Professional Documents
Culture Documents
ENDOFTALMITIS
a.Defenisi
EndoItalmitis adalah inIlamasi pada segmen anterior dan posterior, korpus vitreum dan
cairan gel pada korpus vitreum bola mata.
1
EndoItalmitis merupakan inIeksi intraokular yang
melibatkan badan kaca.
9
EndoItalmitis juga dideIiniskan sebagai peradangan jaringan
intraocular termasuk vitreus humor yang biasa disebabkan oleh inIeksi.
b.Klasifikasi
Endophtalmitis eksogen
- Organisme pd konjungtiva, kelopak mata, bulu mata
- Bakteri gram positiI
S. epedermitis pnyebab utama
S. aureus & Streptococcus.
- Bakteri gram negatiI :
P. aeruginosa, Proteus, & spesies Haemophilus.
- Jamur
- Staphylococcus, Streptococcus & Bacillus endophtalmitis traumatik
Endophtalmitis endogen
~ Penyakit sistemik
~ Tindakan invasive
~ Trauma atau pembedahan non ocular, katup jantung buatan,
immunosupresi & obat IV
~ InIeksi non ocular
~ Jamur
~ Kuman gram positiI, e.g : Staphylococcus aureus, Streptococcus grup A, grup B, grup
G, Bacillus cereus
~ Kuman gram negatiI , e.g : E. Coli, Haemophilus influen:ae, Neisseria meningitides,
klebsiella pneumoniae, Serratia dan Pseudomonas aeruginosa
Endoftalmitis eksogen
EndoItalmitis atau abses korpus vitreum dapat terjadi setelah trauma tembus mata,
termasuk bedah mata.
6
Korpus vitreum adalah suatu medium biakan yang baik; setelah invasi
bakteri, korpus vitreum mencair dan membentuk abses.
4
Diagnosis abses korpus vitreum
dipastikan setelah melakukan aspirasi 0,5-1 ml korpus vitreum di bawah anestesi local melalui
skelerektomi pars plana dengan menggunakan jarum berukuran 20-23.
4
Aspirat harus diperiksa
secara mikroskospis.
4
Setelah organism teridentiIikasi, diindikasikan pengobatan medis segera.
11
Pada beberapa
kasus, diindikasikan vitrektomi untuk melakukan drainase abses dan memungkinkan visualisasi
Iundus yang lebih jelas.
4
Bahkan dengan terapi optimal, abses korpus vitreum memiliki
prognosis yang buruk.
1,4,8
Apabila ketiga lapisan mata serta korpus vitreum terkena suatu proses peradangan, maka
timbul keadaan yang disebut panoItalmitis.
1,4
Garis pemisah antara endoItalmitis dan
panoItalmitis biasanya tidak jelas.
4
Sawar pembuluh darah mata merupakan pertahanan alami yang resisten terhadap invasi
mikroorganisme.
1,6
Beberapa prosedur pembedahan merusak integritas bola mata yang
menyebabkan endoIalmitis eksogen.
1
Destruksi jaringan intraocular dapat menimbulkan invasi
secara langsungoleh mikroorganisme dan mediator inIlamasi sebagai respon imun. Tergantung
dari inokulasi bakteri, virulensi bakteri dan Iaktor pasien yang memberatkan perjalanan
endoIhtalmitis
Manifestasi klinis
Diagnosis endoItalmitis dapat dicurigai jika terjadi peradangan setelah operasi katarak.
Adapun predominan symptom yang ditemukan adalah penurunan penglihatan dan nyeri.
Simptom endoItalmitis antara lain:
1
O Penurunan visus
O yeri mata dan iritasi
O Sakit kepala
O Photophobia
O cular discharge sekret)
O Peradangan bola mata dan periokular
O Injeksi konjungtiva
Tanda klinis termasuk salah satu dari:
1
1. Oedema palpebra
2. Injeksi konjungtiva dan kemosis
3. Edema kornea
4. hypopion, akumulasi Iibrin
5. ReIlek cahaya merah tidak ada
6. Vitritis
7. Retinitis
8. Proptosis panoItalmitis)
ambaran klinis endoftalmitis :
Kehilangan penglihatan
yeri pada mata&iritasi
Sakit kepala
Fotopobia
Kotoran mata
InIlamasi yang hebat pd okular & pre okular
Mata merah
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada setiap endoItalmitis ialah mengambil cairan mata
atau badan kaca untuk pemeriksaan kuman penyebab. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan sediaan
hapus dan biakan dari bagian segmen anterior bola mata.
!rinsip Manajemen
Pasien dengan endophthalmitis harus segera dikenali dan dirawat di rumah sakit.
1
Prinsip
manajemennya adalah dengan mengidentiIikasi organism penyebab dan pemberian antibiotik
secara langsung.
11
Hal ini mencakup pemasangan alat pada viterues vitrektomi), antibiotik lokal
antibiotik intraviteral), tindakan pembedahan dan pemberian antibiotik secara sistemik.
!emeriksaan penunjang diagnosis :
!. Lab : Hitung jenis sel, LED, Blood Urea itrogen, Kreatinin.
#adiologi : Foto thorak, USG segmen posterior, CT scan/MRI.
!. Lain : Kultur darah, kultur urine, beberap kultur lain sesuai gambaran klinis.
oItalmoscopy
Endophtalmitis !ost Operative
Vitrektomi pars plana atau aspirasi vitreus Pemberian antibiotik sistemik
Endophtalmitis Traumatik
Os dirawat di RS
Obati bagian yang ruptur jika ada)
Antibiotik sistemik
Antibiotik topikal
Antibiotik intra vitreus
Pertimbangkan vitrektomi pars plana
Imunisasi tetanus.
Pemberian siklopegik tetes.
Endophtalmitis Endogen Bakterialis
Os dirawat di RS
Antibiotik intra vena spektrum luas
Antibiotik peri okular jika perlu)
Antibiotik intra vitreus
Siklopegik tetes
Steroid topikal
Vitrektomi, pada organisme yang virulen
!enatalaksanaan antibiotik
Regimen antibiotik yang sering digunakan adalah ceItazidime 2,25 mg/0,1 mL) yang
dikombinasikan dengan vancomycin 1 mg/0,1 mL).
1
amikacin intravitreal, tobramycin, dan
antibiotik lain yang dapat digunakan.
7
Antibiotic topikal berulang seperti vancomycin,
cephazolin, ceItazidime, amikacin dan ciproIloxacin diindikasikan untuk semua kasus.
6
Terapi
inisial onset kronis dan onset akut endoItalmitis adalah sama, diperlukan aspirasi cairan vitreum
dan dilakukan pemriksaan untuk pemilihan regimen antibiotik yang sesuai, sensitive dan tepat.
6
Pada hasil aspirasi aquos humor dan vitreum pasien dengan kasus CPE, jika didapatkan inIlamasi
ringan dan sedang dapat diberikan intravitreum vancomycin 1.0/0.1 mL dan atau amphotericin B
5-10 g/0.1 mL dan irigasi korpus vitreum capsular bag) kemudian ditambahkan antibiotik
sistemik.
11
Jika dengan pemberian antibiotika tidak berhasil atau ditemukan inIlamasi yang berat,
diindikasikan pars plana viterctomy dengan sebagian kapsulektomi dan antibiotik intravitreum,
jika tidak respon maka dilakukan capsulotomy total dan respon juga tidak ada maka tindakan
akhir adalah dengan pars plana vitrectomy dengan tampon silicone oil dan antibiotic
intravitreus.
7
EndoItalmitis diobati dengan antibiotika melalui periokular atau subkonjungtiva.
Antibiotik topikal dan sistemik ampisilin 2 g/hari dan kloramIenikol 3 g/hari. Antibioti yang
sesuai untuk kausa bila kuman adalah staIilokok, basitrasin topikal), metisilin subkonjungtiva
dan IV). Sedangkan bila pneumokok, streptokok, dan stafilokokpenisilin G top, subkon dan
IV). eiseriapenisilin G top. Sub kon dan IV). Pseudomonas diobati dengan gentamisin;
tobramisin dan karbaselin top.subkon dan IV). Basil gram negatiI laingentamisin top.subkon
dan IV).
2,3
Sikloplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata.
4
Kortikosteroid dapat diberikan hati-hati.
13
Apabila pengobatan gagal dilakukan eviserasi, enukleasi dilakukan bila mata telah tenang dan
ptisis bulbi.
4
Penyebabnya jamur diberikan amphoterisin B 150 mikrogram-subkonjungtiva.
4
Antibiotik sistemik yang sering digunakan ceItazidime dan amikacin) memiliki penetrasi
okular yang tidak baik dan tidak eIektiI melawan S. epidermidis, penyebab terbanyak
endoItalmitis post-operasi.
1
EIektivitas Vancomycin sistemik melawan bakteri gram positiI,
tidak dievaluasi dalam studi ini. Antibiotik Iluoroquinolones, memliki penetrasi ocular yang
lebih baik dan berperan pada endophthalmitis.
Tindakan !embedahan
Vitrectomy pars plana sebagai diagnostik sekaligus untuk tindakan pada penatalaksanan
endoItalmitis.
7
Secara teoritis, vitrectomy memiliki keuntungan pada endophthalmitis seperti
debulking of infectious load, memindahkan toksin dan meningkatkan membantu penetrasi dan
distribusi medikasi intraocular, selama prosedur pemberian antibiotik intravitreal.
1
Berdasarkan
EVS, pars plana vitrectomy dapat diindikasikan pada inIlamasi luas pada viterus yang merusak
Iungsi retina dan menganggu ketajaman visus pasien secara signiIikan.
!embedahan lain
Eviserasi yaitu mengeluarkan seluruh isi bola mata dan abses dalam bola mata bila pengobatan
medikamentosa gagal.
4
Enukleasi yaitu mengeluarkan bola mata dengan memotong otot penggerak mata serta saraI optik
dilakukan bila keadaan mata sudah tenang atau telah terjadi ptisis bulbi. Kadang dilakukan
rainase untuk mengeluarkan pus.
4
Manajemen pemberian kortikosteroid
Aturan pemberian kortikosteroid topikal dan intraokular masih kontroversial.
13
Kortikosteroid dapat memulihkan kembali jaringan ocular dengan menekan respon inIlamasi dan
mencegah pembentukan sinekia.
13
Berdasarkan Sebuah studi dengan menggunakan model hewan
percobaan, ditunjukkan perbaikan klinis dengan pemberian kortikosteroid topikal yang digabung
dengan regimen antibiotik dan dibuktikan melalui pengamatan secara histopatologi.
13
Kerugiannya, Kortikosetroid dapat menekan respon imun yang penting untuk melawan bakteri,
dan intraocular steroid dapat menyebabkan toksisitas pada retina.
!edoman penatalaksanaan yang dianjurkan :
1
1. Antibiotik topikal diindikasikan untuk semua kasus
2. Cyclopegic drops atropine) biasanya penting untuk mengontrol nyeri, menstabilkan sawar
darah okular dan mencegah pembentukan sinekia.
3. Pada penurunan visus 1/300 atau lebih baik, antibiotik intravitreal merupakan terapi pilihan
4. Jika visus 1/~ atau lebih buruk, segera dilakukan pars plana viterctomy dengan injeksi
antibiotic intravitreal vancomycin, amikacin, ceItazidme) diindikasikan.
5. Antibiotik sistemik dianjurkan pada pasien dengan panophthalmitis dan diabetes
Kortikosteroid intravitreal dapat diberikan untuk mengurangi inIlamasi pada waktu yang
tepat
!rognosis
Prognosis endoItalmitis tergantung pada :
- organisme yang terlibat
- ketajaman penglihatan saat diagnosis
- penyakit yang mendasari pasien
Endophtalmitis endogen umumnya lebih buruk daripada endophtalmitis eksogen.
.KATA#AK
DEFENISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Secara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut :
1. Kongenital adalah katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan diwariskan secara autosomal
dominan) atau bisa disebabkan oleh:
- InIeksi kongenital, seperti campak Jerman
- Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia
2. Traumatik, merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata.
3. Sekunder, katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan kortikosteroid,
serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih umum oleh penderita diabetes daripada
oleh populasi secara umum.
4. Katarak yang berkaitan dengan usia, merupakan jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan
lokasinya, terdapat 3 jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior subcapsular
DEFENISI KATA#AK SENILIS
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini
jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan
yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh
makin kabur. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih
baik tanpa kaca mata second sight). Miopia artiIicial ini disebabkan oleh peningkatan indeks
raIraksi lensa pada stadium insipient.
!ATOFISIOLOI
Ada banyak mekanisme yang memberi kontribusi dalam progresiIitas kekeruhan lensa.
Epitel lensa berubah seiring bertambahnya usia, terutama dalam hal penurunan densitas
kepadatan) sel epitelial dan penyimpangan diIerensiasi sel serat lensa lens fiber cells).
alaupun epitel lensa yang mengalami katarak menunjukkan angka kematian apoptotik yang
rendah, akumulasi akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial dapat menyebabkan gangguan
pembentukan serat lensa dan homeostasis dan akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan
lensa. Lebih jauh lagi, dengan bertambahnya usia lensa, penurunan rasio air dan mungkin
metabolit larut air dengan berat molekul rendah dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui
epitelium dan korteks yang terjadi dengan penurunan transport air, nutrien dan antioksidan.
Kemudian, kerusakan oksidatiI pada lensa akibat pertambahan usia mengarahkan pada terjadinya
katarak senilis
Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
2,3,4
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks
anterior dan posterior katarak kortikal)Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai
terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks
berisi jaringan degeneratiI beda morgagni) pada katarak insipien
Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratiI menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa
akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa.
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh
4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari
kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering
E1ALA KLINIS
ejala Subyektif:
1. Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresiI.
2. Visus mudur yang derajatnya tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya kekeruhan, Bila
Kekeruhan tipis, kemunduran visus sedikit atau sebaliknya. dan Kekeruhan terletak
diequator, tak ada keluhan apa-apa.
3. Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.
4. Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan oleh karena
reIraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan silau.
5. Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi karena proses
pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan kekuatan reIraksi mata
meningkat, akibatnya bayangan jatuh dimuka retina.
ejala Obyektif:
1. Pada lensa tidak ada tanda-tanda inIlamasi.
2. Pada oblique illumination mata disinar dari samping): Lensa tampak keruh keabuan atau
keputihan dengan background hitam
3. Pada Iundus reIlex dengan opthalmoscope: kekeruhan tersebut tampak hitam dengan
background orange. dan Pada stadium maturestent hanya didapatkan warna putih atau
tampak kehitaman tanpa background orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah
keruh seluruhnya.
4. Camera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut camera anterior
menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya terjadi glaukoma.
Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata menjadi merah, lensa opak,
dan mungkin terjadi pendarahan intraocular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum keluar
dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah inIeksi, uveitis, ablasio retina, dan
glaukoma.
DIANOSIS
1. Anamnesa gejala subjektiI) dan Pemeriksaan Fisik Mata Gejala ObjektiI)
2. Optotipe Snellen Snellen Chart) untuk menilai visus
3. Lampu senter
4. OItalmoskop
5. Slit lamp biomikroskopi
6. USG mata untuk persiapan pembedahan katarak
!ENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan deIinitiI untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Ekstraksi katarak intra kapsuler adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoItalmitis, dan perdarahan
. Etra Capsular Cataract Etraction (ECCE)
Prosedur ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nucleus,dan
mengisap sisa Iragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan
kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagi posterior
mata, jadi mengurangi insidensi yang serius.
3. !hakoemulsifikasi
PhakoemulsiIikasi phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa.
Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot
massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari.
KATA#AK KONENITAL
Definisi
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada
bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Fisiologi ejala
Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus lensa nukleus Ietal atau
nukleus embrional, tergantung pada waktu stimulus karaktogenik atau di kutub anterior atau
posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa
Pada katarak developmental, kekeruhan pada lensa timbul pada saat lensa dibentuk. Jadi lensa
belum pernah mencapai keadaan normal. Hal ini merupakan kelainan kongenital.
Kekeruhan pada katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran
morIologik. Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih
atau suatu leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti untuk
menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan
melebarkan pupil.
Katarak kongenital sering terdapat bersamaan dengan nistagmus, displasia ovea, dan
strabismus. Atau ada pula yang menyertai kelainan pada mata sendiri, yang juga merupakan
kelainan bawaan seperti heterokromia iris
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubela, homosisteinuri, diabetes melitus hipoparatiroidism, toksoplasmosis,
inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital
biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroItalmus, aniridia, koloboma iris,
keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo-kornea.
!enatalaksanaan
!rinsip:
1. Setelah diketemukan katarak maka harus dicari Iaktor penyebab, apakah galaktosemia,
rubela, toksoplasmosis, dll. Pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dengan pakar sangat perlu.
2.
Dilakukan pembedahan untuk membersihkan lintasan sinar dari kekeruhan. Apabila telah
terjadi nistagmus maka pembedahan segera dilakukan. Apabila tidak ada nistagmus, maka
pemeriksaan akan memastikan tidak ada gangguan pada matanya. Apabila katarak total, maka
segera pembedahan dilakukan di bawah anastesi umum.
11
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat
terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan bergantung pada bentuk
katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus,
maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada katarak kongenital.
8
Pengobatan katarak kongenital bergantung pada:
1. Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera katarak
terlihat.
2. Katarak total unilateral, yang biasanya diakibatkan trauma, dilakukan pembedahan 6 bulan
setelah terlihat atau segera sebelum terjadinya strabismus; bila terlalu muda akan mudah terjadi
ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera; perawatan untuk ambliopia sebaikanya dilakukan
sebaik-baiknya.
3. Katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah
sekali terjadinya ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin, dan
diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata.
4. Katarak bilateral parsial, biasanya pengobatan lebih konservatiI sehingga sementara dapat
dicoba dengan kacamata atau midriatika; bila terjadi kekeruhan yang progresiI disertai dengan
mulainya tanda-tanda strabismus dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya
mempunyai prognosis yang lebih baik.
8
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi.
- Operasi katarak kongenital dilakukan bila reIleks Iundus tidak tampak
- Biasanya bila katarak bersiIat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan
atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.
Tindakan bedah pada katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio lensa,
ekstraksi liniar, ekstraksi dengan aspirasi.
3. LAUKOMA
Defenisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani 'glaukos yang berarti hijau kebirauan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma
ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atroIi saraI optikus, dan menciutnya lapang
pandang. Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,
sehingga terjadi kerusakan pada saraI optikus dan menyebabkan penurunan Iungsi penglihatan.
Tekanan bola mata umumnya berada di antara 10-20 mmhg dengan rata-rata 16 mmhg
!atofisiologi laukoma
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi humor akuos oleh
badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar humor akuos melalui sudut bilik
mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan trabekulum,
keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan vena episklera. Tekanan intraokuler dianggap
normal bila kurang daripada 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi. Pada
tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg yang disebut dengan hipertensi okuli dapat dicurigai adanya
glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaukoma tonometer Schiotz).
3
Diskus optikus menjadi atroIi disertai pembesaran cekungan optikus diduga disebabkan
oleh ; gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas serabut saraI pada
papil saraI optik gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan
ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara
mekanik menekan papil saraI optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah
pada bola mata. Bagian tepi papil saraI optik relatiI lebih kuat daripada bagian tengah sehingga
terjadi cekungan pada papil saraI optic
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atroIi sel ganglion diIus,
yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraI dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya
akson di saraI optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi atroIi, dan prosesus siliaris
memperlihatkan degenerasi hialin
1.laukoma sudut terbuka, yang disebut juga sebagai glaukoma simpleks.
Pada glaukoma sudut terbuka, struktur jalinan trabekula terlihat normal namun terjadi
peningkatan resistensi aliran keluar akuos yang menyebabkan peningkatan tekanan ocular.
Penyebab obstruksi aliran keluar antara lain :
O Penebalan lamella trabekula yang mengurangi ukuran pori.
O Berkurangnya jumlah sel trabekula pembatas.
O Peningkatan bahan ekstraselular pada jalinan trabekular.
O Glaukoma sudut tertutup / glaukoma sudut sempit.
.laukoma sudut tertutup / glaukoma sudut sempit
Glukoma primer bersiIat diturunkan yang mengenai pasien usia diatas 40 tahun, dan
biasanya mengenai kedua mata.
4
Keadaan ini timbul pada mata yang kecil sering pada hipermetropia) dengan bilik mata
anterior yang dangkal. Pada mata normal, titik kontak antara batas pupil dan lensa memiliki
resistensi terhadap masuknya akuos ke dalam bilik mata anterior blok pupil relatiI). Pada
glaukoma sudut tertutup, kadang sebagai respon terhadap dilatasi pupil, resistensi ini meningkat
dan gradient tekanan menyebabkan iris melengkung kedepan sehingga menutup sudut drainase.
Adhesi iris periIer ini disebut sebagai sinekia anterior periIer peripheral anterior synechiae,
PAS). Akuos tidak dapat lagi mengalir melalui jalinan trabekula dan tekanan okular meningkat,
biasanya mendadak
3. laukoma sekunder
Pada glaucoma sekunder tekanan intraocular biasanya meningkat karena tersumbatnya
jalinan trabekula. Jalinan trabekula tersumbat oleh :
O Darah hipema), setelah trauma tumpul.
O Sel-sel radang uveitis).
O Pigmen dari iris sindrom disperse pigmen)
O Deposisi bahan yang dihasilkan oleh epitel lensa, iris,dan badan siliar pada jalinan
trabekula glaucoma pseudoeksIoliatiI).
O Obat-obatan yang meningkatkan resistensi jaringan glaucoma terinduksi steroid)
. laukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma terbuka/tertutup) dimana sudah
terjadi kebutaan total, akibat tekanan bola mata memberikan gangguan Iungsi lanjut. Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atroIi dengan ekskavasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering dengan mata buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma
hemoragik.
E1ALA
O Mata mendadak terasa nyeri dan merah. Kelopak mata bengkak.
O Penglihatan terganggu bahkan sampai tidak dapat melihat.
O Terkadang disertai mual, muntah
O Terlihat gambaran pelangi sewaktu melihat bola lampu.
O Kerusakan pada saraI optik dapat terjadi dengan cepat dan menyebabkan gangguan
penglihatan yang permanen.
Bradikardi akibat reIleks okulokardiak
!emeriksaan:
1. Pemeriksaan reIleks pupil
Tampak pupil midilatasi, mengkerut, bahkan kadang irregular.
2. Pemeriksaan tekanan intraokular dengan Tonometri, terjadi peningkatan tekanan
intraokuler
3. Slit lamp
Peninggian tekanan intraokuler sampai ke level yang tinggi menyebabkan edema
epitel kornea, yang memberi gejala pada penglihatan. Selain itu juga dapat terlihat
kongesti episklera dan pembuluh darah konjungtiva
4. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
Tajam penglihatan sangat menurun dan pasien terlihat sakit berat.
5. Pemeriksaan lapangan pandang
Penglihatannya seperti melihat dari lubang kunci. Penglihatan sentralnya bisa melihat,
tetapi pinggir-pinggirnya tidak dapat melihat. Penurunan lapangan pandang akibat
glaukoma sendiri tidak spesiIik, karena gangguan ini akibat deIek berkas serat saraI yang
dapat dijumpai pada semua penyakit saraI optikus
6. OItamolskopi
7. Gonioskopi
!ENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa :
a. Agen osmotic, Agen ini lebih eIektiI untuk menurunkan tekanan intra ocular
liserin. Dapat menurunkan tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah
pemberian, dan dipastikan agen ini bekerja selama 5-6 jam
Mannitol, merupakan oral osmotik diuretik kuat yang dapat memberikan keuntungan dan
amn digunakan pada pasien diabetes karena tidak dimetabolisme
b. Karbonik anhidrase Inhibitor
Digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular yang tinggi, dengan menggunakan
dosis maksimal dalam bentuk intravena, oral atau topikal.
1
Asetazolamid, merupakan pilihan yang sangat tepat untuk pengobatan darurat pada
glaukoma akut. EIeknya dapat menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humor akuos.
dosis inisial 2x250 mg oral, dapat diberikan kepada pasien yang tidak mempunyai komplikasi
lambung.
c. Miotik kuat
Pilokarpin 2 atau 4 setiap 15 menit samapi 4 kali pemberian sebagai inisial terapi,
diindikasikan untuk mencoba menghambat serangan awal glaukoma akut. Penggunaannya
ternyata tidak eIektiI pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Pilokarpin diberikan satu
tetes setiap 30 menit selama 1-2 jam.
d. Beta bloker
Merupakan terapi tambahan yang eIektiI untuk menangani serangan sudut tertutup. Beta
bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan cara mengurangi produksi humor akuos.
Timolol merupakan beta bloker nonselektiI dengan aktivitas dan konsentrasi tertinggi di bilik
mata belakang yang dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal.
.ULKUS KO#NEA
DEFINISI
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya inIiltrat supuratiI disertai deIek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
!ATOFISIOLOI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak
ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.
Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan
yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan
gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.
5
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makroIag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi inIiltrasi dari sel-sel mononuclear,
sel plasma, leukosit polimorIonuklear PM), yang mengakibatkan timbulnya inIiltrat, yang
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak
licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
6
Kornea mempunyai banyak serabut saraI maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superIisial maupun proIunda dapat menimbulkan rasa sakit dan IotoIobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersiIat progresiI, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan IotoIobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraI kornea merupakan
Ienomena reIlek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.
1
Penyakit ini bersiIat progresiI, regresiI atau membentuk jaringan parut. InIiltrat sel
leukosit dan limIosit dapat dilihat pada proses progresiI. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu
melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superIicial maka akan lebih cepat
sembuh dan daerah inIiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan
terjadinya sikatrik.
5
ETIOLOI
1,,5,6
a. Infeksi
InIeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis
yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersiIat mukopurulen yang bersiIat
khas menunjukkan inIeksi P aeruginosa.
InIeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium, dan spesies mikosis Iungoides.
InIeksi virus , Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai
Acanthamoeba
b.Noninfeksi
O Bahan kimia, bersiIat asam atau basa tergantung PH.
O Radiasi atau suhu
O Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan deIisiensi unsur Iilm air mata
akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan
timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada
kornea dan deIek pada epitel kornea terpulas dengan Ilurosein.
O DeIisiensi vitamin A
O Obat-obatan , Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Pajanan exposure)
eurotropik
c.Sistem Imun (#eaksi Hipersensitivitas)
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis
KLASIFIKASI
1,6
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea Iungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea periIer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin ring ulcer)
MANIFESTASI KLINIS
ejala Subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
yeri
ejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya inIiltrat
Hipopion
pemeriksaan diagnostik seperti :
Ketajaman penglihatan
Tes reIraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri pengukuran kornea)
Respon reIlek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur pulasan gram, giemsa atau KOH)
!ENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3. Mencegah penyebaran inIeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4. Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan konstitusi, Asupan makanan
2. Pengobatan lokal
O SulIas atropine sebagai salap atau larutan,
Kebanyakan dipakai sulIas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
EIek kerja sulIas atropine :
- SedatiI, menghilangkan rasa sakit.
- DekongestiI, menurunkan tanda-tanda radang.
- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga
mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi
midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah
pembentukan sinekia posterior yang baru
O Skopolamin sebagai midriatika.
O Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain
tetapi jangan sering-sering.
O Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas
diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus
sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan
juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
O Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat
komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :
1. Jenis jamur yang belum diidentiIikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1,
2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, atamycin ~ 10 mg/ml, golongan Imidazole
2. Jamur berIilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, atamicin, Imidazol
3. Ragi yeast) : amphotericin B, atamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulIa, berbagai jenis anti biotik
O Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersiIat simtomatik diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk inIeksi sekunder analgetik bila
terdapat indikasi.
KOM!LIKASI
7