Belakangan ini, diskursus seputar Al-Qur`an ramai diperbincangkan. Teori penaIsiran yang telah mapan selama berabad-abad diragukan dan dipermasalahkan oleh sebagian kalangan pemikir muslim kontemporer. TaIsir AL-Qur`an yang sudah mapan, berurat dan berakar didalam Islam dianggap sudah tidak relevan lagi dengan zaman dan kebutuhan umat Islam saat ini. Maka dibutuhkan sebuah metode penaIsiran baru yang sesuai dengan zaman. Teori penaIsiran tersebut adalah hermeneutika. Hermeneutika dibangun atas Iaham relatiIisme. Hermeneutika itu sendiri menggiring kepada gagasan bahwa segala penaIsiran al-Qur`an itu relatiI, padahal Iakta sejarah membuktikan, bahwa para mufassir terkemuka sepanjang masa memiliki kesepakatan-kesepakatan dalam proses penaIsiran al-Qur`an. Jika metode hermeneutika tetap dipaksakan ke dalam al-Qur`an maka akan berinIlikasi bahwa segala problematika yang terjadi didalam Bible, terjadi juga di dalam al-Qur`an. Tulisan ini akan mengungkap bahwasannya metode hermeneutika tidak layak untuk disandingkan dengan taIsir al-Qur`an. Tafsir Al-Qur'an TaIsir secara etimologi berasal dari kata fasara (Fiil madhi -kata kerja lampau) dengan wa:an Tafil yang berarti penyingkap atau penjelas. Didalam lisn al- arab: kata al-Fasru berarti penyingkap sedangkan kata at-Tafsir berarti penyingkap atau penjelas dari kata-kata yang sulit. Sedangkan taIsir secara terminology para mufassirin berbeda-beda dalam mendeIinisikan pengertian taIsir, menurut istilah sebagian ulama adalah suatu ilmu yang dapat memberikan pengertian yang tepat dan akurat dalam memahami teks-teks al-Qur`an menurut kadar kemampuan manusia. Sedangkan menurut Imam Az-Zarkasy dalam kitabnya Al-burhn fi Ulmi al-Qurn mendeIinisikan bahwasannya TaIsir adalah ilmu untuk memahami Kitab Allah yang diturunkan melalui nabinya Muhammad SAW. Penjelasan mengenai makna-makna Kitab Allah dan penarikan hukum-hukum serta hikmah yang tekandung didalamnya Kebutuhan Manusia Terhadap Ilmu Tafsir Allah SWT menurunkan al-Qur'an kepada manusia melalui Rasul-Nya Muhammad SAW. Untuk di baca, dipahami dan diamalkan apa-apa yang terkandung didalamnya, al-Qur'an diturunkan dengan berbahasa arab. Isi yang terkandung didalam al-Qur'an tidak akan mendapatkan sasaran yang benar dan tidak akan bisa diamalakan tanpa melalui proses pemahaman yang benar, proses pemahaman inilah yang disebut dengan Ilmu TaIsir. Al-Isbahany menuturkan keutamaan taIsir dilihat dari tiga aspek: Pertama aspek pembahasan. Pembahasan taIsir adalah Kalam Ilahi yang penuh dengan hikmah dan keutamaan , didalamnya terdapat berita masa lalu dan masa yang akan datang. edua aspek tujuan. tujuan daripada taIsir adalah pencapaian terhadap kebahagiaan yang hakiki. etiga aspek kebutuhan yang sangat terhadap taIsir, dikarenakan kelengkapan hidup dalam beragama maupun dalam kehidupan duniawi sangat membutuhkan terhadap ilmu syariat dan pengetahuan keagaaman yang tidak akan didapatkan kecuali dengan memahami ilmu yang terkadung didalam al-Qur'an. Hermeneutika Setelah kita membahas secara terperinci pengertian taIsir dalam tradisi keilmuan Islam, maka pada bahasan selanjutnya kita akan membahas deIinisi hermeneutika secara etimologi dan terminilogi serta bagaimana konsep hermeneutika diterapkan terhadap Bible dan di paksakan untuk diterapkan kepada al-Qur`an oleh para orientalis dan cendikiawan muslim liberal. Secara etimologi, Istilah 'hermeneutics berasal dari bahasa Yunani kuno (Greek) ' /oncvcc (dibaca: ta hermeneutika), yaitu bentuk jamak dari perkataan: /oncvccv (to hermeneutikon) yang bermakna: perkara-perkara yang berkenaan dengan pemahaman atau penerjemahan suatu pesan. Diambil dari inIinitiI: /oncvccv, Kedua kata ini merupakan derivat dari kata 'Hermes (Eonc). Mulai abad ke-17 istilah hermeneutics` dipakai untuk menunjuk suatu ilmu, metode dan teknik memahami suatu pesan, karya atau teks. Sejak itu, istilah hermeneutics dikontraskan dengan exegesis (ccypo), sebagaimana ilmu taIsir` dibedakan dengan taIsir`. Lebih tepatnya, hermeneutika adalah ilmu menaIsirkan Bibel. Nilai Dibalik Hermeneutika Menurut Hans George Gadamer, terdapat tiga implikasi penting didalam hermeneutika. Pertama, universalitas hermeneutika sebagai metode masih merupakan tantangan. edua, hermeneutika muncul dari suatu milleu ilmiah yang mulai meninggalkan pemikiran metaIisis. etiga, hermeneutika yang berasal dari Yunani dan diadopsi para teolog Kristen sebagai taIsir Bible itu dicoba dikembangkan menjadi teori sains kemanusiaan. Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi menuturkan, dari ketiga implikasi diatas, dapat diIahami, bahwasannya hermeneutika yang lahir dan berkembang di Barat merupakan produk pandangan hidup worldview) peradaban Barat. Oleh karena itu, hermeneutika tidak bebas nilai. Sedangkan dalam pandangan Warner G. Jeanrond, ada tiga milleu yang mempengaruhi terbentuknya hermeneutika sebagai teori interpretasi terhadap Bible di Barat. Pertama, Milleu masyarakat yang terpengaruh oleh pemikiran Yunani. edua, milleu masyarakat Yahudi dan Kristen yang menghadapi problematika Bible. etiga, milleu masyarakat Eropa di zaman pencerahan yang berusaha keluar dari otoritas keagamaan serta membawa hermeneutika keluar dari konteks keagamaan. Hermeneutika dan Liberalisasi Hermeneutika Modern menempatkan semua jenis teks pada posisi yang sama, tanpa memperdulikan apakah teks itu suci dari Tuhan atau tidak, sakral atau proIan. Kemudian tidak lagi memperdulikan adanya otoritas dalam penaIsiran. Semua teks dilihat sebagai produk pengarangnya. Hermeneutika modern dimulai oleh seorang teolog Kristen Liberal Protestan yaitu Friedrich Schleiermacher (1768-1834) bagi Schleiermacher, Iaktor kondisi dan motiI pengarang sangatlah penting untuk memahami makna suatu teks, disamping Iaktor gramatikal. Jauh sebelum Schleiermacher, upaya melakukan liberalisasi dalam interpretasi Bible sudah muncul sejak zaman Enlightenment di abad ke-18. Johan Solomo Semler (1725-1791) dan para teolog lainya di University oI Halle memainkan peranan penting dalam melakukan apresiasi terhadap akal manusia, dan menumbuh kembangkan perlawanan terhadap otoritas gereja yang tidak masuk akal. Perkembangan Hermeneutika yang terjadi dalam tradisi Barat jelas berbeda sekali dengan tradisi taIsir al-Qur`an yang berkembang dalam tradisi Islam. Hermeneutika muncul dari keresahan para teolog Yahudi dan Kristen terhadap Bible yang penuh dengan problematika. Hermeneutika juga muncul sebagai reaksi penolakan para teolog liberal terhadap otoritas gereja yang menyalahgunakan wewenangnya atas nama Tuhan. Para teolog liberal ini menginginkan suatu kebebasan untuk menaIsirkan Bible. Maka timbulah suatu metode interpretasi hermeneutika. berbeda dengan al-Qur`an yang tidak memiliki problem sedikitpun. Maka teori interpretasi hermeneutika sagat tidak mungkin untuk diaplikasikan dalam penaIsiran al-Qur`an. Jika tetap dipaksakan, maka akan berimIlikasi yang sangat Iatal sekali. Kebenaran wahyu Allah yang selama ini diyakini oleh umat Islam akan musnah, otoritas para ulama yang telah berjasa dalam mengkoodiIikasi berbagai disiplin ilmu akan runtuh. Dan akhirnya umat Islam akan mengikuti dan tunduk terhadap peradaban Barat (Yahudi-Kristen).allhu al-Hdi il as-shawb.|| #eferensi: Al-Allsy, Dr. Jalluddn, irsah Fi at-Tafsir a Ulmihi, (Tunisia: Mu'assasah Ibn Asyr L At-Tauzi' 2006) Al-Qan, Manna`, abhits Fi Ulm al-Qurn, (Kairo: Maktabah Wahbah, 2004) Armas, Adnin, etodologi Bible dalam Studi al-Quran, afian ritis, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005) Az-Zarkasy, Al-Burhan fi aal-Ulum al-Quran, Jilid 1, (Beirut : Al-Maktabah Al- Ashriyyah, 2004) Az-Zarqny, Muhammad Abdul Adzm, anhilu al-Irfn Fi Ulm al-Qurn, (Kairo: Drul-Hadts, 2001 Jeanrond,Warner G. Theological Hermeneutics, evelopment And Significance, (London: Macmillan, 1991) Jurnal Pemikiran dan Peradaban Islam, ISLAIA, THN 1 NO. 1/uharram 1425 Mandzur, Ibnu, Lisanul arab, Darul Hadits Kairo 2003 Hal. 101. Saenong, Ilham B. Hermeneutika Pembebasan, etodologi Tafsir Al-Quran menurut Hassan Hanafi (Jakarta: Teraju, 2002) Salim, Fahmi, ritik Terhadap Studi al-Quran aum Liberal (Jakarta: PerspektiI Kelompok Gema Insani, 2010)