elizabeth.(2002).Buku-buku patoIisiologi.Jakarta :EGC.

You might also like