You are on page 1of 11

Menyingkap Misteri 7 Lapisan

Langit dan Keajaiban Isra


Miraj
Selasa, 07-04-2009 09:57:32 oleh:
Anwariansyah

Kanal: Iptek
Keyakinan mengenai adanya alam semesta
selain yang dihuni oleh kita sudah menghantui
pemikiran para ilmuwan fisika sejak lama.
Sebuah revolusi pemikiran yang berangkat dari
cerita fiksi ilmiah mengenai adanya kehidupan
lain selain di planet bumi ini, berkembang
menjadi sebuah ide bahwa alam semesta kita ini
tidak sendiri, tetapi merupakan bagian dari
berlapis-lapis alam semesta tanpa batas yang mempunyai kehidupannya
sendiri-sendiri.
Beberapa hipotesa yang kemudian melahirkan teori-teori dicetuskan oleh
beberapa ilmuwan seperti teori alam semesta paralel (parallel universe atau
multiverse) dan keyakinan akan keberadaan 10 dimensi alam semesta.
Namun lima belas abad sebelum teori-teori tersebut dilahirkan, kitab
Alquran yang diwahyukan kepada Muhammad Saw sudah menggambarkan
perihal keberadaan dimensi-dimensi alam semesta yang disebut tujuh
lapisan langit, yakni dalam Surah Fushshilat ayat 11-12.
"Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka
Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-
baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui".

!engertian langit
Banyak pemahaman tentang langit yang dikenal di tengah masyarakat.
Sebagian orang memahaminya sebagai lapisan-lapisan atmosfer di atas
bumi. Ada juga yang memahami langit sebagai ruang hampa udara yang
disebut ruang angkasa antar planet dan galaksi. Adapun pengertian yang
lebih luas lagi menurut ilmu astronomi bahwa langit adalah alam semesta
yang tak terbatas (tidak diketahui batasnya) namun berhingga (ada
akhirnya).
Dalam tulisan ini pemahaman yang ketiga inilah yang digunakan, yakni
alam semesta yang tak terbatas namun berhingga dan memuat triliunan
benda-benda angkasa. Dari tatasurya kita - matahari dan planet-planetnya
termasuk bumi sebagai anggotanya - galaksi bimasakti (milky way galaxy)
tempat berada tata surya kita, kluster (kumpulan beberapa galaksi) hingga
superkluster (kumpulan dari beberapa kluster). Ini pun sebatas yang masih
bisa diungkapkan para ahli astronomi, tentunya bisa diperluas lagi dengan
kumpulan beberapa superkluster dan seterusnya.

7 lapisan langit dan pembagian dimensi
Yang dimaksud 7 lapisan langit di sini bukan berarti langit tersebut
menumpuk secara berlapis-lapis seperti kue lapis, tapi ketujuh lapisan
tersebut semakin meningkat kedudukannya sesuai dengan bertambah
tingkat dimensinya.
Pertambahan tingkat dimensi ketujuh lapisan langit tersebut hanya bisa
digambarkan dengan memproyeksikannya ke langit pertama (dimensi
ruang yang dihuni oleh kita) yang berdimensi tiga. Karena hanya ruang
berdimensi tiga inilah yang bisa difahami oleh kita. Secara analog, kita bisa
membuat perumpamaan sebagai berikut :


Penjelasan gambar:
Pada gambar 1 tampak bahwa sebuah garis berdimensi 1 tersusun dari
titik-titik dalam jumlah tak terbatas. Kemudian garis-garis tersebut disusun
dalam jumlah tak terbatas hingga menjadi sebuah luasan berdimensi 2
(Gambar 2). Dan jika luasan-luasan serupa ini ditumpuk ke atas dalam
jumlah yang tak terbatas, maka akan terbentuk sebuah balok (ruang
berdimensi 3).
Kesimpulannya adalah sebuah ruang berdimensi tertentu tersusun oleh
ruang berdimensi lebih rendah dalam jumlah yang tidak terbatas. Atau
dengan kata lain ruang yang berdimensi lebih rendah dalam jumlah yang
tidak terbatas akan menyusun menjadi ruang berdimensi yang lebih tinggi.
Misalnya, ruang 3 dimensi - dimensi ruang yang sekarang dihuni oleh kita
ini - dengan jumlah tak terbatas menyusun menjadi satu ruang berdimensi
empat.
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

angit pertama
Ruang berdimensi 3 yang dihuni oleh makhluk berdimensi 3, yakni
manusia, binatang, tumbuhan dan lain-lain yang tinggal di bumi beserta
benda-benda angkasa lainnya dalam jumlah yang tak terbatas. Namun
hanya satu lapisan ruang berdimensi 3 yang diketahui berpenghuni, dan
bersama-sama dengan ruang berdimensi 3 lainnya, alam semesta kita ini
menjadi penyusun langir kedua yang berdimensi 4.

angit kedua
Ruang berdimensi 4 yang dihuni oleh bangsa jin beserta makhluk
berdimensi 4 lainnya. Ruang berdimensi 4 ini bersama-sama dengan ruang
berdimensi 4 lainnya membentuk langit yang lebih tinggi, yaitu langit
ketiga.

angit ketiga
Ruang berdimensi 5 yang di dalamnya "hidup arwah dari orang-orang
yang sudah meninggal. Mereka juga menempati langit keempat sampai
dengan langit keenam. Langit ketiga ini bersama-sama dengan langit ketiga
lainnya menyusun langit keempat dan seterusnya hingga langit ketujuh
yang berdimensi 9.
Bisa dibayangkan betapa besarnya langit ketujuh itu. Karena ia adalah
jumlah kelipatan tak terbatas dari langit dunia (langit pertama) yang dihuni
oleh manusia. Berarti langit dunia kita ini berada dalam struktur langit yang
enam lainnya, termasuk langit yang ketujuh ini. Jika alam akhirat, surga
dan neraka terdapat di langit ke tujuh, maka bisa dikatakan surga dan
neraka itu begitu dekat dengan dunia kita tapi berbeda dimensi.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa langit dunia kita ini merupakan
bagian dari struktur langit ketujuh. Berarti alam dunia ini merupakan
bagian terkecil dari alam akhirat. Penjelasan ini sesuai dengan hadist Nabi:
Perbandingan antara alam dunia dan akhirat adalah seperti air samudera,
celupkanlah jarimu ke samudera, maka setetes air yang ada di jarimu itu
adalah dunia, sedangkan air samudera yang sangat luas adalah akhirat.
Perumpamaan setetes air samudera di ujung jari tersebut menggambarkan
dua hal:
1.Ukuran alam dunia dibandingkan alam akhirat adalah seumpama setetes
air di ujung jari dengan keseluruhan air dalam sebuah samudera. Hal ini
adalah penggambaran yang luar biasa betapa luasnya alam akhirat itu.
2.Keberadaan alam dunia terhadap alam akhirat yang diibaratkan setetes
air berada dalam samudera. Perumpamaan tersebut menunjukkan bahwa
alam dunia merupakan bagian dari alam akhirat, hanya ukurannya yang tak
terbatas kecilnya. Begitu juga dengan kualitas dan ukuran segala hal, baik
itu kebahagiaan, kesengsaraan, rasa sakit, jarak, panas api, dan lain
sebagainya, di mana ukuran yang dirasakan di alam dunia hanyalah sedikit
sekali.

erbagai ruang dimensi dan interaksi antar makhluk penghuninya

. angit pertama atau langit dunia
Seperti disebutkan pada ayat 11-12 Surat Fushshilat di atas, maka yang
disebut langit yang dekat tersebut adalah langit dunia kita ini atau disebut
juga alam semesta kita ini. Digambarkan bahwa langit yang dekat itu
dihiasi dengan bintang-bintang yang cemerlang, dan memang itulah isi
yang utama dari alam semesta. Bintang-bintang membentuk galaksi dan
kluster hingga superkluster. Planet-planet sesungguhnya hanyalah pecahan
dari bintang-bintang itu. Seperti tata surya kita, matahari adalah sebuah
bintang dan sembilan planet yang mengikatinya adalah pecahannya, atau
pecahan bintang terdekat lainnya. Sedangkan tokoh utama di langit
pertama ini adalah kita manusia yang mendiami bumi, planet anggota tata
surya.
Langit pertama ini tidak terbatas namun berhingga. Artinya batasan
luasnya tidak diketahui tapi sudah bisa dipastikan ada ujungnya.
Diperkirakan diameter alam semesta mencapai 30 miliar tahun cahaya.
Artinya jika cahaya dengan kecepatannya 300 ribu km/detik melintas dari
ujung yang satu ke ujung lainnya, maka dibutuhkan waktu 30 miliar tahun
untuk menempuhnya.




G.4
Penjelasan gambar:
Apabila digambarkan bentuknya kira-kira seperti sebuah bola dengan
bintik-bintik di permukaannya. Di mana bintik-bintik tersebut adalah bumi
dan benda-benda angkasa lainnya. Apabila kita berjalan mengelilingi
permukaan bola berkeliling, akhirnya kita akan kembali ke titik yang sama.
Permukaan bola tersebut adalah dua dimensi. Sedangkan alam semesta
yang sesungguhnya adalah ruang tiga dimensi yang melengkung seperti
permukaan balon itu. Jadi penggambarannya sangat sulit sekali sehingga
diperumpamakan dengan sisi bola yang dua dimensi agar memudahkan
penjelasannya.

. angit kedua
Seperti diterangkan sebelumnya bahwa setiap lapisan langit tersusun
secara dimensional. Diasumsikan bahwa pertambahan dimensi setiap
lapisan adalah 1 dimensi. Jadi apabila langit pertama atau langit dunia kita
ini berdimensi 3, maka langit kedua berdimensi 4. Langit kedua ini dihuni
oleh makhluk berdimensi 4, yakni bangsa jin.



Penjelasan gambar:
Apabila digambarkan posisi langit kedua terhadap langit pertama adalah
seperti gambaran balon pertama tadi. Di mana bagian permukaan bola
berdimensi 2 adalah alam dunia kita yang berdimensi 3, sedangkan
ruangan di dalam balon yang berdimensi 3 adalah langit kedua berdimensi
4. Jadi apabila kita melintasi alam dunia harus mengikuti lengkungan bola,
akibatnya perjalanan dari satu titik ke titik lainnya harus menempuh jarak
yang jauh. Sedangkan bagi bangsa jin yang berdimensi 4 mereka bisa
dengan mudah mengambil jalan pintas memotong di tengah bola, sehingga
jarak tempuh menjadi lebih dekat.

Deskripsi lain adalah seperti gambar berikut:


Bayangkanlah permukaan tembok dan sebuah ruangan yang dikelilingi oleh
dinding-dindingnya. Umpamakan ada dua jenis makhluk yang tinggal di
sana. Makhluk pertama adalah makhluk bayang-bayang yang hidup di
permukaan tembok berdimensi 2. Sedangkan makhluk kedua adalah
makhluk balok berdimensi 3. Ingatlah analogi alam berdimensi 3 dengan
makhluk manusianya adalah permukaan tembok dan makhluk bayang-
bayangnya, sedangkan alam berdimensi 4 dan makhluk jinnya adalah
ruangan berdimensi 3 dengan baloknya.
Tampak dengan mudah dilihat bahwa kedua alam berdampingan dan kedua
makhluk hidup di alam yang berbeda. Kedua makhluk juga mempunyai
dimensi yang berbeda, bayang-bayang berdimensi 2 sedangkan balok
berdimensi 3. Makhluk berdimensi 2, yaitu bayang-bayang tidak bisa
memasuki ruangan berdimensi 3, dia tetap berada di tembok, sedangkan
makhluk berdimensi 3 yakni balok dapat memasuki alam berdimensi 2,
yakni tembok. Bagaimanakah caranya balok bisa memasuki dinding yang
berdimensi 2?
Balok yang berdimensi 3 memiliki permukaan berdimensi 2 yakni bagian
sisi-sisinya. Apabila si balok ingin memasuki alam berdimensi dua, dia
cukup menempelkan bagian sisinya yang berdimensi 2 ke permukaan
tembok. Bagian sisi balok sudah memasuki alam berdimensi 2 permukaan
tembok. Bagian sisi balok ini dapat dilihat oleh makhluk bayang-bayang di
tembok sebagai makhluk berdimensi 2 juga. Analoginya adalah jin yang
dilihat oleh kita penampakannya di alam dunia sebenarnya berdimensi 4
tetapi oleh indera kita dilihat sebagai makhluk berdimensi 3 seperti
tampaknya sosok kita manusia.

. angit ketiga sampai dengan langit ketujuh
Langit ketiga sampai dengan keenam dihuni oleh arwah-arwah, sedangkan
langit ke tujuh adalah alam akhirat dengan surga dan nerakanya.
Analoginya sama dengan langit kedua di atas, karena pengetahuan kita
hanya sampai kepada alam berdimensi 3.

Keajaiban Isra dan Miraj

Allah Swt berfirman di dalam Alquran Surah Al-Israa' ayat 1:
"Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada
suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Dari ayat tersebut tampak jelas bahwa perjalanan luar biasa itu
bukan kehendak dari Rasulullah Saw sendiri, tapi merupakan
kehendak Allah Swt. Untuk keperluan itu Allah mengutus malaikat
Jibril as (makhluk berdimensi 9) beserta malaikat lainnya sebagai
pemandu perjalanan suci tersebut. Dipilihnya malaikat sebagai
pengiring perjalanan Rasulullah Saw dimaksudkan untuk
mempermudah perjalanan melintasi ruang waktu.
Selain Jibril as dan kawan-kawan, dihadirkan juga kendaraan
khusus bernama uraq, makhluk berbadan cahaya dari alam
malakut. Nama uraq berasal dari kata barqun yang berarti kilat.
!erjalanan dari kota Makkah ke !alestina berkendaraan uraq
tersebut ditempuh dengan kecepatan cahaya, sekitar 300.000 kilo
meter per detik.
!ertanyaan mendasar adalah bagaimanakah perjalanan dengan
kecepatan cahaya itu dilakukan oleh badan Rasulullah Saw yang
terbuat dari materi padat? Untuk malaikat dan uraq tidak ada
masalah karena badan mereka terbuat dari cahaya juga.
Seandainya badan bermateri padat seperti tubuh kita dipaksakan
bergerak dengan kecepatan cahaya, bisa diduga apa yang akan
terjadi. adan kita mungkin akan terserai berai karena ikatan antar
molekul dan atom bisa terlepas.
Jawaban yang paling mungkin untuk pertanyaan itu adalah tubuh
Rasulullah Saw diubah susunan materinya menjadi cahaya.
agaimanakah hal itu mungkin terjadi?
Teori yang memungkinkan adalah teori Annihilasi. Teori ini
mengatakan bahwa setiap materi (zat) memiliki anti materinya.
Dan jika materi direaksikan dengan anti materinya, maka kedua
partikel tersebut bisa lenyap berubah menjadi seberkas cahaya
atau sinar gamma.
Hal ini telah dibuktikan di laboratorium nuklir bahwa jika partikel
proton direaksikan dengan antiproton, atau elektron dengan
positron (anti elektron), maka kedua pasangan tersebut akan
lenyap dan memunculkan dua buah sinar gamma, dengan energi
masing-masing 0,511 MeV (Multiexperiment Viewer) untuk
pasangan partikel elektron, dan 938 MeV untuk pasangan partikel
proton.
Sebaliknya apabila ada dua buah berkas sinar gamma dengan
energi sebesar tersebut di atas dilewatkan melalui medan inti atom,
maka tiba-tiba sinar tersebut lenyap berubah menjadi 2 buah
pasangan partikel tersebut di atas. Hal ini menunjukkan bahwa
materi bisa dirubah menjadi cahaya dengan cara tertentu yang
disebut annihilasi dan sebaliknya.
Nah, kalau dihitung jarak Mekkah - !alestina sekitar 1500 km
ditempuh dengan kecepatan cahaya, maka hanya dibutuhkan waktu
sekitar 0,005 detik dalam ukuran waktu kita di bumi.
Sesampainya di !alestina tubuh Rasulullah Saw dikembalikan
menjadi materi. !eristiwa ini mungkin lebih dikenal seperti
teleportasi dalam teori fisika kwantum. Dari !alestina dilanjutkan
dengan perjalanan antar dimensi ke Sidratul Muntaha, yakni dari
langit dunia (langit pertama) ke langit kedua, ketiga sampai
dengan langit ketujuh dan berakhir di Sidratul Muntaha.
Yang perlu dipahami adalah perjalanan antar dimensi bukanlah
perjalanan berjarak jauh atau pengembaraan angkasa luar,
melainkan perjalanan menembus batas dimensi. Karena walaupun
tubuh Rasulullah Saw diubah menjadi cahaya seperti perjalanan
dari Mekkah ke !alestina, tidak akan selesai menempuh perjalanan
di langit pertama saja. ukankah untuk menempuh diameter alam
semesta diperlukan 30 miliar tahun dengan menggunakan
kecepatan cahaya. Jadi bagaimana caranya?
Seperti telah disebutkan di atas dalam penjelasan posisi antar
dimensi bahwa posisi langit kedua dengan langit pertama
dianalogikan seperti sebuah ruangan berdimensi 3 dengan dinding
tembok berdimensi 2. Makhluk bayangan berdimensi 2 di tembok
tidak bisa memasuki ruangan berdimensi 3, kecuali ada bantuan
dari makhluk berdimensi lebih tinggi, minimal dari makhluk
berdimensi 3, yakni balok. Caranya si balok menempelkan salah
satu sisinya ke tembok dan makhluk bayangan menempelkan diri
ke sisi balok itu. Dengan menempel di sisi balok dan mengikutinya,
makhluk bayangan bisa memasuki ruang berdimensi 3 dan
meninggalkan wilayah berdimensi 2, yakni dinding tembok.
egitulah kira-kira analogi bagaimana Rasulullah Saw melakukan
perjalanan antar dimensi. Dengan kehendak Allah Swt, Jibril
membawa Rasulullah Saw melakukan perjalanan dari langit
pertama hingga langit ketujuh lalu ke Sidratul Muntaha. !erjalanan
ini bukan perjalanan jauh seperti telah disebutkan tadi. Kejadian itu
terjadi di tempat Rasulullah Saw terakhir duduk shalat di Masjidil
Aqsa !alestina, karena ruang berdimensi 4, 5 dan seterusnya itu
persis berada di sebelah kita, hanya kita tidak melihatnya dan tidak
bisa mencapainya.
Wajar saja perjalanan Isra Miraj Rasulullah Saw dari Mekkah ke
!alestina dan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Sidratul
Muntaha hanya terjadi dalam semalam. ayangkan dalam zaman
ketika pemahaman manusia tentang sains dan teknologi belum
seperti sekarang, seorang Abu akar Ash Shiddiq Ra. Sahabat yang
suci bisa beriman dan menerima kebenaran cerita Rasulullan Saw
tanpa sanggahan.
egitu dekatnya jarak alam dunia (langit pertama) dengan alam
akhirat (langit ketujuh) yang sangat dekat sudah digambarkan oleh
hadist dari Jabir bin Abdullah. Ketika itu Rasulullah Saw didatangi
oleh lelaki berwajah bersih dan berbaju putih (yang ternyata
adalah malaikan Jibril as yang memasuki dimensi alam manusia) :
ertanya orang itu lagi (yakni Jibril as), "erapakah jaraknya dunia
dengan akhirat?" ersabda Rasulullah SAW, "Hanya sekejap mata
saja."
Wallahua'lam



Sumber tulisan : uku Serial Diskusi Tasawwuf Modern "Terpesona
di Sidratul Muntaha" oleh Agus Mustofa.

You might also like