You are on page 1of 19

Perlukah Accrual Budgeting?

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tren penerapan basis akrual baik untuk akuntansi (pelaporan keuangan) dan penganggaran terus berkembang diawali oleh negara-negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) misalnya Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Banyak hal yang melatarbelakangi perkembangan basis akrual ini. Negara-negara OECD menilai bahwa penggunaan basis akrual akan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi laporan keuangan yang kemudian berguna dalam pengambilan keputusan dan akuntabilitas publik. Dengan semakin berkualitas informasi yang didapat, maka pemerintah akan dapat mengambil keputusan yang efisien dan efektif dalam pengelolaan keuangan negara. Perkembangan basis akrual pada sektor publik terjadi sejak pada tahun 1987, yang pertama kali diterapkan oleh Selandia Baru secara penuh baik pada akuntansi maupun penyusunan anggarannya. Selandia Baru membutuhkan enam periode (tahunan) dari mulai persiapan perpindahan ke basis akrual (tahun 1987) kemudian secara bertahap menerapkan pada departemen-departemen 1|Page

Perlukah Accrual Budgeting?

penerapan, dan akhirnya disusun laporan keuangan secara akrual pada akhir tahun 1991. Perkembangan ini tidak berhenti pada tahun 1991, tetapi tetap berlanjut setelahnya hingga Selandia Baru berhasil menerapkan full-accrual baik pada akuntansi maupun penganggarannya. Keberhasilan Selandia Baru dalam menerapkan basis akrual kemudian diikuti oleh negara-negara lain anggota OECD, misalnya Belanda, Islandia, Swedia, Kanada, Amerika Serikat, dll. Penerapan basis akrual di negara-negara tersebut berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi ekonomi, politik, dan struktur pemerintahan yang ada. Sebagian negara menerapkan full-accrual baik pada akuntansi maupun anggaran, tetapi sebagian lagi hanya menerapkan basis akrual hanya untuk akuntansinya saja, tidak untuk anggarannya. Sebagian besar negara menerima dan menerapkan basis akrual hanya pada akuntansi dalam rangka pelaporan keuangan (accrual accounting) saja, tidak dalam rangka penyusunan anggaran. Mereka menerapkan basis akrual untuk akuntansi karena manfaat nyata yang pasti akan diterima, akan tetapi mereka masih ragu terhadap manfaat nyata apabila basis akrual diterapkan juga untuk penganggaran (accrual budgeting). Hal inilah yang membuat beberapa negara untuk berpikir dua kali sebelum menerapkan basis akrual dalam penganggarannya. Alasan yang mereka kemukakan berkaitan dengan hal ini adalah pertama, penganggaran secara akrual dipercaya akan menimbulkan risiko disiplin anggaran. Keputusan politik untuk mengeluarkan uang harus dikaitkan dengan kapan pengeluaran itu dilaporkan dalam anggaran. Hanya basis kas yang dapat memenuhi hal tersebut. Alasan kedua, yaitu bahwa legislator cenderung resisten untuk mengadopsi anggaran akrual karena kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri (OECDPUMA/SBO, 2002/10). Menurut teori, idealnya penerapan basis akrual akan optimal manfaatnya, apabila basis akrual diterapkan, baik pada akuntansi maupun untuk anggarannya. Hal ini terutama berkaitan dengan akuntabilitas dari anggaran tersebut kepada publik pada akhir tahun pelaksanaan anggaran. Apabila laporan keuangan secara akrual sudah dapat disajikan, maka untuk menilai kesesuaian rencana (yang tercantum pada anggaran) dengan realiasinya (yang tercantum pada laporan keuangan), akan lebih baik apabila anggaran dan laporan keuangan sama-sama

2|Page

Perlukah Accrual Budgeting?

disusun

pada

basis

yang

sama,

karena

keduanya

akan

lebih

dapat

diperbandingkan (comparable) dan akan lebih mudah dipahami.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk: 1. Menjelaskan apakah pengertian dan manfaat anggaran berbasis akrual. 2. Mengetahui bagaimana penerapan anggaran akrual di negara-negara lain. 3. Mengkaji kemungkinan apakah anggaran akrual dapat diterapkan di Indonesia seperti halnya penerapan akuntansi akrual (apakah didukung oleh peraturan).

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, adapun batasan masalah yang perlu dilakukan antara lain: 1. Basis akrual yang selalu disebutkan disini mengacu pada akuntansi akrual (accrual accounting) dan anggaran akrual (accrual budgeting). 2. Dalam pembahasan mengenai basis akrual, kelompok kami hanya fokus terhadap konsep penerapan anggaran akrual (accrual budgeting). 3. Dalam pembahasan, kelompok kami tidak membahas mengenai hal-hal teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan penerapan anggaran akrual misalnya sistem akuntansi instansi (SAI), dan sebagainya.

3|Page

Perlukah Accrual Budgeting?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Anggaran Akrual (Accrual Budgeting)

Basis Kas dan Akrual merupakan dasar dari penyusunan laporan keuangan ataupun anggaran pada suatu instansi baik sektor privat ataupun sektor publik. Sektor privat saat ini menggunakan basis akrual dalam penyusunan anggaran ataupun laporan keuangan karena hal ini telah dituntut oleh PABU / GAAP (Prinsip Akuntansi Berterima Umum / Generally Accepted Accounting Principle). Berlawanan dengan sektor privat, dalam sektor publik belum ada aturan yang menuntut untuk mutlak harus menggunakan salah satu basis (entah kas ataupun akrual), sehingga mengakibatkan bervariasinya penerapan basis yang berbeda di setiap negara. Basis akrual, pada mulanya adalah basis yang dikenal pada sektor privat saja. Pada basis ini transaksi yang terjadi (pendapatan ataupun beban) diakui pada saat terjadinya (substance over form) yang kemudian dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan. Hal ini berbeda pada basis kas yang mengakui transaksi pada saat kas diterima dan dikeluarkan pada 4|Page

Perlukah Accrual Budgeting?

periode bersangkutan. Dampak dari aplikasi basis akrual ini, akan menghasilkan informasi yang lebih pada laporan keuangan apabila dibandingkan dengan basis kas, misalnya piutang, hutang, dan depresiasi, yang kemudian lebih berguna dalam pengambilan keputusan. Penggunaan basis akrual sedang menjadi tren di negara-negara OECD dan negara-negara berkembang. Hal ini tidak terlepas dari keunggulan dan manfaat yang diperoleh bagi negara yang menerapkan basis akrual tersebut. Penggunaan basis akrual ini dapat digunakan dalam rangka akuntansi untuk penyusunan laporan keuangan dan juga sebagai dasar penyusunan anggaran. Dalam kedua tujuan ini (akuntansi dan anggaran), basis akrual mempunyai perbedaan konsep,akuntansi akrualberkaitan dengan pelaporan transaksi ex post (setelah peristiwa terjadi), sementara anggaran akrual merupakan perencanaan ex ante (sebelum peristiwaterjadi). Basis akuntansi akrual, berdasarkan yang disimpulkan oleh KSAP, dapat diartikan sebagai suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, dengan mengabaikan penerimaan ataupun pembayaran kas / setara kas. Dalam hal ini, waktu pencatatan (recording) akuntansi berbasis akrual sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Dengan demikian, pendapatan diakui pada saat penghasilan telah diperoleh (earned) dan beban / biaya diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi. Penerapan basis akrual mencakup pencatatan transaksi keuangan dan juga penyiapan laporan keuangan.Konsep ini berbeda dengan dengan konsep akuntansi kas dimana pendapatan dan beban ditentukan oleh berapa besarnya kas yang benar-benar diterima dan kas yang benar-benar dikeluarkan. Dari pengertian yang diperoleh dari akuntansi berbasis akrual, dapat digunakan untuk memperoleh suatu pemahaman mengenai penganggaran berbasis akrual. Dalam hal ini, penganggaran berbasis akrual adalah dalam suatu proses

penganggaran

yang

menggunakan

konsep

akrual

menentukan

pendapatan dan bebannya. Dengan penggunaan konsep akrual dalam 5|Page

Perlukah Accrual Budgeting?

penganggaran, anggaran yang dihasilkan dapat disinkronisasi dengan laporan keuangan sehingga entitas dapat menyusun proyeksi laporan keuangan dalam beberapa tahun ke depan. Proyeksi ini membuat anggaran yang disusun oleh pemerintah memiliki visi yang lebih panjang daripada penganggaran berbasis kas yang sifatnya hanya tahunan. Adapun perbedaan anggaran berbasis kas dengan anggaran berbasis akrual, seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini. NO 1. ACCRUAL BUDGETING CASH BUDGETING

Memperkirakan pendapatan yang Hanya memperkirakan pendapatan diakui baik cash yang sudah yang diakui serta cash yang diterima

diterima maupun cash yang belum diterima. Accrual budgeting

memperkirakan keseluruhan 2. Bersifat input output based. Bersifat input based. Hanya berfokus

Outcomes dan output merupakan kepada input atau jumlah cash yang hal penting sehingga anggaran dikeluarkan tanpa melihat output

akrual karakter

sebenarnyamempunyai maupun outcome-nya . anggaran budget) kinerja harus

(performance

dibandingkan dengan tolak ukur, target atau kriteria tertentu. 3. Lebih terjalin lintas waktu tahun Tidak terjalin lintas waktu tahun anggaran diakrualkan anggaran periode karena pada apa yang anggaran, hanya berhubungan

suatu periode dengan realisasi anggaran periode pada yang bersangkutan sehingga laporan

direalisasikan anggaran

berikutnya. keuangan juga tidak terjalin lintas

Karena itu laporan keuangan juga waktu. terjalin lintas waktu dan perlu dilihat pengaruhnya pada kejadian-

kejadian dalam satu bulan sampai satu triwulan tahun berikutnya.

Karena suatu akrualisasi mungkin 6|Page

Perlukah Accrual Budgeting?

direalisasi pada beberapa tahun anggaran selanjutnya, maka

konsistensi kebijakan dan format anggaran lintas waktu harus terjaga. 4. Berfokus kepada biaya atau beban Berfokus (cost). Banyak negara kepada pengeluaran

yang (expenditure). Manajemen berfokus

mengadopsi sisten akrual dalam kepada expenditure sehingga jika penganggarannya karena akrual dibandingkan dengan akrual kurang

lebih berorientasi pada hasil yang transparan dan akuntabel. lebih baik, lebih transparan, dan akuntabel karena manajemennya berfokus kepada biaya. 5. Kewenangan legislatif dalam proses Kewenangan legislatif dalam proses penganggaran lebih kecil. Karena penganggaran besar. accrual budgeting bersifat lintas tahun, pemerintah dipaksa berpikir lintas tahun juga. Sehingga akan sangat anggaran Perubahan sulit jika terjadi tidak anggaran kecil perubahan terpaksa. yang tersebut

kemungkinannya

mereduksi peran legislatif dalam proses penganggaran. 6. Pengeluaran untuk biaya tunai Pengeluaran hanya sebatas biaya

ditambah nontunai yang disebut tunai sehingga legislatif dan publik dengan biaya sejati, antara lain tidak dapat melihat dengan jelas entity overhead, penyusutan aset biaya tetap, beban sejati yang sebenarnya

pemeliharaan dikeluarkan.

nontunai, dan opportunity cost of capital. Sehingga legislatif dan

publik dapat melihat biaya sejati tersebut.

7|Page

Perlukah Accrual Budgeting?

B. Manfaat Diterapkannya Anggaran Akrual

Penerapan anggaran akrual di beberapa negara yang juga menerapkan akuntansi akrual adalah karena mereka memandang bahwa ada nilai tambah apabila basis akrual digunakan baik dalam penyusunan anggaran dan laporan keuangannya. Penerapan basis akrual dalam anggaran mengindikasikan bahwa estimasi pendapatan dan belanja yang disusun dalam suatu periode tertentu memperhitungkan semua kemungkinan pendapatan dan belanja walaupun pada periode anggaran tersebut, kas belum diterima ataupun belum dikeluarkan. Konsekuensi dari hal ini adalah perhitungan non-cash item misalnya seperti estimasi piutang dan utang yang akan timbul serta estimasi depresiasi/ penyusutan aset tetap dalam neraca.Untuk lebih lengkapnya, manfaat yang dapat diperoleh dalam penerapan anggaran akrual antara lain: 1. Accrual budgeting menyediakan perbaikan informasi biaya untuk para pengambil keputusan dan menciptakan kedisiplinan dalam pelaksanaan anggaran. Penganggaran berbasis akrual mempertimbangkan semua biaya yang dikeluarkan demi memperoleh output dan outcome, serta dihubungkan dengan waktu pengakuan biaya, pengakuan output dan outcome-nya, sehingga para pengambil keputusan dapat lebih mudah dalam menentukan keputusan/kebijakan dengan informasi yang lengkap. 2. Dengan adanya perhatian terhadap waktu, maka pelaksanaan anggaran dapat lebih terjadwal sehingga akan mewujudkan peningkatan kedisiplinan dalam pelaksanaan anggaran pada tahun bersangkutan dan tahun yang akan datang. 3. Penganggaran akrual menghilangkan bias pengeluaran modal. Pengeluaran modal pada basis kas diakui sebagai pengeluaran selama setahun anggaran periode bersangkutan saja, sedangkan pada basis akrual diakui sebagai beban yang dialokasikan sepanjang masa manfaat. Alokasi yang terjadi setiap tahunnya ini menunjukkan nilai manfaat yang terpakai pada masingmasing tahun anggaran yang bersangkutan. 4. Accrual budgeting lebih dapat menjelaskan dampak jangka panjang dari kebijakan atau keputusan yang diambil pada masa sekarang. Dengan mempertimbangkan segala input serta output yang akan dikeluarkan dan 8|Page

Perlukah Accrual Budgeting?

diperoleh dimasa yang akan datang, maka anggaran tersebut dapat menjelaskan biaya apa saja atau pendapatan apa yang akan dikeluarkan atau diperoleh pada masa yang akan datang secara jangka panjang. Misalnya kebijakan pembiayaan yang mempunyai dampak pada masa depan yang menjelaskan sampai kapan dilakukan pembayaran, seberapa banyak dana yang akan digunakan untuk melunasi hutang tersebut, serta dampak lain dari pembiayaan tersebut pada masa yang akan datang. 5. Accrual budgeting dapat menjadi katalis dalam reformasi manajemen pada bidang lain dalam sektor publik. Negara yang telah mengadopsi accrual budgeting juga telah melakukan reformasi secara lebih luas dalam manajemennya, misalnya dengan meningkatnya fleksibilitas, dapat

dikuranginya pengendalian input dan lebih fokus pada output dan outcome yang akan dicapai. Sehingga dengan mengadopsi accrual accounting merupakan langkah awal (kunci) dalam mengubah kebiasaan dan

mempercepat perubahan budaya dalam pemerintahan. 6. Accrual budgeting sangat tepat dilakukan pada negara yang telah menerapkan accrual accounting. Hal ini akan memudahkan singkronisasi antara penganggaran dan pelaporan.

C. Hubungan Budgeting

antara

Accrual

Accounting

dengan

Accual

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa antara accrual accounting dan accrual budgeting harus dijalankan secara bersamaan sehingga terdapat kejelasan dan transparansi dalam hal pembandingan antara apa yang direncanakan pemerintah dan hasil yang secara nyata telah didapatkan. Selain itu tanpa merubah ke accrual budgeting, perubahan ke accrual accounting dapat gagal untuk menjadi pemicu dalam perubahan budaya organisasi, sehingga akan mengakibatkan terbatasnya keuntungan yang diperoleh dalam

pengimplementasian accrual accounting tersebut.

9|Page

Perlukah Accrual Budgeting?

Namun demikian untuk merubah basis anggaran bukanlah merupakan sesuatu yang mudah. Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya tentang mengapa beberapa negara-negara OECD pun masih enggan untuk berpindah ke accrual budgeting. Pada negara-negara tersebut ternyata tidak menemukan masalah apapun dan tetap bertahan walaupun tetap menggunakan basis kas dalam penganggarannya. Untuk penerapan di Indonesia, Widjajarso, berpendapat bahwa penerapan akuntansi basis akrual tidak harus diikuti dengan penerapan anggaran berbasis akrual. Alasan utamanya adalah bahwa anggaran berbasis akrual sangat sulit dimengerti oleh para politisi yang fungsinya menyetujui anggaran yang diajukan oleh pemerintah dan juga para stakeholders lainnya. Dalam administrasinya, anggaran semacam itu akan sulit diterapkan jika kementerian teknis yang berfungsi sebagai Chief Operating Officers tidak diberikan kewenangan yang mandiri untuk melaksanakan anggarannya dan tidak terdesentralisasinya pelaksanaan administrasi anggaran, karena dokumen anggaran masih

merupakan dokumen yang kaku untuk diikuti bahkan sampai ke unit input paling kecil. Bilamana jika kementerian yang mengurusi anggaran sudah

memberlakukan anggaran yang fleksibel dan dijadikan dasar penilaian kinerja yang hanya mengukur output dan outcome -untuk kementerian teknis (mengacu pada anggaran berbasis kinerja), anggaran berbasis akrual layak diterapkan. Meskipun anggaran berbasis akrual dapat diterapkan untuk aspek khusus, seperti misalnya hanya bunga pinjaman dan anggaran belanja pensiun, konsensus negara-negara dalam OECD mengatakan bahwa implementasi basis akrual untuk akuntansi yang karena sifatnya merupakan transaksi ex post layak diberlakukan kepada seluruh negara, namun implementasi basis akrual untuk anggaran yang karena sifatnya merupakan transaksi ex ante tidak layak diberlakukan pada saat ini, mengingat berbagai kendala penerapannya. Jalan tengah yang mungkin dapat ditempuh adalah dengan langkah awal mengimplementasikan terlebih dahulu accrual accounting sebelum

diimplementasikan accrual budgeting. Dengan pelaksanaan seperti demikian, manfaatnya adalah dengan akumulasi pengalaman penerapan accrual

accounting dan tersedianya data-data historis berbasis akrual selama masa transisi tersebut, dapat mempermudah penerapan accrual budgeting. 10 | P a g e

Perlukah Accrual Budgeting?

D. Penerapan Anggaran Akrual di Negara-negara OECD

Basis akrual banyak diterapkan oleh negara-negara anggota OECD dan juga negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penerapan basis akrual ini kebanyakan hanya diterapkan untuk akuntansi dan penyusunan laporan keuangan saja (accrual accounting), hanya sebagian kecil negara saja yang menerapkan anggaran akrual. Seperti halnya Perancis yang telah memutuskan untuk pindah ke accrual accounting tetapi tetap mempertahankan cash-based budgeting. Dari negara-negara anggota OECD, sepertiganya telah menerapkan full-accrual accounting untuk pelaporan keuangannya (Table 1). Akan tetapi, dari jumlah tersebut, hanya tiga negara saja yang menerapkan basis akrual secara penuh untuk anggarannya, yakni Selandia Baru, Australia, dan Inggris (Table 2). Sebagian negara OECD menerapkan anggaran berbasis akrual tetapi tidak secara penuh, misalnya Finlandia dan Islandia. Kedua negara ini mengecualikan kapitalisasi dan depresiasi aset dalam penyusunan anggaran akrualnya. Sedangkan sebagian negara OECD yang lain, semisal Kanada, Denmark, dan Yunani, menerapkan anggaran basis kas, tetapi untuk transaksi tertentu menggunakan basis akrual.

11 | P a g e

Perlukah Accrual Budgeting?

12 | P a g e

Perlukah Accrual Budgeting?

Dengan demikian, penggunaan anggaran basis akrual di negara-negara OECD bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Variasi ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di masing-masing negara. Variasi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

13 | P a g e

Perlukah Accrual Budgeting?

Walaupun disadari pentingnya diterapkannya accrual budgeting, negara-negara OECD tersebut sampai saat ini masih berpikir dua kali untuk

mengaplikasikan accrual budgeting. Mereka masih enggan untuk menerapkan accrual budgeting, dengan alasan: 1. Accrual based budgeting dipercaya menimbulkan resiko fiskal yang tinggi, di mana keputusan politik untuk mengeluarkan uang harus dikaitkan

dengan timing pengeluaran anggaran, hal ini dianggap sebagai sesuatu yang bisa dijawab dengan tepat oleh cash based budgeting; Jika proyek dengan modal besar diikuti dengan beban penyusutan, terdapat ketakutan bahwa hal ini akan meningkatkan pengeluaran terhadap proyek tersebut. 2. Banyak anggota DPR merasa bahwa izin mengeluarkan uang adalah sistem paling aman bagi negara, terhadap bahaya kebangkrutan. Bagi mereka, cash based budgeting paling ideal. 3. Berbagai anggota DPR dihinggapi rasa khawatir besar pasak daripada tiang (cash overruns), pesimis terhadap kompleksitas sistem anggaran akrual, dan kecemasan akan merebaknya manipulasi data keuangan. 4. Masih kurangnya anggota DPR yang mampu memahami kompleksitas sistem penganggaran berbasis akrual yang akan diterapkan. 5. Sistem anggaran akrual tak dapat menjadi sistem untuk kepemerintahan karena bertentangan dengan UU anggaran yang meminta legislatif untuk mengesahkan/menyetujui pembayaran kas. Patut dicatat bahwa negaranegara yang telah mengadopsi accrual budgeting umumnya memiliki legislatif yang memiliki peran lemah dalam proses penganggaran. 14 | P a g e

Perlukah Accrual Budgeting?

E. Langkah Penerapan Basis Akrual.

Asian Development Bank (ADB) dalam makalah berjudul Accrual Budgeting and Accounting in Government and its Relevance for Developing Member Countries memberikan tujuh rekomendasi bagi negara berkembang dalam menerapkan akrual basis, baik untuk akuntansi maupun untuk tujuan penganggaran, antara lain: 1. Strategi Penerapan Akrual Basis Terdapat dua model utama dalam menerapkan akrual basis yakni model big bang dan model bertahap. Pendekatan model big bang, seperti yang telah dicontohkan oleh negara Selandia Baru untuk seluruh unit pemerintahan yang dilakukan dalam jangka waktu yang sangat singkat. Keuntungan pendekatan ini adalah mendukung terjadinya perubahan budaya organisasi, cepat mencapai tujuan, dan dapat menghindari risiko kepentingan, meskipun mengandung kelemahan, seperti beban kerja menjadi tinggi, tidak ada waktu untuk menyelesaikan masalah yang mungkin timbul, dan komitmen politik yang mungkin bisa berubah. Kesuksesan penerapan di Selandia Baru karena tiga faktor yang mendukung yakni adanya krisis fiskal, dukungan dari para politisi dan adanya reformasi birokrasi yang memberikan fleksibiltas kepada SDM. Alternatif lain yakni pendekatan bertahap, seperti yang dicontohkan oleh pemerintah federal Amerika Serikat. Keuntungan pendekatan ini adalah dapat diketahuinya permasalahan yang mungkin timbul dan cara penyelesaiannya selama masa transisi, basis kas masih dapat dilakukan secara paralel untuk mengurangi resiko kegagalan. Sedangkan kelemahannya adalah akan membutuhkan banyak sumber daya manusia, karena menerapkan dua basis secara paralel, perubahan budaya organisasi tidak terjadi, dan hilangnya momentum penerapan basisakrual. 2. Komitmen Politik

15 | P a g e

Perlukah Accrual Budgeting?

Komitmen politik dalam penerapan basis akrual bagi negara berkembang menjadi sangat esensial, sehingga komitmen politik ini diperlukan untuk menghilangkan adanya kepentingan yang tidak sejalan. 3. Pengkomunikasian Tujuan Hasil dan manfaat yang ingin dicapai dengan penerapan basis akrual harus secara intens dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang bersangkutan. 4. Tenaga Akuntan yang Andal. Tenaga akuntan yang profesional akan sangat diperlukan untuk rekruitmen dan pelatihan yang cukup. Kekurangan tenaga akuntan akan menyebabkan penundaan penerapan akrual basis pada akuntansi pemerintah. 5. Sistem Informasi Akuntansi yang Memadai Informasi akuntansi berbasis kas merupakan titik penting dalam pergantian basis menuju akrual. Jika suatu negara belum memiliki sistem akuntansi berbasis kas yang dapat diandalkan, maka negara tersebut terlebih dahulu berkonsentrasi pada peningkatan sistem dan proses yang telah ada, sebelum mempertimbangkan perpindahan ke akuntansi akrual. 6. Badan Audit Tertinggi harus Memiliki SumberDaya yang Tepat Badan audit memegang kunci yang sangat penting dalam penerapan basis akrual. Dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk melakukan profesionalisme tenaga audit seperti yang dilakukan di Negara Fiji dan Selandia Baru. 7. Penerapan Basis Akrual harus Merupakan Bagian dari Reformasi Birokrasi Penerapan basis akrual tidak boleh hanya dilihat sebagai masalah teknik akuntansi saja, tetapi penerapan ini membutuhkan perubahan budaya organisasi dan harus merupakan bagian dari reformasi birokrasi secara menyeluruh. Informasi yang dihasilkan dengan basis akrual akan menjadi berharga dan sukses apabila informasi yang dihasilkan digunakan untuk dasar membuat kebijakan publik yang semakin baik. Perubahan ini tidak secara otomatis terjadi, tapi perlu secara aktif dipromosikan secara berkesinambungan. 16 | P a g e

Perlukah Accrual Budgeting?

F. Peraturan-peraturan yang Terkait dengan Penerapan Akrual Budgeting di Indonesia


Sampai saat ini di Indonesia telah ditetapkan PP 71 / 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang mengatur pelaksanaan penerapan akuntansi berbasis akrual untuk penyusunan laporan keuangan pemerintah. Meskipun telah ditetapkan peraturan ini, penerapan akuntansi belum sepenuhnya terlaksana dengan sempurna dikarenakan berbagai kendala yang muncul. Sementara itu, penganggaran yang digunakan di Indonesia adalah berbasis kas, dimana anggaran ini (APBN) disusun oleh Eksekutif, dan kemudian dibahas dan ditetapkan bersama Legislatif (DPR). Walaupun di Indonesia masih menerapkan basis kas dalam penganggaran, ada beberapa peraturan perundang-undangan yang memberi sinyal akan kemungkinan dilaksanakannya anggaran berbasis akrual, antara lain: 1. UU Nomor 1 Tahun 2004 telah mengisyaratkan penggunaan anggaran akrual (accrual budgeting). Hal ini tercermin dalam pasal 12 dan 13 ayat 1 UU tersebut yang menyatakan APBN/APBD dalam satu tahun anggaran meliputi: hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih; kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;..., baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pasal tersebut

menegaskan, semua yang menjadi hak dan atau semua yang menjadi kewajiban pemerintah pusat/daerah yang akan menambah dan atau mengurangi nilai kekayaan bersih harus dimasukkan dalam APBN/APBD. 2. Dalam PP 71 / 2010 tentang Standar Akuntansi Akuntansi, Lampiran 1 paragraf 44 menyatakan bahwa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dapat disusun berdasarkan basis akrual, apabila anggaran yang digunakan berbasis akrual. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa anggaran berbasis akrual dapat dilakukan secara opsional.

17 | P a g e

Perlukah Accrual Budgeting?

BAB III

KESIMPULAN

Penerapan di Indonesia dalam penganggaran dan penggunaan metode akuntansi dalam pelaporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pemerintah saat ini adalah menggunakan metode cash toward acrual, di mana pelaporan Neraca dan Laporan Arus Kas menggunakan basis akrual, sedangkan Laporan Realisasi Anggaran menggunakan basis kas. Namun harapan ke depannya adalah penggunaan basis akrual secara keseluruhan berdasarkan amanat Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh paling lambat tahun anggaran 2008. Belum terlaksananya basis akrual penuh baik pada level anggaran maupun level pelaporan keuangan disebabkan oleh berbagai hambatan dan kompleksitasnya. Di Indonesia penerapan anggaran akrual dan akuntansi akrual dapat terlaksana dengan baik jika didukung oleh komitmen dan ketegasan pimpinan yang kuat, peningkatan mutu sumber daya aparatur pemerintah yang berkesinambungan, kesatuan visi dan misi seluruh perangkat pemerintahan, serta dukungan badan legislatif. Tanpa hal tersebut, anggaran akrual dan akuntansi akrual hanyalah angan belaka. 18 | P a g e

Perlukah Accrual Budgeting?

Namun, anggaran akrual dan akuntansi akrual bukan segala-galanya. Masingmasing memiliki kelemahan dan kelebihannya. Akuntansi akrual dapat memberi informasi lebih lengkap dan baik, sepanjang pembaca mampu menafsirkan makna dibalik angka Laporan Keuangan akrual, tetap saja dapat tersesat (mislead) oleh manipulasi akuntansi akrual yang canggih berbasis kebijakan akuntansi cerdas. Anggaran akrual dan akuntansi akrual bukan substitusi ketiadaan manajemen keuangan negara dan ataumanajemenperbendaharaan yang baik. Patut dicatat PP 24-2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada hakikatnya telah menggunakan sebuah jenis basis akuntansi akrual, sehingga langkah menuju akuntansi berbasis akrual paripurna relatif lebih mudah. Bagi penulis, anggaran berbasis kas dan Laporan Keuangan berbasis akrual adalah pilihan yang tepat.

19 | P a g e

You might also like