You are on page 1of 45

BAB IV BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT

1. a. 1)

Agama Kerukunan Umat Beragama Kerukunan umat beragama masih mengalami banyak hambatan sehingga dapat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Pembangunan di bidang agama seringkali terhambat karena sebagian umat beragama belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya masing-masing secara konsekuen sehingga muncul gejala menurunnya akhlak dan melemahnya sendi-sendi moralitas bangsa yang antara lain dapat dilihat dari meningkatnya kriminalitas, KKN, praktik perjudian, pelacuran, pornografi, serta penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang.

2)

IV 1

Rekomendasi kepada Presiden a) Untuk meningkatkan anggaran dalam rangka melaksanakan kebijakan pembangunan di bidang agama, khususnya dalam membina dan meningkatkan kerukunan umat beragama melalui pembentukan jaringan kerjasama antarumat beragama, meningkatkan pelayanan kehidupan beragama, dan meningkatkan sarana dan prasarana kehidupan beragama;

Pelaksanaan Rekomendasi Dalam rangka meningkatkan kerukunan hidup umat beragama telah dilakukan berbagai upaya seperti pembentukan forum silaturahmi yang diselenggarakan oleh tokoh-tokoh agama untuk mengembalikan pada tata kehidupan semula. Disamping itu, tokoh-tokoh berbagai agama memfasilitasi pertemuan antar badan musyawarah umat beragama dengan menerima atau memberikan saran, usulan serta alternatif pemecahan terhadap permasalahan yang ada baik yang berskala lokal, regional, nasional maupun internasional. Hal ini ditandai dengan telah dilaksanakannya Konferensi Internasional Islam-Kristen di Jakarta yang diikuti para pakar 18 negara untuk mengkaji sejarah hubungan Kristen dan Islam dan membahas 4 dimensi hubungan agama, politik, sosial dan ekonomi. Selain itu, juga telah dilakukan pertemuan rekonsiliasi/rujuk sosial dengan ditandai adanya Deklarasi Malino I dan Malino II sebagai upaya mengatasi konflik. Demikian pula, pembentukan Lembaga Pengkajian Kerukunan Umat Beragama (LPKUB) yang berpusat di Yogyakarta dan perwakilannya di Ambon dan Medan diharapkan menjadi wadah dialog bagi para cendekiawan antar agama untuk bersama-sama mengkaji, meneliti sejarah masyarakat dengan komunitas yang majemuk untuk menemukan pemecahan masalah secara tepat dalam suasana

IV 2

penuh kebersamaan dan persaudaraan. Melaksanakan check on the spot kepada korban kerusuhan oleh para tokoh berbagai agama juga merupakan upaya untuk melangkah pada pembentukan rekonsiliasi/rujuk sosial. Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan kerukunan hidup umat beragama meliputi musyawarah antar pemuka agama, musyawarah antara pemuka berbagai agama, musyawarah antara pemuka berbagai agama dengan pemerintah, dan musyawarah cendekiawan antaragama. Berbagai kegiatan lain untuk mendukung upaya peningkatan kerukunan hidup beragama dilaksanakan kegiatan-kegiatan: dialog antar cendikiawan, dialog antara mahasiswa dengan organisasi keagamaan pemuda, dialog antarpenyiar agama di daerah, dan dialog antar guru-guru agama. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang agama, khususnya dalam membina dan meningkatkan kerukunan umat beragama, anggaran pembangunan pada tahun 2002 dan 2003 ditingkatkan. Namun demikian, mengingat keterbatasan keuangan negara, maka kenaikan anggaran tersebut tidak terlalu signifikan untuk mendukung secara komprehensif. Rekomendasi kepada Presiden b) Meningkatkan pemberdayaan semua umat beragama dengan perlakuan secara adil dan proporsional dalam rangka pengamalan ajaran agama;

Pelaksanaan Rekomendasi Untuk meningkatkan pemberdayaan semua umat beragama dengan perlakuan secara adil dan proporsional dalam rangka pengamalan ajaran agama telah dilaksanakan kegiatan penerangan dan bimbingan agama yang

IV 3

diselenggarakan oleh umat berbagai agama terutama berupa penyuluhan kepada penganut agama masing-masing baik di perkotaan maupun di pedesaan termasuk daerah transmigrasi dan terpencil. Penerangan dan bimbingan agama selain untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama juga untuk memantapkan kerukunan hidup beragama dan memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa. Kegiatan lain yang dilaksanakan untuk mendukung kegiatan tersebut diatas adalah diselenggarakannya Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi), Utsawa Dharma Gita, dan Festival Seni Baca Kitab Suci Agama Budha. b. Lembaga Pendidikan Agama

Lembaga-lembaga pendidikan agama, terutama di daerah konflik, pada umumnya terancam kelangsungan hidupnya, padahal lembaga-lembaga tersebut sangat penting untuk meningkatkan kehidupan beragama dan membangun akhlak bangsa. Rekomendasi kepada Presiden c) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga pendidikan agama khususnya di daerah konflik.

Pelaksanaan Rekomendasi Dalam rangka menjamin kelangsungan hidup lembaga-lembaga pendidikan agama terutama di daerahdaerah konflik telah dilakukan kegiatan antara lain memberikan bantuan dan subsidi pembangunan/rehabilitasi lembaga-lembaga pendidikan keagamaan seperti di Ambon, Provinsi Maluku, dan Poso di Provinsi Sulawesi Tengah serta memberikan dana bantuan hibah (block grant) untuk lembagalembaga keagamaan.

IV 4

Upaya lain untuk mendukung kegiatan tersebut diatas adalah telah dilaksanakannya kegiatan penataran tenaga pembina pondok pesantren, pembangunan bengkel kerja, pengadaan buku-buku pelajaran dan buku perpustakaan. Selain itu, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan: bantuan untuk lembaga keagamaan di Aceh dan Medan, pengadaan buku keagamaan, pelatihan pemberdayaan ekonomi umat, pelatihan khotib, pembibitan calon dai muda, pengembangan kelembagaan, orientasi pengembangan pondok pesantren, sosialisasi pemberdayaan peran pondok pesantren, konsultasi penyelenggaraan pesantren kilat, dan bantuan peralatan lainnya.

2.

Kesehatan

Pelayanan kesehatan, termasuk kesehatan jiwa, belum diberikan secara optimal dan merata, terutama yang berkaitan dengan perlindungan hak dan kesehatan reproduksi perempuan, penanganan krisis gizi, dan berjangkitnya penyakit menular, terutama di daerah pengungsian, daerah konflik, dan daerah yang mengalami bencana alam. Rekomendasi kepada Presiden a. Mengupayakan peningkatan anggaran kesehatan secara bertahap sampai mencapai jumlah minimum sebesar 15 persen sesuai dengan kondisi keuangan negara dari APBN/APBD, sebagaimana ditetapkan oleh World Health Organization (WHO).

Pelaksanaan Rekomendasi 1. Anggaran belanja negara, khususnya anggaran pembangunan setiap tahunnya disusun melalui mekanisme penyusunan dan pembahasan Repeta dan RAPBN yang dilakukan secara bersama oleh

IV 5

Pemerintah dengan DPR RI. Penyusunan anggaran tersebut, secara makro lazimnya didasarkan pada beberapa pertimbangan seperti perkembangan keadaan dan masalah pembangunan, arah kebijakan sesuai dengan amanat UUD 1945 dan GBHN, serta mempertimbangkan keterbatasan sumber keuangan negara. 2. Atas dasar pertimbangan keterbatasan sumber keuangan negara, upaya pembangunan yang dilakukan Pemerintah tidak cukup hanya dilakukan melalui kegiatan yang didukung oleh anggaran tetapi yang lebih penting adalah meningkatkan efektifitas peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Dengan demikian upaya Pemerintah yang dituangkan dalam Repeta dan RAPBN pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam 2 langkah pokok, yaitu:

Pertama, menggunakan kerangka kebijakan (regulatory framework) untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan, sehingga memungkinkan pemerintah berkonsentrasi pada tugas yang memang merupakan tugas pokoknya. Kedua, memanfaatkan sumber daya yang dimiliki Pemerintah dengan sebaik-baiknya, dengan memilih kegiatan yang penting dan mendesak untuk dilaksanakan serta berdampak luas pada kehidupan berbangsa dan negara.

3.

Berdasarkan data APBN, anggaran pembangunan sektor kesehatan pada tahun 2002 tercatat sebesar Rp3,6 triliun. Sedangkan pada tahun 2003, anggaran pembangunan sektor kesehatan meningkat menjadi Rp4,6 triliun (atau sekitar 2 persen dari total APBN).

IV 6

4.

Anggaran pembangunan kesehatan tahun 2003 direncanakan untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang kesehatan sesuai dengan arah kebijakan GBHN 1999 2004 dan UU No. 25 tahun 2000 tentang Propenas 2000 2004, yang meliputi; (1) program lingkungan sehat, perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat; (2) program upaya kesehatan; (3) program perbaikan gizi masyarakat; (4) program sumber daya kesehatan; (5) program obat, makanan, dan bahan berbahaya; (6) program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan. Jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, anggaran kesehatan di Indonesia masih relatif rendah, dan lebih kecil dari nilai ideal seperti yang disarankan WHO (yaitu sekitar 5 8 persen dari PDB) Pada tahun-tahun mendatang, diharapkan anggaran pembangunan sektor kesehatan dari APBN secara bertahap dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan keuangan negara

5.

6.

Rekomendasi kepada Presiden b. Melanjutkan program darurat pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin, rawan gizi, khususnya untuk bayi, balita, ibu hamil dan ibu nifas dengan melibatkan partisipasi masyarakat serta meningkatkan perlindungan hak dan kesehatan reproduksi kaum perempuan, khususnya dalam rangka menurunkan angka kematian ibu

Pelaksanaan Rekomendasi Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, sesuai dengan kebijakan dan program dalam Repeta dan APBN 2003

IV 7

terus dilanjutkan dan ditingkatkan melalui berbagai kegiatan seperti: a. Pelayanan kesehatan dasar di puskesmas, termasuk pelayanan kebidanan di bidan desa, terutama bagi bayi, balita serta ibu hamil dan ibu nifas Pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit bagi penduduk miskin Pencegahan penyakit melalui imunisasi/vaksinasi hepatitis B bagi balita Perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan bagi balita dan ibu hamil Pengadaan obat generik esensial bagi penduduk miskin Pelayanan kesehatan bagi korban bencana alam dan pengungsi Promosi kesehatan, antara lain melalui sosialisasi / advokasi

b. c. d. e. f. g.

Rekomendasi kepada Presiden c. Mewujudkan Sistem Kesehatan Masyarakat Jaminan Pemeliharaan

Pelaksanaan Rekomendasi 1. Dalam rangka memelihara derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan UUD 1945 serta Tap MPR No.VI/2002, berbagai upaya telah dilaksanakan Pemerintah. Salah satu diantaranya adalah penyusunan strategi pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan, yaitu sebagai berikut:

IV 8

a.

Pengembangan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yakni bentuk jaminan kesehatan pra bayar yang bersifat wajib untuk seluruh masyarakat Pengembangan Jaminan Kesehatan berbasis sukarela Asuransi kesehatan komersial Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sukarela

b.

c.

Pengembangan Jaminan Kesehatan sektor informal Jaminan kesehatan mikro (dana sehat) Dana sosial masyarakat

d. 2.

Pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin (gakin)

Dalam pelaksanaannya, Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan, pada saat ini antara lain: a. mengembangkan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sukarela yang didasarkan pada UU No. 23 tahun 1992, antara lain melalui penyusunan naskah Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, yang mengatur pemberian pelayanan sesuai kebutuhan utama pesertanya dengan menerapkan kendali biaya dan kendali mutu secara terpadu melalui sistem

IV 9

jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar (pelayanan kesehatan terkendali). b. mengalokasikan dana/anggaran pembangunan untuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi penduduk/keluarga miskin antara lain melalui kegiatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan di puskesmas dan rumah sakit menerapkan konsep jaminan kesehatan dengan menggunakan prinsip asuransi melalui uji coba di 3 Provinsi dan 13 kabupaten/kota untuk jangka panjang telah dipersiapkan naskah RUU tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat

c.

d.

Rekomendasi kepada Presiden d. Membangun pusat-pusat pemulihan trauma pasca konflik, terutama di daerah pengungsian

Pelaksanaan Rekomendasi 1. Dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan di daerah konflik dan pengungsian, Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan bersama-sama dengan Pemerintah Daerah setempat, telah melaksanakan berbagai upaya penanganan melalui serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan, baik yang bersifat tanggap darurat/emergency maupun pemulihan/ rehabilitatif pasca konflik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat. Upaya pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan secara bersama oleh tenaga kesehatan gabungan baik dari pusat maupun dari daerah setempat seperti dari

2.

IV 10

puskesmas dan jaringannya, rumah sakit, serta jajaran tenaga kesehatan setempat lainnya. 3. Jenis pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, termasuk pelayanan kesehatan jiwa dan psikososial, upaya perbaikan gizi, dan penyediaan air bersih dan sanitasi. Khusus mengenai penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial terhadap pengungsi akibat konflik antara lain telah dilaksanakan di Poso, Sulawesi Tengah, di Kupang Nusa Tenggara Timur (pengungsi Eks-Timor Timur), dan Provinsi NAD. Kegiatan utama penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial diantaranya adalah pemberian pelayanan kesehatan melalui konseling di lapangan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terlatih.

4.

5.

3. a.

Pendidikan Kondisi kesejahteraan dan kualitas guru, khususnya di daerah-daerah terpencil, masih sangat memprihatinkan. Demikian pula penanganan masalah anak-anak putus sekolah, anak-anak keluarga miskin di pengungsian, serta anak-anak dalam situasi khusus belum mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Pelaksanaan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya mengenai kewenangan bidang pendidikan, belum terealisasi sebagaimana mestinya sehingga pemerintah daerah belum merasa bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan pendidikan di daerah.

b.

IV 11

Rekomendasi kepada Presiden 1) Mengupayakan untuk meningkatkan anggaran pendidikan secara bertahap sampai mencapai jumlah minimum sebesar 20 persen sesuai dengan kondisi keuangan negara dari APBN dan APBD di luar anggaran gaji guru.

Pelaksanaan Rekomendasi Pemerintah bersama-sama dengan DPR RI telah mengupayakan peningkatan anggaran pendidikan dari waktu ke waktu. Namun karena keterbatasan keuangan negara, maka upaya untuk meningkatkan anggaran pendidikan sebesar 20 persen belum sepenuhnya dapat diwujudkan. Pada tahun anggaran 2003 Pemerintah telah mengalokasikan porsi terbesar dari Anggaran Pembangunan untuk Sektor Pendidikan yaitu sebesar 23,1 persen. Anggaran tersebut belum termasuk anggaran rutin yang digunakan untuk membiayai bidang pendidikan (2,9 persen dari total anggaran rutin) dan DAU yang sebagian besar digunakan untuk membiayai gaji pegawai negeri, sebagian besar diantaranya adalah guru. Rekomendasi kepada Presiden 2) Memberi prioritas untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesejahteraan dan gaji guru/tenaga pengajar serta memenuhi kekurangan dan ketersebaran guru/tenaga pengajar, terutama untuk daerah terpencil.

Pelaksanaan Rekomendasi Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah telah melakukan penyempurnaan kurikulum sebagai acuan dalam proses belajar mengajar, sosialisasi kurikulum berbasis kompetensi untuk jenjang pendidikan

IV 12

dasar dan menyusun standar kompetensi minimal yang perlu dikuasai oleh lulusan pada jenjang pendidikan dasar. Pada saat yang sama telah disusun pula kompetensi dan profesionalitas tenaga pengajar melalui pendidikan dan pelatihan, serta menerapkan standar minimal kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan serta penyediaan buku pelajaran bagi siswa dan buku pegangan guru. Disamping itu guru memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu mutu dan dedikasi guru merupakan kunci proses belajarmengajar yang berkualitas pada setiap jenjang pendidikan. Pemerintah akan terus melaksanakan peningkatan mutu dan profesionalisme guru, antara lain melalui berbagai pendidikan dan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu, guna meningkatkan kesejahteraan guru/tenaga pengajar diberikan pula bantuan berupa insentif bagi guru, honor kelebihan jam mengajar, dan insentif kepada guru tidak tetap pada sekolah negeri dan swasta di semua jenjang pendidikan. Pada tahun anggaran 2003 kesejahteraan guru terus ditingkatkan dengan memberikan kenaikan tunjangan pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan komitmen dan kinerja guru dalam menjalankan tugas pokoknya. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru/tenaga kependidikan tidak saja dilakukan oleh Pemerintah Pusat tetapi juga oleh Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Di samping itu dilakukan pula pengembangan standar kompetensi profesional tenaga kependidikan dan peningkatan kapasitas institusi pengembangan pelatihan guru sesuai dengan spesialisasinya melalui pengembangan Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) dan Balai Penataran Guru (BPG). Upaya untuk memenuhi kekurangan dan ketersebaran guru/tenaga pengajar terutama untuk daerah terpencil dilakukan melalui guru bantu. Pada tahun 2003 telah dilakukan rekruitmen sekitar 190.000 guru bantu yang tersebar di seluruh provinsi. Mekanisme pembiayaan yang dilakukan adalah pada tahun pertama seluruh biaya disiapkan

IV 13

oleh pemerintah pusat dan pada tahun-tahun selanjutnya sebagian pembiayaan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Rekomendasi kepada Presiden 3) Menanggulangi masalah anak-anak putus sekolah, anak-anak miskin dan terlantar, anak-anak di pengungsian, dan anak-anak dalam situasi khusus.

Pelaksanaan Rekomendasi Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberikan kesempatan belajar bagi anak-anak miskin dan terlantar dilakukan melalui pemberian beasiswa dan bantuan operasional pendidikan. Beasiswa ini diberikan agar siswa tetap dapat melanjutkan pendidikannya di sekolah dan mencegah mereka putus sekolah dan bantuan operasional pendidikan dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan proses belajar mengajar di sekolah serta mengurangi biaya yang harus dibebankan pada peserta didik. Bagi anak-anak yang putus sekolah diupayakan untuk dikembalikan lagi ke sekolah namun bagi mereka yang tidak mungkin melanjutkan pendidikan di sekolah diberikan pelayanan melalui pendidikan luar sekolah yaitu Kejar Paket A setara SD, Kejar Paket B setara SLTP dan Kejar Paket C setara SLTA. Untuk anakanak di lokasi pengungsian dan anak-anak dalam situasi khusus dilakukan antara lain melalui pendidikan alternatif. Pendidikan alternatif ini diberikan agar anak tetap dapat belajar, meskipun dengan sarana dan prasarana yang terbatas. Selain itu diberikan pula konseling untuk membantu anak menghilangkan ketakutan akibat konflik yang dialami. Rekomendasi kepada Presiden 4) Mengupayakan agar otonomi dalam bidang pendidikan dapat direalisasikan sehingga peranan

IV 14

pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan menjadi nyata. Pelaksanaan Rekomendasi Upaya pemerintah dalam mewujudkan otonomi pendidikan terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Sejalan dengan semangat desentralisasi, sampai dengan tahun 2002, 318 Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota telah dibentuk dan hampir seluruh sekolah telah memiliki Komite Sekolah, yang merupakan cerminan awal terbentuknya suatu sistem pengelolaan pendidikan berbasis sekolah dan masyarakat. Wadah ini memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk turut menentukan dalam pengelolaan dan pembangunan pendidikan. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sebagai badan yang mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat ditujukan untuk: (i) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarasa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan; (ii) meningkatkan tanggung jawab dan peranserta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan (iii) menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu. Adapun peran Dewan Pendidikan adalah (a) pemberi pertimbangan (advisory body) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan; (b) pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (c) pengontrol (controlling agency); dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; dan (d) mediator antara pemerintah (eksekutif) dan DPR RI (legislatif) dengan masyarakat. Sedangkan peran Komite Sekolah adalah (a) pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; (b) pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (c) pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

IV 15

pendidikan; dan (d) mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan. Untuk mewujudkan otonomi pendidikan pada tingkat kabupaten/kota, pemerintah telah pula melakukan serangkaian sosialisasi agar pemerintah daerah lebih memahami pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM daerah dan mempunyai komitmen yang lebih tinggi yang diwujudkan melalui penyediaan anggaran pendidikan dalam APBD sebagaimana yang diamanatkan dalam amandemen UUD 1945.

4. a.

Pemuda dan Olahraga Pemberdayaan pemuda sebagai generasi penerus bangsa belum mampu meningkatkan perannya dalam berbagai bidang kehidupan Pengembangan olahraga belum sepenuhnya mampu meningkatkan kualitas dan daya saing dalam berbagai forum internasional Rekomendasi kepada Presiden 1. Menyediakan anggaran yang layak untuk melaksanakan sistem pengembangan pemuda dan olahraga secara komprehensif dan terpadu serta menggalang partisipasi masyarakat untuk bersama pemerintah mengembangkan pemberdayaan pemuda dan meningkatkan prestasi olahraga di forum nasional dan internasional. 2. Melaksanakan kebijakan pemberdayaan pemuda di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi (khususnya kewirausahaan), politik, dan sosial budaya. Pelaksanaan Rekomendasi

b.

IV 16

Dalam upaya melaksanakan sistem pengembangan pemuda dan olahraga secara komprehensif dan terpadu, Pemerintah telah melakukan langkah-langkah melalui: penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pemuda dan olahraga yang diarahkan untuk mengembangkan dan menyerasikan kebijakan olahraga; pemasyarakatan olahraga dan kesegaran jasmani; peningkatan upaya pemanduan bakat dan pembibitan olahraga; peningkatan prestasi olahraga; peningkatan keterampilan, kreativitas, kemandirian, mental pemuda, dan penanganan masalah narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA), dan HIV/AIDS. Pelaksanaan program peningkatan partisipasi pemuda yang ditujukan untuk memberi peluang yang lebih besar kepada pemuda guna memperkuat jati diri dan potensinya dengan berpartisipasi aktif dalam pembangunan termasuk upaya penanggulangan berbagai masalah pemuda, telah disusun kegiatan-kegiatan pembangunan kepemudaan ke dalam tiga bidang yaitu ekonomi, agama, dan sosial budaya. Kegiatan pembangunan pemuda tersebut antara lain: mengembangkan kewirausahaan pemuda; melatih dan mendidik pemuda dalam iptek dan informatika; mendidik pemuda di bidang politik melalui pelaksanaan dialog kepemudaan di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Nasional; melaksanakan pengerahan pemuda terdidik ke daerah perdesaan; dan meningkatkan apresiasi seni dan budaya bangsa di kalangan pemuda. Sementara itu, pengembangan olahraga yang ditujukan untuk mewujudkan keserasian kebijakan olahraga di berbagai bidang pembangunan, meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, dan meningkatkan upaya pemanduan bakat dan pembibitan olahraga sejak usia dini telah disusun kegiatan-kegiatan antara lain: penyelesaian RUU Olahraga, membina klub olahraga pelajar, membina klub olahraga daerah, membina olahraga masyarakat, pembinaan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP), pelaksanaan

IV 17

kompetisi olahraga pelajar secara berjenjang, dan pelatihan bagi pelatih, peneliti, praktisi, dan teknisi olahraga. Di samping itu, Pemerintah juga telah melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dan dunia usaha untuk mendukung pembangunan kepemudaan dan pendanaan olahraga terutama olahraga prestasi. Penyediaan anggaran yang layak untuk pengembangan pemuda dan olahraga secara komprehensif dan terpadu belum sepenuhnya terlaksana mengingat keterbatasan keuangan negara, namun kenaikan anggaran dalam posisi keuangan yang terbatas telah diupayakan.

5. a.

Budaya dan Pariwisata Budaya lokal dan budaya nasional kurang berkembang serta pelestarian peninggalan sejarah nasional kurang terpelihara dengan baik. Kunjungan wisatawan mancanegara menurun akibat gangguan keamanan dalam negeri. Rekomendasi kepada Presiden 1) Memberikan perhatian dan anggaran yang memadai terhadap pengembangan budaya dan pelestarian peninggalan sejarah bangsa. semakin

b.

Pelaksanaan Rekomendasi Pelaksanaan pembangunan kebudayaan ditujukan untuk meningkatkan pemahaman dan penerapan nilai budaya nasional yang dapat secara harmonis berinteraksi dengan budaya dari luar dengan tetap berpegang pada nilai luhur budaya nasional. Sebagai bangsa yang terdiri atas banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda disadari pentingnya menyikapi keanekaragaman budaya itu secara

IV 18

benar. Untuk itu, dalam kerangka pembangunan budaya nasional, upaya meningkatkan sikap toleransi dan apresiasi terhadap kebhinekaan tersebut secara terus menerus dilakukan agar konflik antar etnis secara fundamental dapat dicegah. Pengembangan budaya lokal antara lain dilakukan melalui upaya mengembangkan nilai-nilai kearifan budaya lokal agar dapat berfungsi sebagai perekat satu suku bangsa dengan yang lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu kegiatan yang ditempuh adalah merumuskan dan menyusun Kebijakan Apresiasi Budaya Suku Bangsa yang dimaksudkan untuk menjadikan kebudayaan sebagai sarana perekat persatuan bangsa, meningkatkan ketahanan budaya, menjadikan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat sebagai acuan etika kehidupan berbangsa, serta meningkatkan apresiasi masyarakat untuk saling menghormati budaya dari masing-masing suku bangsa. Hasil pelaksanaan pembangunan di bidang Kebudayaan antara lain: (1) penyelenggaraan Kongres Kebudayaan ke 5; (2) pencanangan gerakan sadar Budaya dan Kampanye Hidup dalam Kemajemukan; (3) penyelenggaraan Temu dan Dialog Budaya; (4) penyelenggaraan Kemah Budaya; (5) pengembangan media kebudayaan; (6) pencanangan tahun pusaka; (7) penulisan sejarah Indonesia berbasis lokal; (8) penyelenggaraan Festival Nasional Kesenian; (9) pertukaran dan muhibah budaya ke Jepang; (10) pembinaan perfilman nasional; (11) pemugaran dan pemeliharaan Benda Cagar Budaya. Penyelenggaraan Kongres Kebudayaan mempunyai posisi yang sangat strategis, mengingat dari Kongres tersebut akan dirumuskan strategi kebudayaan yang merupakan platform pembangunan kebudayaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pada saat ini juga sedang dilakukan identifikasi masalah pengelolaan aset budaya setelah dilaksanakannya otonomi daerah. Selain itu juga sedang dirumuskan langkahlangkah untuk menggerakkan dan meningkatkan partisipasi

IV 19

masyarakat dan dunia usaha dalam hal pengelolaan dan pembiayaan aset-aset budaya. Terkait dengan anggaran pembangunan untuk bidang kebudayaan pada APBN 2003 yang dialokasikan pada 3 instansi (KMN Budpar, BP Budpar dan Perpustakaan Nasional) di Sub-sektor Kebudayaan Nasional, yaitu sebesar Rp100,25 miliar dari Rp47 miliar pada tahun 2002 atau meningkat sebesar 113 persen. Ini berarti terjadi kenaikan yang cukup besar jika dibandingkan dengan kenaikan di tahun-tahun sebelumnya. Dilihat dari segi persentase, kenaikan tersebut cukup signifikan. Namun, dari segi kebutuhan anggaran, kenaikan tersebut belum memadai. Untuk Tahun Anggaran 2004 beberapa kegiatan penting yang akan dilakukan dalam pembangunan kebudayaan antara lain (1) Menyusun strategi kebudayaan yang komprehensif dan aplikatif; (2) Mengidentifikasi dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya untuk memperkokoh jati diri bangsa dan mengidentifikasi serta melakukan transformasi nilai-nilai tradisional yang menghambat upaya upaya untuk memperkokoh jati diri dan meningkatkan kemampuan bangsa; (3) Memperkuat ikatan kebangsaan melalui pengelolaan keberagaman budaya; (4) Meningkatkan pengelolaan pelestarian aset budaya baik yang berupa non benda (intangible) maupun benda (tangible); (5) Meningkatkan pemanfaatan media untuk pengembangan kebudayaan; dan (6) mempercepat penyusunan RUU perubahan UU No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Rekomendasi kepada Presiden 2) Mengembangkan industri pariwisata yang terpadu dan profesional dengan menggalakkan promosi, baik didalam maupun di luar negeri, serta menciptakan ketentraman dan keamanan dalam negeri.

IV 20

Pelaksanaan Rekomendasi Pembangunan industri pariwisata selama periode bulan Juli 2002 hingga bulan Juli 2003 secara keseluruhan mengalami kemajuan yang cukup baik walaupun ditengah perjalanannya mendapat tekanan berat karena peristiwa Bom Bali 12 oktober 2002, mewabahnya penyakit SARS, dan terimbasnya gejolak kawasan teluk. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya untuk membangun pariwisata yang terpadu dan profesional telah ada, namun pelaksanaannya menjadi belum optimal. Dalam upaya pencapaian keterpaduan dan profesional tersebut serta mengingat kepariwisataan nasional mempunyai sifat berlingkup global, berpengaruh luas secara ekonomi dan sosial budaya juga berdimensi politik, pertahanan dan keamanan, serta tidak berdiri sendiri maka diperlukan kesadaran bersama pentingnya pariwisata dalam pembangunan ekonomi nasional. Sebagai salah satu industri andalan penghasil devisa negara, pemerintah melakukan perluasan pasar luar negeri dengan melakukan kegiatan antara lain penayangan program pariwisata Indonesia di media elektronik internasional, partisipasi dalam event-event internasional didalam maupun dan luar negeri, market intelligent dan membangun jaringan dengan lembaga-lembaga pariwisata luar negeri. Selama periode ini telah dilaksanakan langkah-langkah pengembangan melalui promosi diatas diantaranya dengan penetrasi pasar potensial wisatawan mancanegara (wisman) baru seperti India, Rusia, Afrika Selatan dan Timur Tengah serta tetap meningkatkan pasar-pasar wisman yang telah ada seperti Amerika, negara-negara Eropa, dan Asia. Selain itu juga mengikuti kegiatan-kegiatan multilateral, bilateral, regional diantaranya: World Tourism Organization (WTO),

IV 21

KTT-APEC di Mexico, The First session of IndonesianRussian Joint Commision on Trade, Economic and Technical Assistance, Memorandum of Understanding (MoU) Indonesia-Yordania, serta melakukan kerjasama IMT-GT dan BIMP-EAGA. Dalam kerangka kegiatan di atas pelaksanaannya juga didukung oleh semua elemen pariwisata serta partisipasi aktif dari beberapa daerah guna memperluas promosi obyek dan daya tarik wisatanya. Namun kemajuaan keterpaduan pembangunan pariwisata tersebut tidak diiringi dengan peningkatan jumlah wisman yang hanya mencapai sekitar 4 juta sedangkan jumlah devisa yang diterima kurang dari US$4 miliar atau mengalami penurunan pada periode yang sama. Dengan pulihnya citra pariwisata nasional diharapkan terjadi peningkatan wisman maupun perolehan devisa yang lebih berarti. Disisi lain terdapat hal menggembirakan yang terjadi yaitu peningkatan aktivitas perjalanan antar daerah/propinsi dan pulau yang dilakukan oleh wisatawan nusantara. Dengan demikian dinamika pembangunan pariwisata nasional menunjukkan arah yang lebih baik.

6. a.

Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Meningkat dan meluasnya pengangguran telah menimbulkan implikasi sosial yang kompleks seperti munculnya tindakan anarkis, kriminalitas, dan kejahatan lainnya yang meresahkan masyarakat. Membentuk jaminan sosial nasional dalam rangka memberi perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu. Sampai saat ini belum ada jaminan sosial dan hukum bagi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, khususnya jaminan perlindungan bagi tenaga kerja wanita. Rekomendasi kepada Presiden

b. c.

IV 22

1)

Menempatkan masalah pengangguran sebagai prioritas utama dan mengusahakan suatu program mendesak yang aplikatif secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat sehubungan dengan tahapan penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha dengan melakukan kerjasama yang terpadu dengan dunia usaha. Pelaksanaan Rekomendasi Pemerintah telah menempatkan penciptaan kesempatan kerja sebagai prioritas utama. Kesempatan kerja yang ingin didorong adalah kesempatan kerja produktif yang diciptakan karena karena adanya kegiatan ekonomi. Dengan demikian segala upaya yang berkaitan dengan mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi terus diupayakan oleh pemerintah. Secara singkat upaya pokok dalam menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi agar dapat tercipta kesempatan kerja dalam 2 tahun terakhir mencakup 3 hal: Pertama, memelihara stabilitas ekonomi dan moneter. Tanpa adanya stabilitas ekonomi makro sulit diharapkan masyarakat akan meningkatkan kegiatan ekonominya. Kedua, meningkatkan iklim investasi guna mendorong kinerja sektor riil, termasuk kegiatan yang mendorong peningkatan ekspor non-migas pariwisata, dan kemudahan bagi UKM. Ketiga, membangun dan memelihara sarana dan prasarana. Pemerintah mengupayakan melakukan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana untuk dapat mendorong kegiatan ekonomi sekaligus menciptakan kesempatan kerja. Selain itu, berbagai kegiatan program pembangunan yang terkait dengan penciptaan dan perluasan kesempatan kerja telah dilakukan, baik dalam kegiatan yang langsung maupun yang tidak langsung dapat menciptakan dan memperluas kesempatan kerja. Kegiatan yang langsung menciptakan kesempatan kerja misalnya adalah kegiatan pembangunan sarana perdesaan, melalui kegiatan padat karya, penempatan tenaga kerja melalui kegiatan antar kerja ke

IV 23

daerah yang memerlukan. Sedangkan kegiatan tidak langsung yang dapat memperluas kesempatan kerja misalnya adalah kegiatan pelatihan dan ketrampilan tenaga kerja, pemberian bantuan modal bagi UKMK, memfasilitasi pemasaran berbagai produk pertanian dan lain-lain. Namun demikian, pada tahun 2002 perekonomian Indonesia hanya tumbuh 3,7 persen, lebih rendah dari sasaran yang diinginkan yaitu sekitar 4,0 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2002 sekitar 3,7 persen tersebut diakui tidak cukup untuk menciptakan lapangan kerja yang memadai bagi tambahan angkatan kerja baru. Pada tahun 2002, jumlah pengangguran terbuka (penduduk usia kerja yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja) mencapai 9,1 juta jiwa yang merupakan 9,1 persen dari total angkatan kerja. Keadaan ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 8,0 juta orang atau 8,1 persen dari total angkatan kerja. Rekomendasi kepada Presiden 2) Meratifikasi Konvensi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran dan Keluarganya serta bersama DPR RI mempercepat pembahasan dan pengesahan RUU Perlindungan bagi Pekerja Migran dan Keluarganya dan meningkatkan upaya politik dan diplomatik untuk membuat perjanjian bilateral dengan negara penerima yang melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)/ Tenaga Kerja Wanita (TKW). Pelaksanaan Rekomendasi Pemerintah saat ini masih sedang mempersiapkan upaya untuk meratifikasi konvensi internasional tentang Perlindungan Pekerja Migran dan Keluarganya yang telah diratifikasi oleh 21 negara di dunia tersebut. Tujuan ratifikasi oleh pemerintah adalah untuk memperkuat perundangan-

IV 24

undangan nasional mengenai pekerja migran, serta dalam konteks global adalah untuk memberikan perlindungan HAM bagi pekerja migran. Diharapkan ratifikasi konvensi PBB tersebut dapat diselesaikan bersama-sama DPR RI pada tahun 2004. Terkait dengan masalah TKI/TKW, kerjasama dengan pemerintah Malaysia masih terus diupayakan agar pada akhirnya dapat dihasilkan perjanjian kerjasama penanganan permasalahan TKI/TKW. Pemerintah Indonesia antara lain juga telah berhasil mengadakan perjanjian bilateral dengan Pemerintah Kuwait dan Yordania untuk melindungi TKI dan TKW. Rekomendasi kepada Presiden 3) Menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan pemulangan TKI/TKW dan keluarganya dari luar negeri. Pelaksanaan Rekomendasi Berkaitan dengan penyelesaian masalah-masalah pemulangan TKI/TKW, pemerintah menyadari bahwa hingga saat ini masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara optimal, meskipun berbagai upaya telah dilakukan secara koordinatif dengan instansi dan lembaga terkait. Upaya yang telah dilakukan dalam penanganan langsung pada saat ini adalah dengan membentuk Tim yang terdiri dari instansi terkait dan perwakilan RI di negara penerima TKI. Tujuan dari Tim ini adalah untuk memantau dan membantu perwakilan RI dalam upaya menanggulangi berbagai permasalahan yang menimpa TKI. Pada prinsipnya pemulangan akan dilakukan setelah kasus TKI/TKW diselesaikan terlebih dahulu di negara yang bersangkutan.

IV 25

Rekomendasi kepada Presiden 4) Menyelesaikan masalah-masalah konflik pertanahan di daerah transmigrasi Pelaksanaan Rekomendasi Permasalahan konflik pertanahan di daerah transmigrasi terdapat pada 12 provinsi, terjadi di 27 lokasi. Permasalahan konflik pertanahan sebagian besar disebabkan oleh claim atas lahan penduduk setempat, pada umumnya para transmigran telah menerima lahan usahanya, karena belum diusahakan dan atau belum memperoleh bukti sertifikat seakan-akan menjadi lahan tidak bertuan oleh penduduk setempat yang tidak jelas status hukumnya. Lahan-lahan tersebut rawan untuk di claim oleh penduduk setempat. Konflik pertanahan juga terjadi akibat tidak jelas aspek legalitas lahan dengan lahan-lahan perkebunan/dunia usaha dan lahan kehutanan yang belum dikonversi. Konflik dengan masyarakat biasanya disertai dengan tuntutan ganti rugi. Pemerintah melakukan telaahan terhadap permasalahan tuntutan ganti rugi tersebut, berkoordinasi dengan Pemerintahan Daerah dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Terhadap lokasi-lokasi yang memenuhi syarat untuk memperoleh ganti rugi dianggarkan alokasi dana untuk penyelesaiannya. Terhadap yang tidak memenuhi persyaratan, permasalahan tersebut diselesaikan menurut hukum yang berlaku. Terdapat 3 lokasi yaitu di lokasi Cempaka Jaya Kab. Tulang Bawang dan sebagian lokasi Kertasari Way Abung II Provinsi Lampung, Desa Ibolin Kab. Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara, yang telah diselesaikan melalui anggaran 2003 dengan dana sebesar Rp5.833.700.00,-

IV 26

Terdapat 7 lokasi yaitu Kertasari (kekurangan tahun 2003), lokasi Piong Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat, Wangga Baru, Kinomaligan dan Poloduo Kab. Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara, lokasi Sarmi Memberamo dan Desa Nimbokrang Kab. Jayapura Provinsi Papua yang telah diteliti, memerlukan dana sebesar Rp18.095.000.000,- diharapkan dapat ditampung dalam tahun anggaran 2004.

7.

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Berkembangnya praktik perdagangan perempuan dan anak Indonesia telah meresahkan masyarakat di dalam negeri dan badan-badan internasional. Penyebarannya telah melampaui batas-batas wilayah negara yang sampai saat ini masih belum ditangani secara terpadu. a. Partisipasi dan keterwakilan perempuan di lembaga-lembaga pengambilan keputusan baik di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif masih sangat rendah. Padahal, kebijakan dasar untuk meningkatkan keterwakilan perempuan telah ditetapkan dalam Pasal 28 h ayat (2), UUD 1945, Pasal 4 ayat (1), UU No. 7 tahun 1984 mengenai Pengesahan Konvensi PBB tentang Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Tahun 1979 serta Deklarasi dan Rencana Aksi Beijing Tahun 1995 Anggaran pemberdayaan perempuan masih sangat rendah (0.02 persen) bahkan terendah di antara negara-negara Asia Afrika sehingga kurang memadai bagi tercapainya upaya-upaya kesetaraan dan keadilan Rekomendasi kepada Presiden 1) Mengupayakan untuk meningkatkan anggaran secara bertahap sampai mencapai jumlah minimum sebesar 5 persen sesuai dengan kondisi keuangan negara, bagi usaha-usaha pemberdayaan perempuan.

b.

IV 27

2)

Melanjutkan usaha-usaha untuk melakukan penegakan dan penanggulangan masalah perdagangan perempuan dan anak yang telah dilakukan. Meratifikasi Konvensi Internasional Tahun 1949 tentang Larangan Perdagangan Perempuan dan Eksploitasi Pelacuran oleh pihak lain (Convention for the Suppression of the Traffic in Persons and of the Exploitations of the Prostitution of Others) dan Konvensi PBB tentang Kejahatan Terorganisasi Lintas Negara dan Protokol Penghapusan Perdagangan Orang, Khususnya Perempuan dan Anak (UN Convention on Transnational Organized Crimes and Protocol on Trafficking Person Especially Women and Children). Membuat kebijakan, peraturan, dan program khusus untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di lembaga-lembaga pengambilan keputusan dengan jumlah minimum 30 persen. Pelaksanaan Rekomendasi Usaha-usaha pemberdayaan perempuan dilakukan secara lintas bidang, lintas sektor, dan lintas program, baik di tingkat nasional, maupun di tingkat daerah, melalui pengintegrasian kebijakan pemberdayaan perempuan ke dalam setiap bidang, sektor, dan program pembangunan. Peningkatan anggaran diperlukan guna penguatan kelembagaan dan peningkatan pemahaman akan pentingnya kebijakan pemberdayaan perempuan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kebijakan setiap bidang, sektor, dan program pembangunan lainnya. Pengintegrasian kebijakan pemberdayaan perempuan yang telah menjadi kebijakan pemerintah menghendaki agar semua bidang, sektor, dan program pembangunan melakukannya dengan anggaran yang tersedia secara terintegrasi. Peningkatan anggaran pada semua bidang, sektor, dan program yang mendukung usaha-usaha pemberdayaan perempuan berarti akan meningkatkan anggaran untuk pemberdayaan perempuan.

3)

4)

IV 28

Maraknya perdagangan perempuan dan anak sangat memprihatinkan kita semua. Setiap tahun tidak kurang dari 700 ribu hingga 1 juta perempuan dan anak diperdagangkan. Hal ini harus segera dihapuskan, karena melanggar HAM, dan merupakan perampasan hak-hak perempuan dan anak yang merupakan sumberdaya pembangunan dan generasi penerus. Indonesia yang dikategorikan pada Tier 3 dalam penghapusan perdagangan manusia telah menunjukkan kesungguhan untuk memperbaiki diri. Hal ini ditunjukkan dengan telah disahkannya UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang memuat aturan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat manusia, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Di samping itu, telah ditetapkan pula Keppres No. 88 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak, dan Keppres No. 87 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak. Saat ini pemerintah sedang melakukan penyusunan RUU Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, dan mempersiapkan ratifikasi UN Convention on Transnational Organized Crimes and Protocol on Trafficking Person especially Women and Children. Keseriusan dalam penanganan masalah perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak ini telah mengubah pandangan dunia internasional, antara lain dengan meningkatnya penilaian terhadap Indonesia dari kategori Tier 3 menjadi Tier 2 pada pertengahan tahun 2003. Namun demikian, upaya penyebarluasan informasi tentang perdagangan perempuan dan anak terus dilanjutkan, sementara pada daerah-daerah yang diidentifikasi sebagai daerah-daerah sumber perdagangan perempuan dan anak mendapat perhatian khusus. Upaya penegakan hukum bagi para pelaku juga terus ditingkatkan. Upaya pencegahan terus dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pendorong, seperti rendahnya pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja,

IV 29

rendahnya pendapatan, kemiskinan, dan faktor sosial budaya. Dengan demikian, diperlukan dukungan dan komitmen yang tinggi dari semua pihak agar pemberantasan perdagangan perempuan dan anak dapat dilakukan secara tepat dan cepat. Sementara itu, dalam upaya menindaklanjuti komitmen Indonesia dalam kesepakatan dunia yang tertuang dalam dokumen World Fit for Children, Mei 2002, telah disusun Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015, yang berisi program-program pembangunan nasional bagi anak di bidang-bidang pembangunan pendidikan, kesehatan, HIV/AIDS, dan perlindungan anak. Dalam mendukung perjuangan peningkatan keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif, telah ditetapkan UU No. 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum khususnya termuat pada Pasal 65 ayat (1). Ukuran keterwakilan perempuan sebesar 30 persen sebagaimana termuat dalam UU tersebut bukan merupakan ukuran absolut, namun menjadi salah satu ukuran untuk lebih memperjuangkan kemajuan perempuan, khususnya dalam pembangunan politik. Untuk mendukung pelaksanaan UU tersebut, maka berbagai kegiatan dilakukan, antara lain dalam bentuk sosialisasi dan advokasi kepada partai politik dan perempuan calon legislatif, baik di tingkat nasional maupun di daerah.

8.

Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya

Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) selain merusak masa depan bangsa, juga dapat mempercepat meluasanya penyebaran HIV/AIDS dan telah menimbulkan keresahan masyarakat. Rekomendasi kepada Presiden

IV 30

a.

Melakukan tindakan tegas sesauai dengan hukum yang berlaku terhadap produsen, pengedar, dan pemakai serta melakukan langkah koordinasi yang efektif, antisipatif, dan edukatif dengan pihak terkait dan masyarakat.

Pelaksanaan Rekomendasi Upaya pencegahan telah dilakukan secara terpadu dengan meningkatkan koordinasi dari semua instansi, baik departemen maupun non departemen untuk memiliki komitmen yang sama, serta melakukan upaya secara konsisten dan sungguh-sungguh untuk memerangi narkoba. Disamping itu, dilakukan kerjasama internasional baik yang bersifat regional, maupun internasional secara lebih intensif, dengan membangun kesepakatan-kesepakatan bersama, baik bilateral maupun multilateral. Untuk mencegah peredaran narkoba di kalangan masyarakat, maka telah diperketat pengawasan di daerah-daerah rawan/kultivasi/penanaman, produksi/ pengolahan serta jalur peredaran atau masuknya narkoba illegal ke Indonesia, serta memperketat pengawasan tempattempat yang rawan digunakan untuk penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Pada saat ini telah diselesaikan kasuskasus ditingkat penangkapan/penyelidikan dan diteruskan kepada kejaksaan agung dan segera dimejahijaukan dari jumlah kasus 3.751 kasus yang telah dan selesai ditangani adalah sebanyak 3.591 kasus. Rekomendasi kepada Presiden b. Mengupayakan untuk meningkatkan anggaran guna melakukan rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

IV 31

Pelaksanaan Rekomendasi Penyalahgunaan NAPZA selain merusak masa depan bangsa, juga dapat mempercepat meluasnya penyebaran HIV/ AIDS dan telah menimbulkan keresahan masyarakat. Upaya pencegahan telah dilakukan secara terpadu dengan meningkatkan koordinasi dari semua instansi, baik departemen maupun non departemen untuk memiliki komitmen yang sama, serta melakukan upaya secara konsisten dan sungguh-sungguh untuk memerangi penyalahgunaan NAPZA. Disamping itu, dilakukan kerjasama internasional baik yang bersifat regional, maupun internasional secara lebih intensif, dengan membangun kesepakatan-kesepakatan bersama, baik bilateral maupun multilateral. Untuk mencegah peredaran NAPZA di kalangan masyarakat, maka telah diperketat pengawasan di daerah-daerah rawan/kultivasi/penanaman, produksi/ pengolahan serta jalur peredaran atau masuknya NAPZA illegal ke Indonesia, serta memperketat pengawasan tempat-tempat yang rawan digunakan untuk penyalahgunaan dan peredaran NAPZA. Pada saat ini telah diselesaikan kasus-kasus penyalahagunaan NAPZA pada tingkat penangkapan/ penyelidikan dan diteruskan kepada kejaksaan agung dan segera dimejahijaukan. Dari sejumlah kasus penyalahgunaan NAPZA sebesar 3.751 kasus, yang telah dan selesai ditangani adalah sebanyak 3.591 kasus. Upaya penanganan rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA, telah dilakukan melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan secara lintas sektor, antara lain meliputi: pengembangan kebijakan dalam penanggulangan dan penanganan korban penyalahgunaan NAPZA, rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA di dalam dan di luar panti, dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA berbasis masyarakat. Sehubungan dengan peningkatan upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA, telah diupayakan untuk memberikan perhatian yang serius melalui peningkatan

IV 32

anggaran yang ditujukan kepada penanganan dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Hingga saat ini jumlah korban penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi sosial masih sangat terbatas, antara lain disebabkan oleh kurangnya prasarana dan sarana pelayanan. Keterbatasan prasarana dan sarana pelayanan tersebut antara lain disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya, baik sumberdaya manusia maupun dana. Selain itu untuk lebih meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban NAPZA, telah dilakukan kerjasama internasional. Rekomendasi kepada Pesiden c. Bersama DPR RI, merevisi UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

Pelaksanaan rekomendasi Dalam rangka mengefektifkan penanganan penyalahgunaan NAPZA, Pemerintah melalui Badan Narkotika Nasional sebagai institusi yang menangani masalah tersebut telah melakukan berbagai langkah dalam rangka revisi UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Diharapkan dengan adanya revisi terhadap kedua UU tersebut akan memberikan payung hukum secara lebih tegas dan lebih komprehensif dalam penanganan penyalahgunaan NAPZA.

9.

Pornografi

Penyiaran dan penyebaran pornografi dan iklan di media cetak dan elektronik telah merusak moral bangsa, tatanan kehidupan keluarga, dan sendi-sendi masyarakat.

IV 33

Rekomendasi kepada Presiden 1) 2) Bersama DPR Antipornografi. RI, menyiapkan RUU

Menertibkan penerbitan, tayangan, dan iklan agar tidak menampilkan tulisan, gambar, dan tayangan yang dikategorikan pornografi serta malakukan tindakan hukum yang tegas dan konsisten terhadap pihak-pihak yang melanggar sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Pelaksanaan Rekomendasi Masalah pornografi tidak termasuk dalam kategori pers, tetapi terkait dengan wilayah privat/personal. Pelanggaran pornografi yang diatur dalam KUHP yang disebut sebagai pelanggaran kesusilaan, pelakunya harus ditindak tegas, karena tidak hanya bertentangan dengan hukum, tetapi juga tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia. Pemerintah telah menggariskan 4 kebijakan guna pencegahan pornografi dan pornoaksi, yaitu: (a) menggerakkan masyarakat untuk membendung pornografi; (b) menghimbau masyarakat untuk melaksanakan class actions terhadap para produsen dan tayangan yang bersifat pornografi; (c) meninjau kembali ukuran kepatutan yang digunakan sebagai kriteria layak tidaknya suatu program ditayangkan oleh media massa; dan (d) menyiapkan RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi. Khusus untuk RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi, saat ini pemerintah bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan lembaga keagamaan lainnya sedang mempersiapkan RUU tersebut, dan diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat ditetapkan sebagai UU. Makin maraknya pornografi dan pornoaksi melalui berbagai media, memerlukan penanganan yang lebih tegas dan melibatkan seluruh pihak. Beberapa langkah koordinasi

IV 34

yang perlu terus dilakukan untuk menertibkan penerbitan, tayangan, dan iklan yang bersifat pornografi, antara lain adalah: (a) menyempurnakan KUHP yang menampung batasan-batasan pengertian baru tentang pornografi dan pornoaksi, serta tindakan pelanggaran dan sanksi yang tegas bagi perseorangan maupun media massa yang melakukannya; (b) meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pemantauan/ pengawasan pornografi, pornoaksi, eksploitasi, dan kekerasan; (c) menyempurnakan kode etik Dewan Pers dan Organisasi Penyiaran, dan melakukan pengawasan terhadap penataan kode etik tersebut; dan (d) menyusun Program Aksi Nasional untuk membendung maraknya pornografi dan pornoaksi.

10.

Pengungsi

Jumlah pengungsi yang saat ini masih banyak, sebagai konflik horizontal dan konflik lainnya, menjadi bagian dari penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan dan hingga sekarang belum mendapatkan. Rekomendasi kepada Presiden 1) Melakukan penanganan para pengungsi secara sistematis dan terpadu serta terus memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia dengan mengordinasikan kerja sama antardepartemen terkait serta berupaya menggalang bantuan internasional. Mempercepat penanganan program rehabilitasi dan pemulangan pengungsi ke tempat semula agar dapat menjalani kehidupannya secara wajar, khusus untuk pengungsi Timor Timur yang sudah memilih menetap di Indonesia, agar mereka diperlakukan sesuai dengan amanat Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000.

2)

IV 35

Pelaksanaan Rekomendasi Penanganan masalah pengungsi akibat berbagai kerusuhan di tanah air terus diupayakan untuk ditingkatkan, dengan melibatkan seluruh sektor terkait dan partisipasi masyarakat, termasuk penggalangan bantuan internasional. Penanganan pengungsi dilakukan dengan tiga pola, yaitu (i) pemulangan, (ii) pemberdayaan, dan (iii) pengalihan, dan dilaksanakan secara sistematis dan terpadu dengan memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia. Selain itu, dilaksanakan pula kegiatan tanggap darurat yang disesuaikan dengan perkembangan korban/pengungsi. Jumlah pengungsi yang ditangani oleh pemerintah dari waktu ke waktu semakin menurun, dan jumlah yang kembali ke tempat asalnya dalam kehidupan yang normal terus meningkat. Sementara itu, khusus untuk pengungsi Timor Timur yang sudah memilih menetap di Indonesia, untuk sementara saat ini masih menempati lokasi pengungsian. Pemerintah masih memberikan bantuan, antara lain dalam bentuk bantuan bahan bangunan rumah, sedangkan penanganan lainnya diupayakan melalui pendekatan program terpadu antar instansi teknis dengan Pemerintah Daerah.

11.

Kemiskinan

Masalah kemiskinan harus diselesaikan dari berbagai dimensi, baik dimensi karena kurangnya kesempatan, rendahnya kemampuan, kurangnya jaminan perlindungan, dan ketidakberdayaan. Rekomendasi kepada Presiden

a.

Membuat kebijakan afirmasi ekonomi dan sosial yang jelas dan dapat dilaksanakan (fisible) untuk membela kelompok mayoritas yang terpinggirkan seperti kaum

IV 36

tani, nelayan, buruh, dan kaum perempuan dengan meningkatkan alokasi anggaran yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan kesempatan mereka untuk bekerja dan berusaha. Pelaksanaan Rekomendasi Untuk meningkatkan kemampuan dari kelompok kaum miskin, nelayan, buruh dan kaum perempuan, serta meningkatkan kesempatan mereka untuk bekerja dan berusaha pemerintah telah melaksanakan berbagai upaya melalui program-program sebagai berikut : 1. Program pengembangan budaya usaha masyarakat miskin yang dilakukan melalui : (i) peningkatan skill, modal, teknologi, informasi, dan legal, (ii) mengembangkan pendidikan dan latihan keterampilan usaha, organisasi, jeringan produksi-pasar, dan mengakses lembaga permodalan, (iii) pendampingan usaha, (iv) penciptaan jaringan kerjasama dan kemitraan usaha, (v) penyediaan kemudahan akses terhadap sumberdaya produktif, (vi) penyediaan prasarana dan sarana usaha ekonomi produktif, dan (vii) pembukaan permukinan dan pengembangan masyarakat transmigrasi untuk petani dan buruh tani serta pengungsi yang tidak memiliki lahan pertanian atau lahan produktif. Program perluasan dan pengembangan kesempatan kerja yang dilakukan memalui : (i) memperkuat peran dan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan usaha kecil dan menengah, (ii) pemberdayaan tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur, (iii) meningkatkan efektifitas implementasi programprogram penciptaan lapangan kerja, (iv) memprakarsai program-program aksi percontohan di wilayah yang dilanda krisis, (v) penyebarluasan

2.

IV 37

informasi kesempatan kerja, dan (vi) pembangunan system informasi ketenagakerjaan. 3. Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja yang dilakukan melalui (i) pembentukan lembaga standarisasi dan sertifikasi kompetensi tenaga kerja, (ii) meningkatkan akses, kesempatan dan perlakuan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja, (iii) meningkatkan kualitas, relevansi dan kesesuaian system pelatihan kerja dengan kebutuhan pasar kerja, (iv) meningkatkan pembinaan dan pemberdayaan lembaga pelatihankerja, dan (v) memasyarakatkan nilai dan budaya produktif.

Disamping ketiga program prioritas tersebut di atas diikuti pula dengan program perlindungan dan pengembangan lembaga penyiapan tenaga kerja secara sistematik. Rekomendasi kepada Presiden b. Menyediakan skema khusus untuk pemberdayaan usaha kecil melalui koordinasi sistem perbankan.

Pelaksanaan Rekomendasi Salah satu upaya untuk mengatasi kemiskinan dilakukan melalui pemberdayaan usaha mikro dan kecil yang saat ini menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal. Usaha mikro dan kecil menghadapi persoalan, antara lain permodalan, managemen, pasar, teknologi dan sebagainya. Upaya untuk mengatasi persoalan itu antara lain dilakukan dengan mengembangkan skema khusus untuk pemberdayaan usaha mikro dan kecil melalui koordinasi sistem perbankan. Perbankan swasta dibawah koordinasi Bank Indonesia telah mencapai kesepakatan dengan Komite Penanggulangan Kemiskinan untuk menyalurkan portofolio

IV 38

kreditnya kepada usaha mikro dan kecil. Dalam bisnis plan tahun 2002 telah ditetapkan penyaluran kredit kepada sektor usaha mikro dan kecil sebesar Rp17,11 triliun. Untuk tahun 2003 perbankan telah menyusun rencana bisnis untuk alokasi kredit ke usaha mikro, kecil dan menengah sebesar Rp42,4 triliun, dengan rincian usaha mikro Rp7,5 triliun, kredit usaha kecil Rp15,2 triliun dan kredit usaha menengah sebesar Rp19,7 triliun. Ketersediaan dana perbankan tersebut bagi usaha mikro dan kecil tidak serta merta dapat diserap secara cepat karena adanya kendala teknis di usaha mikro dan kecil. Untuk mengatasinya diperlukan peningkatan kepasitas melalui pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Upaya ini dilakukan melalui pembentukan atau penguatan konsultan keuangan usaha mikro kecil dan menengah mitra bank (KKMB) yang sebelumnya telah dibentuk oleh lembaga pemerintah maupun swasta, seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Fasilitator Kecamatan dalam Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan sebagainya. Fasilitator-fasilitator tersebut akan dilatih untuk memahami lebih dalam mengenai jasa perbankan, sehingga akan benar-benar mampu dalam memberdayakan usaha mikro dan kecil dalam berhubungan dengan perbankan. Rekomendasi kepada Presiden c. Mengefektifkan pengelolaan zakat harta oleh negara dalam upaya menanggulangi kemiskinan.

Pelaksanaan Rekomendasi Pemerintah menyadari bahwa pranata keagamaan seperti zakat, infaq, shadaqah dan wakaf merupakan modal sosial yang sangat besar yang harus didorong dan diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan dan mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Oleh karena itu, pemerintah telah berupaya untuk menghimpun potensi yang sangat besar tersebut melalui

IV 39

pembentukan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) yang tersebar di seluruh provinsi. Sosialisasi peran BAZIS di masyarakat dan upaya untuk meningkatkan profesionalismenya dalam mengelola dan mekanisme kerjanya adalah merupakan perhatian pemerintah dalam meningkatkan peran dan kinerja BAZIS. Sehingga pada gilirannya akan mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakar luas dalam mendistribusikan infaq dan sadaqah bagi kelompok masyarakat yang mebutuhkannya. Pemanfaatan dana yang dihimpun BAZIS selama ini digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang sangat rentan. Ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan perlindungan sosial kepada masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak terlantar, pengemis, lansia, yaitu penderita cacat, korban bencana alam, korban konflik sosial, serta mereka yang terkena dampak krisis ekonomi.

12. a.

Lingkungan Hidup

Eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan hidup telah menyebabkan semakin memburuknya kualitas lingkungan karena tidak konsistennya pelaksanaan manajeman lingkungan hidup, sumber daya akan, dan agraria khusumya dalam masalah pengawasan dan pengembangan mekanisme dan kelembagaannya. Berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, sudah tidak sesuai lagi dengan hak asasi manusia dan prinsip-prinsip keadilan.

b.

Rekomendasi kepada Presiden

IV 40

1)

Menerapkan prinsip-prinsip good environmental governance secara konsisten dengan menegakkan prinsip-prinsip Rule of Law, transparan, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat, termasuk pelibatan kaum perempuan dalam pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumberdaya alam.

Pelaksanaan Rekomendasi Pembangunan bidang SDA dan Lingkungan Hidup salah satunya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan penegakan hukum serta upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat. Beberapa kegiatan yang menunjang good environmental governance adalah penyempurnaan revisi UU Perikanan No. 9 tahun 1985; pelatihan bagi aparatur, nelayan, pembudidaya ikan, dan masyarakat pesisir lainnya baik di pusat maupun di daerah, dalam upaya meningkatkan kesadaran akan potensi dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Selain itu dilaksanakan penyusunan RUU tentang Pertambangan Umum untuk mengakkan prinsip rule of law. Sedangkan untuk menunjang peningkatan partisipasi masyarakat, telah dikembangkan kegiatan Social Forestry yang mengoptimalkan seluruh sumberdaya pembangunan, yaitu masyarakat, swasta, dan pemerintah untuk peningkatan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar hutan serta terwujudnya hutan lestari. Kegiatan tersebut memanfaatkan lahan-lahan yang telah siap hasil restrukturisasi HPH, HPHTI, dan industri kehutanan. Dalam pengelolaan Dana Reboisasi (DR) telah diterapkan prinsip transparansi dan peningkatan akurasi pengalokasian Dana Alokasi Khusus Reboisasi (DAKDR). Mulai bulan November 2002, telah diterapkan sistem setoran yang memberikan data yang jelas tentang asal setoran baik lokasi, Kabupaten, Provinsi maupun perusahaannya. Selain itu, dengan sistem baru ini data-data dapat diakses oleh para pihak yang terlibat sehingga akan meningkatkan kontrol dalam penggunaannya.

IV 41

Rekomendasi kepada Presiden 2) Mengoptimalisasikan pengawan pelaksanaan AMDAL dengan melibatkan peran sertaPemerintah agar melakukan optimalisasi pelaksanaan AMDAL dengan melibatkan peran serta masyarakat.

Pelaksanaan Rekomendasi Dalam rangka mengoptimalisasikan pelaksanaan AMDAL telah dilakukan kegiatan antara lain penyusunan pedoman teknis dan standar laboratorium lingkungan, akreditasi lembaga penyelenggara kursus AMDAL. Untuk mengendalikan pencemaran laut di kawasan pelabuhan perikanan dan pusat-pusat pendaratan ikan telah dilakukan pengembangan model pengendalian pencemaran laut akibat aktivitas daratan melalui decision support system mitigasi. Selain itu dilakukan pula pengkajian mekanisme klaim ganti rugi dan penyusunan pedoman kriteria klaim ganti rugi akibat tumpahan minyak. Selain itu dilakukan pula penyusunan pedoman sistem manajemen lingkungan untuk kegiatan pertambangan. Rekomendasi kepada Presiden 3) Melaksanakan penegakan hukum secara tegas dan konsisten, terutama bagi pelaku perusakan lingkungan dan pencurian sumber daya alam dan hasil-hasil kehutanan dan kelautan seperti illegal logging, pasir laut, ikan, dan kekayaan alam lainnya.

Pelaksanaan Rekomendasi Dalam rangka melaksanakan penegakan hukum secara tegas dan konsisten, terutama bagi pelaku perusakan lingkungan dan pencurian sumber daya alam dan hasil-hasil kelautan seperti pencurian pasir laut dan ikan secara illegal, telah dilakukan upaya penanggulangan praktik penangkapan

IV 42

ikan secara illegal melalui kegiatan yang menyangkut upaya penguatan armada nasional; pembenahan sistem perizinan usaha perikanan; pengembangan kelembagaan dan teknologi pengawasan; pembentukan National Coast Guard; pembentukan peradilan/mahkamah perikanan; dan peningkatan pengadaan sarana dan prasarana pengawasan operasional. Selain itu, dilakukan kegiatan pelaksanaan gelar operasi bersama antara TNI-AL, Polairud-Polri, Departemen Kelautan dan Perikanan, serta berbagai instansi terkait lainnya. Selain itu dilaksanakan gelar operasi terhadap pelanggaran penggunaan pukat harimau di Laut Arafuru, dan beberapa operasi pengawasan di perairan nusantara. Khusus untuk pemberantasan illegal logging telah dilakukan kampanye dan penyebarluasan informasi/materi kebijakan di 9 taman nasional, kajian citra satelit dan pemanfaatan data radar, pelaksanaan sosialisasi perlindungan hutan kepada masyarakat dan pemerintah daerah, fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat yang berperan dalam perlindungan hutan, serta pengembangan hutan kemasyarakatan di dalam dan sekitar hutan. Di samping itu, juga telah dilakukan pembinaan kepada penyidik, penuntut umum, hakim, dan aparat penegakan hukum kehutanan agar dapat bertindak tegas, konsisten, dan konsekuen dalam menegakkan hukum, dengan menyediakan dukungan sarana prasarana dan dana penegakan hukum yang memadai dan bersifat fleksibel. Selain itu, telah dilakukan percepatan pengaturan pemberian insentif bagi yang berjasa dalam penegakan hukum. Hal lain yang dilakukan untuk pemberantasan illegal logging adalah pembenahan sistem pengamanan kawasan hutan dengan operasi represif oleh TNI untuk menghancurkan infrastruktur penebangan liar, operasi yustisi oleh Polri dan aparat penegak hukum lainnya. Selanjutnya, untuk menanggulangi masalah pendanaan dalam pemberantasan illegal logging sedang disiapkan Keppres khusus yang mengatur koordinasi serta pendanaan pemberantasan illegal logging. Upaya penyuluhan dan pendekatan yang lebih persuasif dilakukan secara terus menerus pada kegiatan usaha penambangan tanpa ijin (Peti),

IV 43

penyuluhan tersebut termasuk pula bimbingan teknis untuk penambangan yang baik agar tidak merusak cadangan. Rekomendasi kepada Presiden 4) Menyiapkan penyusunan peraturan perundangundangan yang mengatur redistribusi dan pemanfaatan sumber daya alam, termasuk bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta menyelesaikan berbagai konflik pemanfaatan sumber daya alam dan agraria yang timbul selama ini sekaligus mengantisipasi konflik pada masa mendatang guna mencapai keadilan dan kepastian hukum sebagaimana telah ditetapkan dalam Tap IX/MPR/2001

Pelaksanaan Rekomendasi Pada saat ini sedang dipersiapkan rancangan undangundang pengelolaan sumber daya alam (RUU PSDA) dan telah dilakukan konsultasi publik untuk mendapat masukan guna penyempurnaannya. Kegiatan lain yang dilakukan adalah dibentuk Lembaga Penyelesaikan Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan di luar pengadilan melalui mekanisme Alternative Dispute Resolution (ADR) di Medan dan Makasar. Selain itu, dilaksanakan penyusunan RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RUU PWP-PPK) yang melibatkan LSM, dunia usaha, dan stakeholders lainnya. Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan ruang antar berbagai kepentingan seperti pariwisata, perhubungan dan pertambangan dilaksanakan berbagai kegiatan antara lain penyusunan penataan ruang pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil; pembuatan peraturan pemerintah mengenai kewenangan pengaturan terhadap sarana penangkapan ikan; dan pembahasan batas-batas maritim dengan negara-negara tetangga. Dalam rangka penyusunan peraturan perundangundangan bidang kehutanan telah disusun dan ditetapkan PP

IV 44

No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan serta PP No. 35 tahun 2002 tentang Dana Reboisasi. Kedua PP tersebut secara substantif dimaksudkan untuk mengharmoniskan kewenangan yang dimandatkan dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Selain itu untuk lebih memberikan perimbangan di dalam bagi hasil pertambangan dan migas telah diberlakukan pola baru pembagian antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan kabupaten/kota.

IV 45

You might also like