You are on page 1of 5

Tutorial Watarasebashi #09 Penggunaan masingmasing jenis huruf Jepang

Kerlap-kerlip pantulan cahaya matahari yang digambarkan dengan kata kira kira. Bagaimana menuliskannya?

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.] Di Indonesia huruf besar dan kecil memiliki fungsinya masing-masing. Contohnya, huruf besar digunakan untuk mengawali kalimat, mengawali nama orang, dan untuk singkatan. Sekarang kita akan mempelajari penggunaan dari masing-masing huruf yang ada di bahasa Jepang.

Penggunaan kanji
Secara umum, kalau suatu kata memiliki kanji maka dia akan ditulis menggunakan kanjinya. Pada lagu Watarasebashi, contohnya adalah (watashi, saya), (denwa, telepon), dan (miru, melihat). Walaupun begitu, ada juga kata-kata tertentu yang secara historis memiliki kanji tapi tidak digunakan di bahasa Jepang modern. Contohnya, suru (melakukan) sebetulnya memiliki penulisan kanji tapi sekarang penulisan tersebut sama sekali tidak dipakai. Saat ini suru selalu ditulis sepenuhnya dengan hiragana yaitu .

Beberapa kata berada di daerah abu-abu. Kadang-kadang ada yang menulisnya dengan kanji, kadang-kadang ada pula yang memilih menggunakan hiragana. Contohnya, di lagu Watarasebasi digunakan kanji untuk kata dekiru (bisa) yaitu , tapi yang menggunakan hiragana ( ) juga banyak. Di lain pihak, untuk kata kirei (cantik, indah) penulis Watarasebashi menggunakan hiragana (), walaupun kanjinya () juga sering dipakai. Pada akhirnya semuanya dikembalikan ke penulis.

Penggunaan hiragana
Kata-kata yang tidak memiliki kanji umumnya ditulis dengan hiragana dan bukan katakana. Contohnya adalah (hai) yang artinya iya. Ini termasuk partikel-partikel dan akhiran kalimat, misalnya partikel (no) yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Seperti telah kita pelajari sebelumnya, hiragana juga digunakan untuk okurigana.

Penggunaan katakana
Katakana terutama digunakan untuk kata-kata serapan. Contohnya, kata bahasa Inggris computer diserap menjadi (konpyuuta) yang ditulis dengan katakana. Sebagai contoh lain, (anime) yang ditulis dengan katakana adalah singkatan dari (animeeshon) yang merupakan kata serapan dari animation. Nama orang dan tempat luar negeri juga ditulis dengan katakana, walaupun aslinya adalah huruf latin. Contohnya, Susilo Bambang Yudhoyono di media Jepang ditulis dengan katakana (sushiro banban yudoyono). Ini bisa dimaklumi kalau kita sendiri sadar bahwa nama orang Jepang di media Indonesia juga tidak ditulis dengan huruf Jepang sebagaimana aslinya. Katakana juga sering digunakan untuk nama binatang dan tumbuhan yang sebetulnya memiliki kanji. Contohnya adalah (hitode, bintang laut) dan (ran, anggrek) yang ditulis dengan katakana. Ini karena banyak nama makhluk yang kanjinya langka sehingga jarang orang yang bisa membacanya.

Terakhir, kata-kata yang umumnya ditulis dengan kanji atau hiragana bisa juga dituliskan dengan katakana. Seringkali yang diinginkan di sini adalah penekanan tambahan, mirip seperti penggunaan huruf besar pada bahasa Indonesia untuk menarik perhatian. Bandingkan gratis dengan GRATIS. Ini sama seperti (hiragana) vs. (katakana) yang keduanya dibaca tada (gratis).

Kata-kata yang mengimitasi suara atau keadaan


Di bahasa Jepang, ada kata-kata tertentu yang berusaha meniru suara (giongo). Contohnya adalah wan wan yang meniru suara anjing menggonggong (guk guk) dan goro goro yang meniru suara benda besar berguling jatuh. Terdapat juga kata-kata sejenis yang sebetulnya menggambarkan keadaan namun dibuat seolah-olah keadaan tersebut bersuara (gitaigo). Contohnya adalah shiin yang menggambarkan keheningan, kira kira yang menggambarkan kerlap-kerlip cahaya, dan potsun yang menggambarkan kesendirian. Kata-kata yang pada intinya adalah efek suara tersebut banyak sekali dipakai di bahasa Jepang. Nah, kata-kata tersebut bisa ditulis dengan hiragana maupun katakana. Pada lagu Watarasebashi misalnya, potsun yang menggambarkan kesendirian ditulis dengan katakana . Namun ada juga yang menuliskannya dengan hiragana . Sekali lagi di sini bahasa Jepang memberikan kebebasan pada penulisnya untuk berekspresi.

Penutup
Kita telah meninjau penggunaan ketiga jenis huruf pada bahasa Jepang. Semoga dengan ini kamu punya gambaran tentang kapan huruf-huruf tersebut digunakan. Inilah rangkumannya:
Kata-kata yang memiliki kanji umumnya ditulis dengan kanji. Contohnya adalah (watashi, saya). Beberapa kata sebetulnya memiliki kanji namun di bahasa Jepang modern tidak dipakai sama sekali, contohnya (suru, melakukan). Beberapa kata sering ditulis baik dengan kanji maupun hiragana, contohnya / (dekiru, bisa).

Kata-kata yang tidak punya kanji umumnya ditulis dengan hiragana dan bukan katakana. Contohnya adalah (hai, iya). Hiragana juga dipakai di okurigana seperti (ru) pada kata (miru, melihat).

Katakana digunakan untuk kata serapan, nama dari luar negeri, nama makhluk, dan untuk penekanan. Contohnya adalah untuk nama (nyuuyooku, New York).

Kata-kata yang melukiskan suara (nyata maupun imajinatif) bisa ditulis dengan hiragana maupun katakana. Contohnya adalah / (kira kira, efek suara yang menggambarkan kerlap-kerlip cahaya).

Berikutnya, kita akan membahas pembentukan kata Watarasebashi. Sampai jumpa!

Lampiran: daftar kata


Kata-kata yang tadi muncul didaftar di sini.

(watashi): saya (denwa): telepon (miru): melihat (suru): melakukan (dekiru): bisa (kirei): cantik, indah (hai): iya (konpyuuta): komputer (computer) (anime): film kartun (hitode): bintang laut (ran): anggrek (tada): gratis (giongo): onomatope, kata-kata yang melukiskan suara (gitaigo): mimesis, efek suara yang melukiskan keadaan (yang sebetulnya tak bersuara) (wan wan): suara anjing (guk guk) (goro goro): suara benda besar berguling jatuh (shiin): efek suara keheningan

(kira kira): efek suara kerlap-kerlip cahaya (potsun): efek suara seorang diri

You might also like