You are on page 1of 52

PENGISIAN PARTOGRAF, PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KLINIK DAN DETEKSI DINI


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan II (Persalinan)


Disusun oleh :

Kelompok 2

Garnis Yuniar 130103100007
Dina Yanuarini 130103100014
Desy Rachma Sari 130103100024
Aliah Siti Winarsih 130103100040
Seny Rumintang 130103100043


Kelas 6A

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PAD1AD1ARAN
BANDUNG
2011

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya
makalah ini tidak akan terselesaikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan II
(Persalinan). Makalah ini memuat tentang 'Pengisian PartograI, Pengambilan
Keputusan Klinik Dan Deteksi Dini.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.





Bandung, September 2011




Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.3 Metode Penulisan.........................................................................................2

BAB II ISI
2.1 PartograI............................................................................................................3
2.1.1 Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan......................4
2.1.2 Pencatatan Selama Fase AktiI Persalinan : PartograI.....................5
2.1.3 Mencatat Temuan pada PartograI...................................................7
2.1.4 Pencatatan pada lembar belakang partograI.................................22
2.1.5 Cara pengisian.............................................................................25
2.2 Pembuatan Keputusan Klinik.........................................................................31
2.2.1 Pengumpulan Data........................................................................32
2.2.2 Interpretasi data untuk mendukung diagnosis atau identiIikasi
masalah.........................................................................................32
2.2.3 Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalah.............33
2.2.4 Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk
mengahadapi masalah..................................................................34
2.2.5 Menyusun rencana asuhan atau intervensi...................................35
2.2.6 Melaksanakan asuhan...................................................................36
2.2.7 Memantau dan mengevaluasi eIektiIitas asuhan atau intervensi
solusi.............................................................................................37
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................38
DaItar Pustaka iv
Lampiran
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan WHO, Angka Kematian Ibu adalah sebesar
500.000 jiwa dan Angka Kematian Bayi sebesar 10.000.000 jiwa setiap
tahunnya. Jumlah tersebut sebenarnya masih diragukan karena besar
kemungkinan kematian ibu dan bayi yang tidak dilaporkan (Prawirohardjo,
2002).
Menurut Survei DemograIi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 307 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi baru Lahir sebesar 25 per
1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004).
Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan.
Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, inIeksi,
dan gestosis. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga
disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu
terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya melakukan
rujukan (Manuaba, 1998).
Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan
yang adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan,
seperti penggunaan partograI dalam persalinan yaitu alat bantu untuk
membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana
persalinan. PartograI dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan
penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana
masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini
merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses
persalinan secara lengkap (Depkes RI, 2007).
2

Dengan penerapan partograI diharapkan bahwa angka kematian maternal


dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu menunjang
sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat.

1.2Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui tentang partograI, membuat keputusan klinik dan deteksi dini
2. Tujuan khusus
Mengetahui deIinisi partograI
Mengetahui tujuan partograI
Mengetahui manIaat partograI
Mengetahui cara penggunaan partograI
Mengaplikasikan dalam partograI
Mengetahui deteksi dini pada ibu dan janin
Mengetahui cara membuat keputusan klinik

1.3 Metode penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metoda studi kepustakaan
dan searching melalui internet untuk dijadikan reIerensi dan melengkapi
materi.








3

BAB II
ISI
2.1 PARTOGRAF
PartograI adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan inIormasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari
penggunaan partograI adalah untuk :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus
lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
graIik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara
rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograI akan membantu
penolong persalinan untuk :
Mencatat kemajuan persalinan
Mencatat kondisi ibu dan janinnya
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
Menggunakan inIormasi tercatat untuk identiIikasi dini penyulit persalinan
Menggunakan inIormasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu.
Partograf harus digunakan :
Untuk semua ibu dalam Iase aktiI kala satu persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan. PartograI harus digunakan untuk
semua persalinan, baik normal maupun patologis. PartograI sangat
4

membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan


membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang
tidak disertai dengan penyulit.
Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat ( rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll )
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya ( Spesialis obstetri,
bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran ).
Penggunaan partograI secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
mereka.
2.1.1 Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan
Kala satu persalinan terdiri dari dua Iase, yaitu Iase laten dan Iase aktiI
yang diacu pada pembukaan serviks :
Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm
Fase aktif : pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm
Selama Iase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus
dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan
persalinan maupun di KMS Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus
dituliskan setiap kali membuat catatan selama Iase laten persalinan.
Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatatkan.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama ,
yaitu :
Denyut jantung janin : setiap jam
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap jam
Nadi : setiap jam
Pembukaan serviks : setiap 4 jam
Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
3

Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam


Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi
harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila
pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika
Irekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai
ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada
tanda-tanda kegawatdaruratan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan
instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya
makin kuat dan Irekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan di
lakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu
setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan
pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali penolong
persalinan jika terjadi peningkatan Irekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke
fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih
dari 8 jam.
2.1.2 Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan : Partograf
Halaman depan partograI menginstruksikan observasi dimulai pada Iase
aktiI persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-
hasil pemeriksaan selama Iase aktiI persalinan, yaitu :
Informasi tentang ibu :
1. Nama, umur;
2. Gravida, para, abortus;
3. Nomor catatan medik/nomor puskesmas;
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat ( atau jika di rumah, tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu );
5. Waktu pecahnya selaput ketuban.

6

Kondisi janin :
1. DJJ;
2. Warna dan adanya air ketuban;
3. Penyusupan ( molase ) kepala janin.
Kemajuan persalinan:
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian terbawah atu presentasi janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
1am dan waktu:
1. Waktu mulainya Iase aktiI persalinan
2. Waktu aktual saat persalinan atau penilaian`
Kontraksi uterus:
1. Kontraksi uterus dalam waktu 10 menit
2. Lama kontraksi (dalam detik)
Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
1. Oksitosin
2. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
Kondisi ibu:
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Urine (volume, aseton dan protein)
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalm
kolom yang tersedia disisi partograI atau dicatatan kemajuan
persalinan).

7

2.1.3 Mencatat Temuan pada Partograf


A. InIormasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograI secara teliti pada saat
memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai:
jam atau pukul` pada partograI) dan kemungkin ibu datang dalam
Iase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
B. Kondisi janin
Bagan atas graIik pada partograI adalah untuk pencatatan denyut
jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
1. Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode pemeriksaan Iisik, nilai dan catat
denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak dibagian atas partograI
menunjukan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom
paling kiri menujukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda
titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan
DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang
sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas
dan bersambung (Gambar 1).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograI diantara garis tebal
pada angka 180 dan 100. Sebaiknya penolong harus waspada
bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160. Catat
tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia
disalah satu dari kedua sisi partograI.

Deteksi Dini
Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100
atau lebih dari 180 x/menit. Bila demikian :
8

1. Baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi.


Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan
sebelumnya.
2. Jika DJJ tidak berubah maka diberikan Oksigen sebanyak 2
lt.
3. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan, maka siapkan ibu
untuk segera dirujuk.

2. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam
dan nilkai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat
penemuan-penemuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur
DJJ ( Gambar 1). Gunakan lambang-lambang berikut :
U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : selaput ketuban sudah pecah dan jernih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir lagi (kering).

atatan :
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan
adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ
dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
(denyut jantung jani kurang 100 atau ~180 kali per menit)
maka ibu harus segera dirujuk.

9

Deteksi dini
Jika cairan ketuban disertai dengan darah dan tanda-tanda yang
patologis, maka kemungkinan terjadi :
1. Solusio Plasenta
2. Placenta previa
Jika ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit
mekonium disertai tanda-tanda gawat janin, Jika ketuban pecah
disertai dengan keluarnya mekonium kental dan ketuban pecah
lebih dari 24 jam atau ketuban pecah pada kehamilan kurang
bulan ( usia kehamilan kurang dari 37 minggu ), kemungkinan
Ketuban Pecah Dini dan perlu rujukan.
Penanganan :
1.Penanganan umum :
a) KonIirmasi usia kehamilan
b) Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT),
untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau)
c) Tentukan ada tidaknya inIeksi
d) Tentukan tanda-tanda inIeksi
e) Tentukan tanda-tanda inpartu
I) Lakukan tes lakmus (tes nitrasin). Lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis)

2.Penanganan khusus :
Rujuk ke rumah sakit

3. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras
(tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau
10

tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjuksn resiko


disproporsi kepala panggul (CPD). Ketidakmampuan untuk
berakomodasi atau disproporsi ditunjukan melalui derajat
penyusupan atau tumpang tindih (mulase) yang berat sehingga
tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan.
Apabila ada dugaan disproporsi kepala-panggul maka penting
untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan.
Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu
dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke Iasilitas
kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan
antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada
dikotak yang sesuai (Gambar 1) dibawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dapat dengan
mudah dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : ulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi
masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin salin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan

Deteksi dini
Penyusupan atau molase dapat dinilai dari pemeriksaan dalam,
penunjuknya yaitu ubun-ubun kecil atau ubun-ubun besar atau
Iontanela magna dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai
derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan
apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir.
Kemungkinanan :
11

1. CPD
2. Partus lama
3. Tali pusat menumbung
Pengananan :
1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
yang telah dilakukaan,
2. Segera merujuk ibu ke tempat pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi sambil diberikan oksigen sebanyak 4-6 liter/
menit.
Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograI adalah untuk pencatatan
persalinan. Angka 0-10 yang tertera dikolom paling kiri adalah
besarnya dilatasi serviks (Gambar 1). Nilai setiap angka sesuai
dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan
menepati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau
perpindahan lajur satu kelajur yang lain menunjukan
penambahan dilatasi serviks 1 cm. Pada lajur dan kotak yang
mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5
yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya (menentukan penurunan janin). Setiap
kotak segiempat atau kubus menunjukan waktu 30 menit untuk
pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi
uterus dan Irekuensi nadi ibu.
1. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian
pemeriksaan Iisik, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4
jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
Saat ibu berada dalam Iase aktiI persalinan, catat pada
partograI pada setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda
12

X ` harus dicantumkan digaris waktu yang sesuai dengan


lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan :
O Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks
yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada
Iase aktiI persalinan yangt diperoleh dari hasil periksa
dalam.
O Untuk pemeriksaan pertama pada Iase aktiI persalinan,
temuan (pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam
harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang
sesuai dengan bukaan servik (hasil periksa dalam) dan
cantumkan tanda ' X ' pada ordinat atau titik silang garis
dilatasi serviks dan garis waspada.
O Hubungkan tanda ' X ' dari setiap pemeriksaan dengan
garis utuh (tidak terputus).
Contoh : perhatikan contoh partograI untuk Ibu Rohati :
!ada pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase
aktif. !embukaan serviks dicatat di 'garis waspada` dan waktu
pemeriksaan di tulis dibawahnya.

Contoh cara pengisian yang salah. Temuan pembukaan
serviks tidak dicantumkan pada garis waspada tetapi pada
angka yang tertera pada garis tepi kolom pembukaan.
13



Deteksi dini

Primigravida: Jika Iase laten berkepanjangan ( pembukaan serviks
kurang dari 4 cm setelah 8 jam ).dan jika Iase aktiI berkepanjangan
(pembukaan serviks 10 cm setelah 6 jam)
Multigravida: jika Iase laten berkepanjangan (pembukaan serviks
4 cm setelah 3-4 jam), dan Iase aktiI berkepanjangan (pembukaan
serviks 10 cm setelah 4-5 jam)
Tanda partus lama:
O Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
waspada (partograI)
O Pembukaan servik kurang dari 1 cm per jam
O Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 detik.
Kemungkinan terjadinya :

Penanganan :
1. Memberikan rehidrasi pada ibu
2. Memberikan antibiotika
3. Rujuk segera



14

2. Penurunan bagian terbawah janin


Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian
pemeriksaan Iisik di bab ini. Setiap kali melakukan periksa
dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tanda-
tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan
kepala (perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian
terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada
persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu
diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada
kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Tulisan `turunnya kepala``. Dan garis tidak terputus dari 0-
5, tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan serviks.
Berikan tanda 0` yang ditulis pada garis waktu nyang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala diatas
simpisis pubis adalah 4/5 maka dituliskan tanda ` 0 ` digaris
angka 4. Hubungkan tanda ` 0 ` dari setiap pemeriksaan
dengan garis tidak terputus.
Contoh : catatan penurunan kepala partograI untuk Ibu
Rohati
Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5
Pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/5


13

Deteksi dini
Jika inpartu kala satu Iase aktiI dengan kepala janin masih 5/5,
kondisi ini patut diwaspadai sebagai kondisi yang tidak lazim
karena pada kala I persalinan, kepala seharusnya sudah masuk
ke dalam rongga panggul. Bila ternyata kepala memang tidak
dapat turun, mungkin bagian terbawah janin ( kepala ) terlalu
besar dibandingkan dengan diameter atas panggul. Mengingat
bahwa hal ini patut di duga sebagai
1. Disproporsi Kepala Panggul ( CPD ) maka sebaiknya ibu
dapat melahirkan di Iasilitas kesehatan yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan operasi SC sebagai antisipasi
2. apabila terjadi persalinan macet ( disproporsi). Penyulit lain:
3. Dari possisi kepala diatas pintu atas panggul adalah tali
pusat membumbung yang disebabkan oleh pecahnya selaput
ketuban yang disertai turunnya tali pusat.
Penanganan :
1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
yang telah dilakukaan,
2. Segera merujuk ibu ke tempat pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi sambil diberikan oksigen sebanyak 4-6 liter/
menit.

3. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm /jam. Pencatatn
selama Iase aktiI persalinan harus dimulai dari garis
waspada. Jika pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan
garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm /jam), maka
16

harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya :Iesa aktiI


yang memanjang. Serviks kaku, atau insersia uteri hipotonik,
dll). Pertimbangankan perlunya melakukan intervensi
bermanIaat yang diperlukan, misalnya : persiapan rujukan ke
Iasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yan
memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau
gawatdarurat obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan
disebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. 1ika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada
disebelah kanan garis bertindak maka hal ini
menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk
menyelesaikan persalinan.
Sebaiknya, ibu harus sudah berada ditempat rujukan sebelum
garis bertindak terlampaui.

1am dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Dibagian bawah partograI (pembukan serviks dan penurunan)
tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12. Setiap kotak
menyatakan satu jam sejak dimulainya Iase aktiI persalinan.
2. Waktu aktual saat pemeriksaan persalinan
Dibawah lajur kotak untuk mulainya Iase aktiI, tertera kotak-
kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit yang
berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan
serviks, DJJ dibagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu
dibagian bawah. Saat ibu masuk dalam Iase aktiI persalinan,
cantumkan pembukaan serviks digaris waspada. Kemudian
catatan waktu aktual pemeriksaan ini dikotak eaktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukan
17

pembukaan serviks adlah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan


tanda X digaris waspada yang sesuai dengan lajur angka 6
yang tertera disisi luar kolom paling kiri dan catat waktu
aktual dikotak pada lajur waktu dibawah lajur pembukaan
(kotak ketiga dari kiri)
Kontraksi uterus
Dibawah lajur partograI, terdapat lima kotak dengan tulisan
'kontraksi per 10 menit disebelah kolom luar paling kiri. Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontaksi dalam
satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dengan
waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang
tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan
temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi.
Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
Beri titi-titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik
Beri garis-garis dikotak yang sesuai untuk
menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik





1
2
3
4
5
0 1 2 3
konLraks seLap
10enL
18

O Dalam waktu 30 menit pertama terjadi dua kontraksi dalam 10


menit dan lamanya kurang dari 29 detik.
O Dalam waktu 30 menit kelima terjadi tiga kontraksi dalam
waktu 10 menit dan lamanya menjadi 20-40 detik.
O Dalam waktu 30 menit ketujuh terjadi lima kontraksi dalam 10
menit dan lamanya lebih dari 40 detik.
Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit
dalam persalinan aktif.
INGAT:
1. Periksa Irekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama Iase
laten dan setiap menit selama Iase aktiI.
2. Nilai Irekuensi dan lama kontraksi yang terjadi selama 10 menit
observasi.
3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:



20 detik 20-40 detik ~40 detik
4. Catat temuan-temuan dikotak yang sesuai dengan waktu penilaian.



Deteksi dini
Kontraksi uterus dicatat setiap 30 menit dengan melakukan palpasi. Untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap
kontraksi dalam hitungan detik. Kemajuan persalinan dikatakan cukup
baik jika kontraksi teratur dan progresiI dengan peningkatan Irekuensi dan
durasi. Tetapi jika kontraksinya tidak teratur dan tidak sering setelah Iase
laten dapat menyebabkan persalinan lama.
19

Kemungkinan:
1. His Hipotonik
2. His Hipertonik
Penanganan:
1.His Hipotoik
a. Keadaan umum ibu diperbaiki.
b. Ibu di siapkan untuk menghadapi persalinan dan dijelaskan tentang
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjad.
c. Periksa keadaan serviks, persentasi dan posisi, penurunan kepala
atau bokong bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan-jalan, bila his
timbul adekuat dapat dilakukan perslaianan spontan, tetapi bila tidak
berhasil maka akan dilakukan Secsio Caesarea.
2. His Hipertonik
a. Dilakukan pengobatan simptomatis untuk tonus otot, nyeri dan
mengurangi ketakutan
b. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.
c. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri
dengan Sectio Caesarea.
Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak
untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.
1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cair IV dan
dalam satuan tetesan permenit.
20

2. Obat-obatan lain dan cairan IV


Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan /atau cairan IV
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograI, terdapat
kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu
selama persalinan.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka disebelah kiri bagian partograI ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama Iase aktiI
persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda
titik ( .) pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama Iase aktiI
persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit. Beri tanda
panah pada partograI pada kolom waktu yang sesuai:
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga adanya inIeksi) setiap 2 jam
dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.


2. Volume urine, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam
(setiap kali ibu berkemih).jika memeungkinkan, setiap kali ibu
berkemih, lakukan pemeriksaan asetonbdan protein dalam urin.



21

Asuhan, Pengamatan, dan keputusan klinik lainnya


Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi
luar kolom partograI, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan
persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan
persalinan.
Asuhan, pengamatan, dana atau keputusan klinik mencakup :
O Jumlah cairan per oral yang diberikan
O Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur
O Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya ( Obgin, bidan, dokter
umum )
O Persiapan sebelum melakukan rujukan
O Upaya, jenis dan lokasi Iasilitas rujukan
INGAT :
1. Fase laten persalinan dideIinisikan sebagai pembukaan serviks kurang
dari 4 cm. Biasanya Iase laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan selama Iase
laten persalinan pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara
terpisah atau pada kartu KMS
3. Fase aktiI persalinan dideIinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4
sampai 10 cm. Biasanya pembukaan serviks selama Iase l aktiI
sedikitnya 1 cm/jam.
4. Saat persalinan maju dari Iase laten ke Iase aktiI catatkan hasil periksa (
pembukaan serviks ) pada garis waspada di partograI.
5. Jika ibu datang pada saat Iase aktiI persalinan, langsung catatkan
pembukaan serviks pada garis waspada.
6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya
tidak akan melewati garis waspada.

22

2.1.4 Pencatatan pada lembar belakang partograf


Halaman belakang partograI merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-
tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir.
Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan
catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa niIas ( terutama
pada kala empat persalinan ) untuk memungkinkan penolong persalinan
mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik (
misalnya, pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan ). Selain itu
catatan persalinan ( lengkap dan benar ) dapat digunakan untuk
menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman
dan bersih telah dilakukan.

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut :
Data atau inIormasi umum
Kala I
Kala II
Kala III
Bayi baru lahir
Kala IV.







23




24


23

2.1.5 ara pengisian :


Berbeda dengan pengisiaan halaman depan (harus segera diisi di setiap akhir
pemeriksaan), pengisian di lembar belakang partograI baru dilengkapi setelah
seluruh proses persalinan selesai. InIormasi yang dicatatkan di halaman belakang
partograI akan melliputi unsure-unsur berikut ini:
1. Data Dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat bersalin, alamat tempat
persalinan, catatan dan alas an merujuk, tempat merujuk dan pendamping pada
saat merujuk. Isikan data pad amasing-masing tt yang telah disediakan, atau
dengan cara member tanda \ pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan nomor 8
jawaban bias lebih dari satu.
Data dasar yang perlu dipenuhi adalah sebagi berikut:
1. Tanggal :
2. Nama bidan:
3. Tempat persalinan:
( ) Rumah ibu ( ) puskesmas
( )Polindes ( ) rumah sakit
( )Klinik Swasta ( ) lainnya:..
4. Alamat tempat persalinan :
5. Catatan : ( ) rujuk, kala: I/II/III/IV
6. Alasan merujuk :
7. Tempat rujukan :
8. Pendamping pada saat merujuk :
( ) Bidan ( ) teman ( ) keluarga
( ) Suami ( ) dukun ( ) tidak ada
9. Masalah dalam kehamilan/persalinan ini :
( ) gawat darurat ( ) perdarahan ( ) HDK ( ) InIeksi ( ) PMTCT


26

2. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang tentang PartograI saat melewati
garis waspada, masalah-masalh lain yang timbul, penatalaksanaannya, dan hasil
penatalaksanan tersebut. Untuk pertanyaan nomor 10, lingkari jawaban yang
sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam cara
dan hasil penatalaksanaannya.
Pertanyaan pada kala I adalah sebagai berikut:
10.PartograI melewati garis waspada: Y/T
11.Masalah lain, sebutkan:...........
12.Penatalaksanaan masalah tsb:........
13.Hasilnya:................

3. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin, distosia
bahu, masalah lain, pentalaksanaan masalah dan hasilnya. Beri tanda \ pada
kotak di samping jawaban ynag sesuai. Bila pertanyaan nomor 13, jawabannya
'Ya, tulis indikasinya. Untuk nomor 15 dan 16 jika jawabannya ' Ya,isi
tindakan yang dilakukan. Khusus pada nomor 15, ditambahkan ruang baru untuk
menekankan upaya deteksi dini terhadap gangguan kondisi kesehatan janin kala
II dan harus dicatatkan apa hasil pemantauan tersebut (normal, gawat janin, atau
tidak dapat dievaluasi). Bagian ini dapat menjadi pelengkap bagi inIormasi pada
kotak Ya` maupun Tidak` untuk pertanyaan nomor 15. Jawaban untuk
pertanyaan nomor 14, mungkin lebih dari 1. Untuk masalah lain` pada nomor
17 harus dijelaskan jenis masalah yang terjadi.
Pertanyaan-pertanyaan pada Kala II adalah sebagai berikut:
14.Episiotomi :
( ) Ya, indikasi..........
( ) Tidak
27

15.Pendamping pada saat persalinan:


( ) Suami ( ) dukun
( ) Keluarga ( ) tidak ada
( ) Teman
16.Gawat janin:
( ) Ya, tindakan yang dilakukan:
a. .............
b. .............
c. ...............
( ) Tidak
( )Pemantauan DJJ setiap 5-10 menit selama kala II,
hasilnya:.
17.Distosia bahu
( ) Ya, tindakan yang dilakukan:
a. ...........
b. ............
c. ...........
( ) Tidak
18.Masalah lain, Penatalaksanaan, masalah hasilnya
:........

4. Kala III
Data untuk kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin,
penegangan tali pusat terkendali, rangsangan pada Iundus, kelengkapan plasenta
saat dilahirkan, retensio plasenta yang ~ 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada
tempat yang disediakan dan beri tanda \ pada kotak di samping jawaban yang
sesuai. Untuk nomor 25,26 dan 28, lingkari jawaban yang benar.
19.Inisisasi Menyusu Dini
( ) Ya
( ) Tidak, alasannya :................................................................
20.Lama kala III: .............menit
21.Pemberian Oksitosin 10 U IM?
28

( ) Ya
( ) Tidak
( ) Penjepit tali pusat..........menit setelah bayi lahir
22.Pemberian ulang Oksitosin (2x)?
( ) Ya, alasan :.........
( ) Tidak
23.Peregangan tali pusat terkendali ?
( ) Ya
( ) Tidak, alasan :..................................................................
24.Masase Iundus uteri?
( ) Ya
( ) Tidak, alasan:...........
25.Plasenta lahir lengkap (intact): ya/tidak
Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan:
a...........
b............
26.Plasenta tidak lahir ~30 menit: ya/tidak
( ) Tidak
( ) Ya, tindakan:
a. .............
b. .............
c. .............
27.Laserasi :
( ) Ya, dimana.....................................
( ) tidak
28.Jika laserasi perineum, derajat:1/2/3/4
Tindakan:
( ) Penjahitan, dengan/tanpa anestesi
( ) Tidak dijahit, alasan :................
29.Atonia uteri:
( ) Ya, tindakan:
a. ........................
b. ........................
c. ........................
( ) Tidak
30.Jumlah perdarahan yang keluar :...........ml
31.Masalah dan Penatalaksanaan masalah
tersebut:..........................
29

..............
Hasilnya:.................


5. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperature, tinggi Iundus,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini
sangat penting, terutama untuk menilai deteksi dini resiko atau kesiapan penolong
mengantisipasi kompilkasi perdarahan pascapersalinan. Bila timbul masalah
selama kala IV, tuliskan jenis dan cara menangani masalah tersebut secara singkat
dan lengkap pada kolom yang tersedia.
Kala IV
32.Kondisi ibu : KU :.............TD :.................mmHG Nadi :............x/mnt NaIas
:...........x/mnt
33.Masalah dan penatalaksanaan masalah ................................................................


Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama setelah
melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isikan hasil
pemeriksaan pada kolom atau ruang yang sesuai pada tabel pemantauan. Catatkan
semua temuan selama kala empat persalinan di bagian ini:
Jam ke Waktu Tekanan
darah
nadi suhu Tinggi
Iundus
uteri
Kontraksi
uterus
Jumlah
urin
Jumlah darah
yang keluar
1



2
30



6. Bayi baru lahir
InIormasi yang perlu diperoleh dari bagin bayi baru lahir adalah berat dan panjang
badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda \ pada kotak di
samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari
jawaban yang sesuai. Untuk nomor 38, jawabannya mungkin lebih dari satu.
InIormasi penting dari bayi bari lahir adalah sebagai berikut:
34.Berat badan............gram
35.Panjang...............cm
36.Jenis kelamin:L/P
37.Penilaian bayi baru lahir:baik/ada penyulit
38.Bayi lahir:
( ) Normal, tindakan:
( ) Mengeringkan
( ) Menghangatkan
( ) Rangsangan taktil
( ) Selimuti bayi dan tempatkan di sisi ibu
( ) tindakan pencegahan inIeksi mata ( salep mata
Tetrasiklin ), pemberian vit. K1, dan imunisasi Hepatitis B
( ) AsIiksia ringan/pucat/biru/lemas, tindakan :
( ) Mengeringkan ( ) menghangatkan
( ) Rangsangan taktil
( ) Bebaskan jalan naIas
( ) Selimuti bayi dan tempatkan di sisi ibu
( ) Cacat bawaan, sebutkan :......................
( ) Hipotermi, tindakan : ..............................
39.Pemberian ASI
( )Ya, waktu:............jam setelah bayi
( ) lahir
( )Tidak, alasan:..........
40.Masalah lain, sebutkan:..............
Hasilnya : .................................................

31

2.2 PEMBUATAN KEPUTUSAN KLINIK


Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan itu harus akurat, komprehensiI dan aman, baik bagi pasien dan
keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.
Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses
dan metode yang sistematik menggunakan inIormasi dan hasil dari olah
kognitiI dan intuitiI serta dipadukan dengan kajian teoritis dan intervensi
berdasarkan bukti ( evidence-based ), keterampilan dan pengalaman yang
dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam
upaya untuk menyelesaikan masalah dan terIokus pada pasien.
Semua upaya diatas akan bermuara pada bagaimana kinerja dan perilaku
yang diharapkan dari seorang pemberi asuhan dalam menjalankan tugas dan
pengalaman ilmunya kepada pasien atau klien. Pengetahuan dan keterampilan
saja ternyata tidak dapat menjamin asuhan atau pertolongan yang diberikan
dapat memberikan hasil maksimal atau memenuhi standar kualitas pelayanan
dan harapan pasien apabila tidak disertai dengan perilaku yang terpuji.
Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :
1. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan
2. Menginterpretasikan data dan mengidentiIikasikan masalah
3. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi / dihadapi
4. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasii
masalah
5. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah
6. Melaksanakan asuhan / intervensi terpilih
7. Memantau dan mengevaluasi eIektiIitas asuhan atau intervensi



32

2.2.1 Pengumpulan Data


Semua pihak yang terlibat mempunyai peranan penting dalam setiap
langkah untuk membuat keputusan klinik. Data utama ( misalnya, riwayat
persalinan ), data subyektiI yang diperoleh dari anamnesis ( misalnya,
keluhan pasien ), dan data obyektiI dari pemeriksaan Iisik ( misalnya
tekanan darah ) diperoleh melalui serangkaian upaya sistematik dan
terIokus. Validitas dan akurasi data akan sangat membantu pemberi
pelayanan untuk melakukan analisis dan pada akhirnya membuat keputusan
yang tepat. Data subyektif adalah inIormasi yang diceritakan ibu tentang
apa yang dirasakannya, apa yang sedang dan telah dialaminya. Data
subyektiI juga meliputi inIormasi tambahan yang diceritakan oleh anggota
keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri atau
sangat sakit. Data obyektif adalah inIomasi yang dikumpulkan berdasarkan
pemeriksaan/pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara :
Anamnesis dan observasi langsung : Berbicara dengan ibu, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi dan mencatat riwayat
kesehatan ibu. Termasuk juga mengamati perilaku ibu dan apakah ibu
terlihat sehat atau sakit, merasa nyaman atau nyeri.
Iisik : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium, USG, Rontgen,
dsb.
Catatan medik.

2.2.2 Interpretasi data untuk mendukung diagnosis atau identifikasi masalah
Setelah data dikumpulkan, penolong persalinan melakukan analisis untuk
mendukung alur algoritma diagnosis. Peralihan dari analisis data menuju
pada pembuatan diagnosis bukanlah suatu proses yang linier (berada pada
suatu garis lurus) melainkan suatu proses sirkuler (melingkar) yang
berlangsung terus-menerus. Suatu diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau
33

dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data secara terus


menerus.
Untuk membuat diagnosis dan identiIikasi masalah, diperlukan :
Data yang lengkap dan akurat
Kemampuan untuk menginterpretasi/analisis data
Pengetahuan esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan dengan
masalah yang ada.
Diagnosis dibuat sesuai dengan istilah atau nomenklatur spesiIik kebidanan
yang mengacu pada data utama, analisis data subyektiI dan obyektiI yang
diperoleh. Diagnosis menunjukan variasi kondisi yang berkisar antara
normal dan patologik yang memerlukan upaya korektiI untuk
menyelesaikannya. Masalah dapat memiliki dimensi yang lebih luas dan
mungkin berada diluar konteks sehingga keterkaitan atau batasannya
menjadi tidak jelas untuk diagnosis yang akan dibuat sehingga sulit untuk
segera diselesaikan. Masalah obstetrik merupakan bagian dari diagnosis
sehingga selain upaya koretiI dalam penatalaksanaan, juga diperlukan upaya
penyerta untuk mengatasi masalah.
Contoh :
Diagnosis : G2P1A0, hamil 37 minggu, ketuban pecah dini 2 jam
Masalah : kehamilan yang tidk diinginkan atau takut untuk menghadapi
persalinan.

2.2.3 Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalah
Bagian ini dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja setelah
mengembangkan berbagai kemungkinan diagnosis lain ( diagnosis banding
). Rumusan masalah mungkin saja terkait langsung terhadap diagnosis tetapi
dapat pula merupakan masalah utama yang saling terkait dengan beberapa
34

masalah penyerta atau Iaktor lain yang berkontribusi dalam terjadinya


masalah utama.
Dalam pekerjaan sehari-hari, penolong persalinan telah mengetahui bahwa
seorang pasien adalah primigravida dalam Iase aktiI persalinan ( diagnosis ).
Selain dalam proses tersebut, sang ibu juga mengalami anemia ( masalah )
dimana hal ini belum jelas apakah akibat deIisiensi zat besi ( nutrisi ) yang
ini merupakan data tambahan untuk membuat diagnosis baru atau akibat
budaya setempat ( Iaktor sosial yang kontributornya adalah rendahnya
pendidikan ) yang melarang ibu hamil mengkonsumsi makanan bergizi.
Dengan kata lain, walaupun sudah ditegakkan diagnosis kerja tetapi bukan
berarti bahwa tidak ada masalah lain yang dapat menyertai atau
mengganggu upaya pertolongan yang akan diberikan oleh seorang penolong
persalinan.
Contoh .
Ibu hamil dengan hidramnion, bayi makrosomia, kehamilan ganda yang
jelas secara diagnosis tetapi masih dibarengi dengan masalah lanjutan
walaupun kasus utamanya diselesaikan. Bayi besar yang mungkin dapat
dengan selamat dilahirkan oleh penolong persalinan harus tetap diwaspadai
sebagai Iaktor yang potensial untuk menimbulkan masalah, misalnya : bayi
tadi mengalami hipoglikemia karena makrosomia diakibatkan oleh ibu
dengan melitus atau terjadi perdarahan pascapersalinan karena makrosomia
adalah Iaktor predisiposisi untuk atonia uteri.

2.2.4 Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengahadapi
masalah
Petugas kesehatan di lini depan atau bidan di desa, tidak hanya diharapkan
terampil membuat diagnosis bagi pasien atau klien yang dilayaninya tetapi
juga harus mampu mendeteksi setiap situasi yang dapat mengancam
keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Untuk mengenali situasi tersebut, para
bidan harus pandai membaca situasi klinik dan budaya masyarakat setempat
sehingga mereka tanggap dalam mengenali kebutuhan terhadap tindakan
33

segera sebagai langkah penyelamatan ibu dan bayinya apabila situasi


gawatdarurat memang terjadi.
Upaya ini dikenal sebagai kesiapan menghadapi persalinan dan tanggap
terhadap komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam uraian-uraian berikutnya,
petugas pelaksana persalinan akan terbiasa dengan istilah rencana rujukan
yang harus selalu disiapkan dan didiskusikan diantara ibu, suami dan
penolong persalinan.
Contoh .
Untuk menghadapi ibu hamil dengan preeklampsia berat dan tekanan darah
yang cenderung selalu meningkat maka seorang bidan harus berkonsultasi
dengan tenaga ahli di rumah sakit atau spesialis obstetri terdekat untuk
menyiapkan tindakan/upaya yang dapat dilakukan bila sang ibu mulai
menunjukkan gejala dan tanda gawatdarurat. Pada keadaan tertentu,
mungkin sja seorang bidan harus menangani kasus distosia bahu tanpa
bantuan siapapun. Apabila ia tidak pernah dilatih untuk mengatasi hal itu
atau ia tidak mengetahui tanda-tanda distosia bahu maka ia tidak akan
pernah tahu bahwa perlu disiapkan sesuatu ( pengetahuan, keterampilan, dan
rujukan ) untuk mengatasi hal tersebut. Hal yang penting buruk dan
mungkin saja terjadi adalah sang bayi tidak dapat dilahirkan dan kemudian
meninggal dunia karena bidan tersebut berupaya melahirkan bayi tetapi ia
tidak pernah tau bagaimana cara mengatasi hal tersebut.

2.2.5 Menyusun rencana asuhan atau intervensi
Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin dikembangkan melalui
kajian data yang telah diperoleh, identiIikasi kebutuhan atau kesiapan
asuhan dan intervensi, dan mengukur sumberdaya atau kemampuan yang
dimiliki. Hal ini dilakukan untuk membuat ibu bersalin dapat ditangani
secara baik dan melindunginya dari berbagai masalah atau penyulit
potensial dapat mengganggu kualitas pelayanan, kenyamanan ibu ataupun
mengancam keselamatan ibu dan bayi.
36

Rencana asuhan harus dijelaskan dengan baik kepada ibu dan keluarganya
agar mereka mengeti manIaat yang diharapkan dan bagaimana upaya
penolong untuk menghindarkan ibu dan bayinya dari berbagai gangguan
yang mungkin dapat mengancam keselamatan jiwa atau kualitas hidup
mereka.
Contoh .
Rencana asuhan kala I :
Denyut jantung janin : setiap jam
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap jam
Nadi : setiap jam
Pembukaan serviks : setiap 4 jam
Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam
Rencana asuhan pada kasus tali pusat menumbung :
Pemberian oksigen 6L/menit
Mengatur posisi ibu bersalin
Menghubungi rumah sakit rujukan untuk tindakan lanjutan
Stabilisasi kondisi ibu dan bayi
Pemantauan DJJ

2.2.6 Melaksanakan asuhan
Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut secara tepat
waktu dan aman. Hal ini akan menghindarkan terjadinya penyulit dan
memastikan bahwa ibu dan atau bayinya yang baru lahir akan menerima
asuhan atau perawatan yang mereka butuhkan. Jelaskan pada ibu dan
keluarga tentang beberapa intervensi yang dapat dijadikan pilihan untuk
kondisi yang sesuai dengan apa yang sedang dihadapi sehingga mereka
dapat membuat pilihan yang baik dan benar. Pada beberapa keadaan,
penolong sering dihadapkan pada pilihan sulit karena ibu dan keluarga
37

meminta penolong menentukan intervensi yang terbaik bagi mereka dan hal
ini memerlukan upaya dan pengertian lebih agar ibu dan keluarga mengerti
bahwa hal ini terkait dengan hak klien dan kewajiban petugas untuk
memperoleh hasil terbaik.
Beberapa Iaktor yang dapat mempengaruhi pilihan adalah :
Bukti-bukti ilmiah
Rasa percaya ibu terhadap penolong persalinan
Pengalaman saudara atau kerabat penolong persalinan
Tempat dan kelengkapan Iasilitas kesehatan
Biaya yang diperlukan
Akses ketempat rujukan
Luaran dari sistem dan sumberdaya yang ada

2.2.7 Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi solusi
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan kemudian dievaluasi untuk menilai
eIektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai
dengan rencana kebutuhan saat itu. Proses pengumpulan data, membuat
diagnosis, memilih intervensi, menilai kemampuan diri, melaksanakan
asuhan atau intervensi dan evaluasi adalah proses sirkuler ( melingkar ).
Lanjutkan evaluasi asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir.
Jika pada saat evaluasi ditemukan bahwa status ibu atau bayi baru lahir telah
berubah, sesuaikan asuhan yang diberikan untuk memenuhi perubahan
kebutuhan tersebut.
Asuhan atau inervensi dianggap membawa manIaat dan teruji eIektiI apabila
masalah yang dihadapi dapat diselesaikan atau membawa dampak yang
menguntungkan terhadap diagnosis yang telah ditegakkan. Apapun jenisnya,
asuhan dan intervensi yang diberikan harus eIisisen, eIektiI, dan dapat
diaplikasikan pada kasus serupa di masa datang. Bila asuhan atau intervensi
tidak membawa hasil atau dampak seperti yang diharapkan maka sebaiknya
dilakukan kajian ulang dan penyusunan kembali rencana asuhan hingga
pada akhirnya dapat memberi dampak seperti yang diharapkan.
38

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
PartograI adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan, alat
bantu untuk membuat keputusan klinik , memantau, mengevaluasi dan
menatalaksana persalinan. Membuat keputusan klinik merupakan proses yang
menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang
diperlukan oleh pasien. PartograI dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah
dan penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana
masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini
merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses
persalinan secara lengkap. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat
dengan seksama , yaitu DJJ, Irekuensi dan lamanya kontraksi uterus, nadi,
pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin, tekanan darah dan
temperatur tubuh dan produksi urin, aseton dan protein.
Selama Iase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus
dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan
maupun di KMS Ibu Hamil. Karena pada halaman depan partograI
menginstruksikan observasi dimulai pada Iase aktiI persalinan. Halaman belakang
partograI merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses
persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I
hingga kala IV dan bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA
- Henderson, christine. 2006. uku afar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
- JNPK-KR, 2007. suhan !ersalinan Normal. Jakarta : JHPIEGO
- JNPK-KR, 2008. suhan !ersalinan Normal. Jakarta : JHPIEGO
- Sumarah, dkk. 2009. !erawatan Ibu ersalin. Yogyakarata : Fitramaya
- Prawihardjo, sarwono. 2009. uku cuan Nasional !elayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : EGC
- Asrinah, Putri Sinta Siswoyo, Sulistyorini, Dewie; Ima Syamrotul; Sari, Dian
Nirmala. 2010. suhan Kebidanan Masa !ersalinan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.



KASUS I
Ny. Ria, umur 35 tahun G1P0A0, tanggal 25 Februari 2011 jam 09.00 datang ke
bidan, dengan ketuban sudah pecah jam 05.00. mules sejak tanggal 24 Februari
2011 jam 22.00.
Pemeriksaan :
Jam 09.00 :
Tensi : 120/80 mmhg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,9 C
Kontraksi : 3 x 10 menit selama 40 detik
PD :
Pembukaan : 7 cm
Penurunan kepala : station 0
Pemeriksaan ketuban : jernih
Penyusupan : tidak ada
BJA : 148x / menit

Jam 09.30
BJA : 150x/menit
Kontraksi : 4x10 menit selama 40 detik
Nadi : 82 x/ menit

2

Jam 10.00
BJA :148x/menit
Kontraksi : 4x10 menit selama 40 detik
Nadi : 82x /menit
Jam 10.30
BJA : 146 x/menit
Kontraksi : 4 x 10 menit selama 50 detik
Nadi : 82x/menit
Jam 11.00
BJA : 150x/menit
Kontraksi : 5 x 10 menit selama 60 detik
Air ketuban : jernih
PD : Lengkap pembukaannya
Penurunan Kepala : station 2
Nadi : 80x/menit
Pukul 11.30, seorang bayi laki-laki lahir, berat badan 3000 gram dan panjang
badan 48 cm, bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktiI kala tiga
dan plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak
terjadi laserasi. Perkiraan kehilangan darah kurang lebih 150 ml.
Kala IV
11.35 : TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37, C, tinggi Iundus 3 jari di
bawah pusat, tonus uterus baik(keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per
vaginam 50 cc.
3

11.50: TD 120/70, nadi 70, tinggi Iundus 3 jari di bawah pusat, tonus
uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per vaginam 30 cc.
12.05: TD 110/70, nadi 80, tinggi Iundus 3 jari di bawah pusat, tonus
uterus baik, kandung kemih kosong, darah per vaginam 30 cc.
12.20: TD 110/70, nadi 80, tinggi Iundus 3 jari di bawah pusat, tonus
uterus baik, kandung kemih kosong, darah per vaginam 30 cc.
Temuan selama 1 jam kedua (setiap 30 menit) kala empat sebagai berikut :
12.50: TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37 0C, tinggi Iundus dua jari di
bawah pusat, tonus uterus baik, ibu Asanah berkemih dan pengeluaran urin 200
cc, perdarahan per vaginam 20 cc.
01.20: TD 120/80, nadi 80, tinggi Iundus dua jari di bawah pusat, tonus
uterus baik, kandung kemih Kosong, perdarahan pervaginam 20 cc.











4

KASUS 2
Ny.ina (35 tahun) datang ke bidan Nur pada tanggal 27 Juni 2007 pukul 01.00
WIB.
Ny.ina mengaku hamil yang ke 3, pernah melahirkan 1 kali dan pernah keguguran
satu kali. Mengaku mules-mules yang semakin lama semakin sering sejak pukul
21.00 WIB dan mengaku belum keluar air-air. Kemudian bidan Nur melakukan
pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil pembukaan serviks 6 cm, penurunan
kepala 3/5,portio tebal lunak,ketuban utuh dan tidak ada molase.
Tanda-tanda vital : TD: 110/80 mmHg, Nadi: 75x/menit, suhu: 36,8 C, respirasi
22x/menit, kontraksi uterus 3x10``35` dan DJJ 137x/menit. Hasil observasi:
Pukul 01.30 WIB, nadi : 78x/menit, kontraksi uterus 3x10``42`, DJJ
:140x/menit dan ketuban masih utuh,serta ibu minum air putih kurang lebih 80cc
Pukul 02.00 WIB, nadi 78x/menit,kontraksi uterus 4x10``42`, DJJ:
140x/menit dan ketuban pecah spontan,warna jernih
Pukul 02.30 WIB, nadi 80x/menit,kontraksi uterus 4x10``45`, DJJ:
140x/menit dan ketuban jernih.
Pukul 03.00 WIB, nadi 80x/menit,kontraksi uterus 5x10``42`, DJJ:
143x/menit dan ketuban jernih serta ibu buang air kecil sebanyak kurang lebih
100cc.
Pukul 03.30 WIB, nadi 82x/menit,kontraksi uterus 5x10``45`, DJJ:
145/menit dan ketuban jernih.
Pukul 04.00 WIB, Ny.Ina mengeluh mules yang bertambah kuat ,merasa
ingin mengedan dan terlihat lendir bercampur darah dari jalan lahir . BIdan Nur
melakukan pemeriksaan dalam dan pembukaan serviks sudah lengkap (10cm),
penurunan kepala station 1, portio sudah tidak teraba, ketuban jernih dan tidak
ada molase. Nadi 82x/menit, kontraksi uterus 5x10``45`, DJJ:143x/menit dan ibu
3

minum air putih kurang lebih 120cc.setelah ada tanda-tanda doran teknus perjol
vulka, bidan Nur melakukan pimpinan persalinan.
Pukul 04.20 WIB, bayi Ny.Ina lahir spontan dengan jenis kelamin
perempuan, BB:3300gram, PB: 48cm, dan langsung dilakukan IMD. Tidak
dilakukan episiotomy, tidak ada gawat janin dan tidak ada masalah saat persalinan
kala II
Pukul 04.30 WIB, plasenta lahir spontan dan lengkap dan terdapat laserasi
di otot vagina dan perineum serta dilakukan penjahitan dengan
anastesi,perdarahan kurang lebih 250cc
Pukul 04.40 WIB, Ny.Nur sudah rapih dan dianjurkan makan, minum dan
beristirahat sambil menyusui bayinya.
Pukul 04.45 WIB, bidan Nur melakukan pemantauan kala IV, TD:
120/80mmHg, Nadi:85x/menit,suhu:37,2C, TFU:1 jari dibawah pusat,kontraksi
uterus baik,kandung kemih kosong dan perdarahan / pembalut. Selama 2 jam
pemantauan kala IV tidak ada masalah dan penyulit, dilakukan pemantauan pada
15 menit pertama kala empat dan ditemukan :
04.45 WIB:
TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37,2C, tinggi Iundus 3 jari dibawah
pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 30
cc.
05.00 WIB.
TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, tinggi Iundus 3 jari dibawah pusat,tonus
uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 30 cc.
05.15 WIB
6

TD : 110/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37 C, tinggi Iundus 3 jari dibawah


pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 30
cc.
05.30 WIB
TD : 110/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37 C, tinggi Iundus 3 jari dibawah
pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 30
cc.

Selama dua jam kala empat persalinan, bidan Nur menilai ibu setiap 30 menit ,
hasilnya ditemukan
06.00 WIB :
TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37,2C, tinggi Iundus 2 jari dibawah
pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 20
cc, ibu berkemih dan produksi urin 250ml.
06.30 WIB:
TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37,2C, tinggi Iundus 3 jari dibawah
pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 20
cc.






7

KASUS 3
Ibu nani, G1P0A0 27 tahun dating ke bidan diantarkan oleh keluarganya untuk
mendapatkan asuhan dari bidan rani di RT 02/RW 04, kelurahan bojong picung
kec. Cilaku, cianjur selatan pada tanggal 02 maret 2011 pukul 14.00 WIB. Ibu
nani mengeluh pada bidan bahwa ia sudah merasakan mulas sejak pukul 06.00
WIB dan keluar lendir bercampur darah.
Bidan rani melakukan anamnesis dan pemeriksaan Iisik secara seksama dan ia
menyimpulkan:
Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala (verteks), presentasi
kepala dengan penurunan 1/5, kontraksi uterus 3x dalam 10 menit, setiap
kontraksi berlangsung 20-40 detik, dan DJJ 120 x/menit.
Pembukaan serviks 8 cm, tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuh
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit. Suhu 36,7oC
Ibu berkemih 200 ml sebelum dilakukan pemeriksaan dalam, hasil
pemeriksaan urine tidak mendeteksi adanya protein dan aseton dalam urine.
1. Berdasarkan data pukul 14.00, bidan rani membuat diagnosis:
primigravida, hamil cukup bulan, inpartu dalam Iase aktiI, bayi hidup dengan DJJ
normal, pembukaan serviks 8 cm, 3 kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi
antara 20-40 detik. Bidan rani menentramkan hati ibu nani dan menganjurkannya
untuk mengkonsumsi cukup cairan agar energi untuk mengedan kuat.
2. Bidan rani menuliskan tanggal, waktu, semua temuan dan asuhannya yang
diberikan pada catatan kemajuan persalinan. Bidan rani melanjutkan pemantauan
DJJ, nadi dan kontraksi uterus setiap jam. DJJ, nadi dan kontraksi tetap normal.
Bidan rani mengukur jumlah produksi urine ibu nani setiap kali ia berkemih.
Semua temuan dan hasil pemeriksaan dicatatkan dalam lembar kemajuan
persalinan. Bidan rani juga terus memberikan dukungan dan semangat untuk ibu
nani dalam menjalani persalinan dan mempersiapkan kelahiran bayinya.
8

Pada situasi ini bidan rani mendapatkan kasus ibu dalam Iase aktiI dan bidan rani
mulai mencatatkan temuannya pada partograI. Pembukaan serviks dicantumkan
pada garis waspada dan semua temuan lainnya di garis waktu yang sesuai. Bidan
rani mulai menilai DJJ, kontraksi uterus dan nadi setiap 30 menit serta suhu tubuh
setiap 2 jam. Semua dicatat di partograI dengan tepat.
Pukul 14.00, DJJ 145 x/menit, kontraksi 4 x dalam 10 menit selama 40 detik, nadi
89 x/menit
Pukul 14.30, DJJ 145 x/menit, kontraksi 4 x dalam 10 menit selama 40 detik, nadi
88 x/menit
Pukul 15.00, DJJ 143 x/menit, kontraksi 5 x dalam 10 menit selama 40 detik, nadi
90 x/menit, suhu 36,65oC, urine 160 cc
Pukul 15.30, DJJ 140 x/menit, kontraksi 5 x dalam 10 menit selama 40 detik, nadi
87 x/menit
suhu 36,7oC, urine 90 cc
3. Pada pukul 16.00, bidan rani melakukan pemeriksaan abdomen dan dalam.
Hasilnya: DJJ 136 x/menit, 5 kontraksi dalam 10 menit, lamanya lebih dari 45
detik, penurunan kepala 1/5, pembukaan serviks 10 cm, tidak ada penyusupan
kepala janin, selaput ketuban pecah sebelum pemeriksaan (pukul 15.45), dan
cairan ketuban jernih. Tekanan darah 120/90 mmHg, temperatur tubuh 37oC, dan
nadi 80 x/menit.
4. Pukul 16.30, seorang bayi laki-laki lahir, berat badan 3600 gram dan
panjang 51 cm, bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktiI kala tiga
dan plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak
dilakukan laserasi. Perkiraan kekurangan darah kurang lebih 100 ml.
5. Selama 15 menit pertama kala IV ( sampai pukul 16. 45) dan 15 menit
berikutnya pada jam pertama setelah plasenta lahir, catatan bidan rani
menunjukan semuanya berjalan normal (catatan kala IV)
9

16.50 : TD 120/70, nadi 86, suhu 37,20C, tinggi Iundus 3 jari dibawah
pusat, tonus uterus baik atau keras, kandung kemih kosong, jumlah darah
pervaginam masih dalam batas normal
17.05 : TD 120/70, nadi 80, tinggi Iundus 3 jari dibawah pusat, tonus
uterus baik atau keras, kandung kemih kosong, jumlah darah pervaginam masih
dalam batas normal
17.20 : TD 110/70, nadi 86, tinggi Iundus 3 jari dibawah pusat, tonus
uterus baik atau keras, kandung kemih kosong, jumlah darah pervaginam masih
dalam batas normal
17.35 : TD 110/70, nadi 80, tinggi Iundus 3 jari dibawah pusat, tonus
uterus baik atau keras, kandung kemih kosong, jumlah darah pervaginam masih
dalam batas normal
6. Temuannya 1 jam kedua (setiap 30 menit) kala empat sebai berikut :
18.05 : TD 110/80, nadi 80, suhu 37,20C, tinggi Iundus 2 jari dibawah
pusat, tonus uterus baik atau keras, pengeluaran kandung kemih 250 cc , sedikit
darah pervaginam dan masih dalam batas normal
18.35 : TD 110/80, nadi 80, tinggi Iundus 2 jari dibawah pusat, tonus
uterus baik atau keras, kandung kemih kosong, sedikit darah pervaginam dan
masih dalam batas normal.

You might also like