Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
2A / KELOMPOK 4
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Power supply adalah sebuah piranti elektronika yang berguna sebagai sumber daya untuk piranti lain, terutama daya listrik. Pada dasarnya power supply bukanlah sebuah alat yang menghasilkan energi listrik saja, namun ada beberapa power supply yang
menghasilkan energi mekanik, dan energi yang lain. Secara garis besar, power supply dibagi menjadi dua macam, yaitu power supply tak distabilkan dan power supply distabilkan. Power supply tak distabilkan dan Power supply distabilkan.Power supply tak distabilkan merupakan jenis power supply yang paling sederhana. Pada power supply jenis ini, tegangan maaupun arus keluaran dari power supply tidak distabilkan, sehingga berubah-ubah sesuai keadaan tegangan masukan dan beban pada keluaran. Power supply jenis ini biasanya digunakan pada peranti elektronika sederhana yang tidak sensitif akan perubahan tegangan. Pencatu jenis ini juga banyak digunakan pada penguat daya tinggi untuk mengkompensasi lonjakan tegangan keluaran pada penguat. Power supply distabilkan, pencatu jenis ini menggunakan suatu mekanisme loloh balik untuk menstabilkan tegangan keluarannya, bebas dari variasi tegangan masukan, beban keluaran, maupun dengung. Ada dua jenis kalang yang digunakan untuk menstabilkan tegangan keluaran, antara lain:
Power supply linier, merupakan jenis power supply yang umum digunakan. Cara kerja dari power supply ini adalah mengubah tegangan AC menjadi tegangan AC lain yang lebih kecil dengan bantuan Transformator. Tegangan ini kemudian disearahkan dengan menggunakan rangkaian penyearah tegangan, dan di bagian akhir
ditambahkan kondensator sebagai penghalus tegangan sehingga tegangan DC yang dihasilkan oleh power supply jenis penyearah, ini tidak terlalu lain bergelombang. dari jenis ini Selain dapat
rangkaian
menggunakan regulator tegangan linier sehingga tegangan yang dihasilkan lebih baik daripada rangkaian yang menggunakan dioda. Power supply jenis ini biasanya dapat menghasilkan tegangan DC yang bervariasi antara 0 - 60 Volt dengan arus antara 0 10 Ampere.
Power supply Sakelar, power supply jenis ini menggunakan metode yang
berbeda dengan power supply linier. Pada jenis ini, tegangan AC yang masuk ke dalam rangkaian langsung disearahkan oleh rangkaian penyearah tanpa
menggunakan bantuan transformer. Cara menyearahkan tegangan tersebut adalah dengan menggunakan frekuensi tinggi antara 10KHz hingga 1MHz, dimana frekuensi
ini jauh lebih tinggi daripada frekuensi AC yang sekitar 50Hz. Pada power supply sakelar biasanya diberikan rangkaian umpan balik agar tegangan dan arus yang keluar dari rangkaian ini dapat dikontrol dengan baik.
Power supply juga di gunakan hampir pada setiap barang elektronik, karena power supply merupakan perangkat yang menyuplai tenaga pada barang elektronik kita. Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini guna memberikan informasi tentang power supply secara mendetail.
1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana cara memaksimalkan daya Power Supply dari efisien rendah agar memperoleh tegangan keluaran maksimal sebesar 5V /450mA dan pprr 2% ? 1.2.2. Bagaimana mengatasi tegangan Power Supply yang sesuai dengan baik dan stabil?
1.3. Batasan Masalah 1.3.1. Perangkat power supply yang dengan keluaran tegangan DC 1.3.2. Hasil keluaran tegangan berkapasitas 5 V / 450 mA
1.4. Manfaat Pada proposal ini kami berharap power supply yang kami buat dapat digunakan sebagai charger handpone.
BAB II
LANDASAN TEORI
TRANSFORMATOR
RECTIFIER
FILTER
REGULATOR
TRANSISTOR
BEBAN
2.2. Pembahasan Blok Diagram 2.2.1. Transformator Transformator atau trafo adalah dapat
Transformator
masukan bolak-balik yang membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini
menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.
Rumus untuk fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah dan rumus
sedemikian hingga
Dengan kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder ditentukan oleh perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder.
Perhitungan diatas hanya berlaku apabila kopling primer-sekunder sempurna dan tidak ada kerugian, tetapi dalam praktek terjadi beberapa kerugian yaitu: 1. kerugian tembaga. Kerugian dalam lilitan tembaga yang disebabkan
oleh resistansi tembaga dan arus listrik yang mengalirinya. 2. Kerugian kopling. Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tidak sempurna, sehingga tidak semua fluks magnet yang diinduksikan primer memotong lilitan sekunder. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapis-lapis antara primer dan sekunder. 3. Kerugian kapasitas liar. Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang terdapat pada lilita cn-lilitan transformator. Kerugian ini sangat memengaruhi efisiensi transformator untuk frekuensi tinggi. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan primer dan sekunder secara semi-acak (bank winding) 4. Kerugian histeresis. Kerugian yang terjadi ketika arus primer AC berbalik arah. Disebabkan karena inti transformator tidak dapat mengubah arah fluks magnetnya dengan seketika. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggunakan material inti reluktansi rendah.
5. Kerugian efek kulit. Sebagaimana konduktor lain yang dialiri arus bolak-balik, arus cenderung untuk mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini
memperbesar kerugian kapasitas dan juga menambah resistansi relatif lilitan. Kerugian ini dapat dikurang dengan menggunakan kawat Litz, yaitu kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil yang saling terisolasi. Untuk frekuensi radio digunakan kawat geronggong atau lembaran tipis tembaga sebagai ganti kawat biasa. 6. Kerugian arus. Kerugian yang disebabkan oleh GGL masukan yang
menimbulkan arus dalam inti magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang membangkitkan GGL. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah, terjadi olakan fluks magnet pada material inti. Kerugian ini berkurang kalau digunakan inti berlapis-lapisan. Efisiensi
Karena adanya kerugian pada transformator. Maka efisiensi transformator tidak dapat mencapai 100%. Untuk transformator daya frekuensi rendah, efisiensi bisa mencapai 98%.
Dalam elektronika, dioda adalah komponen aktif bersaluran dua (dioda termionik mungkin memiliki saluran ketiga sebagai pemanas). Dioda mempunyai
dua elektroda aktif dimana isyarat listrik dapat mengalir, dan kebanyakan dioda digunakan karena karakteristik satu arah yang dimilikinya. Dioda varikap (VARIable CAPacitor/kondensator variabel) digunakan sebagai kondensator terkendali tegangan. Sifat kesearahan yang dimiliki sebagian besar jenis dioda seringkali disebut karakteristik menyearahkan. Fungsi paling umum dari dioda adalah untuk
memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu arah (disebut kondisi panjar maju) dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya (disebut kondisi panjar mundur). Karenanya, dioda dapat dianggap sebagai versi elektronik dari katup pada transmisi cairan. Dioda sebenarnya tidak menunjukkan kesearahan hidup-mati yang sempurna (benarbenar menghantar saat panjar maju dan menyumbat pada panjar mundur), tetapi
mempunyai karakteristik listrik tegangan-arus taklinier kompleks yang bergantung pada teknologi yang digunakan dan kondisi penggunaan. Beberapa jenis dioda juga mempunyai fungsi yang tidak ditujukan untuk penggunaan penyearahan. Awal mula dari dioda adalah peranti kristal Cat's Whisker dan tabung hampa (juga disebut katup termionik). Saat ini dioda yang paling umum dibuat dari bahan semikonduktor seperti silikon atau germanium.
Penyearah
Penyearah adalah rangkaian elektronika yang berfungsi menyearahkan gelombang arus listrik. Arus listrik yang semula berupa arus bolak-balik (AC) jika dilewatkan
rangkaian Penyearah akan berubah menjadi arus searah (DC) Jenis Jenis Penyearah Penyearah Setengah Gelombang Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan tegangan positif ke beban RL. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave).
diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground.. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti
gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk
tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.
2.2.3. Filter Dengan bentuk gelombang tegangan keluaran DC yang masih memiliki ripple yang sangat besar, sehingga jika digunakan sebagai catu daya, akan mengganggu kinerja peralatan. Salah satu cara untuk mengurangi tegangan riak ini adalah dengan menambahkan rangkaian tapis RC a. Penyearah setengah gelombang dengan filter C
Gambar di atas adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata.
Gambar di atas menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor. Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus (I) yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya adalah : Vr = VM -VL dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2 Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple (Vr) paling kecil. VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis : VL = VM e-T/RC Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh : Vr = VM (1 - e-T/RC) Jika T << RC, dapat ditulis : e-T/RC 1 - e-T/RC sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana : VL = VM (T/RC) VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tegangan ripple yang diinginkan. Vr = I T/C Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, tentu saja frekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.
b. Penyearah gelombang penuh dengan filter C Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan
menambahkan kapasitor pada rangkaian penyearah gelombang penuh seperti gambar dibawah ini.
Gambar rangkaian penyearah gelombang penuh dengan filter C Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh. C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkali sekarang paham mengapa rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor.
2.2.4. Voltage Regulator Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil.
Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan keinginan. Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka IC Regulator tegangan ini selalu dipakai untuk stabilnya outputan tegangan. Berikut susunan kaki IC regulator tersebut.
Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan +5 volt, 7812 regulator tegangan +12 volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang berturut-turut adalah regulator tegangan -5 dan -12 volt. Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat diatur. Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC misalnya LM317 untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal tersebut. Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50mA.
Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit. Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya tetap I = Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah: Vout = VZ + VBE VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 0.7 volt tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus I Byang mengalir pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah : R2 = (Vin Vz)/Iz Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai teganganbreakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.
Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base I B pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap arus IB atau dirumuskan dengan IC = IB. Untuk
keperluan itu, transistor Q1 yang dipakai bisa diganti dengan transistorDarlington yang biasanya memiliki nilai yang cukup besar. Dengan transistorDarlington, arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar. Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk mendrive transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda zener disini tidak langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu : Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-amp menjaga kestabilan : Vin(-) = Vz
Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11) ke dalam rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis : Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2.
2.2.5. Transistor Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya. Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen lainnya.
Cara Kerja Transistor
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor, bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara berbeda. Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut. FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat diubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut. Lihat artikel untuk masing-masing tipe untuk penjelasan yang lebih lanjut.
Penggunaan Transistor
Common Emitor Dalam elektronika, penguat Tunggal emitor adalah salah satu dari tiga topologi dasar penguat BJT tingkat tunggal, biasanya digunakan sebagai penguat tegangan[1]. Dalam sirkuit ini saluran basis menjadi masukan, dan kolektor adalah keluaran, sedangkan emitor digunakan bersama (tunggal) untuk keduanya (mungkin disambungkan ke ground atau jalur catu daya). Sirkuit analognya dalam FET adalah penguat tunggal sumber. Common Collector Tunggal kolektor adalah teknik penyambungan bersama. Di transistor antara yang keluaran
terminal
pada emitor dan masukan pada basis tidak ada pembalikan isyarat, dan karena penguatan tegangan mendekati satu, emitor seolah-olah mengikuti masukan, sehingga sering juga disebut pengikut emitor. Common Base Dalam elektronika, penguat Tunggal basis adalah salah satu dari tiga topologi dasar penguat BJT tingkat tunggal, biasanya digunakan sebagai penguat tegangan. Dalam sirkuit ini saluran emitor berfungsi sebagai masukan, kolektor sebagai keluaran dan basis adalah bersama untuk keduanya (mungkin disambungkan ke ground atau jalur catu daya). Sirkuit analog pada transistor FET adalah penguat tunggal gerbang.
2.2.6. Perhitungan Power Supply Langkah - langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan perhitungan adalah kita harus menentukan kondisi sbb : 1. Berapa Volt keluaran (VRMS) yang diinginkan 2. Berapa Ampere arus keluaran (I)yang dinginkan Langkah-langkah Perhitungan power supply : 1. Menghitung nilai RL RL =
2. Menghitung tegangan puncak ( Vpeak ) Setelah VRMS didapat kita harus menghitung VPeak dengan bantuan formula berikut: VPeak = VRMS x 3. Menghitung tegangan ripple ( Vripple ) Dengan nilai VRMS dan prosentase Vripple telah ditemukan sebelumnya Vripple = VRMS x %Vripple 4. Menghitung nilai kapasitor yang digunakan Dengan nilai Vripple , Arus (I) , Priode (T) telah ditemukan sebelumnya C=
5. Menghitung tegangan power supply yang diperlukan Besarnya tegangan power supply yang diperlukan adalah penjumlahan dari Vpeak, Vsat dan Vripple ditambah dengan nilai tegangan 1.2V sebagai tegangan drop di penyearah gelombang penuh. Vsupply = Vpeak + Vripple + 1.2V 6. Menghitung Tegangan Trafo yang diperlukan Tegangan Trafo yang diperlukan adalah Vsupply dibagi dengan dapat ditulis sbb : Vac1 = Vac2 = , dengan rumus
3.2. Perhitungan power supply 1. Tentukan besar Volt keluaran (VRMS) dan arus keluaran (I) VRMS I = 5V = 450 mA
2.
Menghitung nilai RL RL = = = 11
3. Menghitung tegangan puncak ( Vpeak ) Setelah VRMS didapat kita harus menghitung VPeak dengan bantuan formula berikut: VPeak = VRMS x =5Vx = 7,07 VP
4. Menghitung tegangan ripple ( Vripple ) Dengan nilai VRMS dan prosentase Vripple telah ditemukan sebelumnya Vripple = VRMS x %Vripple = 5 V x 2% = 0.1 V 5. Menghitung nilai kapasitor yang digunakan Dengan nilai Vripple , Arus (I) , Priode (T) telah ditemukan sebelumnya C= = = 0,045 F = 45 mF
6. Menghitung tegangan power supply yang diperlukan Besarnya tegangan power supply yang diperlukan adalah penjumlahan dari Vpeak dan Vripple ditambah dengan nilai tegangan 1.2V sebagai tegangan drop di penyearah gelombang penuh. Vsupply = Vpeak + Vripple + 1.2V = 7,07 V + 0,1 V + 1,2 V = 8,37 V
7. Menghitung Tegangan Trafo yang diperlukan Tegangan Trafo yang diperlukan adalah Vsupply dibagi dengan dapat ditulis sbb : Vac1 = Vac2 = = = 5,91 V , dengan rumus
3.3. Perencanaan dan pembuatan jalur rangkaian Pada perencanaan jalur rangkaian diatas bisa seperti protel,visio dll. Hal hal yang perlu diperhatikan : 1. memperhatikan lebar jalur yang dibutuhkan guna meningkatkan efesiensi arus dan tempat. 2. Disisi lain kita harus mempersiapkan komponen yang dibutuhkan sesuai rangkaian yang telah kita rancang. 3. Mengecek keberadaan jalur,sehingga benar-benar sesuai dengan rangkaian diatas menggunakan bantuan softwere
Skala 1:1
2. Pictorial
Q1
D2
Vi C1 Vo R2
D1
D3
D4
R1
D5
Skala 1:1
3.4. Penyablonan Setelah perencanaan selesai kita bisa memulai memindahkan jalur ke pcb,disini kita mengunakan metode penyablonan yang dulu telah kita pelajari pada semester sebelumnya,dengan memperhatikan langkah-langkah yang benar agar mendapatkan hasil yang maksimal.
BAB IV METODOLOGI
Simulasi Rangkaian
Menentukan Komponen
Revisi
Hasil Akhir