You are on page 1of 168

1

H. Agus Jaya, Lc. M.Hum

Tafsir

Al Bidayah
Telaah Surat al Fatihah
&
19 Surat Pendek
Pondok Pesantren al Ittifaqiah
Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan

Saya berlindung kepada Allah swt semata


dari godaan Syaithan yang terkutuk
)Istiadzah (memohon perlindungan







..

) :
( ]
:
[.
Maksud istiadzah adalah ungkapan
tulus seorang hamba untuk memohon
perlindungan dan pengawalan kepada Allah
swt dari kejahatan syaithan yang sangat
pembangkang,
dengan
harapan
agar
terhindar dari mudhorat yang diakibatkan

oleh syaithan baik didunia maupun diakhirat


dan dari upaya syaithan menghalangi hamba
dari mengerjakan hala-hal yang telah
diperintahkan
kepadanya.
Dan
hamba
memohon perlindungan kepada yang Maha
mendengar dan Maha mengetahui dari
bisikan dan godaan-godaan syaithan, karena
sesungguhnya tidak ada yang mampu
menghalangi syaithan untuk menggoda
manusia kecuali Allah swt Tuhan semesta
alam.
Abu Daud, Tirmidzi, an-Nasai dan Ibnu Majah
meriwayatkan:

..

):

(
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw ketika
bangun tengah malam melaksanakan salat
dan memulai salatnya dengan takbir lalu
berkata : aku berlindung kepada Allah swt
dari ganggunan syaithan yang terkutuk dari
tiupannya dan bisikannya

Kata audzu yang berarti: hamba


memohon perlindungan, menitipkan pesan
yang sangat penting dan segera untuk
dilaksanakan. Seorang hamba tidak akan
meminta perlindungan jika ia berada dalam
kondisi aman, nyaman dan terkendali. Hanya
orang yang berada dalam kondisi genting,
terancam, bahayalah yang akan mencari
perlindungan.
Dari kata ini bisa dipahami bahwa
seorang hamba yang mampu meresapi,
menyelami dan memahami makna istiadzah
akan mengetahui, menyadari dan merasakan
bahwa dirinya sedang berada dalam
ancaman yang sangat mengerikan dengan
segala bentuk tipu dayanya. Karena yang
mengancam adalah musuh abadinya yang
tidak tampak oleh panca indra.
Allah swt berfirman:
Sesungguhnya
ia
dan
kelompoknya
melihatmu dari tempat yang tidak mampu
engkau lihat. (QS. Al Araf: 27)
Keberadaan setan yang tidak tampak
oleh manusia saja merupakan satu hal yang
mengerikan, lebih dari itu komitmen setan
untuk senantiasa menggoda dan membujuk
rayu manusia sepanjang masa dari seluruh
arah lebih berbahaya lagi. Komitmen setan

tersebut diabadikan
Allah swt berfirman:

di dalam al Quran.

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah


menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari
jalan Engkau yang lurus, kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri
mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al
Araf: 16-17)
Pada ayat ini ada dua pelajaran yang
bisa dipetik, yaitu: Pertama: Arah datangnya
godaan dan bujuk rayu setan yang berasal
dari berbagai arahnya bisa dipahami bahwa
setan akan menggoda manusia dengan
segala bentuk bujuk rayunya melalui seluruh
arah yang ada kecuali arah atas dan bawah.
Dua arah ini yang tidak mampu dilalui
oleh setan untuk melancarkan aksinya.
Karena arah atas adalah simbol keagungan
Allah swt yang Maha Luhur dan Tinggi dan
arah bawah adalah simbol ketundukan dan
penghambaan
seorang hamba
kepada
khaliqnya, sehingga setiap hamba yang
senantiasa tunduk dan menghamba kepada
Allah swt (yang disimbolkan dengan sujud)
untuk mengagungkan Allah swt (yang
disimbolkan dengan takbir sebagai bentuk

penyerahan diri seorang hamba kepada Allah


swt yang Maha Agung) akan senantiasa
terjaga dari bujuk rayu setan terlaknat.
Kedua, maksud godaan dan bujuk rayu
dari arah depan, belakang, kanan dan kiri
adalah sebagai berikut:
-

Kedatangan setan dari arah depan


adalah datang untuk membujuk rayu
manusia secara langsung. Masuk
mengalir bersama aliran darahnya dan
membisikkan hal-hal negatif. Jika cara
ini
tidak
mampu
mempengaruhi
seorang hamba maka setan akan
mengambil jalur lain.
Kedatangan setan dari arah belakang
adalah simbol bujuk rayu setan
terhadap manusia melalui kelurga
terdekatnya, baik istri/suami, anakanak maupun orang tuanya. Sehingga
keluarga terdekat merupakan salah
satu jalan masuknya pengaruh setan
kepada seorang hamba. Agar mampu
menghindari aspek negatif ini maka
sudah semestinya keluarga dibekali
dengan iman yang kokoh sehingga
keluarga menjadi nikmat dan bukan
laknat.
Kedatangan setan dari arah kanan
merupakan simbol bahwa setan tidak
akan putus asa untuk membujuk rayu

dan
menggoda
seorang
hamba
meskipun diri dan keluarganya telah
memiliki benteng iman yang kuat.
Setan akan mempengaruhi manusia
melalui jalur alternatif yaitu para
sahabat, baik dengan perbandingan
faktor
ekonomi,
pendidikan
dan
kesejahteraan dll.
Kedatangan setan dari arah kiri
merupakan jalan alternatif lain yang
merupakan jalan tol setan untuk
melancarkan bujuk rayunya dengan
menggoda seorang hamba melalui
mitra kerja. Sehingga sogok, suap dan
iming-iming materi, pangkat, dsb
merupakan senjata pamungkas setan
untuk menjebak manusia hingga
terperosok dalam jurang kenistaan.

Dengan menyadari hal ini, maka sudah


semestinya
sorang
hamba
merasakan
ancaman
setan
yang
demikian
berbahayanya berada disekitar dirinya.
Waktu membaca istiadzah
Membaca istiadzah adalah satu hal yang
diperintahkan oleh Allah swt. Allah swt
berfirman:
Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah
kamu meminta perlindungan kepada Allah

dari syaitan yang terkutuk. (QS. An Nahl:


98).

)secara
Dari ayat diatas (

dzhohir dipahami bahwa waktu membaca
istiadzah adalah sesudah membaca al
Quran. Akan tetapi maksud sesungguhnya
dari ayat ini adalah (

yaitu membaca istiadzah ketika


hendak memulai membaca al Quran.
Adapun penggunaan kata fiil madhi
(kata
kerja
lampau)
diayat
tersebut
menunjukkan waktu membaca istiadzah
adalah sebelum membaca al-Quran yang
ditandai dengan keseriusan untuk memulai
mambaca al Quran.

Lafadz Istiadzah
Ada dua bentuk lafadz istiadzah. Yaitu:
Pertama:








Lafadz istiadzah ini berdasarkan firman Allah
swt (QS. An-Nahl: 98) dan (HR. Muslim)

tentang petunjuk Rasulullah mengenai


ucapan yang bisa menurunkan
tensi
kemarahan seseorang yang dipengaruhi
setan.
Kedua:











Adapun lafadz ini berdasarkan hadits
Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu
Daud, at-Tirmidzi, an-NasaI dan Ibnu Majah,
bahwa ketika Beliau bangun tengah malam
dan memulai shalatnya, Beliau membaca:



.
Hamba memohon perlindungan kepada Allah
swt
yang Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk
baik dari tiupan dan bisikannya.
Hemat Penulis, meskipun lafadz yang
kedua ini memiliki dasar dari hadits
Rasulullah saw, namun ada riwayat yang
membantahnya, diriwayatkan dari Ibnu

10

Masud ra bahwa ia berkata: saya membaca


audzu billahi as-samii al aliim min assyaithani ar-rajiim lalu Rasulullah saw
bersabda kepadaku: wahai putra Umm Abd,
audzu billahi min as-syaithan ar-rajiim
demikianlah Jibril membacakannya kepadaku
dari lauh al-mahfudz dari Qolam.1 karena itu
sebaiknya menggunakan lafadz pertama
yang disepakati dan bersumber dari alQuran dan Hadits.
Kesimpulan
1. Manusia dalam kondisi genting dan
terancam oleh bujuk rayu setan.
Karenanya
membutuhkan
perlindungan
segera
sebelum
terpedaya dan terlambat.
2. Istiadzah
dibaca
ketika
hendak
membaca al-Quran.
3. Ada dua bentuk lafadz istiadzah, akan
tetapi bentuk bacaan pertama lebih
kuat
karena
tidak
yang
mempermasalahkannya.

Abdullah Muhammad bin Muhammad al Qurtuby, al


Jami li ahkam al Quran, Darl Hadits Kairo 1996, Jil 1.
Juz 1. Hal. 102

11

Basmalah




Dengan nama Allah swt yang Maha Agung
Kasih-Nya dan Maha Kekal Sayang-Nya.
Tafsir Basmalah







.

:
{
}

12

- -




:
.
" :





:
:
".
Bismillahirrahmanirrahim
memiliki
arti
hamba memulai seluruh urusan hamba
dengan menyebut dan mengingat Allah swt,
sembari (hanya kepada-Nya) memohon
pertolongan, karena sesungguhnya Ialah
Sang Pemelihara yang berhak disembah
dengan segala keagungan dan kasih
sayangnya,
keluasan
rahmat
dan
kemuliaannya yang meliputi segala sesuatu
di alam semesta ini.
Pada sebagian pendapat, Allah swt
memulai surat al Fatihah ini dan surat-surat
lain dalam al Quran dengan Basmalah
(kecuali surat at-taubah) untuk membimbing

13

orang-orang muslim memulai segala sesuatu


baik pekerjaan maupun perkataan dengan
mengucap
Bismillahirrahmanirrahim
sebagai
satu
apresisasi
harapan
mendapatkan pertolongan dan petunjuk dari
Allah
swt,
dan
corak
nyata
yang
membedakan dengan penyembah berhala
yang memulai perbuatan mereka dengan
menyebut tuhan-tuhan mereka seperti Lata,
Uzza, Syuab dan Hubal.
Atthobary berkata Allah swt yang
Maha Tinggi dan Maha Suci mengajari nabiNya Muhammad saw untuk mengingat namaNya yang mulia ketika hendak mengerjakan
segala sesuatu, dan hal itu dijadikan satu
sunnah yang hendaklah diikuti dan jalan
yang hendaklah dilalui. Maka ungkapan
seseorang:
Bismillahirrahmanirrahim
ketika memulai membaca sebuah surat
dalam
al
Quran
menginformasikan
maksudnya yaitu saya membaca dengan
memulai menyebut nama Allah, demikian
juga setiap perbuatan yang lain.
Karenanya Ba pada awal basmalah
adalah huruf jar yang memiliki beberapa
makna, diantaranya: al-Istianah yang berarti
memohon pertolongan dengan nama Allah
dalam menghadapi seluruh urusan. Menurut
Sibawaihi, Ba disini bermakna al-Ilshaaq wa
al-Ikhtilaath, wa al-Mulabasah (bercampur,

14

bertautan) jadi segala urusan senantiasa


terikat dengan nama Allah swt.
Prinsip Fundamental Basmalah
1. Asas
Setiap hamba, demikian juga setiap
organisasi, instansi, partai dsb sudah
semestinya memiliki asas. Dan asas hidup
seorang hamba adalah Allah swt. Hidup
dari Allah swt, untuk Allah swt dan kembali
kepada Allah swt. Itulah yang dipesankan
lafadz bismillah pada setiap basmalah.
Anjuran membaca basmalah pada
hampir
setiap
aktifitas
manusia
merupakan tuntunan untuk mencitai Allah.
Hal ini bisa dipahami bahwa seseorang
yang mencintai sesuatu maka ia akan
sering menyebutnya. Setiap muslim akan
mengucapkan basmalah berkali-kali dalam
sehari, hanya saja terkadang perulangan
tersebut tidak
melahirkan
kecintaan
karena mayoritasnya diucapkan diluar
kesadaran.
Dalam
hal
ini,
Allah
swt
diperumpamakan dengan beras atau nasi,
sangat penting, namun selalu dilupakan,
diingat hanya ketika persediaan beras
atau nasi tersebut menipis atau habis.

15

Demikianlah
dengan
Allah,
menjadi
tumpuan
akhir
namun
terkadang
terlupakan, diingat hanya dalam kondisi
sakit, sedih atau berada dalam kondisi
yang tidak mengenakkan hati.
Kenapa Allah swt harus dicinta, karena
semuanya tertumpu pada Allah swt.
Berasal dari Allah, diatur dan dipelihara
oleh Allah swt serta pada akhirnya kembali
kepada Allah swt sebagai penampungan
akhir.
Setiap
hamba
akan
senantiasa
menantikan
kedamaian,
mencari
keindahan, mengejar kemuliaan dan
seterusnya. Sesungguhnya semua hal itu
ada pada Allah, karena Dia yang as-Salam;
Maha Damai, Dia yang al-Karim dan asySyarif; Maha Mulia, Dia yang al-Jamil; Maha
Indah dan seterusnya.
Jika seorang hamba belum tiba pada
kedamaian,
keluasan,
ketentraman,
kemuliaan dan lain sebagainya itu, maka
ada yang perlu dikoreksi ulang. Boleh jadi
ada proses yang belum sempurna seperti
meletakan sesuatu belum tepat pada
fungsinya. Meletakkan tujuan kedamaian,
kebahagian, ketentraman dsb pada materi
yang tidak kekal.

16

Renungkanlah,
jika
seorang
meletakkannya keindahan pada materi, ia
akan melihat keindahan itu ada pada
kembang, ia tanam dan pupuk sehingga
beberapa bulan kemudian akan tumbuh
subur dan berkembang, memberikan
pemandangan indah untuk beberapa
bulan, namun setelah itu, rumputpun akan
ikut
tumbuh,
keindahannya
akan
berkurang
sehingga
menimbulkan
kebosanan. Berpindah ke hiasan kolam
ikan disekitar rumah yang mengagumkan,
namun untuk beberapa waktu kedepanpun segera berubah menjadi hal yang
membosankan. Lalu berpindah ke interior
rumah dengan lampu kristal yang sangat
indah, dikagumi untuk beberapa bulan,
tapi
selanjutnya
kotor
dan
perlu
dibersihkan sehingga merepotkan dan
akhirnya membosankan.
Ini semua terjadi karena keletakkan
keindahan, kemuliaan, kedamaian pada
materi bukan pada hati. Padahal semua ini
adalah wilayah hati.
2. Misi (Tujuan jangka pendek)
Disamping asas, misi adalah satu hal yang
mutlak
ada
pada
setiap
individu,
kelompok, instansi, organisasi dsb. Adapun
misi yang semestinya diemban oleh setiap

17

hamba adalah mewujudkan kedamaian


dan kasih sayang merata di dunia. Hal ini
dipesankan oleh lafadz ar-Rahman yang
memiliki arti adzim ar-rahmah. Meskipun
rahmah Allah swt maha Agung dan Besar
yang diperuntukkan seluruh makhluknya
secara umum tanpa membedakan jenis,
bentuk, warna kulit dll, akan tetapi
semuanya terbatas hanya di dunia.

3. Visi (Tujuan jangka panjang)


Setelah menancapkan misi dengan kokoh
maka
selanjutnya
mengupayakan
terwujudnya visi. Dan sebaik-baiknya visi
seorang hamba, instansi, organisasi dsb
adalah
mewujudkan
kedamaian dan
kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Demikianlah lafadz ar-Rahim yang
memiliki arti kasih sayang yang abadi
menitipkan pesan kepada setiap hamba
untuk menjadikan visi ini sebagai tujuan
dari kehidupannya.

Sejarah Basmalah

18

Dalam Musnad Abi Daud, As-syaby, Abu


Malik, Qatadah dan Tsabit bin Imarah
berkata bahwa sebelum turunnya ayat QS.
An-aml: 30, Rasulullah saw belum menulis
lengkap basmalah seperti yang kita baca
selama ini.
Pada kesempatan lain, As Syaby dan
al-Amasy meriwayatkan bahwa Basmalah
menjadi lengkap seperti yang kita tulis
selama setelah melalui empat tahapan,
yaitu:
Tahapan
Pertama:
Rasululah
menulis
bismikallahumma. ()
Tahapan Kedua: Allah swt memerintahkan
kepada nabi Muhammad saw untuk menulis
bismillah. ()
Tahapan ketiga: ketika turun ayat

"
saw

maka Rasulullah

memerintahkan untuk menulis

) .
Tahapan keempat: ketika turun QS. An-Naml:
30, maka Barulah ditulis sempurna (

) .2
2

Ibid, hal. 108

19

Apakah
Basmalah
Fatihah?

bagian

dari

al

Para ulama sepakat bahwa basmalah adalah


bagian dari surat an-Naml: 30, demikian juga
mereka sepakat bahwa basmalah bukan
termasuk ayat pada surat at-Taubah. Akan
tetapi mereka berbeda pendapat pada suratsurat lainnya. Adapun ringkasan pendapat
para ulama tersebut adalah sebagai berikut;
1.

Basmalah bukan bagian dari surat alFatihah dan surat-surat yang lain dalam
al-Quran. Pendapat ini dikemukakan oleh
Imam Malik. Konsekwensi dari pendapat
ini adalah tidak dibacanya basmalah
dalam shalat fardhu baik dalam shalat
jahr (suara dikeraskan) maupun dlam
shalat sirr (suara dilembutkan).
Adapun argumen kelompok ini adalah
riwayat dari Anas bin Malik ra, ia berkata:
aku shalat dibelakang Rasulullah saw,
Abu Bakar ra dan Umar ra, semuanya
memulai shalatnya dengan membaca
alhamdulillahi rabb al-alamin, tidak
membaca
bismillahirrahmanirrahim
baik
diawal
bacaannnya
maupun
diakhirnya. (HR. Muslim)

20

2.

Basmalah bukan termasuk ayat pada


surat al-Fatihah dan surat-surat lainnya
akan tetapi ia adalah ayat al-Quran yang
berdiri sendiri, Allah swt turunkan
sebagai berkah dan pemisah antara suatsurat dalam al-Quran. Pendapat ini
dikemukakan
oleh
mazhab
Hanafi.
Konsekwensi dari pendapat ini adalah
basmalah dibaca dalam setiap rakaat
shalat sebelum membaca al-Fatihah
dengn sirr (dilembutkan).
Adapun argumen kelompok ini adalah
riwayat dari Anas bin Malik, ia berkata;
Rasulullah saw shalat bersama kami dan
Beliau tidak memperdengarkan kepada
kami bacaan bismillahirrahmanirrahim.
Demikian juga riwayat dari tsabit dari
Anas ra, ia berkata; aku shalat
dibelakang Rasulullah saw, dibelakang
Abu Bakar ra dan Umar ra dan aku tidak
mendengar seorangpun diantara mereka
yang
mengeraskan
bacaan
bismillahirrahmanirrahim.3

3.

Basmalah termasuk bagian dari surat al


Fatihah. Pendapat ini dikemukakan oleh
Imam Syafii. Konsekwensi dari pendapat
ini adalah basmalah dibaca setiap rakaat

Ibid, hal. 112

21

shalat sebelum membaca al-Fatihah baik


di shalat jahr maupun sirr.
Adapun dasar pendapat kelompk ini
adalah riwayat dari Abi Hurairah ra, dari
Rasulullah saw bersabda: jika kalian
membaca alhamdulillahi rabb al-alamin
maka bacalah bismillahirrahmanirrahim,
karena sesungguhnya ia (basmalah,
adalah termasuk) umm al-Quran, umm
al-itab dan as-sabu al-matsani. Dan
bismillahirrahmanirrahim adalah salah
satu ayatnya. (HR. Darul Qutni)
4.

Basmalah adalah bagian dari surat alFatihah dan surat-surat lainnya kecuali
surat
at-Taubah.
Pendapat
ini
dikemukakan oleh Abdullah bin Mubrak
Adapun argumen kelompok ini adalah
riwayat dari Anas ra, ia berkata; suatu
hari ketika Rasulullah saw sedang berada
diantara kami, lalu beliau memejamkan
matanya dan mengangkat kepalanya
sembari tersenyum, lalu kamiberkata:
apa yang menyebabkanmu tersenyum
wahai Rasulullah saw? Beliau bersabda:
barusan turun kepadaku surat, lalu
Rasulullah
saw
membaca:
Bismillahirrahmanirrahim,
Inna
athoinaaka al-Kautsar ... (HR. Muslim)

22

Dari uraian diatas, menurut penulis,


pendapat yang paling kuat adalah pendapat
Imam Malik yang mengatakan bahwa
Basmalah bukan bagian dari surat al-Fatihah
dan surat-surat yang lain dalam al-Quran.
Kesimpulan ini berdasarkan:
1. Al-Quran
disampaikan
secara
mutawatir dan perbedaan para ulama
tentang kedudukan basmalah itu
sendiri cukuplah menjelaskan bahwa
basmalah bukan bagian dari surat alFatihah.
2. Hadits yang diriwayatkan dari Anas bin
Malik ra, ia berkata: aku shalat
dibelakang Rasulullah saw, Abu Bakar
ra dan Umar ra, semuanya memulai
shalatnya
dengan
membaca
alhamdulillahi rabb al-alamin, tidak
membaca bismillahirrahmanirrahim
baik diawal bacaannnya maupun
diakhirnya. (HR. Muslim)
3. Hadits Qudsi yang diriwayatkan dari
Abu Hurairah ra, ia berkata; aku
mendengar Rasulullah saw bersabda;
Allah swt berfirman; aku bagi shalat
(al-Fatihah) antaraku dan hambaku
menjadi dua bagian, dan bagi hambaKu segala yang diharapkannya. Ketika
sang hamba berkata; alhamdu lillahi
rabb al-Alamin, Allah swt berfirman:
hamba-Ku telah memujiku..., (HR.

23

Muslim). Pada hadits qudsi ini jelas


Allah swt memulai al-Fatihah dari
alhamdu lillah rabb al-Alamin bukan
dari bismillahirrahmanirrahim.
4. Di ujung hadits Qudsi diatas, setelah
Allah swt berfirman; ... dan jika
hambaku
berkata:
ihdinasshiratal
mustaqim, shiraatalladzina anamta
alaihim ghairi al maghdhubi alaihim wa
laa adh-dhoollin, Allah swt berfirman;
Haaulai
liabdii.
(HR.
Malik).
Ungkapan
haaulaai
tersebut
memperkuat argumen ini, karena
menjelaskan
bahwa
dari
kata
ihdinasshiratal
mustaqim
hingga
akhir surat al-Fatihah ada tiga ayat.
Seandainya hanya dua ayat, niscaya
menggunakan
kata
haataani.
Wallahu alam
5. Meskipun penulis berpendapat bahwa
basmalah bukan bagian dari surat alFatihah, akan tetapi dalam shalat
penulis menganjurkan untuk membaca
basmalah sebelum membaca surat alFatihah. Hal ini disebabkan:
a. Tidak ada yang menjelaskan bahwa
batal
shalat
seseorang
yang
membaca basmalah ketika shalat
termasuk juga ketika memabaca
basmalah sebelum membaca surat
al-Fatihah.

24

b. Membaca basmalah dalam shalat


tidak membatalkan shalat, akan
tetapi
jika
ternyata
basmalah
adalah bagian dari surat al-Fatihah
(sebagaimana pendapat yang lain)
maka
jelas
tidak
sah
shalat
seseorang yang tidak membaca
basmalah karena itu berarti ia tidak
membaca surat al-Fatihah dengan
sempurna. Padahal Rasulullah saw
bersabda;
tidak
sah
shalat
seseorang yang tidak membaca
surat al-Fatihah (HR. Muslim)
Kesimpulan
1. Basmalah merupakan prinsip hidup
yang mengandung azaz, misi dan visi
hidup seorang mukmin baik dalam
kehidupan
individual
maupun
kelompok/organisasi
2. Sejarah Basmalah mengajarkan prinsip
bertahap dalam melakukan perubahan
3. Perbedaan pendapat adalah hal yang
wajar, dan kita dituntut untuk lebih
dewasa menghargai pendapat yang
lain

Sekilas Tentang Surat al Fatihah

25


""

-
















" "

.
Waktu dan Tempat turunnya surat al
Fatihah
Menurut mayoritas ulama surat al
Fatihah termasuk surat Makiyah. Hal ini
berdasarkan firman Allah swt: sunggun
telah kami wahyukan kepadamu tujuh ayat
yang senantiasa di ulang-ulang dan al
Quran al Adzim. (QS. Al Hijr: 87). Dan

26

ulama sepakat bahwa surat al Hijr termasuk


Makiyyah. Disamping itu shalat diwajibkan di
Mekah dalam peristiwa Isra miraj satu
setengah tahun sebelum Hijrah, Dan tidak
sah shalat seseorang tanpa membaca al
Fatihah.
Disisi lain Abu Hurairah, Mujahid, Atha
bin Yasar dan az-Zuhri berpendapat bahwa
surat al
Fatihah
termasuk
surat
al
Madaniyah.
Sebagian ulama menggabungkan dua
pendapat diatas, bahwa surat al Fatihah
diwahyukan dua kali. Pertama turun di
Mekah satu setengah tahun sebelum Hijarah.
Dan diwahyukan kedua kalinya di Madinah
ketika perpindahan arah kiblat dari Baitul
Muqaddas di Palestina menuju Baitullah
Kabah al Musyarrafah di Mekah.
Az-Zarkasy berkata, sesuatu bisa saja
diwahyukan dua kali sebagai bentuk
pengagungan terhadap hal tersebut dan
mengingatkan dari sesuatu yang terlupa.
Demikianlah halnya dengan surat al Fatihah
yang diwahyukan dua kali. Pertama di Mekah
dan kedua di Madinah.4

Az-Zarkasy, Al Burhan fi ulum al Quran....

27

Meskipun jumlah ayatnya


hanya
sebanyak tujuh, Surat ini dinamai al fatihah
karena
menjadi
pembuka
al
Quran.
Pembuka al Quran secara urutan mushaf
bukan urutan turun. Surat yang demikian
ringkasnya ini mengandung seluruh isi al
Quran dan secara global menjelaskan isi-isi
kandunganya.
Dalam surat ini memuat pondasipondasi agama dan cabang-cabangnya, yaitu
akidah, ibadah, tasyri, keyakinan terhadap
hari akhir, iman tehadap sifat-sifat Allah swt
yang Maha Mulia, mengkhususkannya untuk
beribadah, memohon pertolongan dan doa,
menghadap
hanya
kepadanya
untuk
memohon hidayah menuju agama yang
benar dan jalan yang lurus, merendah diri
kepada Allah swt mengharapkan kekokohan
dalam agama Iman dan menempuh jalanjalan hamba yang sholeh serta memohon
kepada-Nya agar terhindar dari jalan orangorang yang dimurkai dan jalan orang-orang
yang sesat.
Dalam surat ini juga menjelaskan
tentang
kisah-kisah
umat
terdahulu,
penelusuran
terhadap
jalan-jalan
keselamatan dan jalan-jalan kecelakaan.
Didalam surat ini juga tuntunan ibadah
dengan
cara
melaksanakan
perintahperintah Allah swt dan menjauhi larangan-

28

larangan-Nya,
demikian
juga
terdapat
maksud-maksud,
tujuan-tujuan,
dan
kegunaan-kegunaan yang lain.
Surat ini
bagaikan ibu terhadap surat-surat yang
lainnya dalam al Quran, karenanya surat ini
disebut dengan nama umm al Kitab karena
dalam surat ini telah terkumpul seluruh
kandungan-kandungan pokok al Quran
.
Keistimewaan surat al Fatihah


"
-
"
:
)


(





{ ].[87 :






-
) :
:


(.

29

Surat al Fatihah adalah pembuka al


Quran
yang
memiliki
segudang
keistimewaan. Hal inipun tampak dari
deretan nama yang melekat pada surat al
Fatihah. Diantara kemuliaannya tersebut
adalah:
1. Dari Abi Said bin Mualla, ia berkata
ketika aku shalat di masjid, Rasulullah
saw
memanggilku
dan
aku
tidak
menjawabnya sehingga aku selesai
shalat, lalu aku mendatangi Rasulullah
saw. Beliau bersabda: apa yang
menghalangimu
(tidak
langsung)
mendatangiku? Aku berkata: wahai
Rasulullah saw aku sedang shalat. Beliau
bersabda:
bukankah
Allah
swt
berfirman: wahai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan rasul apabila rasul menyeru kamu
kepada suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu. (QS. Al anfaal: 24). Lalu
Rasulullah saw bersabda: sungguh aku
akan ajarkan kapadamu surat yang
paling agung dalam al Quransebelum
engka keluar dari masjid. Lalu Beliau
memgang tanganku. Ketika Beliau akan
keluar masjid, aku berkata: wahai
Rasulullah bukankah engkau bersabda
akan mengajarkan kepadaku surat yang

30

paling agung dalam al Quran, Beliau


bersabda: al hamdulillah rabb al alamin,
adalah tujuh ayat yang selalu diulangulang (dalam shalat) dan al Quran al
Adzim yang diwahyukan kepadaku. (HR.
Bukhari, Abu Daud, Ibnu Majah, an-Nasai
dan Ahmad)
2. Dari Said bin Zubair dari Ibnu Abbas ra ia
berkata ketika Jibril duduk di sisi
Rasulullah saw ia mendengar suara dari
atasnya, lalu ia menengadah dan berkata
bahwa pintu langit yang selama ini tidak
pernah dibuka kini terbuka, lalu turunlah
malaikat. Jibril berkata: ini malaikat yang
selama ini tidak pernah turun kebumi kini
telah turun dan mengucapkan salam lalu
berkata: terimalah berita gembira dengan
dua cahaya yang diwahyukan kepadamu
dan tidak pernah diwahyukan kepada
seorang nabipun sebelummu, yaitu
fatihatul kitab dan penutup surat al
Baqarah, setiap huruf yang engkau baca
dari keduanya akan (menjadi perantara)
dikabulkannya keinginanmu. (HR. Muslim,
Abu Daud dan an-Nasai). Karena
kemuliaan inilah telah menjadi tradisi
membaca
surat
al-Fatihah
ketika
memulai sebuah kegiatan, berdoa agar
kabul hajat, diampuni dosa dan lain
sebagainya.
3. Diriwayatkan dari Imam Ahmad dalam
Musnadnya, bahwa Ubay bin Kaab

31

membaca umm al Quran (al Fatihah)


kepada nabi Muhammad saw, lalu
Rasulullah saw bersabada:




demi
jiwaku
yang
ada
dalam
genggaman-Nya, tidak diturunkan dan
Taurat, Inzil, Zabur, dan al Quran surat
sepertinya (al Fatihah). Surat al Fatihah
itu as sabu al matsani (tujuh ayat yang
senantiasa diulang-ulang) dan al Quran
al Azim yang diwahyukan kepadaku.
Hadits diatas mengisyaratkan kepada firman
Allah swt dalam surat al Hijr : 87. Allah swt
befirman : dan sungguh telah kami berikan
kepadamu saban min al matsani (tujuh ayat
yang senantiasa berulang-ulang) dan al
Quran al azim.

32

Nama-nama Surat al Fatihah

"
"

.

Surat al-Fatihah memiliki demikian banyak


nama yang menunjukkan kemuliaannya.
Diantara nama-nama tersebut adalah:
1. Al-Fatihah
Dinamakan al-Fatihah karena menjadi
pembuka al-Quran, demikian juga menjadi
pembuka shalat dan kegiatan-kegiatan
keagamaan lainnya.
2. Al-Quran al-Adzim

33

Dinamai dengan al-Quran al-Adzim karena


surat al-Fatihah telah mengandung seluruh
makna dan tujuan al-Quran. Al-Qurtuby
berkata; al-Fatihah mengandung pujian
kepada Allah swt dengan segala bentuk
kesempurnaan
dan
kemuliaan-Nya,
perintah ibadah dan ikhlas sebagai
pokoknya, pengakuan akan kelemahan diri
untuk melaksanakan perintah-Nya tanpa
pertolongan dari-Nya, dan permohonan
bimbingan dan petunjuk menuju jalan
yang lurus da kondisi akhir perjalanan
orang-orang yang shalih dan orang-orang
yang membangkang.5
3. As-Sabu al-Matsani,
Dinamakan
demikian
karena
jumlah
ayatnya tujuh dan senantiasa diulangulang dalam setiap rakaat shalat, menurut
pendapat lain karena tujuh ayat tersebut
turun dua kali.
4. Um al-Kitab
Menurut Bukhari, dinamakan um al-Kitab
karena
mushaf
al
Quran
dimulai
penulisannya dengan surat ini, dan shalat
dimulai dengan membacanya. Argumen
lain, bahwa surat ini telah mewakili
5

Ibid, hal. 129

34

seluruh kandungan kitab al-Quran dan


kitab-kita
samawi
yang
Allah
swt
wahyukan kepada para nabi terdahulu.
5. As-Sholat
Dinamakan as-sholat karena tidak sah
shalat seseorang tanpa membaca surat alFatihah. Di sisi lain Abu Hurairah berkata,
aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
Allah swt berfirman, Aku bagi as-shalata
(surat al Fatihah) antara-Ku dan hamba-Ku
menjadi dua bagian, ... (HR. Muslim, Ibnu
Majah, An-Nasai dan Abu Daud).

6. Al-Hamdu
Dinamai al-Hamdu karena dimulai dengan
kata al Hamdu. Meskipun sesungguhnya
ada lima surat dalam al-Quran yang
dimulai dengan kata alhamdu, yaitu alFatihah, Al-Anam, al-Kahfi, Fathir dan
Saba, namun surat ini diistimewakan
dengan nama tersebut karena telah
mewakili seluruh jenis pujian dialam
semesta.
7. as Raqy

35

dinamai dengan ar-Raqy karena sebuah


peristiwa
dimana
seorang
sahabat
mengobati
pembesar
sebuah
kaum
dengan membaca al-Fatihah dan sembuh.
Dari Said al-Khudri, ia berkata; ketika kami
dalam perjalanan dan kami beristirahat,
datanglah seorang pembantu dan berkata:
sesungguhnya pembesar kaum dalam
kondisi sakit dipatuk ular, dan tidak ada
diantara kami yang bisa mengobatinyai,
adakah
diantara
kalian
yang
bisa
menjampinya
(mengobatinya)?
Maka
berdirilah seorang diantara kami yang
kami tidak pernah menduga bahwa ia bisa
menjampi. Lalu ia menjampinya dan
sembuh.
Lalu
kamipun
di
hadiahi
tigapuluh kambing dan di jamu minuman
susu, ketika kami telah kembali, kami
bertanya
kepadanya
(sahabat
yang
meruqiyah);
apakah
kamu
bisa
meruqiyah? Ia berkata; tidak, saya hamba
membaca
umm al kitab, lalu kami
berkata; janganlah engkau berbicara
apapun
sebelum
kita
tiba
kepada
Rasulullah saw dan menanyakannya.
Ketika kami tiba kota Madinah, kami
menyampaikan hal tersebut kepada
Rasulullah saw, dan Beliau bersabda; ia
tidak tahu sesungguhnya umm kitab itu
adalah raqiyah. Berilah dan bagilah
untukku bagian (dari hadiah tersebut).
(HR. Bukhari)

36

8. al-Wafiah
karena
al-fatihah
telah
mengadung
seluruh makna-makna al Quran.
9. Al-Kafiyah
Karena cukuplah shalat dengan al-Fatihah
dan tidak cukup dengan bacaan suratsurat yang lain tanpa al-Fatihah.
10.

Al-Asas

Karena al-Quran dimulai dengan


Fatihah dalam urutan mushafnya.

al-

Imam as- Suyuthi secara rinci telah


menghitung jumlah nama surat al Fatihah
dan menurut beliau ada lebih dari 20
nama
surat
al
Fatihah
yang
ini
menunjukkan kemuliaan surat tersebut.

37








Segala puji bagi
sekalian alam.

Allah

Pemelihara

seru

}

{













Allah
swt
mengajarkan
kepada
hambanya cara memuji, mensucikan dan
mengagungkan Allah swt sebagaimana
mestinya,
yaitu
dengan
mengucapkan
alhamdu lillah. Sebagai seorang hamba,
sudah
semetinya
kita
memuji
dan
mengagungkan Allah swt karena kebaikan
dan kasih sayang-Nya yang melimpah ruah
baik
dari
permulaan
penciptaan,
pemeliharaannya terhadap terhadap alam
semesta khususnya manusia dan jin.
Sebagai pembuka al-Quran, surat alFatihah mengandung seluruh makna dan
tujuan al-Quran.

38

Said Hawa menjelaskan bahwa alQuran adalah ajakan menuju aqidah, ibadah
dan pegangan hidup. Aqidah dalam Islam
bukanlah sekedar konsep saja karena aqidah
akan melahirkan hasil, pengaruh dan
kewajiban. Pemahaman tengan sifat tarbiyah
Allah dan rahmat-Nya serta hisan menuntut
lahirnya aksi.
Melalui surat ini, Islam mengajarkan
kepada kita untuk mengenal Allah swt sejak
awal, pertengahan dan akhir surat. Diawal
surat ini mengajarkan bahwa Allah swt
adalah Sang Pemelihara yang Maha Kasih
Sayang, ditengah surat mengajarkan bahwa
Allah swt Sang Penolong dan diakhir surat ini
mengajarkan bahwa Allah swt Sang Penunjuk
jalan.
Pokok Akidah Islam tergambar pada
ayat; alhamdulillahi rabb al-Alamin hingga
Maliki Yaum ad-Din,
Pokok ibadah dan Ikhlas sebagai kuncinya
tampak pada ayat; iyyaka nabudu.
Pokok teladan yang baik tergambar
pada ayat; Shirata al-ladzina anamta
alaihim.

39

Pokok contoh yang buruk tergambar


pada akhir surat; ghair al-Maghdhubi alaihim
wa laa adh-dhoolliin.6
Ar-Rozi berkata; maksud dari al-Quran
terkumpul pada empat hal. Yaitu; ilahiyaah
(ketuhanan), al-maad (hari pembalasan), anNubuwaat (kenabian) dan itsbat al-Qodho
wa al-Qadr.7
Makna
Huruf

( )pada kata ()

()

pada lafadz

()

memiliki

beberapa makna, yaitu;


1.

2.

li

al-Istigraq,

artinya

meliputi

keseluruhan.
( )ini menunjukkan
yang berhak mendapatkan pujian secara
mutlak hanyalah Allah swt semata.
Karena hanya Allah swt yang memiliki
nama-nama mulia dan terpuji demikian
juga dengan perbuatan Allah swt
seluruhnya terpuji.
Li al-Jins: artinya isyarat menghadirkan
kemuliaan Allah swt dalam benak dan

Said Hawa,al-Asas fi at-Tafsir, Darl as-Salam: Kairo,


1999, Jil. 1. Hal. 38
7

Fakhruddin ar-Rozi, mafatih al-Goib

40

3.

membedakannya dengan segala bentuk


kemuliaan yang hadir dari yang lain.
Li al-Ahdi: artinya seorang hamba
mengikuti cara memuji kepada Allah swt
sebagaimana yang telah di tetapkannya
dalam
syariatnya.
Yaitu
dengan
mengucapkan alhamdulillahi rabb alalamin.

Intisari kata

()

Pujian adalah ungkapan kekaguman


yang muncul dari dalam hati seseorang
kepada yang dikaguminya. Syarat utama
lahirnya pujian adalah adanya khusnu adzdzon (prasangka baik). Tanpa khusnu adzdzon niscaya tidak akan lahir pujian terhadap
orang lain. Karena sebaik apapun karya,
prestasi dan capaian orang yang dibenci
tetap tidak akan muncul rasa kagum yang
melahirkan pujian.
Adapun cara menanamkan khusnu
adz-dzon dalam diri seorang hamba adalah
dengan melatih diri berfikir baik pada setiap
orang, dan meluruskan teknis khusnu adzdzon itu sendiri.
Banyak orang yang merasa kesulitan
untuk mengaflikasikan konsep ini pada

41

semua orang karena terjebak pada teknis


yang tidak tepat.
Perhatikanlah, ketika anda melihat
seseorang dan meletakkan kaca merah
didepannya, maka anda akan melihat orang
tersebut berwarna merah. Namun, ketika
anda menoleh kepada orang lain yang tidak
berada dibelakang kaca merah maka anda
akan melihatnya pada kondisi yang berbeda
tanpa warna merah. Agar semuanya bisa
anda lihat dengan warna merah maka cara
praktis
dan
mudah
adalah
dengan
meletakkan kacamata berwarna merah
dimata anda tanpa harus meletakkan kaca
merah didepan setiap orang yang akan anda
lihat. Demikianlah cara mudah menanamkan
khusnu adz-dzon pada diri kita adalah
dengan meletakkannya di dalam hati bukan
pada diri orang yang kita nilai.
Kata alhamdu pada ayat ini menitipkan
pesan bahwa setiap hamba hendaklah
memulai
seluruh
aktifitasnya
dengan
didasari khusnu adz-dzon baik kepada
sesama makhluk maupun kepada Allah swt.
Kemudian jika diperhatikan dengan
seksama, seluruh kata yang berakar dari
kata hamd akan berarti sesuatu yang terpuji,
hal ini menegaskan bahwa sikap khusnu adzdzhon akan senatiasa menghadirkan kondisi

42

yang baik meskipun terjadi pada saat yang


kurang tepat.
Penggabungan Makna

()

dan

menegaskan bahwa seluruh pujian


hakikatnya kembali kapada Allah swt. Baik
itu pujian dari Al-Kholiq kepada Dzatnya
yang agung, al-Kholiq kepada makhluknya,
Makhluk kepada al-Kholiq maupun makhluk
kepada makhluk itu sendiri.

Alhamdulillah
Syiar Para Nabi,
Malaikat dan hamba-hamba Sholih
Dari Anas bin malik ra, ia berkata bahwa
Rasulullah saw bersabda; tidaklah allah swt
memberikan nikmat kepada hamba-Nya dan
hamba-Nya berkata alhamdulillah kecuali
Allah akan memberi yang lebih baik daripada
yang diambil-Nya dari hamba-Nya. (HR. Ibnu
Majah)
Ibnu Abbas meriwayatkan
alhamdulillah
adalah
ungkapan
syukur.

bahwa
setiap

Nabi Adam as ketika bersin berkata:


alhamdulillah

43

Allah memerintahkan nabi Nuh as


untuk
bersyukur
dengan
berkata:
alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang
telah menyelamatkan kami dari kaum yang
dholim. (QS. al Mukminun: 28).
Nabi Ibrahim bersyukur kepada Allah
swt dengan berkata: Alhamdulillah (segala
puji
bagi
Allah)
yang
telah
menganugerahkan kepadaku Ismail dan Isha
hingga besar. (QS. Ibrahim: 39)
Nabi
Daud
dan
Sulaiman
mengungkapkan syukurnya dengan berkata:
alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang
telah memuliakan kami diatas mayoritas
hamba-hamba-Nya yang shalih. (QS. anNaml: 15)
Allah
swt
memerintahkan
nabi
Muhammad saw berkata: dan katakanlah
(Muhammad); alhamdulillah (segala puji bagi
Allah) yang tidak pernah mengambil anak.
(QS. al-Isra: 111)
Penghuni
surga
mengungkapkan
syukurnya dengan berkata: alhamdulillah
(segala puji bagi Allah) yang telah
menjauhkan kami dari kesedihan dan akhir
dari doa mereka adalah alhamdulillahi rabb
al-alamin. (QS. Yunus: 10).

44

As-Sayuthi berkata; tujuh hamba yang


menyebut Allah swt dengan; alhamdulillah
dan ketujuhnya mendapatkan kemuliaan dari
Allah
swt.
Nabi
Adam
as
berkata
alhamdulillah sehingga ia mendapat rahmat
dari
Allah
swt
dengan
jawaban
yarhamukallah,
nabi
Nuh
berkata
alhamdulillah
(QS.
Al-Mukminun:
28)
sehingga ia mendapatkan keselamatan dari
Allah swt dengan firmannya; wahai Nuh,
turunlah (dari kapalmu) dengan keselamatan
dari Kami dan keberkatan atasmu. (QS. Hud:
48). Nabi Ibrahim berkata: alhamdulillah (QS.
Ibrahim: 39) sehingga mendapatkan tebusan
bagi nabi Ismail as, Allah berfirman: dan
Kami ganti dengan sembelihan yang agung
(QS. Ash-Shofaat: 107) nabi Daud dan
Sulaiman berkata: alhamdulillah (QS. AnNaml: 15) sehingga memperoleh kenabian
dan kerajaan, Allah swt berfirman: dan
keduanya kami berikan hukum dan ilmu
(QS. Al-Anbiya: 29), nabi Muhammad saw
diperintahkan mengucapkan alhamdu lalu
mendapatkan ketinggian dan kemuliaan.
Allah swt berfirman: Bukankah Kami telah
lapangkan dadamu (QS. Al-Insyirah: 1).
Al-Qurtuby berkata; hakikat alhamdu
adalah Ha: al-wahdaniyah, Mim: al-Mulk,
Dal: ad-daimumah. Barang siapa yang
mampu memahami wahdaniyah, daimumah

45

dan al-mulk maka ia telah memahami Allah.


Itulah hakikat hamd.
Syafiq bin Ibrahim berkata dalam
tafsirnya: alhamdulillah memiliki tiga syarat.
Yaitu; pertama, ketika mendapat sesuatu
mengetahui siapa yang memberi. Kedua,
ridha atas pemberian tersebut. Tiga, tidak
mendurhakainya ketika masih memiliki
kekuatan.
Makana

()

pada()

Arti huruf
( )pada( )adalah; li attamlik, yang berarti kepemilikan. Dengan
demikian seluruh bentuk pujian pada
hakikatnya adalah milik Allah swt.
Adapun macam-macam pujian terbagi
menjadi empat kategori, yaitu:
1.

Pujian Al-Kholiq kepada Dzat-Nya yang


Agung.
Sudah semestinya Allah swt memuji dzatNya yang Maha Agung. Segala bentuk
pada alam raya ini berasal dari Allah swt,
ada, hidup, tumbuh dan berkembang
karena Allah swt dan pada akhirnya akan
kembali kepada Allah swt. Demikian juga
dengan
sumpah-Nya
menggunakan

46

kalam-Nya (QS. Yasin: 2), (QS. Shod: 1)


dst.
Menunjukkan
kemuliaan
dan
keagungan sang Kholiq.
2.

Pujian Al-Kholiq kepada Makhluk-Nya.


Pujian Allah swt atas ciptaannya baik
berupa manusia seperti pengakuan-Nya
terhadap
kemuliaan
akhlak
nabi
Muhammad saw (QS. Al-Qalam: 4).
Demikian juga Sumpah Allah swt dengan
menggunakan nama-nama ciptaan-Nya,
baik malaikat-Nya (QS. Ash-Shofaat: 1,
QS. An-Naziaa: 1-5), pena (QS. Al-Qalam:
1), langit, (QS. Al-Buruj: 1), Fajar (QS. AlFajr: 1), matahari dan bulan, siang dan
malam, langit dan bumi dan jiwa (QS.
Asy-Syams: 1-7) malam dan siang (QS.
Al-lail: 1) duha (QS. Ad-Dhuha: 1), Tin dan
Zaitun (QS. At-Tin: 1) kuda perag (QS. AlAdiaat: 1), masa (QS. Al-Ashr: 1) dst,
semua itu menunjukkan keagungan
pencipta-Nya.

3.

Pujian Makhluk kepada al-Kholiq


Sudah
semestinya
seorang
hamba
memuji kemuliaan pencipta-Nya, dan
semua bentuk pujian tersebut tidak
terlepas dari karunia Tuhan-Nya yang
memberikanya
kemampuan
untuk
bersyukur
dan
memuji,
sehingga

47

kemampun
untuk
mengungkapkan
syukur dan pujian itu sendiri adalah satu
hal yang wajib untuk di syukuri dst.
Sehingga
pada
hakikatnya
pujian
tersebut adalah milik Allah swt.
4.

Pujian Makhluk
sendiri.

kepada

Makhluk

itu

Adalah hal yang fitrah ketika seorang


hamba memuji yang lain baik karena
faktor prestasi, kecerdasan, keindahan
tubuh dan lain sebagainya. Semua hal ini
pada hakikatnya adalah pujian kepada
Sang Kreator Allah swt yang telah
mengatur-Nya dengan sangat baik.
Keistimewaan lafadz

()

Lafadz Allah adalah lafadz al-jalalah


(lafadz yang sangat luhur), merupakan nama
dan
bukan
sifat
bagi-Nya,
memiliki
keistimewaan luar biasa yang tidak dimiliki
oleh seluruh kata yang ada.
Diantara keistimewaan lafadz ini
adalah tidak pernah ditemukan nama
makhluk apapun yang bernama Allah,
meskipun ada menggunakan idhofat seperti
abdullah dan lain lain.

48

Dari sisi bahasa akan kita temukan


keistimewaan yang tidak ditemukan pada

( )tersusun dari lima


huruf, yaitu: () , kelima huruf
kata lain. Lafadz

ini meskipun dikurangi satu persatu tetap


akan menunjukkan Allah swt, yang hal ini
tidak pernah ditemukan dalam bahasa
apapun. Perhatikanlah berikut ini;
Pertama; lafadz ( )menunjukkan
Allah. Allah swt berfirman;
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhlukNya).... (QS. Al-Baqarah: 255)
Kedua; lafadz ( )menunjukkan
Allah. Allah swt berfirman:
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi.... (QS. AlBaqarah: 284)
Ketiga; lafadz ( )menunjukkan
Allah. Memang asal mulanya kata ini
ditujukan untuk setiap yang disembah haq
maupun bathil. Kemudian kata ini banyak

49

digunakan untuk sembahan yang haq. Allah


swt berfirman:
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang
mengatakan: "Bahwasanya Allah salah
seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang
mereka katakan itu, pasti orang-orang yang
kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan
yang pedih. (QS. Al-Maidah: 73)
Apakah disamping Allah ada tuhan (yang
lain)?... (QS. An-Naml: 60)
Keempat; lafadz ( )menunjukkan
Allah. Allah swt berfirman:
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi,
Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. AlHadid: 2)
Kelima; lafadz
Allah.

()

( )tetap menunjukkan

Adalah isim dhomir muttasil yang

berasal dari isim dhomir munfasil


Allah swt berfirman;

().

50

Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali


Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arsy yang
besar." (QS. An-Naml: 26)
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, ... (QS. AlQashash: 70)

(
)
Tuan8 yang membenahi, mengatur,
mendidik, yang disembah, berkehendak.9
Kata rabb berasal dari kata tarbiyah
artinya
pendidikan,
pengasuhan
dan
pemeliharaan.
Kata rabb pada Allah melekat dengan
dua bentuk, pertama, sifat dzat yang berarti
Tuhan dan Tuan. Kedua, sifat fiil yang
berarti
mengatur
dan
memelihara
makhluknya.

Mahmud bin Umar az-Zamaksyari, al Kassyaf an


haqaiq at-tanzil wa uyun al-aqawil fi wujuh attawil,Maktabah Misr, Kairo: tt. Jil. 1, hal. 17
9

Muhammad Amin Abu Bakar Magush, al-Lubab fi


Tafsir Fatihah al-Kitab, Maktabah al-Azhar, kairo, tt,
hal. 48

51

Pemeliharaan Allah swt terhadap manusia


ada dua macam;
1. Pemeliharaan
terhadap
eksistensi
manusia. Yakni ditumbuhkan sejak
kecil hingga dewasa dan adanya
peningkatan kekuatan jiwa
serta
akalnya.
2. Pemeliharaan terhadap agama dan
akhlaknya, yakni melalui wahyu yang
diturunkan kepada salah seorang agar
menyampaikan risalah yang akan
menyempurnakan
akal
dan
membersihkan jiwa mereka.
Derajat tarbiyah Allah berbeda-beda
sesuai dengan keberadaan makhluknya.
Allah swt memelihara arwah dengan
limpahan nikmat-Nya, Allah swt memelihara
jiwa hamba-hamba-Nya dengan hukum
syariat-Nya, memelihara jiwa-jiwa al-aarif
dengan adab thoriqoh, dan memelihara
rahasia muhaqqiqin dengan cahaya haikatNya.10
Dari uraian ini bisa dipahami bahwa
kata rabb menitipkan pesan bahwa Allah swt
adalah Tuhan yang tidak saja mencipta
makhluknya dan meninggalkannya akan
tetapi mencipta dan senantiasa mengatur
10

Ibid, hal. 49

52

serta memeliharanya dengan limpahan kasih


sayang.
Perhatikan ketelitian Allah swt dalam
memelihara
manusia,
setiap
manusia
memiliki beberapa tempat yang ditumbuhi
rambut, mulai dari kepala, alis, bulu mata,
rambut hidung, rambut ketiak, rambut dada,
rambut pada kemaluan hingga betis hingga
pada sebagian orang tumbuh rambut di atas
jari jempol kakinya. Dengan ketelitian yang
Maha Sempurna tidak pernah terjadi
pertukaran tempat antara satu rambut
dengan rambut lainnya.
Bayangkan oleh anda, apa yang terjadi
jika rambut kepala tertukar dengan rambut
hidung atau bulu mata? Subhannallah.

(

)

Alam semesta.
Yang dimaksud dengan al-alamin
adalah seluruh hal selain Allah swt.

53

Alam merupakan kata single yang


menunjukkan
kelompok,
baik
berakal
maupun tidak. Karenanya dikenal istilah
alam manusia, alam jin, alam binatang, alam
tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya.
Al-Alamin berasal dari kata ilm dan
alam.
Kata ilm menegaskan bahwa alam
semesta hanya akan dikuasai dan dikelola
oleh mereka yang memiliki ilmu. Allah swt
berfirman;
Sesungguhnya Kami telah menempatkan
kamu sekalian di muka bumi dan Kami
adakan bagimu di muka bumi (sumber)
penghidupan.
Amat
sedikitlah
kamu
bersyukur (QS. Al-Araf:10)
Dia telah menciptakan kamu dari bumi
(tanah)
dan
menjadikan
kamu
pemakmurnya,
karena
itu
mohonlah
ampunan-Nya,
kemudian
bertobatlah
kepada-Nya, (QS. Hud; 61)
Demikian juga kata alam menegaskan
bahwa alam semesta ini merupakan petunjuk
adanya yang menciptakannya, dan yang
menciptakannya adalah Dzat yang Maha
Mencipta serta Maha Memelihara-Nya.

54

Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta


alam itu?", Musa menjawab: "Tuhan Pencipta
langit dan bumi dan apa-apa yang di antara
keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu
sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya."
(QS. As-Syuara; 23-24)

(


)

Penggabungan kata rabb dan al-alamin
menegaskan bahwa semua alam yang telah
disebutkan
menerima
tarbiyah
(pemeliharaan) dari Tuhan yang Maha
Pemelihara.
Ringkasnya, untuk menterjemahkan
psinsip basmalah maka hendaklah melatih
khusnu adz-dzon pada diri terhadap segala
hal. Selanjutnya menyandarkan prasangka
baik tersebut kepada Allah swt sebagai Dzat
yang
Maha
mencipta,
pengatur
dan
pemelihara alam semesta.
Kesimpulan
1. Pujian akan lahir dari kekaguman,
kekaguman
akan
muncul
dari
prasangka yang baik dan prasangka
biak harus dilandasi keikhlasan karena
Allah swt.

55

2. Allah swt adalah Dzat yang Maha Mulia


dengan segala karunianya kepada
makhluk-Nya mulai dari menciptakan,
mengatur, memelihara dan pada
akhirnya memperlakukan hamba-Nya
dengan penuh keadilan.






Yang Maha Agung Kasih Sayang-Nya dan
Maha Kekal Kasih Sayang-Nya


Ar-Rahman dan ar-Rahim merupakan
dua kata yang bersumber dari kata yang
sama. Keduanya berakar dari rahmat yang
berarti rahmat, kemurahan dan belas kasih.
Adapun kata ar-Rahman sama wazannya (timbangan katanya) dengan Ghodbaan,
yang berarti sangat marah atau murka.
Ungkapan ini menunjukan marah yang
berlebihan, akan tetapi kemarahan tersebut
terbatas karena dengan berjalannya waktu

56

baik sehari, dua hari atau beberapa hari


maka tensi kemarahan tersebut akan
menurun dan bahkan hilang. Demikianlah
dengan kasih sayang (ar-Rahman) yang
sangat besar dengan cakupan yang juga
sangat luas, namun waktunya terbatas
hanya di dunia saja.
Berbeda dengan ar-Rahim yang wazan-nya
(timbangan katanya) dengan syariif dan
kariim, kedua kata memiliki arti mulia dan
dermawan yang hanya bisa diraih jika
dilaksanakan secara kontinyu dan tidak
terbatas waktunya. Demikianlah ar-Rahim
merupakan kasih sayang Allah swt yang
tidak terbatas waktunya karena menembus
alam dunia dan akhirat.
Antara kata Ar-Rahman dan ar-Rahim samasama memiliki arti yang umum dan khusus,
tergantung dari sisi melihatnya.
Dasi sisi cakupan rahmat, maka arRahman lebih umum daripada ar-Rahim,
karena cakupan ar-Rahman meliputi seluruh
makhluk baik berakal maupun tidak, beriman
maupun tidak. Semua mendapatkan rahmat
dan kasih sayang Allah swt. Sedang arRahim
lebih
bersidat
khusus
karena
cakupannya hanya untuk orang-orang yang
beriman saja.

57

Dari sisi waktu, maka ar-Rahim lebih


umum daripada ar-Rahman, karena ar-Rahim
mencakup kehidupan dunia dan akhirat,
sementara
ar-Rahman
terbatas
hanya
sampai kehidupan dunia saja. Karenanya
jugalah seorang anak dilahirkan dari rahim
seorang ibu, yang menunjukkan kasih
sayang seorang ibu tidak terhingga dan
terbatas, berbeda dengan kasih sayang
seorang anak kepada orang tuanya.
Ayat ini dengan keumuman dan
kekhususannya
mengajarkan
kepada
manusia bahwa sudah semestinya manusia
memperlakukan seluruh makhluk dengan
penuh kasih sayang. Akan tetapi perlakuan
ini tidak menutup kemungkinan untuk
memberlakukan zona istimewa kepada
orang-orang istimewa. Dan keistimewaan
tersebut bukan dilihat dari asal-usul, harta,
pangkat, martabat dan kerabat. Akan tetapi
perlakuan khusus tersebut berlaku bagi
saudara-saudara sama akidah.
Kesimpulan
1. Perlakuan Allah swt terhadap alam
semesta
dengan
kasih
sayang
mengajarkan kepada kita untuk bersikap
yang sama terhadap alam khususnya
lingkungan.

58

2.

Allah swt mengajarkan manusia untuk


menggunakan targhib (motivasi) dan
tarhiib (ancaman) dalam dakwah. Pada
ayat ini Allah swt memberikan motivasiNya dengan penuh kasih sayang.



Yang memiliki hari perhitungan

.[19 :{ ]




Ahli Qurra membaca maaliki dengan bcaan:
Maaliki (maa: dibaca pangjang) dan Maliki
(ma: dibaca pendek).
Maaliki (maa: dibaca panjang) berarti zulmilki (yang memiliki). Hal ini berdasarkan
firmaan Allah swt;
(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya
sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan
segala urusan pada hari itu dalam
kekuasaan Allah. (QS. Al-Infithor: 19)

59

Maliki (ma: dibaca pendek) berarti zul-mulki


(yang merajai). Allah swt berfirman:
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?"
Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan. (QS. Al-Mumin: 40)




Al-yaum bisa dipahami secara syari
adalah masa dari terbitnya fajar hingga
tenggelamnya
matahari.
Adapun
jika
dipahami secara adat maka berarti sejak
terbinya matahari hingga tenggelamnya
matahari. Dan yaum bisa diartikan sebagai
waktu secara umum baik siang maupun
malam, baik lama maupun sejenak.
Ad-din berarti kepercayaan, agama,
aliran, ketaatan, perhitungan, pembalasan
hari kiamat, syariat, ketentuan dan siasat.
Demikian juga memiliki akar kata yang sama
dengan (dain) hutang.
Penggunaan kata maliki yaum ad-din
bukan maliki ad-din menunjukkan bahwa din
dengan pengertian diatas (kepercayaan dan
pembalasanan, agama, aliran, kataatan,
perhitungan, syariat, ketentuan dan siasat
serta hutang) memiliki waktu berlakunya
sendiri-sendiri.

60

Adapun yang dimaksud pada ayat ini


adalah hari pembalasan yang berlaku dihari
akhirat.
Perbedaan penggunaan maaliki (ma;
dibaca panjang) dan maliki (ma; dibanca
pendek).
Maaliki; Yang Memiliki hari pembalasan
yang berlaku dihari akhirat. Kata pemilik
menegaskan bahwa Allah swt selain memiliki
juga menggunakan hak paksa pada miliknya,
sehingga pada saat itu semua tunduk pada
kehendak Sang Pemilik. Allah swt berfirman;
.... Dan segala urusan pada hari itu dalam
kekuasaan Allah. (QS. Al-Infithor: 19)
Berbeda dengan penggunaan kata
maliki an-naas (ma; dibaca pendek) (QS. AnNaas: 2), menegaskan bahwa Allah swt
adalah raja manusia11 di dunia. Dalam
kerajaan-Nya ini Allah tidak menggunakan
hak paksa-Nya, sehingga manusia bisa bebas
berbuat sekendaknya. Allah swt hanya
menyediakan
sarana
dan
memberikan
kebebasan
kepada
manusia
untuk
menggunakan atau tidak menggunakan
sarana tersebut. Dan ketika tiba dihari
pembalasan manusia baru mempertanggung
11

Pendapat lain, an-Nas adalah jenis/kelompok yang


dibebani kewajiban untuk beribadah yaitu manusia
dan jin

61

jawabkan kebebasannya dalam berbuat


tersebut. Allah swt berfirman: Sesungguhnya
Kami telah menunjukinya jalan yang lurus;
ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
(QS. Al-Insan: 3).
Pemahaman tentang pembalasan hari
akhirat melahirkan persiapan diri menjelang
tibanya hari tersebut. Dan persiapan diri ini
menghadapi sesuatu yang jauh didepan
yaitu hari akhirat merupakan bentuk dari
sifat visioner dari seorang mukmin.
Jadi, hubungan ar-Rahim dengan
maaliki yaum ad-din merupakan rumusan
dari visi seorang mukmin yaitu meraih
rahmat Allah pada hari pembalasan kelak.
Kesimpulan
1.

2.

Setelah memberikan motivasi pada ayat


sebelumnya, pada ayat ini Allah swt
memberikan ancaman kepada hambaNya
yang
melanggar
dengan
mengedepankan keadilan.
Manusia diajarkan untuk memiliki tujuan
jauh kedepan (Visioner).

62

Hanya kepada-Mu kami tunduk dan hanya


kepada-Mu kami mengharap .



Hanya kepada-Mu kami tunduk
Hakikat ibadah adalah mewujudkan
seorang hamba yang tunduk kepada
Tuhannya. Jika seseorang rajin ibadah
(mahdhoh) tetapi iapun tidak tunduk
menjalankan titah Tuhannya maka ia belum
.mencapai inti ibadah itu sendiri
Ketundukan seorang hamba adalah
tergambar dari sikapnya yang dengan
senang menjalankan peraturan-peraturan
dari sang Pencipta yang Maha Mengatur dan
.Maha Memelihara
Adapun

minimal

peraturan-peraturan
;tersebut adalah

63

Pertama,
kepasrahan
eksistensi
Muhammad

Ikrar
ketundukan
dan
dalam bentuk kesaksian atas
Allah
swt
dan
kenabian
saw Ikrar tersebut diwujudkan
.dengan ucapan syahadat

Kedua, Shalat yang menjadi sarana


komunikasi permanen antara seorang hamba
.dengan Tuhannya
Ketiga, Puasa yang menjadi sarana
ujian seorang hamba untuk naik kelas
sehingga
semakin
mendapatkan
kepercayaan dari Sang Pencipta yang Maha
.Mengatur dan Maha Memelihara
Keempat, Zakat yang menjadi tolok
ukur kepedulian hamba terhadap ciptaan
Sang Pencipta yang Maha Mengatur dan
.Maha Memelihara
Secara
dzohir,
tampaknya
mengeluarkan uang atau harta merupakan
pengurangan terhadap harta yang ada,
namun
pada
hakikatnya
itu
adalah
penambahan yang arif dari Allah Sang
Pencipta yang Maha Mengatur dan Maha
.Memelihara
Jika
seseorang
menginvestasikan
hartanya di sektor perbankkan, maka ia
hanya akan memperoleh beberapa persen

64

keuntunga jika bank-nya tidak terkena


likuidasi. Demikian juga jika harta di
investasikan disektor lain seperti rumah
makan, perkebunan dan lain sebagainya,
keuntungan
yang
diperoleh
hanyalah
beberapa persen saja, itupun jika usaha
.tersebut tidak mengalami kebangkrutan
Berbeda dengan menginvestasikan
harta kepada bank Allah swt yang Maha luas
dan tidak pernah mengalami kebangkrutan,
:Allah swt berfirman
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat)
kepadamu,
dan
jika
kamu
mengingkari
(nikmat-Ku),
maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS.
?(Ibrahim: 7
Penambahan harta tersebut bisa
berbentuk penambahan real dan bisa
berbentuk
keberkahan
nilai.
Adapun
penambahan harta secara real bisa dipahami
bahwa Allah swt telah menyiapkan rizki
tahap kedua dan selanjutnya yang akan
segera Allah swt gelontorkan, akan tetapi
menanti laporan lengkap seorang hamba
dalam bentuk syukur. Jika laporan tersebut
telah dilengkapi maka rizki tahap kedua
segera
digelontorkan
dan
ini
berarti

65

penambah rizki secara real. Akan tetapi


ketika laporan tersebut tidak dipenuhi maka
bisa jadi rizki tahap kedua ini akan ditunda
bahkan mungkin jadi dialihkan kepada yang
.lain
Adapun prosentase yang diperoleh
seorang hamba yang menginvestaskan harta
disisi Allah swt dengan bentuk zakat maupun
shadaqah akan berlipat ganda menjadi 700
;kali lipat bahkan lebih. Allahswt berfirman
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh)
orang-orang
yang
menafkahkan
[166]
hartanya di jalan Allah
adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
((QS. Al-Baqarah: 261
dari satu juta harta yang dimiliki 2,5%
yang disedekahkan adalah 25.000,- pada
lahirnya satu juta yang dimiliki berkurang
menjadi 975.000,- akan tetapi hakikatnya
justru bertambah. Karena harta yang
berjumlah 25.000 itu sdang diinvestasikan
dengan prosentasi keuntungan mencapai
700 kali. Sehingga menjadi; (25.000x700);
17.500.000,- harta investasi + 975.000,-.
Maka
jumlahnya
adalah;
18.475.000,-.

66

Memang harta yang tersisa ditangan


hanyalah 975.000,- akan tetapi harta investsi
berlpat ganda yang dicairkan dalam bentuk
kesehatan, ketenangan, kebahagian dalam
keluarga, keselamatan dan segala bentuk
keberkahan hidup. Itu semua akan dibayar
mahal bahkan bisa jadi sangat mahal jika
.harta yang dimiliki tidak dibersihkan
Kelima,
menunaikan
ibadah
haji
sebagai
bentuk
ketundukan
sempurna
kepada Sang Pencipta yang Maha Pengatur
dan Maha Pemelihara. Ketundukkan itu
diwujudkan dengan meninggalkan seluruh
yang dicintai baik harta benda, keluarga dan
.jabatan
Lebih dari ini semua, penghambaan
sempurna seorang hamba kepada Tuhannya
adalah dengan menjadikan seluruh aktivitas
dirinya sebagai bentuk ketaatan dan
ketundukan kepada Allah swt. Dengan
demikian
ibadah
yang
dikerjakan
menghantarkan
seorang
hamba
untuk
menjadi abd yang senantiasa tunduk dan
.patuh kepada Tuhannya



Dan

hanya

kepada-Mu

kami mengharap
.((pertolongan

67

Nastain berasal dari kata istianah


yang berarti memohon maunah agar bisa
menyempurnakan pekerjaan, karena ia
.sendiri tidak bisa melakukannya
:Allah swt berfirman
Dan
tolong-menolonglah
kamu
dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
.(berat siksa-Nya. (QS. al-Maidah: 2
Dari ayat ini bisa dipahami bahwa
takwa tidak akan terwujud tanpa adanya
tolong menolong, karena tolong menolong
itu
sendiri
merupakan
bagian
dari
ketakwaan, demikian juga larangan untuk
tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran karena jangankan melakukan
dosa atau pelanggaran, menolongpun sudah
.termasuk dosa
Kata nastain menegaskan bahwa
mengaharap
pertolongan
mensyaratkan
kerjasama antara hamba yang memohon
dengan tempat memohon. Kerjasama dari
hamba yang memohon itu minimalnya
adalah mengutarakan permohonannya, atau
berupaya dan setelah itu memohon kepada
Allah swt agar upaya tersebut berhasil sesuai

68

dengan
yang
diharapkan.
Allah
swt
berfirman: Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah:
(186
Peletakan ibadah lebih dahulu baru
memohon pertolongan disebabkan ibadah
adalah kewajiban seorang hamba, sedang
pertolongan
merupakan
haknya,
atau
dikarenakan ibadah merupakan perintis jalan
.turunnya pertolongan
Iyyaka nabudu wa iyyaka nastain
mengajarkan ketundukan murni kepada Allah
dan pengharapan penuh juga hanya kepada.Nya
Renungkan, jika seorang pembantu
sepenuhnya tunduk kepada tuannya dan
mengerjakan seluruh perintahnya maka
adalah hal yang sangat tidak logis ketika
meminta gaji justru meminta kepada yang
.lain

69

Demikianlah, ketika seorang hamba


telah tunduk pada Allah swt, maka
merupakan kesalahan besar ketika ia
mengharap justru mengharap kepada yang
lain, seperti atasannya, batu, kayu dan lain
.sebagainya
Kesimpulan
1. Hakikat
ibadah
adalah
melahirkan
ketundukan.
2. Ketundukan hanya kepada Allah swt,
maka mengharap pertolonganpun hanya
kepada-Nya
3. Urutan
peletakan
nabudu
dan
nastain mengajarkan bahwa manusia
hendaknya
mendahulukan
kewajiban
baru menuntut hak.








Tunjuki kami jalan yang lurus

70



Hidayah adalah pertanda yang dapat
menghantarkan seseorang kepadahal yang
dituju.12
Ar-Raghib al-Ashfahani berkata bahwa;
hidayah adalh petunjuk secara halus.
Hidayah Allah swt kepada manusia memiliki
empat tingkatan.
Pertama, hidayah secara umum yang
diperuntukkan seluruh hamba mukallaf
(menerima
beban
kewajiban)
sebagai
konsekwensi amanah yang berbentuk akal.
Allah swt berfirman: Musa berkata: Tuhan
kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan
kepada
tiap-tiap
sesuatu
bentuk
kejadiannya,
kemudian
memberinya
petunjuk. (QS. Thoha: 50)
Kedua, Hidayah yang menghantarkan
manusia tunduk kepada seruan para nabi.
Allah swt berfirman: Kami telah menjadikan
12

Ahmad Mustafa al Maraghi, Tafsir al-Maraghi (terj),


Toha Putra: Semarang, 1992, jil. 1. Hal. 47

71

mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin


yang memberi petunjuk dengan perintah
Kami dan telah Kami wahyukan kepada,
mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya
kepada Kamilah mereka selalu menyembah.
(QS. Al-Anbiya: 73)
Ketiga, petunjuk khusus bagi mereka
yang
mendapat
hidayah.
Allah
swt
berfirman:
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu
menjadi penganut agama Yahudi atau
Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk".
Katakanlah : "Tidak, melainkan (kami
mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan
bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang
musyrik". (QS. Al-Baqarah: 135)
Dan Allah akan menambah petunjuk kepada
mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan
amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik
kesudahannya. (QS. Maryam: 76)
Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) Kami, benar- benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalanjalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benarbenar beserta orang-orang yang berbuat
baik. (QS. Al-Ankabut: 69)

72

Keempat, hidayat diakhirat


surga. Allah swt berfirman:

menuju

Allah akan memberi pimpinan kepada


mereka dan memperbaiki keadaan mereka.
(QS. Muhammad: 5)
Dan Kami cabut segala macam dendam
yang berada di dalam dada mereka;
mengalir di bawah mereka sungai-sungai
dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah
yang telah menunjuki kami kepada (surga)
ini. Dan kami sekali-kali tidak akan
mendapat petunjuk kalau Allah tidak
memberi kami petunjuk. Sesungguhnya
telah datang rasul-rasul Tuhan kami,
membawa
kebenaran."
Dan
diserukan
kepada
mereka:
"ltulah
surga
yang
diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang
dahulu kamu kerjakan." (QS. Al-Araf: 43)
Keempat hidayah ini diperoleh secara
bertahap, dan tidak bisa diperoleh secara
acak.13
Selanjutnya jika kita renungi secara
mendalam, kita akan sadar bahwa setiap
manusia telah mendapatkan hidayah Allah
swt dalam bentuk potensi utama yang
mendukung pelaksanaan tugasnya sebagai
13

Raghib al-Ashfahany, Mujam Mufradat al Quran,


Darl Fikr, Beirut, tt. Hal. 536

73

khalifah dialam semesta ini, keempat potensi


tersebut adalah;
1.
2.
3.
4.

Potensi
Potensi
Potensi
Potensi

naluriah
Pancaindra/Inderawi
Akal
wahyu

Dengan rahmat dan anugerah Allah


swt, seluruh manusia mendapatkan sarana
hidayah tersebut, hanya saja ada manusia
yang memanfaatkannya dengan baik dan
ada yang tidak memanfaatkannya.






Shirath; Jalan yang mudah ditempuh,
menelan
yang
melaluinya.14
Shirath
menggambarkan
jalan
yang
mudah
ditempuh karena luasnya jalan tersebut.
Mustaqim;
lurus,
tidak
bengkokbengkok.
Karenanya
istiqomah
berarti
berada dijalan yang jalurnya lurus.
Ada beberapa penafsiran tentang
shirath, yaitu; kitab Allah, agama Islam, jalan
menuju agama Allah, jalan surga, Rasulullah
saw, kebenaran dan keadilan. As-Syaukani
berkata bahwa semua arti ini saling
14

Ibid, hal. 235

74

medukung karena siapapun yang mengikuti


al-Quran, atau Islam atau Rasulullah saw
maka semuanya berada dalam kebenaran.15
Penggabungan
dua
kata
ini
memberikan arti jalan raya yang lurus, atau
bisa dipahami sebagai jalan tol. Yaitu jalan
yang boleh dilalui oleh para pengendara. Dan
semua pengendara ada jalurnya masingmasing, sehingga antara satu pengendara
dengan pengendara yang lainnya tidak boleh
saling salahkan. Karena sesungguhnya yang
salah adalah yang menyalahkan pengendara
yang lain.
Demikian juga jalan yang lurus ini
menggambarkan Islam yang memiliki jalurjalur kebenaran yang sangat luas, seperti
ibdah shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadahibadah sosial lainnya. Ada yang mampu
melalui seluruh jalur tersebut, ada yang
hanya sebagian bahkan ada yang hanya bisa
melalui satu jalur.
Potongan ayat ini mengajarkan untuk
tidak mengklaim bahwa hanya ia dan
kelompoknya yang benar.
Secara utuh ayat ihdina as-shirath almustaqim memberikan pesan agar manusia
15

Asy-Syaukani, Fath al-Qadir, Jil. 1. Hal: 23-24

75

senantiasa
memohon
bimbangan
dan
tuntunan Allah swt agar senantiasa berada
pada jalur jalan yang lurus.
Adapun makna permohonan hidayah
pada ayat ini adalah memohon kemantapan
dan ketetapan iman. Karena sesungguhnya
yang mengucapkan ihdina as-shirath almustaqim
adalah
orang
yang
telah
mendapat hidayah sehingga perulangan
permohonan yang selalu dibaca baik dalam
shalat maupun diluar shalat berakana
permohonan agar senantiasa dalam hidayah.
Perhatikan oleh anda, boleh saja
sorang guru yang tengah menjadi guru
mengajukan
permohonan
perpanjangan
kontrak sebagai guru, hal ini dilakukan bukan
karena saat itu ia tidak menjadi guru, akan
tetapi karena ia ingin tetap menjadi guru
pada masa-masa selanjutnya. Demikian juga
dengan permohonan pada ayat ini dilakukan
agar senatiasa mendapat petunjuk pada
waktu-waktu selanjutnya.
Siapa Pemilik Hidayah?
Ada beberapa hal yang sering disebut
sebagai hidayah, akan tetapi perlu dipahami
bahwa hidayah dalam bentuk taufik dan
pertolongan hanyalah milik Allah swt.

76

Allah swt berfirman:


Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka
mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah
yang memberi petunjuk (memberi taufiq)
siapa yang dikehendaki-Nya.... (QS. AlBaqarah: 272)
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui
orang-orang
yang
mau
menerima petunjuk. (QS. Al-Qashsash: 56)
Sementara hidayah dalam bentuk
petunjuk, tanda dan isyarat juga bisa dimiliki
oleh yang lain. Dalam hal ini Allah swt
meletakkanya pada Rasulullah, Al-Quran,
Ilmu, Hati dan Akal.
Rasulullah saw sebagai petunjuk bagi
umatnya. Allah swt berfirman: ... Dan
sesungguhnya kamu benar- benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. AsySyura: 52)
Al-Quran
sebagai
petunjuk
bagi
manusia. Allah berfirman: Kitab (Al Quran)
ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa. (QS. AlBaqarah: 2)

77

Ilmu sebagai petunjuk bagi pemiliknya.


Allah swt berfirman: Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman
kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat,...
(QS. Ali Imran: 7)
Hati sebagai Petunjuk bagi dirnya.
Allah swt berfirman: Hanyalah orang-orang
yang berakal saja yang dapat mengambil
pelajaran, (QS. Ar-Radu: 19)
Akal sebagai petunjuk bagi dirinya. Allah swt
berfirman:
Sesungguhnya
dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari
langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya
dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan. (QS. Al Baqarah: 164)
Meskipun akal, ilmu dan hati adalah
termasuk bagian penentu dari perjalanan
manusia, akan tetapi hal itu bisa saja salah,
karenanya akal, hati dan ilmu senantiasa
membutuhkan tuntunan rasul dan wahyu

78

sebagai petunjuk, tanda dan isyarat yang


dijamin kebenarannya oleh Allah swt.

Jalan orang-orang
anugerahi nikmat

yang

telah

Engkau






Jalan
orang-orang
yang
telah
mendapatkan nikmat dari Allah swt. Allah
swt menjelaskan lebih lanjut maksud dari
ayat ini. Allah swt berfirman:
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid,
dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa:
69).
Jika ayat ini digabungkan dengan
ungkapan selanjutnya, bisa dipahami bahwa
mereka yang mendapat nikmat Allah itu

79

adalah mereka yang telah disebutkan Allah


swt pada QS. An-Nisa: 69, dan mereka yang
terhindar dari murka dari Allah swt dan
kesesatan dari jalanya.
Ayat
ini
mengisyaratkan
cara
memperoleh nikmat dan bentuk-bentuk
nikmat Allah swt bermacam-macam, ini
semua bisa dipahami dari sejarah para nabi
dan kaum shaleh yang telah mendapatkan
nikmat Allah swt.
Meskipun proses memperoleh nikmat
dan bentuk nikmat itu berbeda, akan tetapi
satu hal prisip untuk menuju nikmat tersebut
adalah keimanan kepada Allah swt. Allah swt
berfirman:
Sesungguhnya
Kami
telah
memberikan wahyu kepadamu sebagaimana
Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh
dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami
telah memberikan wahyu (pula) kepada
Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak
cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan
Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada
Daud. (QS. An-Nisa: 163)

80



Bukan jalan mereka yang dimurkai dan
bukan (jalan) mereka yang sesat.





.
Al-Maghduub;
berasal
dari
kata
ghadab yang berarti marah/murka. Almaghdhuub berarti mereka yang dimurkai.
Murka tertuju kepada seseorang yang
melakukan pelanggaran terhadap sesuatu
kebenaran setelah mengetahuinya.
Adapun yang dimaksudkan ayat ini
adalah
orang-orang
Yahudi,
mereka
mendapatkan murka Allah swt karena
mereka telah mengetahui ayat-ayat Allah
swt, namun mereka melanggarnya. Allah swt
berfirman:
Alangkah buruknya (hasil perbuatan)
mereka yang menjual dirinya sendiri dengan
kekafiran kepada apa yang telah diturunkan

81

Allah,
karena
dengki
bahwa
Allah
menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya diantara hamba-hambaNya. Karena itu mereka mendapat murka
sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk
orang-orang
kafir
siksaan
yang
menghinakan. (QS. Al-Baqarah: 90)
Adh-Dholliin; berasal dari kata dholalah
yang berarti keluar dari jalan yang benar
baik sengaja maupun tidak.16 Para musaffir
menjelaskan yang dimaksud ayat ini adalah
orang-orang Nasrani.
Jadi adh-dholliin berarti orang-orang
Nasrani, yaitu mereka yang sesat, karena
tidak mengetahui kebenaran atau karena
tidak mengerti cara yang benar sehingga
keluar dari jalan yang benar.
Ketidak tahuan terhadap kebenaran ini
bisa disebabkan tidak diutusnya rasul atau
telah
diutus
rasul
namun
nilai-nilai
kebenaran yang dibawa rasul tersebut
kurang jelas bagi mereka.
Allah swt berfirman: Katakanlah: "Hai
Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan
(melampaui batas) dengan cara tidak benar
dalam agamamu. Dan janganlah kamu
16

Ibid. Hal: 306

82

mengikuti hawa nafsu orang-orang yang


telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan
Muhammad) dan mereka telah menyesatkan
kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat
dari jalan yang lurus." (QS. Al-Maidah: 77).
Dari uraian diatas, bisa dipahami
bahwa
orang-orang
Yahudi
kehilangan
perbuatan sehingga dimurkai, dan orangorang Nasrani kehilangan ilmu sehingga
mereka sesat. Meskipun pada hakikatnya
kedua-duanya
adalah
sesat
sehingga
dimurkai Allah swt.
Kolerasi (munasabah) ayat-ayat pada
surat al-Fatihah
Setiap ayat dalam al-Quran pasti
memiliki
korelasi,
ada
yang
saling
menguatkan, menjelaskan, menegaskan,
memaparkan kebalikannya dan lain-lain.
Disamping itu ada yang telah di bahas oleh
para ulama dan juga ada yang belum
tersentuh.
Adapun korelasi yang bisa dipetik dari
surat al-Fatihah antara lain bahwa; segala
macam bentuk pujian merupakan hak mutlak
Allah swt. Pujian itu layak dihaturan kepada
Allah swt karena hanya Dia-lah yang
menciptakan alam semesta dan mengatur
serta memeliharanya.

83

Allah swt mengatur dan memelihara


alam semesta ini dengan penuh kasih
sayang baik secara umum maupun khusus
terhadap kaum muslim.
Sebagai bentuk ketelitian Allah swt
dalam mengatur dan memelihara alam
semesta
maka
Allah
swt
berlakukan
perhitungan
(hisab)
sebagai
bentuk
pertanggung jawaban atas segala hal yang
telah diperbuathamba-Nya.
Terhadap Dzat yang Maha Mencipta,
Mengatur dan Memelihara ini, maka sudah
semestinya manusia tunduk kepada-Nya
sebagai inti dari pengabdian dan juga hanya
mengharap kepada-Nya tidak kepada yang
lain.
Dan pengharapan terpenting yang
dibutuhkan sang hamba adalah petunjuk
agar senantiasa berada dijalur jalan yang
lurus yang menghantarkan kepada ridha
Allah swt. Kemudian jalan yang lurus ini
diperjelas dengan pengecualian bahwa jalan
tersebut bukan jalan yang telah dilalui oleh
mereka yang mendapat murka dan sesat.
(Amin) Ya Allah, inilah doa hamba, maka
senantiasa kabulkan.

84

.
Amin.
Dusunnatkan mengucapkan amin setelah
selesai membaca al-Fatihah. Amin diucapkan
setelah berhenti dari mengucapkan hurup

sebagai hurup terakhir dari surat alFatihah,


hal
ini
dilakukan
untuk
membedakan al-Quran dengan yang bukan
al-Quran, karena ulama sepakat bahwa kata
amin bukanlah ayat al-Quran.
Dalam beberapa referensi tafsir kita
temukan riwayat yang menjelaskan bahwa;
jibril
membimbing
Rasulullah
saw
mengucapkan amin ketika selesai membaca
surat al-Fatihah, dan Jibril berkata ia (amin)
bagaikan penutup kitab.17
Rasulullah saw bersabda; orang-orang
Yahudi tidak pernah iri kepada kalian seperti
irinya mereka terhadap ucapan salam dan
(kekompakan mengucapkan) amin. (HR.
Ahmad, Ibnu Majah dan Baihaqi).
Siapa yang mengucapkan Amin

17

Lih. Tafsir Qurtuby, al-Kasyaf dan al-Baidhowi.

85

Ulama berbeda pendapat, Ibnu Umar, Ibnu


Zubair,
ats-Tsauri,
Atho
dan
Syafii
berpendapat bahwa imam dan makmum
mengucapkan
amin
setelah
selesai
membaca
al-Fatihah.
Rasulullah
saw
bersabda: ketika imam berkata wa laa adhdhollin, maka katakanlah amin, karena
sesunggunya Malaikat juga berkata amin
dan imam juga berkata amin, maka barang
siapa yang ucapan amin-nya bersamaan
dengan amin-nya malaikat niscaya diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Ahmad)
Pendapat lain dikemukakan imam
Maliki bahwa yang mengucapkan amin
adalah makmum, sedang imam tidak
mengucapkan amin. Sementara Imam Abu
Hanifah dan Maliki dipendapat yang lain
bahwa sunat mengucapkan amin dengan
suara rendah dan tidak menjaharkannya
(tidak mengeraskannya).

Renungan
Secara bahasa shalat berarti doa. Karena
itulah shalat merupakan tempat dan waktu
doa yang sangat baik. Meskipun demikian
ada beberapa tempat dalam shalat yang
sangat mustajab diantaranya waktu sujud,
khususnya lagi sujud terkahir.

86

Disamping itu ada satu tempat yang


memiliki keistimewaan khusus untuk berdoa,
karena Allah swt langsung yang berjanji akan
memperkenankan doa hamba-Nya pada saat
itu yaitu sesaat setelah selesai membaca
surat al-Fatihah dan sebelum mengucapkan
Amin. Dalam hadits Qudsi-Nya Allah swt
berfirman; dari Abu hurairah ra, ia berkata;
aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
Allah swt berfirman: Aku bagi as-Shalat
(surat al-Fatihah) antara Aku dan hamba-Ku
menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku
akan Aku perkenankan permohonannya.
Ketika sang hamba berkata; al-hamdu lillah
rabbil alamin Allah berfirman; hamba-Ku
telah bersyukur kepada-Ku, ketika sang
hamba berkata; ar-Rahman ar-Rahiim,
Allah swt berfirman; hamba-Ku telah memujiKu, ketika sang hamba berkata; maliki
yaum ad-din Allah swt berfirman; hamba-Ku
memuliakan-Ku, pada saat lain berfirman;
hamba-ku berpasrah diri kepada-Ku. Ketika
sang hamba berkata; iyyaka nabudu wa
iyyaka nastain Allah set berfirman; inilah
perbedaa-Ku dengan hamba-ku, dan akan
aku perkenankan seluruh yang dimohonka
oleh hamba-Ku. Ketika sang hamba berkata;
ihdina
as-shirat
al-mustaqim,
shiratalladziina anamta alaihim ghairi almaghdhubi alaihim wa laa adh-dholliin,
Allah swt berfirman; ini untuk hamba-Ku dan

87

setiap permohonan hamba-Ku


perkenankan. (HR. Muslim).

akan

aku

Ungkapan Allah swt di akhir hadits


qudsi diatas menjelaskan bahwa setelah
selasai
membaca
surat
al-Fatihah
merupakan tempat yang sangat istimewa
untuk berdoa karena Allah swt terlah berjanji
untuk mengabulkan doa hamba-Nya pada
tempat tersebut.

Lafadz Amin
Mengenai lafadz
bentuk, yaitu;
Pertama,

amin

Aamiin

hanya

ada

(),

dua

wazan

katanya adalah (), adapun artinya


adalah; ya Allah perkenankan permohonan
hamba.
Kedua, Amiin

()

wazan katanya

adalah (), adapun artinya adalah; ya


Allah, senantiasa perkenankan permohonan
hamba.
Wa maa taufiiqii illa
tawakkaltu wa ilahi uniib.

bi

Allah,

alaihi

88

Rabu,

Pukul:

10.07 Wib
17
Agustus
Sakati 2011
ga, 17 Ramadhan
2011

Surat al-Alaq
Sekilas Tentang Surat al-Alaq
Surat yang jiga dikenal dengan surat Iqra ini
termasuk Makiyah yang konsentrasinya
membahas tentang;
Pertama; turunnya
Muhammad saw
Kedua,
harta

wahyu

pembangkangan

kepada

manusia

nabi

karena

Ketiga; kisah kecelakaan Abu Jahal dan


larangannya kepada nabi Muhammad saw
untuk shalat

89

Surat ini di mulai dengan ajakan untuk


senantiasa membaca dan belajar dan ditutup
dengan shalat dan ibadah memberikan
pesan agar seimbang antara usaha dan doa,
perkataan dan pebuatan, teori dan praktek
dan ada keserasian antara pembukaan dan
penutupan.


) (1


}


)(2

)(3






)(5





)(4



)(7
)(6





).{ (8

:
):(6
}
:{ ..




90

: :

: :



} :





{ .


:
:
.

}

{








}








{


-

-





- -


:

91

}

{
*

















:






..


: : ..
:








"" ..

92

{

}


}
-

{


-




:
" "


.


)(9
)(10
}



)




)(11






) (13
(12

93

) (14
)







)(16 )(17


(15
) (18
{:


:
):(9

{ :

}

:



{
*


} :


} :
{.


:(17) :
}
{ :

:

:
:
} :
*

{

94



{
*


}






!! :





" " :

}


{





-
!! }




{
!!
:

! !


}
{




}

{


95

!! !
}
{



" "



{



}
- -


{
:




}
{

{


}


: !

: !
}


{ :


*

}
{



}

{


"
".

96

97

*









!!

}

)(1


)


)(2





(3

){(5




) (4




:
):(1

98

} :


*




*{



.

):(3
:



*
} :


{ .







{
}



:

99






{



}




:

:
!



{









:





:
!!

:
:

}

100




{




}


101

* }
{ :

-1
.
-2
.
-3
.

*
" "


102

*
" "




.

-
*
-

- -


.

103





)(1





)


)(2









(3


)(4

){ (5



{


}


}




{




{





}



{



}


}

{



104

{


} :
:

{

}



:



{

}



..

{















:











{ :




}
{









105


{


{ }









{





}


:



}

{




-
-






)(6






) (7



106












{(8


{

: :
}

{



{ }













}
{



107


{




}








{




}




}

{

{
}






}




{


{.


*

108

:
):(1

:


{.




} :

109






{
}

:



:
:


}
{





}
{






:

}


..





{


}





: :



}



{

110




}

{








..

}







{



{






}



}
{








- -

.

111

*









.

112

*



.


}a



)(2
) (1


)





)(3


(4




)(5





)(6


)(7








)(9

)(8




){(11


)(10

113


}





{








}

{









:



{


}


}


{




..





{





}




114

{











}


{





}





:





!!
}


}


{






}
{

}
{





115





{

} :


}

{



}

{

116

*




.

117

*


}




*



.

) (2


) (1


}
) (4


)(3

(
6
)

(
5
)




)(7




){(8

118

.


:

}" :


{ :

".

:
" : :
:

".

}

{


{
}





:


}
{







119



{





}




{





}

}







{




{
}

) :
(
:
{
:
}


{




{ }


:

}
{






:
{
}








}



{

120


*





.

121

*





{
}
} { } {
} {


:
.


)(2


)(1


}















){(3

{



*




}


122





:
:


..

: -
-
:
}

{













{





}


{




}


..

123



:











.


*



.

124

*

- -
.

*


! !

)(1





) (3





)(2





)(5





)(4


)(6
)(7

).{(9




)(8

125



{





}


:
" "



{

}








:

{



}





}
{








}





{




}

{




( }

126


{


:

}
{







{

}






{

}







127


*
" "


" "




)




}




) (2


(1


)



)(3






){ (5

(4







}


{

128



: "

"



""










:


{ " :
}


"




}

{








! }




129




}




{





}
{
















:





.

130

*
:


*








{.




)(1
}


)(3


)(2

).{(4










131

:
):(1

:
:
" :




} :

*

.






*




*{" :


{



}

}
{


:

{
}

132



}

{







:







}

: }
{


:

133




}

{







{ }


!

134

*
:
-
.
-
.

* :


135

* :

"" ""


!!.


)(1





}

)


)(2




(3



)(4









)(5


)(6


).{(7


136

:
):(1

{ :
}
:



. :

. :




.

):(4
}

{ :




} :

{




:

.


{



}


137




}
{







}

{




{


: }




: :
{







}

:





{
}



}






{

:

:


) :

138


( :

{
{ }




}



:
{
}




" " " "







{

}







}
{





:

:

..

.

139


*


{
}

.

140

*




.


}

)

)(1


).{(3
(2

:

:
:

141

! :


{.

} :



{
}




" " )





( ) :



: :



{ :
}

: :



- -
: !
( :




) :

142



( : :

}
{









:

:




{

}



: ""
:

- -


-
-




.

143

144

*







:

.


)(1

)(3







)(2





)(5

)(4

).{ (6


:

" :

145



:



: :

}

{



} :






{ ]."[64 :


}

{




{
}







:

:




}

{
}

146


{ -



-


{







}





{




!! }

:






}
{


:
:

:
:
.

147

*
" "








.

148




)(1







)(2


).{ (3




:

" :



.
:
: :

}
{ :







:
: . :
:
} :



{ }

149



{










: ".


}
{








:
:






}


{










:
:








{


{




}

{


}

.

150

151

*
"


"





152




) (1
}


)

) (2





(3

(
4
)

){ (5

:
: }



:



" " :

:
:

} :




{ :





{ ...


}



- " :

" : "
-

- :

153

:
" " ".

{

}

{

}

{

}

:
:


"
"
" "





- -


: :

:

. .

154

:
:

: ""
:

! : :

:
:
.
: " "
-
.
:






}

{


} :
{ ..



:


:
"
" "" "
"

155


" " "
"


""
:
" -
"

- :
:

"
"
) : (




""



{


}







}
{


" "

:

:

156


{

}









:
:

:
.

157


*





.






)(2

)(1

){ (4





)(3


158

:

:
:

} :





*


*


*{.



}

{


:



"
"
:


:
.
:
:
: .
: .

159




:
: }







-


{ -

.






: } :


.



{

: } :







{ .






: }

{ -


{


} :





:

- -
{

}

160

:

{ :
} :

{




}
} {




:

{








{ ! }



{






}









}



{ :




) :

:

161


(.


162

*






.


}

)


) (1










)(3

(2





){ (5


)(4





163



) (









.

" :

".


}

{




:
}
} :

{




{ :

:




164






{





}


"
"
:






}

{

- -












}
{ :


" "

- -






}
{

165

*




.

*


.

166

}
)


) (1


)

) (3





(2


) (5
(4







){ (6

}


{

{
}



-
:
-




{

}




167

.
{

*

: }

{








{
}



{

}

}
{



:





:
"
"" "" "



{
}







168

{
}


" -
-

" }
{











. :

{
{ }

}






:

You might also like