You are on page 1of 27

Rancang Bangun Buka Tutup Pintu Gerbang

Menggunakan Mikrokontroler
ATmega 8535

PROYEK USAHA MANDIRI



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi Teknik Komputer
Jurusan Teknologi InIormasi



Oleh
Laksita Anoraga
NIM D3407222



KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI 1EMBER
2011
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI 1EMBER
1URUSAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER
1alan Mastrip PO BOX 164 Telp. (0331)333532
Fax. (0331)333531 1ember 68101

PROPOSAL TUGAS AKHIR

1. a. Judul : Rancang Bangun Pengotrol dan Pengaman
Pintu Gerbang Menggunakan Mikrokontroler
ATmega 8535.
b. Bentuk : InIormasi dan Karya Rekayasa

2. Identitas Pelaksana
a. Nama Lengkap : Laksita Anoraga
b. NIM. : D3 407 222
c. Jurusan/Program Studi : Teknologi InIormasi / Teknik Komputer
d. Alamat : Jalan Mastrib 7 No.1B
No. Telp./HP : 085749922246

3. Lokasi : Politeknik Negeri Jember

4. Identitas Dosen Pembimbing Yang Diusulkan
Dosen Pembimbing I
a. Nama Lengkap dan Gelar : Denny Wijanarko, ST
b. NIP. : 19780908 200501 1 001
c. Jurusan/Program Studi : Teknologi InIormasi / Manajemen InIormatika
Dosen Pembimbing II
a. Nama Lengkap dan Gelar : Hendra YuIit Riskiawan, S.Kom
b. NIP. : 19830203 200604 1 003
c. Jurusan/Program Studi : Teknologi InIormasi / Manajemen InIormatika

5. Lama Kegiatan : 6 (enam) bulan

Jember, 24 Agustus 2011
Dosen Pembimbing II Pelaksana



Hendra YuIit Riskiawan, S.Kom Laksita Anoraga
NIP.19830203 200604 1 003 NIM. D3 407 222

Mengetahui/Menyetujui,
Ketua Jurusan TI Koordinator TA Teknik Komputer



Wahyu Kurnia Dewantoro, S.Kom Hariyono Rakhmad, S.pd
NIP. 1917110408 200112 1 003 NIP. 19701128 200312 1 001
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam era globalsasi sekarang ini, semakin berkembangnya teknologi dan
cara berpikir manusia semakin meningkat. Oleh karena itu, manusia dituntut unuk
dapat melakukan berbagai aktivitas dalam durasi waktu yang relative singkat.
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak masyarakat kita yang
masih bergantung pada alat tidak praktis salah satunya mengendalikan pitu
gerbang secara manual. Disini saya mencoba mengi mplementasikan tugas akhir
saya yang berjudul 'RANCANG BANGUN BUKA TUTUP PINTU
GERBANG MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 8535
dengan menggunakan media inIrared untuk mengendalikan pintu gerbang dalam
jarak jauh. Akan tetapi pengontrolan tersebut hanya dapat dilakukan pada jarak
tertentu saja, sehingga apabila jarak antara alat yang dikontrol dengan
pengontrolnya itu melewati batas toleransinya maka peralatan tersebut tidak
dapat berIungsi sesuai dengan keinginan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan sebuah sistem
yang dapat digunakan untuk mengontrol (buka atau tutup) pintu gerbang yang
dalam penggunaannya lebih mudah dalam kegiatan di area pintu gerbang.
Dalam mengoptimalkan alat ini diperlukan sebuah mikrokontroler yang
dihubungkan dengan sebuah alat yang telah dibuat oleh penulis untuk dapat
mengontrol dan mengamankan pintu gerbang dengan media inIrared. Disini
penulis menggunakan Mikrokontroler AVR 8535 yang digunakan untuk
menjalankan program yang telah dibuat dengan bahasa C.
Disini penulis mencoba mengenalkan tentang sistem simulasi pengontrol
dan pengamanan pintu gerbang menggunakan mikrokontroler AVR ATmega8535.
Pada alat ini penulis memasang proximity sebagai sensor yang bertugas
mendeteksi dan mengamati perubahan yang terjadi di dalam area dekat pintu
gerbang. Selain itu juga penulis menggunakan motor stepper sebagai pengontrol
pintu gerbang.

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas dalam perancangan alat ini yaitu
bagaimana cara mengoptimalkan kinerja sensor cahaya dan motor stepper agar
bisa bekerja secara optimal dalam menjalankan Iungsi dalam membuka dan
menutup pintu gerbang.

1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam proyek akhir ini adalah :
1. Alat ini menggunakan mikrokontroller AVR ATmega 8535.
2. Mengerjakan Input inIrared, kemudian diproses untuk mengatur outpt
pergerakan Motor Stepper yang terpasang pada pintu gerbang.
3. Aplikasi yang digunakan pada mikrokontroler AVR Atmega8535 adalah
pemrogaman Code Vision AVR.

1.4 Tujuan
Tujuan proyek akhir ini adalah :
1.Merancang sebuah alat yang mampu mengontrol (buka/tutup) pintu
gerbang.
2. Mampu mensimulasikan dan mengaplikasikan sistem kontrol pintu gerbang.
3. Mengimplementasikan hasil rancangan suatu sistem kontrol pintu gerbang.
4. Sebagai bentuk atau syarat kelulusan tugas akhir.

1.5 Manfaat
Adapun manIaat proyek akhir ini adalah :
1. ManIaat Teknis
Memberikan kemudahan dalam membuka dan menutup pintu gerbang dan
mengamankan pintu gerbang dari tindak kejahatan yang akan dilakukan ke
dalam sebuah gedung atau rumah tanpa terkendala jarak.
2. ManIaat Ekonomis
Teknolgi ini memiliki nilai jual serta membantu mempermudah dalam
kegiatan sehari-hari.
BAB 2. TIN1AUAN PUSTAKA

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang elektronika dan
komputerisasi aplikasinya ternyata telah menghasilkan eIisiensi kinerja bila
dibandingkan dengan cara konvensional. Dimana hampir sebagian besar dari
sistem dan alat-alat mampu menggunakan elektro yang dapat dihubungkan untuk
mengontrol dan mengamankan pintu gerbang.
Dalam proyek akhir ini, agar alat pengontrol dan pengaman pintu gerbang
ini dapat bekerja dengan baik dan optimal maka dalam merancang, membuat, dan
mengimplementasikan alat ini, diperlukan pemahaman tentang teori-teori yang
berhubungan dengan pembuatan pengontrol dan pengaman pintu gerbang.
2.1. Mikrokontroler AVR ATmega8535
Mikrokontroler AVR merupakan pengontrol utama standard industri dan
riset saat ini. Hal ini dikarenakan berbagai kelebihan yang dimilikinya
dibandingkan mikroprosesor, yaitu murah, dukungan soItware dan dokumentasi
yang memadai, dan memerlukan komponen pendukung yang sangat sedikit. Salah
satu tipe mikrokontroler AVR untuk aplikasi standard.
AVR adalah singkatan dari AlI and Vegard`s Risc Prosesor . yang memiliki
standar 8 Bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit, dan sebagian
besar instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. AVR berteknologi RISC
(Reduced Insruction Set Computing), sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC
(Complex Instruction Set Computing). AVR dapat dikelompokkan menjadi empat
kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMEGA, dan
AT86RFxx. Pada dasarnya, yang membedakan masing-masing kelas adalah
memori, peripheral, dan Iungsinya.
Untuk mikrokontroler AVR yang berukuran lebih kecil, ada beberapa jenis
mikrokontroler yaitu ATmega8 atau ATtiny2313 dengan ukuran Flash Memory
2KB dengan dua input analog. ( Rahmad RaIiudin). Untuk tipe AVR ada 3 jenis
yaitu AT Tiny, AVR klasik, AT Mega.Perbedaannya hanya pada Iasilitas dan I/O
yang tersedia serta Iasilitas lain seperti ADC,EEPROM dan lain sebagainya.
Dalam Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini mikrokontroler yang digunakan
adalah mikrokontroler ATmega8535. ATmega8535 adalah suatu mikro
mengontrol CMOS 8-bit berdasarkan pada arsitektur AVR RISC (#0/uc0/
Instruction S0t Comput0r) yang memiliki instruksi terbatas tapi memiliki Iasilitas
yang lebih banyak. Dengan pelaksanaan intruksi kuat di siklus single clock,
ATmega8535 mencapai throughputs menjelang 1 MIPS per Mhz, mengijinkan
perancang system untuk mengoptimalkan pemakaian tenaga dengan proses
kecepatan. Mikrokontroler ini adalah mikrokontroler 8-bit yang mampu bekerja
pada kecepatan maksimal 16 MHz.
Inti AVR menggabungkan banyak set intruksi / perintah dengan 32 daItar
pekerjaan umum. Dari semua 32 daItar dihubungkan secara langsung dengan
Arithmetic Logic Unit (ALU), dua register bebas akan diijinkan untuk dapat
diakses di satu intruksi tunggal dan akan dieksekusi pada satu clock cycle.
Arsitektur akan menghasilkan lebih banyak kode eIisien ketika mencapai
throughputs hingga sepuluh kali lebih cepat daripada mikrokontroler konvensional
CISC.











Gambar 2. 1 Chip Mikrokontroll0r ATm0a 8535

ATmega8535 AVR didukung dengan sederetan program perkembangan
dan sistem alat, termasuk C compiler, makro asembler, program debugger/
simulator, emulator In-Circuit, dan kotak evaluasi.



















Gambar 2.2 onfiurasi Mikrokontroll0r AJ# ATm0a8535
2.2. Power Supply
Pada pembuatan alat ini dibutuhkan catu daya atau power supply yang
memiliki outputan sebesar 12V, 9V dan 5V, hal ini dimaksudkan agar bisa
menyuply beberapa perangkat yang ada pada alat pengering ini sesuai dengan
tengangan yang dibutuhkan karena pada pembuatan alat penyiram tanaman
otomatis ini beberapa komponen memiliki tegangan kerja yang berbeda. !ow0r
supply ini berasal dari tegangan AC 220V kemudian masuk pada traIo dan
mengalami penurunan tegangan,setelah tegangan turun maka keluaran tersebut
akan dilewatkan pada rangkaian dioda agar tegangan tersebut menjadi tegangan
DC murni dibawah ini adalah gambar rangkaian pow0r supply .(Subandi,2007).
2.3. Driver Motor Stepper
Torsi motor stepper tidak sebesar motor DC, namun motor ini mempunyai
tingkat presisi yang sangat tinggi dalam gerakannya. Kecepatan gerak motor
ini dinyatakan dalam step per second atau jumlah step gerakan dalam setiap
detiknya.
Motor stepper banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang biasanya
cukup menggunakan torsi yang kecil, seperti untuk penggerak piringan disket atau
piringan CD. Dalam hal kecepatan, kecepatan motor stepper cukup cepat jika
dibandingkan dengan motor DC biasa. Motor stepper merupakan motor DC yang
tidak memiliki komutator. Pada umumnya motor stepper hanya mempunyai
kumparan pada statornya sedangkan pada bagian rotornya merupakan magnet
permanent. Dengan model motor seperti ini maka motor stepper dapat diatur
posisinya pada posisi tertentu dan atau berputar ke arah yang diinginkan, searah
jarum jam atau sebaliknya.
Secara umum terdapat dua jenis motor stepper yaitu bipolar dan
unipolar. Motor stepper unipolar terdiri dari dua buah motor yang masing-masing
mempunyai dua buah kumparan sedangkan motor stepper bipolar terdiri dari
sebuah motor dengan dua buah kumparan.


Gambar 2.3 Motor Stepper Bipolar dan Unipolar
Pengendalian motor stepper dilakukan dengan mengaktiIkan setiap
kumparan secara bergantian. Untuk motor stepper unipolar yang terdiri dari 4
kumparan terdapat 4 phase sedangkan untuk motor stepper bipolar yang terdiri
dari 2 kumparan terdapat 2 phase.
Seringkali untuk menghemat kabel, pada motor stepper unipolar ada
beberapa polaritas kumparan yang digabung seperti tampak pada gambar 4.
Oleh karena itu akan sering juga dijumpai unipolar stepper dengan 6 atau 5 kabel.

Gambar 2.4 Motor Stepper Unipolar dengan Common yang Digabung

Pada sebuah robot, motor stepper lebih sering digunakan pada aplikasi
penggerak lengan, tuas penjepit dan lain-lain yang tidak memerlukan torsi dan
kecepatan yang terlalu besar namun dibutuhkan ketelitian saja.
Kecepatan motor stepper pada dasarnya ditentukan oleh kecepatan
pemberian data pada komutatornya. Semakin cepat data yang diberikan maka
motor stepper akan semakin cepat pula berputarnya. Pada kebanyakan motor
stepper kecepatannya dapat diatur dalam daerah Irekuensi audio dan akan
menghasilkan putaran yang cukup cepat















Gambar 2.5 Motor Stepper
2.4. Rangkaian driver TIP 122
Rangkaian driver dibutuhkan karena arus yang dihasilkan oleh
mikrokontroler sangat kecil dan tidak mampu menggerakkan motor yang
dikontrol sehingga dibutuhkan suatu rangkaian penguat yang disesuaikan dengan
motor yang dikontrol.
Motor yang dikontrol mempunyai spesiIikasi arus dan tegangan sebagai
berikut :
1. Arus Minimum 500 mA
2. Tegangan kerja 12 V
3. 4 pin data input dengan arus minimum 500 mA
Merujuk dari spesiIikasi diatas maka dipilih transistor Darlington yang
mampu mengalirkan arus yang besar. Jenis darlington yaitu TIP 122 yang
mempunyai spesiIikasi sebagai berikut :
1. Arus kerja maximum 2 A
2. Tegangan kerja 5 V 80 V
3. Arus untuk mengaktiIkan minimum 5 uA
Sesuai spesiIikasi diatas maka TIP 122 memenuhi syarat untuk
dapat menggerakkan motor yang dikontrol. Untuk menghindari arus balik dari
motor yang dapat merusakkan transistor darlington di rangkaian driver
ditambahkan dioda penyearah. Rangkaian driver motor stepper tampak pada
gambar dibawah ini.








Gambar 2.6 Rangkaian Driver Motor Stepper
Rangkaian driver diatas dihubungkan ke Tiap Port (port B, port C, port D)
yang dijadikan sebagai output dari rangkaian kontrol Atmega 8535.
2.5.
LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda, merupakan komponen
yang dapat mengeluarkan emisi cahaya.LED merupakan produk temuan lain
setelah dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan
bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa
energi panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih eIisien jika mengeluarkan
cahaya. Untuk mendapatkna emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang pakai
adalah galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan
warna cahaya yang berbeda pula. (Sumber: Zainal F, Nurul. 2007. Rangkain
Analog Semester II, Buku Kerja Praktek Mahasiswa Semester II, Jember:
Politeknik Negeri Jember.)




Gambar 2.6 Simbol LED
Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna
merah, kuning dan hijau.LED berwarna biru sangat langka. Pada dasarnya semua
warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak eIisien. Dalam
memilih LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum
dan disipasi daya-nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga
bermacammacam, ada yang persegi empat, bulat dan lonjong. (Sumber: Zainal F,
Nurul. 2007. Rangkain Analog Semester II, Buku Kerja Praktek Mahasiswa
Semester II, Jember: Politeknik Negeri Jember.)
2.6. Kapasitor
Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan
dengan huruI 'C adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik
di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal
dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867).
Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad 9 x 1011 cm2 yang artinya luas
permukaan kepingan tersebut.

Gambar 2.7 Bentuk Kapasitor
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan
oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positiI akan mengumpul pada salah satu
kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negative
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positiI tidak dapat mengalir
menuju ujung kutub negatiI dan sebaliknya muatan negatiI tidak bisa menuju ke
ujung kutub positiI, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktiI.
Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya
muatan-muatan positiI dan negatiI di awan. (Sumber: Zainal F, Nurul. 2007.
Rangkain Analog Semester II, Buku Kerja Praktek Mahasiswa Semester II,
Jember: Politeknik Negeri Jember.)





Gambar 2.8 Simbol Kapasitor



2.6.1 Fungsi Kapasitor
Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian :
1. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain
(pada PS Power Supply)
2. Sebagai Iilter dalam rangkaian PS
3. Sebagai pembangkit Irekuensi dalam rangkaian antenna
4. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon
5. Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar

2.6.2 Tipe Kapasitor
Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya.
Untuk lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor
0l0ctrostatic, 0l0ctrolytic dan 0l0ctroch0mical.
1. Kapasitor l0ctrostatic
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan
bahan dielektrik dari keramik, Iilm dan mika. Keramik dan mika adalah
bahan yang popular serta murah untuk membuat kapasitor yang
kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai beberapa UF, yang
biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan Irekuensi tinggi.
Termasuk kelompok bahan dielektrik Iilm adalah bahan-bahan material
seperti poly0st0r (poly0thyl0n0 t0r0phthalat0 atau dikenal dengan sebutan
mylar), polystyr0n0, polyprophyl0n0, polycarbonat0, m0tali:0/ pap0r dan
lainnya.
Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang
untuk kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik Iilm. Umumnya kapasitor
kelompok ini adalah non-polar.
2. Kapasitor l0ctrolytic
Kelompok kapasitor 0l0ctrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang
bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor yang
termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda dan di
badannya. mengapa kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah karena
proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutub
positiI anoda dan kutub negatiI katoda.
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium,
man0sium, titanium, niobium, :irconium dan seng (:inc) permukaannya
dapat dioksidasi sehingga membentuk lapisan metal-oksida (oxi/0 film).
Lapisan oksidasi ini terbentuk melalui proses elektrolisa, seperti pada proses
penyepuhan emas. Elektroda metal yang dicelup ke dalam larutan elektrolit
(so/ium borat0) lalu diberi tegangan positiI (anoda) dan larutan 0l0ctrolit
diberi tegangan negatiI (katoda). Oksigen pada larutan 0l0ctrolyt0 terlepas
dan mengoksidasi permukaan plat metal. Contohnya, jika digunakan
Aluminium, maka akan terbentuk lapisan Aluminium-oksida (Al2O3) pada
permukaannya.

Gambar 2.9 Kapasitor Elco
Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metaloksida
dan 0l0ctrolyt0 (katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metal-
oksida sebagai dielektrik. Dari rumus (2) diketahui besar kapasitansi
berbanding terbalik dengan tebal dielektrik. Lapisan metaloksida ini sangat
tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat kapasitor yang kapasitansinya
cukup besar.
Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang
banyak digunakan adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling
banyak dan murah adalah aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang
luas, bahan plat Aluminium ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan
cara itu dapat diperoleh kapasitor yang kapasitansinya besar. Sebagai contoh
100uF, 470uF, 1000uF 4700uF dan lain-lain, yang sering juga disebut
kapasitor elco.
Bahan 0l0ctrolyt0 pada kapasitor tantalum ada yang cair tetapi ada juga
yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan
electrolit yang menjadi elektroda negatiI-nya, melainkan bahan lain yaitu
manganese-dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki
kapasitansi yang besar namun menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu
karena seluruhnya padat, maka waktu kerjanya (liIetime) menjadi lebih
tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki arus bocor yang sangat kecil
Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi relatiI mahal.
3. Kapasitor l0ctroch0mical
Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk
kapasitor jenis ini adalah battery dan accu. Pada kenyataannya battery dan
accu adalah kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang
besar dan arus bocor (leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor
jenis ini juga masih dalam pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi
yang besar namun kecil dan ringan, misalnya untuk aplikasi mobil elektrik
dan telepon selular.
2.7. Resistor
Pada dasarnya semua bahan memiliki siIat resistiI namun beberapa bahan
seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang
sangat kecil. Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga
dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktiI, bahan material
seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran
elektron dan disebut sebagai insulator. Bagaimana prinsip konduksi, dijelaskan
pada artikel tentang semikonduktor.
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan
namanya resistor bersiIat resistiI dan umumnya terbuat dari bahan karbon . Dari
hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang
mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau
dilambangkan dengan simbol W (Omega).
Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga
di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode
warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur
besarnya dengan Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manuIaktur yang
dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan
pada tabel berikut. Waktu penulis masuk pendaItaran kuliah elektro, ada satu test
yang harus dipenuhi yaitu diharuskan tidak buta warna. Belakangan baru
diketahui bahwa mahasiswa elektro wajib untuk bisa membaca warna gelang
resistor (barangkali).



Gambar 2.10 Gelang resistor
Tabel 2.2 Nilai warna gelang
arna Nilai Faktor Pengali Toleransi
Hitam 0 1
Coklat 1 10 1
Merah 2 100 2
Jingga 3 1.000
Kuning 4 10.000
Hijau 5 100.000
Biru 6 10
6

Violet 7 10
7

Abu-abu 8 10
8

Putih 9 10
9

Emas - 0.1 5
Perak - 0.01 10
Tanpa warna - - 20
Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang
toleransi berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang
toleransi ini berada pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar
yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke
dalam. Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi
dari resistor tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang yang
pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.
Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar
toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5, 10 atau 20 memiliki 3
gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1 atau
2 (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang
pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang
terakhir adalah Iaktor pengalinya.
Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas. Gelang
berwarna emas adalah gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna gelang
resitor ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana violet
dan gelang ke tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna
emas dan ini adalah gelang toleransi. Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi
berwarna emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5. Nilai resistansisnya
dihitung sesuai dengan urutan warnanya. Pertama yang dilakukan adalah
menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor ini resistor 5 (yang
biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai satuannya
ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua. Masih dari tabel-1 diketahui
gelang kuning nilainya 4 dan gelang violet nilainya 7. Jadi gelang pertama
dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47. Gelang
ketiga adalah Iaktor pengali, dan jika warna gelangnya merah berarti Iactor
pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor
tersebut adalah nilai satuan x Iaktor pengali atau 47 x 100 4.7K Ohm dan
toleransinya adalah 5.
SpesiIikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu
rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja
dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar
WI2R watt. Semakin besar ukuran Iisik suatu resistor bisa menunjukkan
semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut.
Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor
yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik
memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk
silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak
langsung dibadannya, misalnya 100W5W. (Sumber: Zainal F, Nurul. 2007.
Rangkain Analog Semester II, Buku Kerja Praktek Mahasiswa Semester II,
Jember: Politeknik Negeri Jember.)

2.8. Dioda
Dioda termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Beranjak dari penemuan dioda, para ahli menemukan juga
komponen turunan lainnya yang unik. (Sumber: Zainal F, Nurul. 2007. Rangkain
Analog Semester II, Buku Kerja Praktek Mahasiswa Semester II, Jember:
Politeknik Negeri Jember.)
Dioda memiliki Iungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu
arah saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N.
Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah
tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P
menuju sisi N.





Gambar 2.11 Simbol dan struktur dioda
Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi
kecil yang disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat
keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak
terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak
terdapat elektron-elektron yang siap untuk bebas merdeka. Lalu jika diberi bias
positiI, dengan arti kata memberi tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N,
maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan tergerak untuk mengisi hole di
sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada
sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole dari P menuju N, Kalau
mengunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi
P ke sisi N.




Gambar 2.12 Dioda dengan bias maju
Sebalikya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan
memberikan bias negatiI (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas
tegangan lebih besar dari sisi P.




Gambar 2.13 Dioda dengan bias negative
Tentu jawabanya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran
hole dari P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masingmasing
tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi (depletion layer)
semakin besar dan menghalangi terjadinya arus.
Demikianlah bagaimana dioda hanya dapat mengalirkan arus satu arah
saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi konduktor.
Tidak serta merta diatas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa volt diatas nol
baru bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding deplesi
(deplesion layer). Untuk dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi
adalah diatas 0.7 volt. Kira-kira 0.2 volt batas minimum untuk dioda yang terbuat
dari bahan Germanium.







Gambar 2.14 GraIik arus dioda
Sebaliknya untuk bias negatiI dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun
memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi
breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk
di lapisan deplesi.
2.9. ode Vision AVR
Code Vision AVR merupakan sebuah cross-compiler C, Integrated
Development Environtment (IDE), dan Automatic Program Generator yang
didesain untuk mikrokontroler buatan Atmel seri AVR. CodeVisionAVR dapat
dijalankan pada sistem operasi Windows 95, 98, Me, NT4, 2000, dan XP. Cross-
compiler C mampu menerjemahkan hampir semua perintah dari bahasa ANSI C,
sejauh yang diijinkan oleh arsitektur dari AVR, dengan tambahan beberapa Iitur
untuk mengambil kelebihan khusus dari arsitektur AVR dan kebutuhan pada
sistem embedded.
File object COFF hasil kompilasi dapat digunakan untuk keperluan
debugging pada tingkatan C, dengan pengamatan variabel, menggunakan
debugger Atmel AVR Studio. IDE mempunyai Iasilitas internal berupa soItware
AVR Chip In-System Programmer yang memungkinkan Anda untuk melakukan
transIer program kedalam chip mikrokontroler setelah sukses melakukan
kompilasi/asembli secara otomatis. SoItware In-System Programmer didesain
untuk bekerja dengan Atmel STK500/AVRISP/AVRProg, Kanda Systems
STK200/300, Dontronics DT006, Vogel Elektronik VTEC-ISP, Futurlec JRAVR
dan MicroTronics ATCPU/Mega2000 programmers/development boards.
Untuk keperluan debugging sistem embedded, yang menggunakan
komunikasi serial, IDE mempunyai Iasilitas internal berupa sebuah Terminal.
Selain library standar C, CodeVisionAVR juga mempunyai library tertentu untuk:
O Modul LCD alphanumeric
O Bus I2C dari Philips
O Sensor Suhu LM75 dari National Semiconductor
O Real-Time Clock: PCF8563, PCF8583 dari Philips, DS1302 dan DS1307
dari Maxim/Dallas Semiconductor
O Protokol 1-Wire dari Maxim/Dallas Semiconductor
O Sensor Suhu DS1820, DS18S20, dan DS18B20 dari Maxim/Dallas
Semiconductor
O Termometer/Termostat DS1621 dari Maxim/Dallas Semiconductor
O EEPROM DS2430 dan DS2433 dari Maxim/Dallas Semiconductor
O SPI
O Power Management
O Delay
O Konversi ke Kode Gray

CodeVisionAVR juga mempunyai Automatic Program Generator bernama
CodeWizardAVR, yang mengujinkan Anda untuk menulis, dalam hitungan menit,
semua instruksi yang diperlukan untuk membuat Iungsi-Iungsi berikut :
O Set-up akses memori eksternal
O IdentiIikasi sumber reset untuk chip
O Inisialisasi port input/output
O Inisialisasi interupsi eksternal
O Inisialisasi Timer/Counter
O Inisialisasi Watchdog-Timer
O Inisialisasi UART (USART) dan komunikasi serial berbasis buIIer yang
digerakkan oleh interupsi
O Inisialisasi Pembanding Analog
O Inisialisasi ADC
O Inisialisasi Antarmuka SPI
O Inisialisasi Antarmuka Two-Wire
O Inisialisasi Antarmuka CAN\
O Inisialisasi Bus I2C, Sensor Suhu LM75, Thermometer/Thermostat
DS1621 dan Real-Time Clock PCF8563, PCF8583, DS1302, dan DS1307
O Inisialisasi Bus 1-Wire dan Sensor Suhu DS1820, DS18S20
O Inisialisasi modul LCD


Gambar Tampilan Splash Scr00n











BAB 3. METODE KEGIATAN
3.1 Tempat Dan aktu Penelitian
Penelitian mengenai tugas akhir ini akan dikerjakan selama 6 bulan.
Penelitian akan dilakukan di Politeknik Negeri Jember di bengkel Robotika
dengan menggunakan peralatan yang tersedia.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang dibutuhkan untuk kegiatan penelitian Proyek Akhir ini ada
dua macam yaitu perangkat lunak dan perangkat keras.
1. Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan adalah :
a. Solder listrik
b. Bor tangan dan bor PCB
c. Gergaji
d. Gerinda
e. Tang, obeng, dan perlengkapan lainya
I. PC
g. Monitor

2. Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan adalah :
a. Sistem operasi Windows XP
b. Aplikasi Program Express PCB dan Express SCH
c. Aplikasi Program Code Vision AVR



3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk kegiatan penelitian Proyek Akhir ini
antara lain :
a. PCB Iiber 10 x 20 cm
b. Acrylic 3 mm 100 x 50 cm
c. Aluminium (headsing) 3 mm
d. Mur (baut)
e. Regulator
I. TraIo CT 2A
g. Motor Stepper
h. Kabel
i. Sistem minimum mikrokontroler AVR ATMega 8535
j. Komponen elektronika
3.3 Metode Penelitian
Pengerjaan tugas akhir ini dilakukan dengan sebuah metode yakni metode
penelitian (0xp0rim0ntal /0sin), yaitu melalui penelitian dan pengamatan
terhadap design alat yang dibuat. Tujuan utama dibuatnya karya rekayasa ini
adalah untuk dapat membuat sebuah alat yakni rangkaian downloader sebagai
kontrol utama dari rangkaian yang lainnya. Rangkaian regulator yang digunakan
sebagai catu daya sensor serta driver motor stepper yang dapat dikendalikan
dengan pulsa. Urutan dari metode diatas dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.1 Metode Penelitian
Pelaksanaan penelitian pada tugas akhir ini dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah yang telah ditentukan pada metode penelitian diantarannya :
3.3.1 Metode kepustakaan
Dalam metode ini, penulis mencari reIerensi dan literatur yang ada untuk
dijadikan acuan bagi penulis. Tidak hanya reIerensi saja, penulis juga
memanIaatkan catatan kuliah yang telah didapat sesuai dengan materi yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
3.3.2 Metode Analisis
Metode analisis merupakan menganalisis mengenai alat- alat dan bahan
yang dibutuhkan didalam pembuatan rancang bangun pengontrol dan
pengaman pitu gerbang yang diteliti.
3.3.3 Perancangan Perangkat Keras
Dalam perancangan perangkat keras penulis melakukan perancangan
terhadap bentuk alat serta komponen yang akan digunakan, yaitu:
1. Perancangan Modul Mikrokontroler.
2. Perancangan Regulator.
3. Perancangan Modul Motor Stepper.
4. Perancangan Pengontrol dan Pengaman pintu gerbang pada minimum
Berbasis Mikrokontroler.
3.3.4 Perancangan Perangkat Lunak
Didalam melakukan perancangan perangkat lunak, hal- hal yang dilakukan
adalah dengan membuat Ilowchart program Pengontrol dan Pengaman Pintu
Gerbang Menggunakan Mikrokontroler ATmega 8535.
3.3.5 Implementasi
Membuat semua rangkaian dan alat secara keseluruhan sesuai dengan
rancangan yang telah dibuat, yaitu membuat modul mikrokontroler, membuat
regulator, membuat modul motor stepper serta membuat soItware alat
Pengontrol Pintu Gerbang dengan menggunakan bahasa pemrograman C.
3.3.6 Pengujian Alat
Pengujian alat yang dilakukan adalah:
a. Pengujian modul mikrokontroler.
b. Pengujian motor stepper.
c. Pengujian alat pengontrol dan pengaman pintu gerbang
3.4 Analisis Alat
Simulasi Pengontrol dan Pengaman Pintu Gerbang dikatakan berjalan
dengan baik apabila alat ini bisa menerima input dari sensor yang kemudian
dikirim ke mikrokontroler dan menggerakkan pintu gerbang buka atau tutup.














DAFTAR PUSTAKA


Budiharto, Widodo. 2007. !an/uan !raktikum Mikrokontroll0r AJ# ATm0a16,
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

http://kelas.mikrokontroller.com
(diakses pada tanggal 19 maret 2011)

Setiawan, Sulhan. 2006. Mu/ah /an M0ny0nankan B0lafar Mikrokontrol0r,
Yogyakarta: C.V Andi OIIset.

Wardana, Lingga.(tanpa tahun).B0lafar S0n/iri Mikrokontrol0r AJ# S0ri
ATM0a8535.Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta

Widodo Budhiharto, Gamayel Rizal. 2006. 12 !roy0k Mikrokontrol0r untuk
!0mula . Jakarta : PT. Elex Komputindo.

Zainal F, Nurul. 2006. Mikrokontroll0r S0m0st0r IJ, Buku 0rfa !rakt0k
Mahasiswa S0m0st0r IJ, Jember: Politeknik Negeri Jember.

You might also like