You are on page 1of 38

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK

(PPOK)







Oleh :
Inovan Hasan Indryan
0618011019



Preseptor :
dr. Nina Marlina, Sp.P

SMF PULMONOLOGI
RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
2011

STATUS PASIEN

I. Identitas
- Nama : Tn. R
- Umur : 66 tahun
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : Buruh
- Alamat : Bandar Lampung
- Masuk RSUAM : 23 Agustus 2011


II. Anamnesa
- Keluhan Utama : Sesak naIas dan batuk berdahak
- Keluhan Tambahan : NaIsu makan turun, pusing, demam malam hari dan
banyak dahak yang keluar

Riwayat Penyaki Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan sesak naIas dan batuk berdahak sejak 10 hari yang lalu,
sesak naIas yang dirasakan pasien semakin memberat saat beraktivitas, pasien juga
mengeluh sering merasakan pusing dan badan panas pada malam hari serta naIsu
makan semakin berkurang dan banyak dahak yang keluar. Sebelumnya pasien pernah
dirawat di RSAM dan ini yang ketiga kalinya pasien dirawat dengan keluhan yang
sama. Pasien memiliki riwayat merokok sejak muda dan baru berhenti sekitar 6 bulan
yang lalu. Sehari pasien bisa menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien menyangkal
pernah meminum obat OAT.





Riwayat Penyakit Dahulu:





( - ) Cacar (-) Malaria ( - ) Batu Ginjal /Sal.
Kemih
( - ) Cacar Air ( - ) Disentri ( - ) Burut (Hernia)
( - ) DiIteri ( - ) Hepatitis ( - ) Penyakit Prostat
( - ) Batuk Rejan (- ) TiIus
Abdominalis
( - ) W a s i r
( - ) Campak ( - ) SkiroIula (- ) Diabetes
(- ) InIluenza (- ) SiIilis ( - ) Alergi
( - ) Tonsilitis ( - ) Gonore ( - ) T u m o r
( - ) Kholera ( - ) Hipertensi ( - ) Penyakit Pemb. Darah
( - ) Demam
Rematik
Akut
( - ) Ulkus Ventrikuli
( - ) Pneumonia ( - ) Ulkus Duodeni
( - ) Pleuritis (-) Gastritis
( - ) Tuberkulosis ( - ) Batu Empedu lain-lain : ( - ) Operasi
( - ) Kecelakaan

Riwayat Penyakit Keluarga:
Hubungan
Umur
(th)
Jenis
Kelamin
Keadaan kesehatan
Penyebab
Meninggal
Kakek - Laki-laki Meninggal Tidak tahu
Nenek - Perempuan Meninggal Tidak tahu
Ayah - Laki-laki Meninggal Tidak tahu
Ibu - Perempuan Meninggal Tidak tahu
Saudara - - - -
Anak-Anak Sehat

Pemeriksaan Fisik
O Status present
4 Tinggi badan : 150 cm
4 Berat Badan : 35kg
4 Tekanan darah : 140/60 mmHg
4 Nadi : 70 x/ menit
4 Suhu : 36,6 C
4 Pernapasan : 25x/ menit
4 Keadaan gizi : Kurang baik
4 Kesadaran : Kompos mentis
4 Sianosis : Tidak ada
4 Edema umum : Tidak ada
4 Habitus : Normal
4 Cara berjalan : Normal
4 Mobilitas : aktiI
4 Umur taksiran pemeriksa : 65 tahun

KELENJAR GETAH BENING
4 Submandibula : Tidak teraba pembesaran
4 Supra klavikula : Tidak teraba pembesaran
4 Lipat paha : Tidak teraba pembesaran
4 Leher : Tidak teraba pembesaran
4 Ketiak : Tidak teraba pembesaran
KEPALA
O Ekspresi wajah : Tampak sakit
O Rambut : Beruban
O Simetris muka : Simetris
MATA
O Exopthalmus : Tidak
O Kelopak : oedem (-)
O Konjungtiva : anemis
O Sklera : anikterik
O Lapang penglihatan : normal
O Deviatio konjungtiva : Tidak
O Enopthalmus : Tidak
O Lensa : keruh (-)
O Visus : VODVOS 3/60 (BS)
O Gerak mata : Normal segala arah
O Tekanan bola mata : N/ palpasi
O Nistagmus : Tidak




LEHER
O Tekanan JVP : Tidak meningkat dengan perabaan
O Kelenjar tiroid : Tidak teraba pembesaran
O Kelenjar LimIe : Tidak teraba pembesaran
DADA
O Bentuk : Barrel Chest
O Pembuluh darah : Normal
O Buah dada : Normal
PARU-PARU
O Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak ada yang tertinggal.
O Palpasi : Fremitus vokal dan taktil melemah
O Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
O AuskultasI : Vesikuler (/), ronkhi (-/-), wheezing (/)
JANTUNG
O Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
O Palpasi : Ictus cordis tidak teraba pulsasi
O Perkusi : Batas jantung kanan : Parasternal dekstra ICS lV
Batas jantung kiri : Midclavicula sinistra ICS V
Batas atas : Parasternal sinistra ICS lll
O Auskultasi : BJ1, BJ2 murni, gallop (-), murmur (-)
PEMBULUH DARAH
O Arteri temporalis, karotis, brakhialis, radialis, Iemoralis poplitea , tibialis posterior
tidak ditemukan kelainan
ABDOMEN
4 Inspeksi : Simetris, datar
4 Palpasi : Dinding perut : Tidak tegang,nyeri tekan (-)
4 Hati : Tidak teraba pembesaran
4 Limpa : Tidak teraba pembesaran
4 Ginjal : Ballotement (-)
4 Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
4 Nyeri ketok (-)
4 ShiIting dulnes (-)

4 Auskultasi : Bising Usus (N)
4 ReIleks dinding perut : Normal
W GENETALIA EKSTERNA (Tidak Dilakukan Pemeriksaan)

REFLEKS



















Bisep
Kanan

N (Refleks lengan bawah)
Kiri

N (refleks lengan bawah)
Trisep N (Kontraksi trisep) N (Kontraksi trisep)
Patela N N
Achiles N (Plantar fleksi ) N (Plantar fleksi)
Kremester - -
Refleks kulit N N
Refleks patologis Tidak ada Tidak ada
ANGGOTA GERAK
W Lengan Kanan Kiri
W Otot
W Tonus : Normotonus Normotonus
W Massa : EutroIi EutroIi
W Sendi : Normal Normal
W Gerakan : AktiI AktiI
W Kekuatan : 5 5
W Tungkai dan kaki
W Luka : -
W Varises : -
W Otot(tonus, massa) : Normotonus,eutroIi
W Sendi : Normal
W Gerakan : AktiI
W Kekuatan : 5
W Edema : -

LABORATORIUM
W Darah Rutin (24 Agustus 2011)
W Hb : 14,9 gr
W LED : 55 mm / jam
W Leukosit : 12.500 /mm (4.500-10.700/mm)
W Hitung Jenis : Bas/ eo/ seg/ bat/ limI/ mon
0/1/1/90/7/1
W Trombosit : 213.000


DIAGNOSA KER1A
Penyakit paru obstruktiI kronik (PPOK)
DASAR DIAGNOSIS
Anamnesa :
- Batuk berulang dengan dahak yang banyak
- Sesak naIas dengan bunyi mengi dan dirasakan makin berat saat beraktivitas
- Riwayat merokok sejak muda
Pemeriksaan Iisik
Inspeksi
- Pursed - lips breathing
- arrel chest
Palpasi
- Iremitus melemah, sela iga melebar
-
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal.
- terdapat ronki dan wheezing pada waktu bernapas biasa
- ekspirasi memanjang

PENATALAKSANAAN
Edukasi :
- Menjelaskan tentang penyakit pasien yang berhubungan dengan rokok
- Menjelaskan kepada pasien untuk tidak merokok kembali

Medikamentosa :
- Antibiotik CeItriaxon 1 gr /12 jam
- Aminophilin
- Salbutamol / TeoIilin / Dekstromethorpan / GG (racikan dalam kapsul)
- B-comp 2x1 tab
- Ranitidine 2x1tab
- Dexamethason
- Ambroent

PROGNOSIS
W Quo ad vitam : dubia ad bonam
W Quo ad Iunctioam : dubia ad bonam











Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

I. DEFINISI
PPOK adalah penyakit paru kronik ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya
reversible, bersiIat progresiI dan berhubungan dengan respon inIlamasi paru terhadap partikel
atau gas yang beracun / berbahaya, disertai eIek ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat
berat penyakit
II. KLASIFIKASI
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut.
1 Bronkitis kronis.
Bronkitis merupakan deIinisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak,
sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun
berturut-turut.
PatoIisiologi
Bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai
eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada inIeksi saluran naIas bagian atas, biasanya virus,
seringkali merupakan awal dari serangan bronchitis akut. Dokter akan mendiagnosa bronchitis
kronis jika klien mengalami batuk atau produksi sputum selama beberapa hari 3 bulan dalam 1
tahun dan paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut. Bronchitis timbul sebagai akibat dari
adanya paparan terhadap agent inIeksi maupun non-inIeksi (terutama rokok tembakau). Iritan
akan menyebabkan timbulnya respon inIlamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti,
edema mukosa dan bronchospasme.
2. EmIisema paru
EmIisema paru merupakan suatu deIinisi anatomik, yaitu suatu perubahan anatomik paru yang
ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis,
yang disertai kerusakan dinding alveolus. Sesuai dengan deIinisi tersebut, maka jika ditemukan
kelainan berupa pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa disertai adanya destruksi jaringan maka
keadaan ini sebenarnya tidak termasuk emIisema, melainkan hanya sebagai "overinIlation".
Patogenesis
Terdapat 4 perubahan patologik yang dapat timbul pada klien emIisema, yaitu:
a. Hilangnya elastisitas paru. Protease (enzim paru) merubah atau merusakkan alveoli dan
saluran naIas kecil dengan jalan merusakkan serabut elastin. Akibat hal tersebut, kantung
alveolar kehilangan elastisitasnya dan jalan naIas kecil menjadi kollaps atau
menyempit.Beberapa alveoli rusak dan yang lainnya mungkin dapat menjadi membesar.
b. HyperinIlation Paru Pembesaran alveoli mencegah paru-paru untuk kembali kepada posisi
istirahat normal selama ekspirasi.
c. Terbentuknya Bullae Dinding alveolar membengkak dan berhubungan untuk membentuk
suatu bullae (ruangan tempat udara) yang dapat dilihat pada pemeriksaan X ray.
d. Kollaps jalan naIas kecil dan udara terperangkap Ketika klien berusaha untuk ekshalasi secara
kuat, tekanan positiI intratorak akan menyebabkan kollapsnya jalan naIas
PatoIisiologi
EmIisema merupakan kelainan dimana terjadinya kerusakan pada dinding alveolar, yang mana
akan menyebabkan overdistensi permanen ruang udara.Perjalanan udara terganggu akibat dari
perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi pada emIisema merupakan akibat dari adanya
destruksi dinding (septum) diantara alveoli, kollaps jalan naIas sebagian dan kehilangan
elastisitas recoil. Pada saat alveoli dan septa kollaps, udara akan tertahan diantara ruang alveolar
(disebut blebs) dan diantara parenkim paru (disebut bullae). Proses ini akan
menyebabkan peningkatan ventilatory pada "dead space" atau area yang tidak
mengalami pertukaran gas atau darah. Kerja naIas meningkat dikarenakan terjadinyakekurangan
Iungsi jaringan paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida. EmIisema juga
menyebabkan destruksi kapiler paru, lebih lanjut terjadi penurunan perIusi oksigen dan
penurunan ventilasi. Pada beberapa tingkatemIisema dianggap normal sesuai dengan usia, tetapi
jika hal ini timbul pada awalkehidupan (usia muda), biasanya berhubungan dengan bronchitis
kronis dan merokok

Derajat Klinis Faal Paru
Derajat I : PPOK ringan Gejala batuk kronik dan
produksi sputum ada tetapi
tidak sering. Pada derajat ini
pasien sering tidak menyadari
bahwa Iungsi paru mulai
menurun.
VEP
1 /
/ KVP 70
VEP
1
_ 80 prediksi
Derajat II: PPOK sedang Gejala sesak mulai dirasakan
saat aktivitas dan kadang
ditemukan gejala batuk dan
produksi sputum. Pada derajat
ini pasien biasanya mulai
memeriksakan kesehatannya.
VEP
1 /
/ KVP 70
50 VEP
1
80 prediksi
Derajat III : PPOK berat Gejala sesak lebih
berat,penurunan aktivitas, rasa
lelah dan serangan eksaserbasi
semakin sering dan
berdampak pada kualitas
hidup pasien.
VEP
1 /
/ KVP 70
30 VEP
1
50 prediksi
Derajat IV :PPOK sangat berat Gejala diatas ditambah tanda
tanda gagal naIas atau gagal
jantung kanan dan
ketergantungan oksigen. Pada
derajat ini kualitas hidup
pasien memburuk dan jika
eksaserbasi dapat mengancam
jiwa.
VEP
1 /
/ KVP 70
VEP
1
30 prediksi atau
VEP
1
50 prediksi disertai
gagal naIas kronik
III. PATOFISIOLOGI
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersiIat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural
pada saluran napas kecil yaitu : inIlamasi, Iibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos
penyebab utama obstruksi jalan napas.
Konsep patogenesis PPOK


IV. DIAGNOSIS
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat.
Pada pemeriksaan Iisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inIlamasi paru.Diagnosis PPOK
ditegakkan berdasarkan :
A. Gambaran Klinis
a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emIisema pada keluarga
- Terdapat Iaktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR),
inIeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan Iisik
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- arrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi
Pada emIisema Iremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
Pada emIisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diaIragma rendah, hepar terdorong
ke bawah
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emIisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed
lips breathing
lue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan
ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan periIer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang.
Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
B. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( ) dan atau VEP1/KVP ( ).
Obstruksi : VEP1(VEP1/VEP1 pred) 80 VEP1 (VEP1/KVP) 75
- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK
dan memantau perjalanan penyakit.

Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun
kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatiI dengan memantau variabiliti harian pagi
dan sore, tidak lebih dari 20

Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian
dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE 20 nilai awal
dan 200 ml
- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil

2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit

3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
Pada emIisema terlihat gambaran :
- HiperinIlasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- DiaIragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)
Pada bronkitis kronik :
Normal
Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 kasus


V. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan umum PPOK
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
- Mencegah progresivitas penyakit
- Meningkatkan toleransi latihan
- Meningkatkan kualitas hidup penderita
- Mencegah dan mengobati komplikasi
- Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang
- Menurunkan angka kematian
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresiI dan nonreversibel, sehingga
penatalaksanaan
PPOK terbagi atas (1) penatalaksanaan pada keadaan stabil dan (2) penatalaksanaan pada
eksaserbasi akut.

1. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil.
Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit
kronik yang ireversibel dan progresiI, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan
aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan Iungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih
bersiIat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi
atau tujuan pengobatan dari asma.

Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
1. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
2. Melaksanakan pengobatan yang maksimal
3. Mencapai aktiviti optimal
4. Meningkatkan kualiti hidup
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang pada setiap
kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. Edukasi dapat diberikan di
poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah. Secara
intensiI edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan
waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat
mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan
keterbatasan aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualiti hidup pasien PPOK.
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit, tingkat
pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi penderita.Secara umum bahan
edukasi yang harus diberikan adalah :
1. Pengetahuan dasar tentang PPOK
2. Obat - obatan, manIaat dan eIek sampingnya
3. Cara pencegahan perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)
5. Penyesuaian aktiviti
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan skala prioriti
bahan edukasi sebagai berikut :

1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis PPOK ditegakkan
2. Pengunaan obat - obatan
- Macam obat dan jenisnya
- Cara penggunaannya yang benar ( oral, MDI atau nebuliser )
- Waktu penggunaan yang tepat ( rutin dengan selang waku tertentu atau kalau perlu saja )
- Dosis obat yang tepat dan eIek sampingnya
3. Penggunaan oksigen
- Kapan oksigen harus digunakan
- Berapa dosisnya
- Mengetahui eIek samping kelebihan dosis oksigen
4. Mengenal dan mengatasi eIek samping obat atau terapi oksigen
5. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
Tanda eksaserbasi :
- Batuk atau sesak bertambah
- Sputum bertambah
- Sputum berubah warna
6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
7. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktiviti
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke pokok
permasalahan yang ditemukan pada waktu itu. Pemberian edukasi sebaiknya diberikan berulang
dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali pertemuan. Edukasi merupakan
hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOK merupakan
penyakit kronik progresiI yang ireversibel
Pemberian edukasi berdasar derajat penyakit :
Ringan
- Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
- Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti
merokok
- Segera berobat bila timbul gejala
Sedang
- Menggunakan obat dengan tepat
- Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
- Program latihan Iisik dan pernapasan
Berat
- InIormasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
- Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan
- Penggunaan oksigen di rumah
2. Obat - obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan
dengan klasiIikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan bentuk obat diutamakan
inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat bereIek panjang ( long
acting ).
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga
mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).
- Golongan agonis beta - 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan
dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya
digunakan bentuk tablet yang bereIek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan
untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.
Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat eIek bronkodilatasi, karena
keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat
kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.
- Golongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada
derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega
napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan
jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminoIilin darah.
b. AntiinIlamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berIungsi
menekan inIlamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk
inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positiI yaitu
terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat ~ 20 dan minimal 250 mg.
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat inIeksi. Antibiotik yang digunakan :
- Lini I : amoksisilin, makrolid
- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, seIalosporin, kuinolon, makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit :
dapat dipilih
- Amoksilin dan klavulanat
- SeIalosporin generasi II & III injeksi
- Kuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas
- Aminoglikose per injeksi
- Kuinolon per injeksi
- SeIalosporin generasi IV per injeksi
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.
Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai
pemberian yang rutin
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi
eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
I. AntitusiI
Diberikan dengan hati hati
. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresiI dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan
sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ -
organ lainnya.
ManIaat oksigen
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki Iungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualiti hidup
Indikasi
- Pao2 60mmHg atau Sat O2 90
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 ~ 89 disertai Kor Pulmonal, perubahan P
pulmonal, Ht ~55 dan tanda-tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru
lain
Macam terapi oksigen :
- Pemberian oksigen jangka panjang
- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
- Pemberian oksigen secara intensiI pada waktu gagal napas
Terapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah maupun di rumah sakit. Terapi oksigen di rumah
diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik. Sedangkan
di rumah sakit oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat, ruang
rawat ataupun ICU. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang dirawat di rumah
dibedakan :
- Pemberian oksigen jangka panjang ( ong Term Oxygen Therapy LTOT )
- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
Terapi oksigen jangka panjang yang diberikan di rumah pada keadaan stabil terutama bila tidur
atau sedang aktiviti, lama pemberian 15 jam setiap hari, pemberian oksigen dengan nasal
kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi oksigen pada waktu tidur bertujuan mencegah hipoksemia yang
sering terjadi bila penderita tidur.
Terapi oksigen pada waktu aktiviti bertujuan menghilangkan sesak napas dan meningkatkan
kemampuan aktiviti. Sebagai parameter digunakan analisis gas darah atau pulse oksimetri.
Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di atas 90.
. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal
napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas
kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah.
Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara :
- ventilasi mekanik dengan intubasi
- ventilasi mekanik tanpa intubasi
Ventilasi mekanik tanpa intubasi
Ventilasi mekanik tanpa intubasi digunakan pada PPOK dengan gagal napas kronik dan dapat
digunakan selama di rumah.
Bentuk ventilasi mekanik tanpa intubasi adalah Nonivasive Intermitten PositiI Pressure (NIPPV)
atau Negative Pessure Ventilation (NPV).
Ventilasi mekanik dengan intubasi
Pasien PPOK dipertimbangkan untuk menggunakan ventilasi mekanik di rumah sakit bila
ditemukan keadaan sebagai berikut :
- Gagal napas yang pertama kali
- Perburukan yang belum lama terjadi dengan penyebab yang jelas dan dapat diperbaiki,
misalnya pneumonia
- Aktiviti sebelumnya tidak terbatas


. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi
akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni
menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat
penurunan Iungsi paru dan perubahan analisis gas darah
Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :
- Penurunan berat badan
- Kadar albumin darah
- Antropometri
- Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diaIragma, kekuatan otot pipi)
- Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)
Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak akan mengatasi masalah,
karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi akibat
metabolisme karbohidrat. Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk denagn kalori
yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus nocturnal feedings)
dengan pipa nasogaster.
Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan
protein seperti pada umumnya, protein dapat meningkatkan ventilasi semenit oxigen
comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK
dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan.
Gangguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada PPOK karena berkurangnya Iungsi
muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan ventilasi. Gangguan elektrolit yang
terjadi adalah :
- HipoIosIatemi
- Hiperkalemi
- Hipokalsemi
- Hipomagnesemi
Gangguan ini dapat mengurangi Iungsi diaIragma. Dianjurkan pemberian nutrisi dengan
komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu pemberian yang lebih sering.

6. Rehabilitasi PPOK
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti hidup
penderita PPOK
Penderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telah
mendapatkan pengobatan optimal yang disertai :
- Simptom pernapasan berat
- Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
- Kualiti hidup yang menurun
Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin yang
terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog.
Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan Iisis, psikososial dan latihan
pernapasan.
1. Ditujukan untuk memperbaiki eIisiensi dan kapasiti sistem transportasi oksigen. Latihan
Iisis yang baik akan menghasilkan :
- Peningkatan VO2 max
- Perbaikan kapasiti kerja aerobik maupun anaerobik
- Peningkatan cardiac output dan stroke volume
- Peningkatan eIisiensi distribusi darah
- Pemendekkan waktu yang diperlukan untuk recovery
Latihan untuk meningkatkan kemapuan otot pernapasan
a. Latihan untuk meningkatkan otot pernapasan
b. Endurance exercise
Latihan untuk meningkatkan kemampuan otot pernapasan
Latihan ini diprogramkan bagi penderita PPOK yang mengalami kelelahan pada otot
pernapasannya sehingga tidak dapat menghasilkan tekanan insipirasi yang cukup untuk
melakukan ventilasi maksimum yang dibutuhkan. Latihan khusus pada otot pernapasam
akan mengakibatkan bertambahnya kemampuan ventilasi maksimum, memperbaiki kualiti
hidup dan mengurangi sesak napas.
Pada penderita yang tidak mampu melakukan latihan endurance, latihan otot pernapasan
ini akan besar manIaatnya. Apabila ke dua bentuk latihan tersebut bisa dilaksanakan oleh
penderita, hasilnya akan lebih baik. Oleh karena itu bentuk latihan pada penderita PPOK
bersiIat individual. Apabila ditemukan kelelahan pada otot pernapasan, maka porsi latihan
otot pernapasan diperbesar, sebaliknya apabila didapatkan CO2 darah tinggi dan
peningkatan ventilasi pada waktu latihan maka latihan endurance yang diutamakan.

Endurance exercise
Respons kardiovaskuler tidak seluruhnya dapat terjadi pada penderita PPOK.
Bertambahnya cardiac output maksimal dan transportasi oksigen tidak sebesar pada orang
sehat.
Latihan jasmani pada penderita PPOK akan berakibat meningkatnya toleransi latihan
karena meningkatnya toleransi karena meningkatnya kapasiti kerja maksimal dengan
rendahnya konsumsi oksigen. Perbaikan toleransi latihan merupakan resultante dari
eIisiensinya pemakaian oksigen di jaringan dari toleransi terhadap asam laktat.
Sesak napas bukan satu-satunya keluhan yang menyebabkan penderita PPOMJ
menghenikan latihannya, Iaktor lain yang mempengaruhi ialah kelelahan otot kaki. Pada
penderita PPOK berat, kelelahan kaki mungkin merupakan Iaktor yang dominan untuk
menghentikan latihannya.
Berkurangnya aktiviti kegiatan sehari-hari akan menyebabkan penurunan Iungsi otot
skeletal. Imobilitasasi selama 4 - 6 minggu akan menyebabkan penurunan kekuatan otot,
diameter serat otot, penyimpangan energi dan activiti enzim metabolik. Berbaring ditempat
tidur dalam jangka waktu yang lama menyebabkan menurunnya oxygen uptake dan kontrol
kardiovaskuler.
Latihan Iisis bagi penderita PPOK dapat dilakukan di dua tempat :
Di rumah
- Latihan dinamik
- Menggunakan otot secara ritmis, misal : jalan, joging, sepeda
Rumah sakit
- Program latihan setiap harinya 15-30 menit selama 4-7 hari per minggu. Tipe
latihan diubah setiap hari. Pemeriksaan denyut nadi, lama latihan dan keluhan
subyektiI dicatat. Pernyataan keberhasilan latihan oleh penderita lebih penting
daripada hasil pemeriksaan subyektiI atau obyektiI. Pemeriksaan ulang setelah 6-
8 minggu di laboratorium dapat memberikan inIormasi yang obyektiI tentang
beban latihan yang sudah dilaksanakan.
- Dua bentuk latihan dinamik yang tampaknya cocok untuk penderita di rumah
adalah ergometri dan alking-fogging. Ergometri lebih baik daripada alkingfogging.
Begitu jenis latihan sudah ditentukan, latihan dimulai selama 2-3 menit,
yang cukup untuk menaikkan denyut nadi sebesar 40 maksimal. Setelah itu
dapat ditingkatkan sampai mencapai denyut jantung 60-70 maksimal selama
10 menit. Selanjutnya diikuti dengan 2-4 menit istirahat. Setelah beberapa minggu
latihan ditambah sampai 20-30 menit/hari selama 5 hari perminggu. Denyut nadi
maksimal adalah 220 - umur dalam tahun.
- Apabila petunjuk umum sudah dilaksanakan, risiko untuk penderita dapat
diperkecil. walaupun demikan latihan jasmani secara potensial akan dapat
berakibat kelainan Iatal, dalam bentuk aritmia atau iskemi jantung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum latihan :
- Tidak boleh makan 2-3 jam sebelum latihan
- Berhenti merokok 2-3 jam sebelum latihan
- Apabila selama latihan dijumpai angina, gangguan mental, gangguan koordinasi
atau pusing latihan segera dihentikan
- Pakaian longgar dan ringan
2. Psikososial
Status psikososial penderita perlu diamati dengan cermat dan apabila diperlukan dapat
diberikan obat
3. Latihan Pernapasan
Tujuan latihan ini adalah untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas. Teknik latihan
meliputi pernapasan diaIragma dan pursed lips guna memperbaiki ventilasi dan
menyinkronkan kerja otot abdomen dan toraks. Serta berguna juga untuk melatih
ekspektorasi dan memperkuat otot ekstrimiti.

B. Penatalaksanaan PPOK stabil
Kriteria PPOK stabil adalah :
- Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
- Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah menunjukkan
PCO2 45 mmHg dan PO2 ~ 60 mmHg
- Dahak jernih tidak berwarna
- Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri)
- Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
- Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
Algoritme penanganan PPOK Stabil











. Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan inIeksi atau Iaktor lainnya seperti polusi udara,
kelelahan atau timbulnya komplikasi.
Gejala eksaserbasi :
- Sesak bertambah
Ck sLabll
LuukASl nCnlA8MAkCLCCl lA8MAkCLCCl
8erhenLl merokok
engeLahuan dasar Ck
CbaL obaLan
encegahan
Menghlndarl penceLus
enyesualan akLlvlLas
8eguler 8ronkodllaLor
AnLl kollnerglk
Agonls 2
xanLln
komblnasl SA8A +
anLlkollnerglk
komblnasl LA8A +
korLlkosLerold
AnLloksldan
ulperLlmbangkan mukollLlk
8ehablllLasl
1erapl okslgen
vakslnasl
nuLrlsl
venLllasl mekanls non
lnfaslf
lnLervensl bedah
- Produksi sputum meningkat
- Perubahan warna sputum
Penanganan eksaserbasi akut dapat dilaksanakan di rumah (untuk eksaserbasi yang ringan) atau
di rumah sakit (untuk eksaserbasi sedang dan berat)
Penatalaksanaan eksaserbasi akut ringan dilakukan dirumah oleh penderita yang telah diedukasi
dengan cara :
- Menambahkan dosis bronkodilator atau dengan mengubah bentuk bronkodilator yang
digunakan dari bentuk inhaler, oral dengan bentuk nebuliser
- Menggunakan oksigen bila aktivitas dan selama tidur
- Menambahkan mukolitik
- Menambahkan ekspektoran
Bila dalam 2 hari tidak ada perbaikan penderita harus segera ke dokter.
Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat
inap dan dilakukan di :
1. Poliklinik rawat jalan
2. Unit gawat darurat
3. Ruang rawat
4. Ruang ICU



Penatalaksanaan di poliklinik rawat jalan
Indikasi :
- Eksaserbasi ringan sampai sedang
- Gagal napas kronik
- Tidak ada gagal napas akut pada gagal napas kronik
- Sebagai evaluasi rutin meliputi :
a. Pemberian obat-obatan yang optimal
b. Evaluasi progresiIiti penyakit
c. Edukasi
Penatalaksanaan rawat inap
Indikasi rawat :
- Eksaserbasi sedang dan berat
- Terdapat komplikasi
- inIeksi saluran napas berat
- gagal napas akut pada gagal napas kronik
- gagal jantung kanan
Selama perawatan di rumah sakit harus diperhatikan :
1. Menghindari intubasi dan penggunaan mesin bantu napas dengan cara evaluasi klinis yang
tepat dan terapi adekuat
2. Terapi oksigen dengan cara yang tepat
3. Obat-obatan maksimal, diberikan dengan drip, intrvena dan nebuliser
4. Perhatikan keseimbangan asam basa
5. Nutrisi enteral atau parenteral yang seimbang
6. Rehabilitasi awal
7. Edukasi untuk pasca rawat
Penanganan di gawat darurat
1. Tentukan masalah yang menonjol, misalnya
- InIeksi saluran napas
- Gangguan keseimbangan asam basa
- Gawat napas
2. Triase untuk ke ruang rawat atau ICU
Penanganan di ruang rawat untuk eksaserbasi sedang dan berat (belum memerlukan ventilasi
mekanik)
1. Obat-obatan adekuat diberikan secara intravena dan nebuliser
2. Terapi oksigen dengan dosis yang tepat, gunakan ventury mask
3. Evaluasi ketat tanda-tanda gagal napas
4. Segera pindah ke ICU bila ada indikasi penggunaan ventilasi mekanik
Indikasi perawatan ICU
1. Sesak berat setelah penangan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang rawat
2. Kesadaran menurun, lethargi, atau kelemahan otot-otot respirsi
3. Setelah pemberian osigen tetap terjadi hipoksemia atau perburukan
4. Memerlukan ventilasi mekanik (invasiI atau non invasiI)
Tujuan perawatan ICU
1. Pengawasan dan terapi intemsiI
2. Hindari inturbasi, bila diperlukan intubasi gunakan pola ventilasi mekanik yang tepat
3. Mencegah kematian

D. Terapi Pembedahan
Bertujuan untuk :
- Memperbaiki Iungsi paru
- Memperbaiki mekanik paru
- Meningkatkan toleransi terhadap eksaserbasi
- Memperbaiki kualiti hidup
Operasi paru yang dapat dilakukan yaitu :
1. Bulektomi
2. Bedah reduksi volume paru (BRVP) / lung volume reduction surgey (LVRS)
3. Transplantasi paru






DAFTAR PUSTAKA

Tim Kelompok Kerja PDPI, 2010. Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta : PDPI
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22281/4/Chapter20II.pdI , diakses tanggal 23
Agustus 2011
www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdI. diakses tanggal 23 Agustus 2011

You might also like