Professional Documents
Culture Documents
MIRA IRAWATI
A311 09 273
1URUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2011
$9 f
dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang pengecer
(retailer) dikenakan PPN.
Contoh :
4 ekanisme Pemungutan PPA engunakan Faktur Pajak
Setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena
Pajak yang bersangkutan diwajibkan untuk membuat Faktur Pajak sebagai
bukti pemungutan pajak. Bagi pembeli, importir, atau penerima jasa
merupakan bukti pembayaran pajak. Berdasarkan Iaktur pajak inilah akan
dihitung jumlah pajak terutang dalam satu masa pajak, yang wajib dibayar ke
kas negara.
PPA adalah Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Aegeri.
Sebagai Pajak atas konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya dikenakan atas
konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan
didalam negeri.
Pajak Pertambahan Ailai Bersifat Aetral
alam mekanisme pemungutannya, PPN mengenal dua prinsip, yaitu :
Prinsip tempat asal, mengandung pengertian bahwa PPN dipungut di
tempat asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi
Prinsip tempat tujuan, berarti bahwa PPN dipungut di tempat barang atau
jasa dikonsumsi.
alam prinsip ini, komoditi impor akan menanggung beban pajak yang sama
dengan barang produksi dalam negeri. Sebaliknya barang produksi dalam
negeri yang akan diekspor tidak dikenakan PPN, karena akan dikenakan PPN
di negara tempat komoditi ekspor tersebut akan dikonsumsi. Supaya daya
saing komoditi ekspor Indonesia dengan produk domestik negara pengimpor
4$9 f
tidak dipengaruhi oleh PPN Indonesia masih diperlukan sarana lain berupa
pengenaan PPN atas komoditi ekspor dengan tariI 0
1idak menimbulkan dampak pengenaan Pajak Berganda
Pajak berganda dapat dihindari karena PPN dipungut atas dasar nilai tambah
saja. Keadaan ini berbeda dengan situasi dalam era PPn 1951 yang dalam
pelaksanaannya, Pengusaha tidak diberi hak untuk memperoleh kembali PPn
yang dibayar atas perolehan bahan baku atau barang modal, sehingga PPn
yang terutang sepenuhnya merupakan hasil perkalian tariI PPn dengan
peredaran bruto.
3. !e3ertia3 Dasar Istilah Tek3is !!N
1. aerah pabean adalah wilayah negara RI yang didalamnya berlaku peraturan
perundang-undangan Pabean
. Barang adalah barang berwujud yang menurut siIat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak ataupun barang tidak bergerak maupun barang tidak
berwujud
3. Barang Kena Pajak adalah barang sebagaimana dimaksud dalam angka yang
dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini
. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau Iasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai termasuk jasa yang dilakukan
untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan
atas petunjuk dari pemesan
5. Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana dimaksud pada angka yang
dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini
. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena
Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 5, termasuk Jasa Kena Pajak yang
digunakan untuk kepentingan sendiri atau Jasa kena Pajak yang diberikan
secara cuma-cuma oleh Pengusaha Kena Pajak.
. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar aerah Pabean ke
dalam aerah Pabean.
S$9 f
8. Ekspor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari dalam aerah Pabean
ke luar aerah Pabean.
9. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual barang tanpa
mengubah bentuk atau siIatnya.
10.Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanIaatkan
barang tidak berwujud dari luar aerah Pabean, melakukan usaha jasa atau
memanIaatkan jasa dari luar aerah Pabean.
11.Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud pada angka
10 yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa
kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini, tidak
termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak.
1.Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk
atau siIat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau
mempunyai daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber daya alam
termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan
tersebut.
13.asar pengenaan pajak adalah jumlah harga jual atau penggantian atau nilai
impor atau nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
1.Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan barang kena pajak, tidak
termasuk pajak yang dipungut menurut undang-undang ini dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Iaktur pajak.
15.Penggantiaan adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan jasa kena pajak,
tidak termasuk pajak yang dipungut menurut undang-undang ini dan potongan
harga yang dicantumkan dalam Iaktur pajak.
6$9 f
1.Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk impor barang kena pajak,
tidak termasuk pajak yang dipungut menurut undang-undang ini.
1.Pembeli adalah orang pribadi atau badan atau instansi pemerintah yang
menerima atau seharusnya menerima penyerahan barang kena pajak dan yang
membayar atau seharusnya membayar harga barang kena pajak tersebut.
18.Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan atau instansi pemerintah yang
menerima atau seharusnya menerima penyerahan jasa kena pajak dan yang
membayar atau seharusnya membayar penggantian atas jasa kena pajak
tersebut.
19.Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena
pajak karena penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak
atau oleh direktorat jenderal bea dan cukai karena impor barang kena pajak.
0.Pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh pengusaha
kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan/atau penerimaan jasa kena
pajak dan/atau pemanIaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean dan/atau pemanIaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean dan/atau
impor barang kena pajak.
1.Pajak keluaran adalah pajak pertambahan nilai yang dipungut oleh pengusaha
kena pajak karena penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena
pajak.
.Nilai ekspor adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau
yang seharusnya diminta oleh eksportir.
3.Pemungutan pajak pertambahan nilai adalah orang pribadi, badan, atau instansi
pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor,
dan melaporkan pajak yang terutang oleh pengusaha kena pajak atas
penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak kepada
orang pribadi, badan, atau instansi pemerintah tersebut.
. Metode !e3hitu3a3 !!N
Ada tiga metoda dalam penghitungan PPN, yaitu :
7$9 f
8) Penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula
aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada
saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan.
Pada dasarnya, sejak 1 Januari 1995 semua barang dikenakan PPN, kecuali
undang-undang menetapkan sebaliknya sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan
Pasal 1 huruf c Undang-undang PPN tahun 1984.
Bara3 ya3 tidak dike3aka3 !!N (!asal A UU !!N 198 1o !asal 3
sampai de3a3 !asal 8 !! Nomor 50 tahu3 199)
1) Barang hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil kehutanan yang diperik
langsung , diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya;
) Barang hasil peternakan, perburuan / penangkapan atau penangkaran yang
diambil langsung dari sumbernya
3) Barang hasil penangkapan atau budidaya perikanan yang diambil langsung
dari sumbernya
) Barang hasil pertambangan, penggalian dan pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya
5) Barang-barang kebutuhan pokok, yaitu : beras dan gabah, jagung, sagu,
kedelai dan garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium
) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung dan sejenisnya
) Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya diatas 00 watt
8) Saham, obligasi dan surat-surat berharga
9) Air bersih yang disalurkan melalui pipa
Sampai dengan pertengahan tahun 1998, irektur Jenderal Pajak mengeluarkan
beberapa Surat Edaran mengenai Bara3 ya3 tidak dike3aka3 !!N sebagai
berikut :
1) Barang dagangan berupa mobil bekas jenis sedan, jeep, station wagon, van dan
kombi untuk sementara tidak dikenakan PPN (SE-3/PJ.5/1995)
) Gaplek termasuk dalam pengertian ubi kayu (SE-35/PJ.51/1995)
9$9 f
) Jasa di bidang kesenian adalah jasa dibidang kesenian yang tidak bersiIat
komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan
secara cuma-cuma.
8) Jasa di bidang penyiaran adalah jasa penyiaran radio dan televisi baik yang
dilakukan oleh instansi Pemerintah maupun swasta yang bukan bersiIat iklan
dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersil.
9) Jasa di bidang angkutan umum, meliputi jasa angkutan umum di darat, di laut,
di danau, maupun disungai yang dilakukan pemerintah maupun oleh swasta
dan jasa nagkutan udara di luar negeri termasuk didalamnya jasa angkutan
dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan
udara luar negeri tersebut.
10)Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi jasa tenaga kerja, jasa penyediaan tenaga
kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas
hasil kerja dari tenaga kerja tersebut, dan jasa penyelenggaraan latihan bagi
tenaga kerja.
11)Jasa di bidang perhotelan, meliputi jasa persewaan kamar termasuk
tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel serta Iasilitas
yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap dan jasa
persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen dan hostel.
1)Jasa di bidang telekomunikasi meliputi jasa telepon umum coin-box dan jasa
telegram.
!!N atas 1asa perdaa3a3 (Surat Edara3 Direktut 1e3deral !ajak Nomor
SE- 08/!1.52/1996 ta3al 29 Maret 1996)
1) Jasa perdagangan yang dikenakan PPN, meliputi :
Pengusaha jasa perdagangan dan penjual barang selaku penerima jasa
perdagangan berada di dalam aerah Pabean.
Pengusaha jasa perdagangan dan pembeli selaku penerima jasa
perdagangan berada di dalam aerah Pabean.
14$9 f
!ema31aata3 BK! tidak Berwujud atau 1K! dari Luar Daerah !abea3
didalam Daerah !abea3
Titik tolak yang mendasari pengenaan pajak atas pemanIaatan BKP tidak
berwujud dan JKP dari luar daerah pabean didalam daerah pabean adalah 5rinsi5
destinasi. Berdasarkan prinsip ini, pajak dikenakan di tempat tujuan BKP atau
JKP dimanIaatkan. BKP tidak berwujud dapat berupa hak paten, hak cipta dan
merk dagang. Saat mulai pemanIaatan ditentukan oleh peristiwa hukum yang lebih
dahulu dilakukan , yaitu :
Saat secara nyata BKP tidak berwujud atau JKP tersebut digunakan
Saat harga perolehannya dinyatakan sebagai utang
Saat harga jual atau penggantian ditagih oleh pihak yang menyerahkan
Saat harga perolehan dibayar sebagian atau seluruhnya
Saat ditandatangani surat perjanjian
Memba3u3 Se3diri ya3 Dilakuka3 tidak Dalam Li3ku3a3 !erusahaa3
atau !ekerjaa3
Suatu kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN apabila memenuhi
persyaratan :
ilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan
Yang dibangun adalah bangunan untuk tempat tinggal tidak termasuk Iasilitas
penunjang, tetapi kalau untuk tempat usaha termasuk semua Iasilitas
penunjang
Luas bangunan 00 m atau lebih
Bangunan bersiIat permanen, artinya bangunan tahan sampai dengan 5 tahun
atau lebih
Khusus untuk bangunan diatas tanah dalam lingkungan real estate hanya yang
tanahnya diperoleh sebelum 1 Januari 1995
!e3yeraha3 Aktiva ya3 Dilakuka3 oleh !K! ya3 me3urut Tujua3
Semula tidak u3tuk Diperjualbelika3
alam memori penjelasan pasal 1 UU PPN 198 menegaskan, bahwa
penyerahan mesin, peralatan, parabotan atau aktiva lain yang menurut tujuan
17$9 f
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP dikenakan PPN sepanjang PPN
yang dibayar saat perolehannya dapat dikreditkan. alam ketentuan tersebut ada
dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
Yang melakukan penyerahan atau pemindahtanganan adalah PKP
PPN pada saat perolehan aktiva menurut ketentuan dapat dikreditkan
Kedua syarat tersebut harus dipenuhi, jika salah satunya tidak dipenuhi,
maka tidak dikenakan PPN.
2. Subjek !ajak
Pengusaha
alam Pasal 1 huruI k UU PPN 198 dirumuskan, bahwa Pengusaha adalah
orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan
atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanIaatkan barang tidak berwujud dari luar
daerah pabean, melakukan usaha jasa atau memanIaatkan jasa dari luar daerah
pabean.
Pengusaha Kena Pajak
alam Pasal 1 huruI l UU PPN 198 ditentukan bahwa Pengusaha Kena
Pajak adalah:
Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak,
berarti telah memiliki Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang menyerahkan BKP dan/atau JKP
Pengusaha yang mengekspor BKP yang telah dikukuhkan sebagai PKP
Pengusaha Kecil yang mengajukan permohonan untuk dikukuhkan
menjadi PKP
Pengusaha Kecil
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 8/KMK.0/199
tanggal 9 esember 199 dan Surat Edaran irektur Jenderal Pajak nomor SE-
05/PJ.05/1995 tanggal 15 Februari 1995 ditetapkan bahwa Pengusaha Kecil adalah
Pengusaha yang dalam satu tahun buku melakukan penyerahan :
18$9 f
b. PPnBM hanya dipungut satu kali yaitu pada saat impor BKP yang tergolong
mewah, atau atas penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
PKP Pabrikan dari BKP yang tergolong mewah tersebut
c. PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN
d. Apabila Eksportir mengekspor BKP yang tergolong mewah, PPnBM yang
dibayar pada saat perolehannya dapat diminta kembali
2. Latar Belaka3 !e3e3aa3 !!3BM
1) PPN berdampak regresiI, yaitu semakin tinggi kemampuan konsumen,
semakin ringan beban pajak yang dipikul. Untuk mengurangi regresivitas ini,
terhadap konsumen yang mengkonsumsi BKP yang tergolong mewah
dikenakan beban pajak tambahan yaitu PPnBM.
) Konsumsi BKP yang tergolong mewah bersiIat kontraproduktiI. Hal ini
merupakan upaya untuk mengurangi pola konsumsi tinggi yang tidak
produktiI dalam masyarakat.
3) Produsen kecil dan tradisional menghadapi saingan berat dari komoditi impor.
engan motivasi ini, pengenaan PPnBM dimaksudkan untuk melindungi
produsen kecil dan tradisional atau untuk tujuan proteksi
) Tuntutan peningkatan penerimaan negara dari tahun ke tahun
3. Meka3isme !e3e3aa3 !!3BM Atas Ke3daraa3 Bermotor (KMK-
272/KMK.0/1995)
1) Impor kendaraan bermotor dalam keadaan terbongkar (CK) oleh ATPM atau
Pabrikan tidak dikenakan PPnBM
) Penyerahan didalam daerah pabean kendaraan bermotor dalam keadaan CK
tersebut oleh ATPM dikenakan PPnBM dengan PP 15 (biaya karoseri
ditetapkan 5)
3) Impor kendaraan jenis sedan dalam keadaan terpasang/CBU oleh bukan
ATPM dikenakan PPnBM. alam nilai CIF 80 nilai CIF kendaraan sejenis
yang diimpor ATPM, maka PPnya untuk menghitung PPN dan PPnBM
sebesar 150
1$9 f
) Impor kendaraan bermotor jenis sedan dalam keadaan terpasang oleh ATPM
tidak dikenakan PPnBM. Penyerahan didaerah pabean kendaraan jenis impor
dikenakan PPnBM.
!e3elompoka3 BK! Ya3 Terolo3 Mewah 1e3is Ke3daraa3 Bermotor (!!
50/199 1o !! 36/1996 1o !! 1/1998)
Kelompok kendaraan bermotor dengan tarif :
Kendaraan bermotor beroda dua yang isi silindernya 50 cc atau kurang
Kendaraan bermotor jenis kombi, minibus, van dan pick up yang memakai
bahan bakar bensin
Kelompok kendaraan bermotor dengan tarif :
Kendaraan bermotor jenis kombi, minibus, van dan pick up yang memakai
bahan bakar solar
Kelompok kendaraan bermotor dengan tarif :
Kendaraan bermotor beroda dua yang isi silindernya lebih dari 50 cc
Kendaraan bermotor jenis bus, kecuali yang dibuat di dalam negeri
Kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagon lebih dari 100 cc atau
kurang yang kandungan lokalnya 0 atau kurang
Kendaraan bermotor jenis jeep ya g kandungan lokalnya 0 atau kurang
Kendaraan bermotor jenis mobil balap dan caravan
!!3BM ya3 teruta3 Dita3u3 oleh !emeri3tah atas pe3yeraha3 di dalam
daerah pabea3 :
Kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagon yang dibuat di dalam negeri
dengan isi silinder kurang dari 100 cc dan kandungan lokalnya lebih dari 0
Kendaraan bermotor jenis jeep, kombi, minibus, van dan pick up yang dibuat di
dalam negeri dengan kandungan lokal lebih dari 0
Impor da3 !e3yeraha3 Di Daerah !abea3 Ya3 Tidak Dike3aka3 !!3BM
Semua jenis kendaraan bermotor untuk dinas ABRI, POLRI dan Protokoler
kenegaraan sepanjang dananya dari APBN/APB
$9 f
Kendaraan bermotor jenis jeep, kombi, minibus, van, pick up, sedan, bus dan
sedan yang digunakan untuk kendaraan tahanan, kendaraan pemadam kebakaran,
kendaraan jenazah dan kendaraan angkutan umum
Kendaraan bermotor jenis van dan pick up yang digunakan untuk kendaraan
angkutan barang
!e3elompoka3 BK! Ya3 Terolo3 Mewah Selai3 Ke3daraa3 Bermotor (KMK
6/KMK.0/199 1o KMK 27/KMK.0/199)
Kelompok 1arif meliputi :
Kelompok kepala susu atau susu yang diasamkan/diragi, mengandung
tambahan gula atau pemanis lainnya atau tidak, diberi aroma atau tidak, diberi
rasa atau tidak, mengandung tambahan buah-buahan, biji-bijian, cocoa atau
tidak, yoghurt, kephir, whey, keju, mentega atau lemak atau minyak yang
diperoleh dari susu yang dibotolkan atau dikemas.
Kelompok air buah dan air sayuran, yang belum meragi dan tidak mengandung
alkohol, mengandung tambahan gula atau pemanis lainnya maupun tidak,
mengandung aroma atau tidak, serta dibotolkan/dikemas.
Kelompok minuman yang tidak mengandung alkohol, mengandung tambahan
gula atau pemanis lainnya maupun tidak, mengandung aroma maupun tidak,
yang dibotolkan/dikemas, serta air soda yang dibotolkan/dikemas.
Kelompok wangi-wangian, produk kecantikan untuk pemeliharaan kulit,
tangan, kaki, dan rambut serta preparat rias lainnya.
Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, mesin
jual barang otomatis termasuk mesin penukar uang, dan pesawat penerima
siaran televisi.
Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium,
town house, dan sejenisnya.
Kelompok 1arif meliputi :
Kelompok semua permadani kecuali yang dibuat dari wool atau bulu hewan
dan sutera.
3$9 f
3) PemanIaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar aerah Pabean di dalam
aerah Pabean adalah di tempat orang pribadi atau badan yang memanIaatkan
terdaItar sebagai WP.
) Kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan didirikan.
5) Lain-lain. Berdasarkan KEP-35/PJ./1995 Jo SE/19/PJ.5/1995 ditetapkan
sebagai berikut :
a. alam hal di tempat tinggal orang pribadi tidak dilakukan kegiatan usaha,
maka terutang pajak di tempat kegiatan usaha dilakukan.
b. Pelaporan usaha cukup dilakukan kepada KPP yang wilayahnya meliputi
tempat usaha.
c. alam hal pengusaha telah dikukuhkan sebagai PKP yang ditempat
tinggalnya, pengukuhan tersebut akan dicabut setelah dilakukan
pemeriksaan
) Bagi PKP yang memiliki lebih dari 1 NPPKP, penyerahan BKP atau JKP dari
pusat ke cabang dan antar cabang terutang PPN dengan dasar pengenaan pajak
adalah harga jual dikurangi laba bruto.
3. !emusata3 Tempat !ajak Teruta3
engan pemohonan tertulis, PKP yang memiliki lebih dari 1 tempat usaha dapat
mengajukan permohonan pemusatan tempat pajak terutang sepanjang memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. PKP menyelenggarakan pembukuan secara terpusat.
b. Kantor cabang tidak melakukan kegiatan penyerahan BKP atau JKP. Semua
kegiatan penjualan dan administrasi hanya dilakukan di tempat yang dipilih
sebagai tempat PPN terutang.
c. Kantor cabang hanya menyimpan persediaan dan menyerahkan kepada
pembeli atas perintah kantor pusat.
d. Kantor cabang tidak diperbolehkan membuat Iaktur pajak baik untuk kantor
pusat maupun kantor cabang.
alam surat permohonan tersebut PKP harus memberikan inIormasi tentang :
1) Struktur Organisasi, administrasi, pembukuan dan keuangan perusahaan. \
9$9 f
) Jangka waktu penyampaian dokumen antara kantor pusat dengan cabang atau
sebaliknya berkaitan dengan masa pajak yaitu 1 bulan takwim.
3) Fungsi dan wewenang kantor cabang.
) Jumlah cabang diseluruh Indonesia.
5) Contoh speciment Iaktur pajak yang digunakan.
Berdasarkan inIormasi tersebur irjen Pajak melakukan penelitian untuk
memperoleh keyakinan bahwa :
1) Pembukuan PKP terpusat.
) Penjualan/pembelian/impor barang modal/bahan baku/pembantu dilakukan
oleh kantor pusat atau salah satu cabang.
3) Bentuk Iaktur pajak hanya satu.
) Tidak memungkinkan penghitungan, pemunggutan dan pembayaran pajak di
cabang-cabang yang ada.
Setelah dilakukan pemeriksaan, irjen Pajak akan memberikan persetujuannya
terhadap permohonan PKP untuk melakukan pemusatan tempat PPN terutang di satu
tempat atau lebih sesuai dengan permintaan.
E. FAKTUR !A1AK
Faktur Pajak adalah bukti peungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena
Pajak (JKP) atau oleh itjen Bea dan Cukai karena impor BKP.
Faktur Pajak wajib dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak untuk setiap penyerahan
BKP dan/ atau JKP (Pasal 13 ayat 1 UU PPN 198)
1e3is Faktur !ajak
Berdasarkan pasal 13 UU PPN 198 dikenal 3 (tiga) macam Faktur Pajak, yaitu
1) aktur Pafak $tandar
Adalah Faktur Pajak yang bentuk dan isinya telah ditetapkan oleh Undang-
undang. alam pasal 13 ayat 5 UU PPN 198 ditetapkan bahwa dalam Faktur
30$9 f
b. Kolom tanggal pembayaran diisi dalam hal terjadi pembayaran yang diterima
sebelum penyerahan BKP atau JKP. Khusus bagi Faktur Pajak Gabungan,
tanggal penyerahan diisi dengan tanggal awal penyerahan BKP/JKP sampai
dengan tanggal akhir dari masa pajak yang dibuatkan Faktur Pajak Gabungan
dengan melampirkan daItar tanggal penyerahan dari masing-masing Faktur
Penjualan
c. Apabila jumlah BKP dan/ atau JKP yang diserahkan tidak dapat ditampung
dalam satu Faktur Pajak, dapat ditempuh dua cara, yaitu :
O Boleh dipecah menjadi lebih dari satu Faktur Pajak dan masing-masing
Faktur Pajak harus diisi dengan lengkap sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
O apat dibuat satu Faktur Pajak asalkan menunjuk nomor dan tanggal
Faktur Penjualan yang bersangkutannnn dan Faktur Penjualan tersebut
dilampirkan
d. Pengisian yang tidak sesuai dengan ketentuan akann berakibat Faktur Pajak
tergolong sebagai Faktur Pajak cacat sehingga Pajak Masukannya tidak dapat
dikredikan
e. Faktur Pajak yang terdapat kesalahan dalam pengisian supaya dibetulkan
dengan cara dibuat Faktur Pajak Standar Pengganti. Faktur Pajak yang salah
merupakan lampiran dan pada Faktur Pajak Pengganti dibubuhi cap yang
mencantumkan nomor seri, kode dan tanggal Faktur Pajak Standar yang
diganti
I. Membetulkan Faktur Pajak tidak boleh dengan cara lain, sseperti dengan
coretan, dihapus atau menggunakan tipp-ex.
g. alam hal Faktur Pajak hilang, PKP yang berkepentingan dapat minta Faktur
Pajak Pengganti kepada PKP yang menjual dengan tembusan kepada KPP atau
tempat PKP penjual dan pembeli dikukuhkan.
Lara3a3 Membuat Faktur !ajak
alam pasal 1 UU PPN 198 diatur larangan membuat Faktur Pajak sebagai
berikut:
33$9 f
O Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah harga jual
rata-rata.
O Untuk penyerahan Iilm cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul
Iilm.
O Untuk persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan adalah harga pasar wajar.
O Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar
wajar.
O Untuk penyerahan jasa biro perjalanan/pariwisata adalah 10 dari jumlah
tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
O Untuk jasa pengiriman paket adalah 10 dari jumlah tagihan.
O Untuk penyerahan PKP pedagang eceran adalah 0 dari seluruh jumlah
penyerahan BKP.
O Untuk anjak piutang adalah 5 dari service charge, provisi dan discount.
2. !e3e3aa3 !!N terhadap !edaa3 Ecera3
Pedagang eceran adalah pengusaha yang dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya melakukan usaha perdagangan dengan cara sebagai berikut :
a. Tidak bertindak sebagai penyalur kepada pedagang lainnya.
b. Menyerahkan BKP melalui tempat penjualan eceran.
c. Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului penawaran
tertulis, pemesanan, kontrak atau lelang dan pada umumnya bersiIat tunai.
d. Jumlah peredaran bruto dalam satu tahun buku atau bagian dari tahun buku
melebihi batasan pengusaha kecil.
3. ara Me3hitu3 !!N Teruta3 Terhadap !edaa3 Ecera3
Pedagang eceran dapat memilih nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak (pasal 9
ayat 3 PP No 50 tahun 199), dengan cara sebagai berikut :
1) PPN yang terutang atas penyerahan BKP sama dengan 10 dari harga jual
BKP.
3S$9 f
akibat dari ekspor BKP dan/atau kegiatan penyerahan BKP dan/atau JKP
kepada pemungutan PPN boleh dikembalikan setiap akhir masa pajak.
2. !ersyarata3 !ajak Masuka3 ya3 Dapat Dikreditka3
1) Persyaratan 4rmil yaitu .
a. Tercantum dalam Iaktur pajak standar.
b. Pajak masukan dan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama atau
dalam masa pajak yang tidak sama sepanjang belum melampaui bulan
ketiga setelah akhir tahun buku yang bersangkutan sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.
) Persyaratan Materil yaitu .
a. Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
b. Belum dibebankan sebagai biaya.
3. !ajak Masuka3 ya3 Tidak Dapat Dikreditka3
alam pasal 9 ayat 8 dan pasal 1B ayat 3 UU PPN Jo pasal 3 PP nomor 50 tahu
199 Jo KMK nomor 3/KMK.0/199 Jo KMK nomor 5/KMK.0/1998, Pajak
Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah :
a. Pajak Masukan yang dibayar sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
b. Pajak Masukan yagn dibayar untuk perolehan BKP atau JKP yang tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
c. Pajak Masukan yang dibayar untuk pembelian atau pemeliharaan kendaraan
bermotor jenis sedan, jeep, station wagon, van dan kombi, kecuali sebagai
barang dagangan atau digunakan langsung sesuai dengan bidang usahanya
d. Pajak Masukan yagn dibayar atas pemanIaatan BKP tidak berwujud atau JKP
dari luar daerah pabean didalam daerah pabean sebelum Pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP
e. Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak Sederhana
I. Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak Standar yang tidak
memenuhi ketentuan Undang-undang
37$9 f
dihitung kembali bagian dari Pajak Masukan itu yang harus dibayar kembali
ke Kas Negara dengan rumus :
P` X PM/T
P` : persentase rata-rata penggunaan barang modal untuk kegiatan lain
dalam satu tahun buku
PM : Pajak Masukan atas perolehan dan pemeliharaan barang modal yang
telah dikreditkan
T : masa manIaat barang modal (untuk bangunan : 10 tahun & untuk
barang Modal lainnya : 5 tahun)
b. Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau JKP yang :
Nyata-nyata digunakan untuk unit atau kegiatan yang atas penyerahan hasil
dari unit atau kegiatan tersebut tidak terutang PPN atau terutang PPN tetapi
PPNnya ditanggung Pemerintah atau dibebaskan dari pengenaan PPN tidak
dapat dikreditkan
Nyata-nyata digunakan untuk kegiatan usaha yang akan menghasilkan
penyerahan yang terutang PPN dapat dikreditkan
igunakan baik untuk kegiatan yang akan menghasilkan penyerahan terutang
PPN maupun untuk kegiatan yang akan menghasilkan penyerahannya yang
PPNnya ditanggung oleh Pemerintah atau dibebaskan dari pengenaan PPN
dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungut dalam masa pajak
yang sama, kemudian setelah akhir tahun buku wajib menghitung kembali
bagian Pajak Masukan tersebut yang akan dibayar kembali ke Kas Negara
dengan cara :
Untuk Barang Modal : X/Y x PM/T
Untuk bukan Barang Modal : X/Y x PM
X : Jumlah seluruh peredaran selama satu tahun buku yang tidak terutang
PPN atau PPN ditanggung Pemerintahatau dibebaskan dari PPN
Y : Jumlah seluruh peredaran dalam satu tahun buku
PM : Pajak Masukan yang telah dikreditkan
40$9 f
. Meka3isme !emu3uta3
1) Saat pajak terutang adalah pada saat pembayaran. alam pasal 30 PP nomor
50/ 199 ditetapkan bahwa pajak yang terutang dipungut pada saat
pembayaran oleh Pemungut PPN
) Pada saat PKP Rekanan memasukkan tagihan diwajibkan membuat :
a. Faktur Pajak yang sudah diisi lengkap
b. SSP yang hanya diisi Identitas PKP Rekanan dan Jumlah PPN terutang,
sedangkan kolom Masa Pajak dan tanggal pembuatan serta tanda tangan
dikosongi
3) Faktur Pajak dibuat rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan :
Lembar ke-1 : untuk Pemungut PPN
Lembar ke- : untuk PKP yang bersangkutan
Lembar ke-3 : untuk kepala KPP melalui Pemungut PPN
) SSP dibuat rangkap 5 (lima) dengan peruntukan : Lembar ke-1 : untuk PKP
Rekanan
Lembar ke- : untuk KPP melalui KPKN
Lembar ke-3 : untuk PKP Rekanan guna dilampirkan pada SPT Masa PPN
Lembar ke- : untuk Bank Persepsi / Kantor Pos dan Giro
Lembar ke-5 : untuk Pemungut PPN
5) alam hal Bank Pemerintah atau Bank Pembangunan aerah bertindak
sebagai Kasir dari Bendaharawan Pemerintah, maka Faktur Pajak dan SSP
yang diteruskan ke Bank yang bersangkutan melalui Bendaharawan. Yang
diwajibkan memungut dan melapor adalah Bank yang bersangkutan
) Saat Pelaporan
a. Bagi Bendaharawan / KPKN selaku Pemungut PPN, pajak yang telah
dipungut dan telah disetor ke Kas Negara melalui Bank Persepsi selambat-
43$9 f
6. Kete3tua3 Khusus
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 38/ KMK.0/199, dilakukan
penunjukan perusahaan operator telepon seluler sebagai Pemungut PPN atas Impor
dan/atau penyerahan pesawat telepon.
Sebagai petunjuk pelaksanaannya adalah Surat Edaran irJen Pajak nomor SE-
15/PJ.531/199 yang menegaskan bahwa Perusahaan Operator Telepon Seluler juga
berkedudukan sebagai PKP yang wajib memungut, menyetor dan melaporkan PPN yang
terutang atas penyerahan jasa pengaktiIan dan pulsa atas telepon seluler.
Kewajiban Perusahaan Operator Telepon Seluler sebagai PKP adalah sebagai
berikut :
1) Besarnya PPN yang harus dipungut atas telepon seluler yang akan diaktiIkan
adalah :
a. alam hal merk ponsel tersebut terdaItar dan operator adalah ATPM/ealer
dari ponsel tersebut, maka PPN yang harus dipungut sebesar 10 dari harga
ponsel ditambah biaya pengaktiIan
b. alam hal ponsel tersebut terdaItar dan operatornya bukan dealer dari ATPM
dan ponsel tersebut didukung dengan Faktur Pajak dari ATPM/ealer, maka
besarnya PPN yang dipungut sebesar 10 dari biaya pengaktiIan
c. alam hal ponsel tersebut merknya terdaItar dan operatornya bukan dealer
dari ATPM dan ponsel tersebut tidak didukung oleh Faktur Pajak, maka
besarnya PPN yang harus dipungut adalah adalah 10 dari (Rp .000.000
biaya pengaktiIan)
d. alam hal ponsel tersebut merknya terdaItar dan operatornya bukan dealer
dari ATPM dan ponssel didukung Faktur Pajak yang bukan dari ATM/dealer,
maka besarnya PPN yang harus dipungut adalah 10 dari (Rp .000.000
PP yang tercantum dalam Faktur Pajak biaya pengaktiIan)
e. alam hal ponsel tersebut merknya tidak terdaItar dan ponsel tersebut
didukung dengan Faktur Pajak, besarnya PPN yang dapat dipungut adalah 10
dari (Rp .000.000 PP yang tercantum dalam Faktur Pajak biaya
pengaktiIan)
4S$9 f
I. alam hal ponsel tersebut merknya tidak terdaItar dan tidak didukung dengan
Faktur Pajak , besarnya PPN yang harus dipungut adalah 10 dari Rp
.000.000 biaya pengaktiIan
) PPN wajib dipungut pada saat pengaktiIan ponsel oleh operator
3) Pelaporan menggunakan SPT Masa PPN 1195
) Saat penyetoran dan pelaporan mengikuti mekanisme yang sudah ada.
46$9 f
o3toh :
1. PKP "A" bulan Januari 199 menjual tunai
kepada PKP "B" 100 pasang sepatu
Rp.100.000,00 Rp 10.000.000,00
PPN terutang yang dipungut oleh
PKP"A" (10 x Rp.10.000.000,00) Rp 1.000.000,00
1umlah ya3 harus dibayar !K! "B" Rp.11.000.000,00
. PKP "B" dalam bulan Januari 199 :
O Menjual 80 pasang sepatu Rp.10.000,00 Rp. 9.00.000,00
O Memakai sendiri 5 pasang sepatu untuk pemakaian sendiri, PP adalah harga
jual tanpa menghitung laba kotor, yaitu Rp 100.000,- per pasang Rp
500.000,00
PPN yang terutang :
Atas penjualan 80 pasang sepatu
(10 x Rp.9.00.000,00) Rp 90.000,00
Atas pemakai sendiri
(10 x Rp.500.000,00) Rp 50.000,00
1umlah !!N teruta3 Rp 1.010.000,00
3. PKP Pedagang Eceran (PE) "C" menjual
O BKP seharga Rp 10.000.000,00
O Bukan BKP Rp 5.000.000,00
Rp 15.000.000,00
PPN yang terutang
(10 x Rp.10.000.000,00) Rp. 1.000.000,00
!!N ya3 harus disetor
(10 x 20 x Rp.15.000.000,00) Rp. 300.000,00
47$9 f
. PKP "" pabrikan yang menghasilkan mesin cuci pakaian. Mesin cuci pakaian
dikategorikan sebagai BKP yang tergolong mewah dan dikenakan PPn BM
dengan tariI sebesar 0. alam bulan Januari 199 PKP "" menjual 10 buah
mesin cuci kepada PKP "E" seharga Rp.30.000.000,00.
O PPN yang terutang
(10 x Rp.30.000.000,00) Rp 3.000.000,00
O PPn BM yang terutang
(0 x Rp. 30.000.000,00) Rp .000.000,00
!!N da3 !!3 BM ya3 teruta3 !K! "D" Rp. 9.000.000,00
5. PKP "E" bulan Januari 199 menjual 10 buah mesin cuci tersebut diatas seharga
Rp.0.000.000,00
!!N ya3 teruta3
(10 x Rp.0.000.000,00) Rp. .000.000,00
atata3 :
PKP "E" tidak boleh memungut PPn BM, karena PKP "E" bukan pabrikan dan
PPn BM dikenakan hanya sekali.
asa kena pajak
1. PT. X membangun outlet dengan luas bangunan 00 m dengan biaya Rp
500.000.000,-
Jawaban :
D!! 0 x Rp 500.000.000 Rp 200,000,000
!!N 10 x Rp 200.000.000 Rp 20,000,000
. PT. Samsung pabrik AC harga jual Rp .000.000,- termasuk PPN BM 0
PPN (Rp .000.000 x 10) Rp 00,000
PPn BM (Rp .000.000 x 0 ) Rp 800,000
Harga Jual Rp ,000,000
Ya3 harus dibayar Rp 5,200,000
48$9 f
Ailai Import
3. Cost insurance Ireigh (CIF) US$ 0.000
Nilai konversi Rp 9.500/US$
Bea masuk 0
Jawaban :
Nilai import (US$ 0.000,- x Rp 9.500,-) Rp 190,000,000
Bea masuk 0 x Rp 190.000.000,- Rp 38,000,000
D!! Rp 228,000,000
PPN 10 Rp ,800,000
PPN BM 0 Rp 5,00,000
Ya3 harus dibayar Rp 68,00,000
. PT. Korindo Motors mendapatkan tagihan dari PT. Suzuki atas pembelian mobil Rp
35.000.000,- termasuk PPN dan PPN BM 0
PPN BM 50/150 x Rp 35.000.000,- Rp 15,000,000
PPN 10/150 x Rp 35.000.000,- Rp 5,000,000
Jumlah Rp 150,000,000
Harga Rp 35,000,000
PPN BM Rp (15,000,000)
PPN Rp (5,000,000)
1umlah ya3 harus dibayar Rp 225,000,000