You are on page 1of 47

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI

POST CLEARANCE AUDIT

Disusun Oleh:

Tim Penyusunan Modul Pusdiklat Bea dan Cukai KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI 2011

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI

POST CLEARANCE AUDIT

Disusun Oleh:

Tim Penyusunan Modul Pusdiklat Bea dan Cukai KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI 2011

Inventory Auditing

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing

DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..........................................................................................i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...... iv PETA KONSEP MODUL ..... v MODUL INVENTORY AUDITING A. Pendahuluan ... 1 1. Deskripsi Singkat .......................................................1 2. Prasyarat Kompetensi .......................................................2 3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) .........................3 4. Relevansi Modul ...................3 B. KEGIATAN BELAJAR ............................................................................ 4 1. Kegiatan Belajar (KB) 1 .......................................................4 Pentingnya Persediaan Indikator ... 4 1.1. Uraian dan contoh .......................................................................... 4 1.2. Latihan 1 .......... 6 1.3. Rangkuman ..... 6 1.4. Tes Formatif 1 ..... 7 1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ......................... 8 2. Kegiatan Belajar (KB) 2 ...................................................... 9 Arus Persediaan Bahan Baku dan Biaya Indikator ....9 2.1. Uraian dan contoh ............................................................................ 9 A. Bagan Arus Bahan Baku dan Biaya ............................................... 10 B. Fungsi yang terkait dalam arus bahan baku dan biaya ..............13 C. Sistem Pencatatan Bahan Baku pada Perusahaan Manufaktur .................................................................................16 2.2. Latihan 2 .......... 17 2.3. Rangkuman ..... 18 2.4. Tes Formatif 2 ..... 18

DTSS DTSS Post Clearance Audit

ii

Inventory Auditing
2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ..........................19 3. Kegiatan Belajar (KB) 3 .......................................................20 Bagian-Bagian Pemeriksaan Bahan Baku Indikator ... 20 3.1. Uraian dan contoh .......................................................................... 20 A. Tujuan Pemeriksaan...................................................................20 B. Bagian-Bagian dalam pemeriksaan bahan baku.........................21 C. Memadukan Pengujian............................................................... 30 3.2. Latihan 3 .......... 30 3.3. Rangkuman ..... 31 3.4. Tes Formatif 3 ..... 31 3.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ......................... 34 PENUTUP ......35 TES SUMATIF ................................................................ 36 KUNCI JAWABAN ( TES FORMATIF DAN TES SUMATIF ) ....39 DAFTAR PUSTAKA .... 40

DTSS DTSS Post Clearance Audit

iii

Inventory Auditing

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


Untuk dapat memahami modul ini secara benar, maka peserta diklat diharapkan mempelajari modul ini secara urut mulai dari Kegiatan Belajar 1 sampai dengan Kegiatan Belajar 5. Cara mempelajari setiap kegiatan belajar adalah mengikuti tahap-tahap berikut ini: 1. Lihat apa yang menjadi target indikator dari kegiatan belajar tersebut; 2. Pelajari materi yang menjadi isi dari setiap kegiatan belajar (dengan cara membaca materi minimal 3 kali membaca isi materi kegiatan belajar tersebut); 3. Lakukan review materi secara umum, dengan cara membaca kembali ringkasan materi untuk mendapatkan hal-hal penting yang menjadi fokus perhatian pada kegiatan belajar ini; 4. Kerjakanlah Tes Formatif pada kegiatan belajar yang sedang dipelajari; 5. Lihat kunci jawaban Tes Formatif dari kegiatan belajar tersebut yang terletak pada bagian akhir modul ini. 6. Cocokkan hasil tes formatif dengan kunci jawaban tersebut, apabila ternyata hasil Tes Formatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah yang benar x 100/15), maka kegiatan belajar dapat dilanjutkan pada kegiatan belajar berikutnya, namun apabila diperoleh angka di bawah 67, maka peserta diklat diharuskan mempelajari kembali kegiatan belajar tersebut agar selanjutnya dapat diperoleh angka minimal 67. 7. Kerjakan Tes Sumatif apabila semua Tes Formatif dari seluruh kegiatan belajar telah dilakukan. 8. Lihat kunci jawaban Tes Sumatif yang terletak pada bagian akhir modul ini 9. Cocokkan hasil tes sumatif dengan kunci jawaban tes sumatif, apabila ternyata hasil tes sumatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah yang benar x 100/25), maka peserta diklat dapat dinyatakan lulus dari

kegiatan belajar

DTSS DTSS Post Clearance Audit

iv

Inventory Auditing

PETA KONSEP
Dalam mempelajari modul ini, agar lebih mudah dipahami maka disarankan kepada peserta diklat untuk mempelajari peta konsep modul. Dengan demikian pola pikir yang sistematik dalam mempelajari modul dapat terjaga secara berkesinambungan selama mempelajari modul.

Kegiatan Belajar 1 Pentingnya Persediaan

Kegiatan Belajar 2 Arus Persediaan Bahan Baku dan Biaya Materi : Bagan Arus Bahan Baku dan Biaya; Fungsi yang terkait dalam arus bahan baku dan biaya; Sistem Pencatatan Bahan Baku pada Perusahaan Manufaktur

Kegiatan Belajar 3 Bagian-Bagian Pemeriksaan Bahan Baku Materi : Tujuan Pemeriksaan; Bagian-Bagian dalam pemeriksaan bahan baku; Memadukan Pengujian

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing

A
PENDAHULUAN

MODUL INVENTORY AUDITING

Didalam pelaksanaan suatu kegiatan audit, pemeriksaan terhadap akun persediaan (inventory) merupakan salah satu bagian penting seperti halnya pemeriksaan terhadap akun kas di tangan (cash on hand), kas di bank (cash in bank), saldo piutang (account receivable) dan akun-akun lainnya. Tiap entitas ekonomi, masing-masing memiliki perlakuan yang (mungkin) berbeda dengan entitas ekonomi lainnya. Persediaan berupa kertas HVS, oleh perusaan jasa fotokopi mungkin diperlakukan sebagai salah satu persediaan bahan baku. Bagi perusahaan yang memproduksi pakaian, kertas HVS tersebut mungkin diperlakukan perlengkapan kantor (office supplies). Perlakuan yang berbeda-beda tersebut, menyebabkan pengetahuan atas arus persediaan tersebut menjadi sangat penting untuk diketahui pada saat pelaksanan pemeriksaan oleh auditor sehingga dengan mempelajari dan mengetahui arus persediaan tersebut (termasuk didalamnya dokumen yang dipergunakan), maka seorang pemeriksa (auditor) akan dapat melaksanakan kegiatan pemeriksaan secara tepat. Terjadinya kesalahan pengambilan dokumen

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing
persediaan, kurangnya dokumen persediaan yang terlah diambil, serta berbagai kesalahan lainnya, akan dapat dihindari.

1. Diskripsi singkat

Persediaan bahan baku,barang dalam proses dan barang jadi merupakan bentuk persediaan yang lazim dimiliki oleh entitas ekonomi. Didalam arus persediaan terkait banyak kegiatan seperti proses pemesanan, pembelian, penyerahan, produksi serta penjualan barang jadi hasil produksi. Modul ini khusus menekankan pembahasan pada jenis persediaan berupa bahan baku. Baik alur serta biaya dari persediaan berupa bahan baku sampai dengan bagian-bagian yang terkait dengan pemeriksaannya.

2. Prasarat Kompetensi
DTSS PCA dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kepada pegawai DJBC baik laki-laki maupun perempuan dalam melaksanakan audit Kepabeanan dan Cukai. Pegawai DJBC yang dapat mengikuti diklat ini adalah pelaksana pemeriksa lulusan Diklat Teknis Substantif Dasar Kepabeanan dan Cukai, atau lulusan Prodip III Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai, atau lulusan Prodip I tapi sudah mengikuti Diklat Teknis Substantif Spesialisasi Kepabeanan dann Cukai I/II Kurikulum 2006/2007 atau DTSD Kepabeanan dan Cukai khusus lulusan Prodip I Kurikulum Tahun 2008. Calon peserta diharapkan berusia maksimal 40 tahun dan dengan pangkat minimal II c. Secara khusus, agar mampu menguasai dengan baik mata pelajaran Akuntansi Persediaan maka diharapkan sudah memperoleh mata pelajaran Dasar-dasar Akuntansi dan Akuntansi Persediaan. Persyaratan-persyaratan tersebut penting karena lingkup tugas yang akan diemban sebagai auditor Kepabeanan dan Cukai membutuhkan kualifikasi pegawai yang memadai untuk melakukan audit. Dengan kualifikasi tersebut tersebut peserta mempunyai kompetensi dasar untuk menjadi seorang auditor sehingga diharapkan lebih mudah mencerna dan memahami modul ini.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Setelah mempelajari modul ini, diharapkan siswa memahami arti

pentingnya persediaan, arus persediaan bahan baku dan biaya, bagian-bagian pemeriksaan bahan baku dan cara memadukan pengujian.

Kompetensi Dasar Setelah mempelajari modul ini, diharapkan siswa mampu memahami dan menjelaskan pentingnya persediaan bagi berbagai entitas. Serta diharapkan siswa mampu memahami tentang arus persediaan bahan baku serta biayanya yang nantinya akan sangat berguna dalam melakukan pemeriksaan terhadap persediaan bahan baku.

4. Relevansi Modul
Tugas auditor di Kantor Wilayah Auditor adalah melaksanakan audit Kepabeanan dan Cukai. Proses audit tersebut dapat dilakukan dengan baik manakala para pegawai yang bertugas mempunyai bekal pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baik dalam melaksanakan audit kepabeanan dan Cukai. Untuk dapat melaksanakan audit secara baik pegawai yang bertugas sebagai auditor perlu dibekali dengan pemahaman tentang pengertian

pentingnya persediaan, arus persediaan bahan baku dan biaya, dan bagianbagian dalam pemeriksaan bahan baku. Berdasarkan uraian singkat tersebut terlihat keterkaitan yang erat antara modul Inventory Auditing dengan ruang lingkup kerja auditor. Manfaat modul ini bagi peserta adalah memberikan gambaran yang lengkap tentang pentingnya pengelolaan persediaan dalam perusahaan sehingga dapat mendukung

terciptanya seorang auditor Kepabeanan dan Cukai yang profesional.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing

B
KEGIATAN BELAJAR
1. Kegiatan Belajar (KB) 1

PENTINGNYA PERSEDIAAN
Indikator Keberhasilan : Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu menjelaskan pentingnya pemeriksaan persediaan.

1.1. Uraian dan Contoh

Persediaan barang/bahan dapat terdiri dari berbagai bentuk dan sangat tergantung pada sifat dari setiap aktivitas bisnis. Untuk perusahaan dagang baik pedagang besar maupun pedagang eceran, persediaan yang paling penting adalah persediaan barang dagangan yang dikuasainya dan tersedia untuk dijual. Bagi rumah sakit persediaan yang paling penting adalah makanan, obat dan perlengkapan medis. Sedangkan bagi perusahaan industri bahan baku (raw materials), bahan baku penolong yang dibeli, perlengkapan untuk keperluan industri, bahan setengah jadi dan barang jadi yang siap untuk dijual.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing
Diantara bisnis tersebut, aktivitas bisnis perusahaan industri merupakan bisnis yang memiliki persediaan yang sangat kompleks baik dari sudut jenis maupun jumlah. Oleh karena itu pemeriksaan terhadap persediaan perusahaan industri akan merupakan pekerjaan yang sangat kompleks dan memakan waktu (complex and time consuming) jika dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya. Alasan mengapa pemeriksaan terhadap persediaan begitu penting dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Dalam perusahaan industri nilai persediaan pada umumnya merupakan komponen utama dalam laporan keuangan, maka dalam penyajiaan persediaan di neraca dimasukkan klasifikasi aktiva lancer. Hal ini didasarkan pada tingkat likuiditas dari persediaan itu. Persediaan juga merupakan bagian terbesar aktiva lancar. Sehingga dalam komponen modal kerja perusahaan, disamping komponen aktiva lancer lainnya, persediaan memiliki pengaruh yang signifikan. 2. Persediaan sering kali disimpan pada lokasi yang berbeda, hal terkait dengan manajemen persediaan yang diterapkan oleh perusahaan. Pertimbangan efisiensi biaya dan ketepatan waktu pengiriman ke konsumen menjadi dasar pemilihan lokasi penempatan persediaan. Pilihan lokasi penempatan persediaan misalnya penempatan persediaan bahan baku yang cenderung mendekat ke lokasi pabrik atau penempatan persediaan barang jadi yang cenderung mendekat ke lokasi pasar yang dituju oleh perusahaan. Dilihat dari sudut perusahaan penempatan persediaan pada lokasi yang berbeda terutama didekat lokasi pabrik ataupun didekat lokasi pasar memang akan banyak membantu dalam kegiatan produksi dan pemasaran. Namun lokasi penempatan persediaan yang berbeda-beda tempat ini mengakibatkan pengendalian dan pengamatan fisik persediaan lebih sulit dilakukan. Kondisi ini menjadikan persediaan cenderung memiliki risiko yang tinggi sehingga dari sudut auditor hal tersebut akan menciptakan

permasalahan dalam pemeriksaannya. 3. Keanekaragaman jenis persediaan akan menciptakan kesulitan bagi

pemeriksa. Persediaan dengan spesifikasi yang kompleks seperti persediaan permata, bahan kimia, dan bahan pembuatan barang elektronik akan menimbulkan permasalahan bagi auditor dalam menilai dan melakukan observasi. Terdapatnya barang sejenis akan tetapi mempunyai kualitas yang

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing
atau sumber yang berbeda (seperti barang substitusi) akan menyulitkan auditor untuk membuat kesimpulan hasil pemeriksaan. Disamping itu jumlah (quantity) persediaan dalam suatu besaran tertentu yang sangat banyak membutuhkan personil dan waktu lebih banyak untuk pemeriksaan fisik (stock opname). 4. Faktor keausan (obsolescence) persediaan merupakan kompleksitas lain dalam pemeriksaan persediaan. Keausan terjadi ketika persediaan tersebut tidak dapat dijual, baik karena adanya penurunan kualitas atau ketertinggalan teknologi. Misalnya persediaan handphone memiliki risiko keusangan lebih tinggi karena model baru akan menggantikan posisi jual model lama dalam waktu yang relatif cepat, dibandingkan persediaan beras. Selanjutnya bagi auditor alokasi biaya atas persediaan yang usang akan menyulitkan pemeriksaan dalam menilai persediaan tersebut. Disamping itu penyajiaan persediaan yang aus dalam neraca juga tidak dapat ditentukan secara pasti, sehingga pada tingkat konservatif paling tinggi tidak diakuinya dalam neraca dan menjadi kerugiaan bagi perusahaan. Sehingga seringkali perusahaan yang tidak mengakui keausan dalam laporan keuangannya. 5. Tersedianya alternatif metode penilaian persediaan. Walaupun penggunaan alternatif penilaian persediaan harus dilakukan secara konsisten, tetapi banyaknya jenis persediaan terkadang memerlukan metode penilaian yang berbeda-beda.

1.2. Latihan 1

Sebutkan secara

singkat 5

(lima)

alasan yang

mendasari pentingnya

pemeriksaan terhadap persediaan!

1.3. Rangkuman

1. Dalam pelaksanaan kegiatan audit, persediaan merupakan (inventory) merupakan salah satu bagian penting seperti kegiatan pemeriksaan terhadap akun lainnya. Hal ini terjadi karena persediaan memiliki arti penting

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing
bagi setiap entitas ekonomi. Penting karena persediaan merupakan salah satu asset bagi suatu entitas ekonomi yang dapat dirubah kedalam bentuk kas (liquid). Persediaan ini dapat berupa barang yang akan langsung dijual (persediaan barang dagangan) maupun persediaan atas barang yang nantinya diperlukan dalam kegiatan produksi (persediaan bahan baku).

1.4. Test Formatif 1

Setelah mempelajari materi bahan ajr serta rangkuman, agar Saudara mudah memahami bahan ajar ini, di bawah ini test formatif yang harus Saudara kerjakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Saudara atas bahan ajar ini.

Pilihlah jawaban yang Saudara anggap paling benar dengan cara melingkari jawaban yang tersedia a, b, c atau d.

Lingkarilah huruf B jika jawaban yang tersedia Saudara anggap benar atau lingkarilah huruf S jika jawaban yang tersedia Saudara anggap salah.

1.

B-S

2. 3. 4.

B-S B-S B-S

5.

B-S

6. 7. 8.

B-S B-S B-S

Persediaan yang paling penting bagi perusahaan dagang adalah persediaan barang dagangan yang dikuasainya dan tersedia untuk dijual. Bahan baku (raw materials) dan bahan setengan jadi merupakan contoh persediaan pada perusahaan dagang. Penyajian persediaan pada laporan keuangan (neraca) dimasukkan klasifikasi aktiva tetap. Penempatan persediaan yang berbeda-beda tempat membutuhkan pengendalian dan pengamatan fisik yang lebih teliti. Persediaan dengan spesifikasi yang kompleks tidak menimbulkan permasalahan bagi auditor dalam menilai dan melakukan observasi. Pada umumnya resiko keausan (obsolence) persediaan handphone lebih tingga dibandingkan persediaan beras Terdapat beberapa alternatif metode penilaian persediaan. Metode penilaian persediaan boleh dilakukan sesuka hati tergantung dengan kebutuhan perusahaan.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing
9. B-S Pemeriksaan persediaan pada perusahaan industri lebih sulit dibandingkan dengan pemeriksaan pada perusahaan dagang. Lokasi penyimpanan persediaan yang berbeda-beda menjadikan persediaan cenderung memiliki resiko yang tinggi.

10. B - S

1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi hak dan kewajiban serta keberatan dan banding perpajakan.

TP =

Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai 91 % 81 % 71 % 61 % s.d s.d. s.d. s.d. 100 % 90,00 % 80,99 % 70,99 % : : : : Amat Baik Baik Cukup Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori Baik), maka disarankan mengulangi materi.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing
2. Kegiatan Belajar (KB) 2

ARUS PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN BIAYA


Indikator Keberhasilan : 1. mampu menjelaskan bagan Arus Bahan Baku dan Biaya 2. mampu menjelaskan;fungsi yang terkait dalam arus bahan baku dan biaya 3. mampu menjelaskan sistem Pencatatan Bahan Baku pada Perusahaan Manufaktur

2.1. Uraian dan Contoh

PT ABC, yang merupakan salah satu produsen mie dalam negeri. Dalam rangka menghasilkan barang jadinya berupa mie instant, maka PT ABC membutuhkan tepung terigu yang diimpor dari Negeri Timbuktu. Kebutuhan akan tepung terigu ini sangat menentukan dalam rangka proses produksinya sehingga tergantung pada bagian produksi. Sehingga bagian produksi akan memberikan rencana kebutuhan tepung terigu yang harus ada di gudang bahan baku kepada bagian pembelian agar bagian pembelian dapat mengatur pemesanan dan pembelian dengan supplier di Negara Timbuktu. Bila tepung terigu tersebut telah sampai di Indonesia, maka tepung terigu impor tersebut akan diterima oleh penerimaaan bahan baku. Keterangan jumlah dan jenis tepung terigu tersebut akan dicatat oleh bagian penerimaan gudang bahan baku. Sedangkan untuk harga tepung terigu impor tersebut akan dicatat oleh bagian akuntansi sebagai salah satu unsur untuk menyusun harga pokok produksi mie intan tersebut. Bila nantinya bagian produksi membutuhkan tepung terigu dalam rangka memproduksi mie instan, maka dapat segera dipenuhi oleh bagian gudang bahan baku serta sisa tepung yang masih berada di gudang dapat juga diketahui. Tepung terigu impor tersebut, sebagai bahan utama nantinya akan dicampur dengan bahan lain sebagai bahan baku penolong serta biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi mie instan. Bagian akuntansi kembali

DTSS DTSS Post Clearance Audit

Inventory Auditing
akan mencatat berbagai biaya tersebut untuk melengkapi pencatatan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga nantinya mampu ditentukan harga pokok mie instan tersebut. Setelah bagian produksi telah menghasilkan barang jadinya berupa mie instan, maka mie tersebut akan dikirimkan ke gudang barang jadi. Bagian barang jadi akan melakukan pencatatan jumlah dan jenis mie instan yang telah diterimanya. Sehingga nantinya bila bagian penjualan memperoleh pelanggan yang akan membeli mie instan tersebut, bagian gudang barang dapat memenuhinya serta dapat mengetahui jumlah persediaan dari berbagai jenis mie instan yang dihasilkan yang masih tersedia di gudang barang jadi. Bagian akuntansi akan melakukan pencatatan atas penjualan mie instan tersebut. Pencatatan ini diperlukan oleh bagian akuntasi dalam rangka untuk mengetahui jumlah laba atau rugi yang diperoleh dari hasil penjualan mie instan.

A. Bagan arus bahan baku dan biaya


Kegiatan yang berkaitan dengan persediaan tidak lepas dari kegiatan pergudangan, karena kedua kegiatan tersebut melibatkan arus bahan baku dan biaya-biaya yang akibat pengadaan persediaan tersebut seperti biaya

pengangkutan, biaya buruh dllnya. Bagan arus bahan baku dan biaya pada umumnya terdapat dalam kegiatan persediaan bahan baku dapat digambarkan dalam bagan terlampir pada lampiran1.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

10

Inventory Auditing

DTSS DTSS Post Clearance Audit

11

Inventory Auditing

DTSS DTSS Post Clearance Audit

12

Inventory Auditing
B. Fungsi yang terkait dalam arus bahan baku dan biaya
Terdapat beberapa fungsi yang berkaitan dengan arus bahan baku dan biaya yang berhubungan dengan bahan baku yaitu fungsi pemesanan pembelian, penerimaan bahan baku, penyimpanan bahan baku, proses produksi, penyimpanan barang jadi dan pencatatan. 1. Fungsi proses pemesanan pembelian (Process Purchase Order) Kegiatan pemesanan pembelian dimulai dengan adanya permintaan

(purchase requisition) dari pihak yang membutuhkan bahan baku kepada bagian yang menangani pembelian (biasanya bagian logistik atau bagian pembelian). Permintaan pembelian ini dilakukan oleh pihak yang

membutuhkan jika persediaan bahan baku telah sampai pada titik yang telah ditentukan atau permintaan ini dilakukan jika perusahaan mendapat pesanan khusus dari konsumen. Dokumen yang mendukung pelaksanaan fungsi ini adalah order pembelian yang dibuat dan disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang. Selain dokumen order pembelian, formulir permintaan pembelian merupakan dokumen pendukung fungsi ini. Formulir permintaan bukan dari pihak yang akan membeli barang akan tetapi dari pihak yang membutuhkan barang tersebut. 2. Fungsi Penerimaan Bahan Baku Fungsi ini merupakan fungsi yang paling menentukan dalam memastikan bahwa bahan baku yang diterima telah sesusai dengan spesifikasi teknik yang dikehendaki. Pihak yang bertugas menerima barang ini wajib memeriksa baik jumlah maupun mutu bahan baku yang diperiksanya. Pihak yang menerima dan memeriksa barang kemudian membuat laporan penerimaan bahan baku (receiving report) yang akan menjadi dokumen yang diperlukan sebelum pembayaran untuk bahan baku yang telah diterima dilakukan. Laporan penerimaan bahan baku tersebut sebagai dasar pencatatan penambahan bahan baku. Pada kegiatan dalam fungsi ini dokumen utamanya adalah dokumen pengiriman barang dari supplier, sedangkan dokumen pendukungnya adalah laporan penerimaan barang. 3. Fungsi penyimpanan bahan baku Setelah diterima dan diperiksa, bahan baku tersebut diserahkan kepada bagian penyimpanan (gudang) untuk menyimpan bahan baku tersebut sesuai

DTSS DTSS Post Clearance Audit

13

Inventory Auditing
dengan persyaratan penyimpanannya sampai diperlukan untuk proses produksi. Bahan baku tersebut akan dikeluarkan dari gudang uuntuk diproses jika terdapat permintaan resmi (dalam bentuk dokumen yang sudah distandarisasi) dari bagian produksi. Permintaan tersebut harus dijelaskan secara rinci jenis dan jumlah yang dimintanya. Dokumen tersebut kemudian akan digunakan oleh bagian gudang untuk memutakhirkan (update) pencatatan persediaan bahan baku dan bukti penggunaan bahan baku untuk proses produksi. Dokumen yang berhubungan dengan kegiatan fungsi ini adalah pencatatan arus bahan baku yang didukung dengan laporan penerimaan barang. 4. Fungsi proses produksi Fungsi proses produksi ini melakukan tugasnya atas dasar permintaan produksi yang biasanya datang dari bagian pemasaran. Bagian pemasaran merupakan bagianyang dominan dalam menentukan jumlah barang jadi yang akan diproduksi. Jumlah barang yang akan diproduksi ini akan didasarkan pada: a) jumlah pesanan yang diterima b) prediksi penjualan c) pemenuhan batas persediaan barang jadi yang standar d) jadwal produksi yang ekonomis (economical production runs).

Selain bagian pemasaran, adakalanya bagian pengendalian produksi dan perencanaan (Production and Planning Control) juga mempunyai tanggung jawab untuk meminta proses produksi dilakukan. Dalam pelaksanaan produksi tersebut terdapat keharusan adanya prosedur dalam rangka mempertanggungjawabkan jumlah barang jadi yang dihasilkan, pengendalian bahan sisa (scrap), pengendalian mutu dan perlindungan terhadap bahan baku yang sedang diproses. Fungsi ini juga harus menyiapkan laporan produksi dan laporan sisa bahan sehingga bagian akuntansi dapat mencatat perubahan jumlah persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi. Dalam setiap perusahaan industri, struktur pengedalian intern yang memadai atas akuntansi biaya merupakan bagian yang sangat penting pada fungsi ini. Dalam hal pencatatan biaya produksi yang terjadi terdapat dua sistem yang sangat umum digunakan dalam akuntansi biaya yaitu job-cost system dan

DTSS DTSS Post Clearance Audit

14

Inventory Auditing
process-cost system. Perbedaan utama dari kedua sistem ini adalah apakah biaya produksi dikumpulkan berdasarkan jenis pekerjaan (job cost) atau biaya tersebut dikumpulkan berdasarkan peoses yang dilakukan (process cost). Catatan yang diperlukan dalam akuntansi biaya pada proses produksi antara lain master files, worksheets dan laporan yang mengakumulasi biaya bahan baku, upah langsung dan biaya tidak langsung pada saat biaya tersebut terjadi. Setelah proses produksi tersebut selesai, biaya yang berhubungan tersebut ditransfer dari barang setengah jadi ke barang jadi. Dokumen yang digunakan dalam kegiatan fungsi ini adalah bukti permintaan bahan dari gudang dan juga catatan akuntansi biaya. 5. Fungsi penyimpanan barang jadi Fungsi ini diperlukan jika hasil produksi barang jadi tidak langsung diserahkan atau dijual kepada pelanggan. Terdapatnya tenggang waktu antara saat selesainya produksi dengan saat barang jadi diserahkan kepada pembeli memaksa perusahaan untuk menyimpan barang tersebut dalam wilayah perusahaan. Dokumen yang digunakan dalam kegiatan fungsi ini adalah pencatatan barang jadi dan catatan akuntansi biaya. 6. Fungsi pencatatan Tujuan utama fungsi ini adalah mencatat arus bahan baku yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat diketahui jumlah bahan baku yang digunakan untuk proses produksi dan jumlah bahan baku yang seharusnya masih tersedia dalam gudang. Sebagaimana telah dijelaskan dalam inventory accounting bahwa terdapat dua sistem pencatatan yang dapat digunakan dalam mencatat arus lalu lintas bahan baku yaitu sistem perpetual dan periodik. Modul ini tidak akan menguraikan kedua jenis sistem pencatatan tersebut karena telah dibahas di modul Akuntansi Dasar I.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

15

Inventory Auditing
C. Sistem Pencatatan Manufaktur Bahan Baku Pada Perusahaan

Sistem Produksi perusahaan manufaktur terbagi atas 2 (dua) macam yaitu : 1. Produksi berdasarkan pesanan (Job-order) 2. Produksi Massa (Process-cost)

1. Produksi berdasarkan pesanan (Job-order) Perusahaan manufaktur yang memproduksi berdasarkan pesanan mencatat biaya-biaya yang dikeluarkan berdasarkan nomor dan tanggal pesananpesanan tersebut. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan baku/penolong, biaya upah buruh, dan biaya overhead pabrik. Pada sistem produksi pesanan, auditor dengan mudah dapat

mengidentifikasikan pemakaian bahan baku/penolong ke nomor pesanan tertentu dan mendapatkan data hasil produk jadinya. Sehingga perhitungan konversi pemakaian bahan dapat ditentukan per pesanan. Dengan

mempunyai data perhitungan konversi per pesanan maka auditor akan dapat membandingkan konversi yang sejenis sehingga penentuan kewajaran pemakaian bahan dapat dilaksanakan dengan mudah. Pengiriman pesanan akan dilaksanakan sesuai kontrak. Rencana produksi akan mengikuti rencana pengiriman. Barang yang dikirim lebih awal harus diproduksi lebih dahulu. 2. Produksi Massa (Process-cost) Perusahaan manufaktur yang memproduksi secara massa mencatat biaya bahan baku berdasarkan dokumen permintaan bahan dari bagian produksi. Umumnya biaya-biaya tersebut dikumpulkan sesuai dengan batch/lot produksi. Jadi pada dasarnya sistem pencatatan biaya baik pada sistem pesanan ataupun sistem produksi massa mempunyai kesamaan. Perhitungan konversi dapat dihitung berdasarkan batch/lot produksi tertentu. Penjualan baik lokal maupun ekspor berdasarkan batch/lot produksi tertentu. Hal ini sesuai dengan hasil dari rencana produksi yang telah disusun lebih dahulu. Perlu diingat bahwa Bagian Produksi merencanakan dan

melaksanakan produksi berdasarkan rencana penjualan Bagian Marketing.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

16

Inventory Auditing
Jadi barang yang selesai diproduksi paling awal akan dijual lebih awal daripada produksi berikutnya.

2.2. Latihan 2
Pada tanggal 31 Oktober 2007, terjadi kebakaran pada gudang persediaan barang dagangan PT Selaras Sentosa. Berdasarkan catatan akuntansi yang tersedia, diperoleh keterangan bahwa pemeriksaan fisik terakhir yang dilaksanakan adalah pada tanggal 31 Desember 2006. Dari hasil pemeriksaan fisik tersebut, diketahui bahwa nilai persediaan pada tanggal tersebut: Rp 329.500,00. Dari data akuntansi, diketahui bahwa selama tahun 2007, PT Selaras Sentosa telah melakukan pembayaran kepada para pemasok/ suplier untuk seluruh jenis persediaan barang dagangan sebesar Rp 1.015.000,00. Sedangkan yang belum dibayar per tanggal 01 Januari 2007 adalah sebesar Rp 260.000,00. Berdasarkan data pada buku besar pembantu hutang kepada supplier, diketahui terdapat hutang sebesar Rp 315.000,00 yang jatuh tempo pada saat terjadinya kebakaran. Selama Januari s/d Oktober 2007 (10 bulan), terdapat setoran ke bank sejumlah Rp 1.605.000,00 yang seluruhnya berasal dari hasil penjualan barang dagangan ke para pembeli kecuali Rp 100.000,00 yang merupakan cicilan atas pinjaman dari bank. Piutang usaha pada awal tahun 2007 sejumlah: Rp 328.000,00 dan piutang usaha per tanggal 31 Oktober 2007 adalah Rp 275.000,00. Prosentase laba kotor atas penjualan selama empat tahun sebelumnya adalah: 2003 2004 28% 25% 2005 2006 23% 24%

Berdasarkan data diatas, hitunglah taksiran nilai persediaan di gudang pada saat terjadinya kebakaran.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

17

Inventory Auditing
2.3. Rangkuman
1. Persediaan merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pergudangan, karena di dalamnya melibatkan arus bahan baku dan biaya yang berhubungan dengan persediaannya. Hal ini menyebabkan dalam arus persediaan akan melibatkan berbagai fungsi seperti proses

pemesanan pembelian, penerimaan, penyimpanan, produksi, penyimpanan barang jadi serta pencatatan.

2.4. Tes Formatif 2


Lingkarilah huruf B untuk benar dan S untuk salah untuk pernyataan-pernyataan berikut:

1. 2.

B-S B-S

3.

B-S

4.

B-S

5. 6. 7.

B-S B-S B-S

8. 9.

B-S B-S

10. B - S

Order pembelian yang dibuat harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang. Fungsi penerimaan barang merupakan fungsi yang paling menentukan bahwa barang yang dibeli telah sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki. Bahan baku hanya dapat dikeluarkan dari gudang untuk diproses jika terdapat terdapat permintaan resmi dari bagian produksi. Dokumen yang berkaitan dengan fungsi penyimpanan bahan baku adalah laporan penerimaan bahan baku dan dokumen pengiriman barang. Jumlah barang yang diproduksi hanya berdasarkan jumlah pesanan yang diterima. Bagian pengendalian produksi mempunyai tanggung jawab dalam produksi barang. Job cost system adalah sistem pencatatan biaya dimana biaya produksi dikumpulkan berdasarkan proses yang dilakukan. Hasil produksi barang dapat langsung diserahkan ke pelanggan tanpa melalui proses penyimpanan barang jadi. Fungsi pencatatan hanya untuk mengetahui jumlah b ahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Jadwal produksi yang ekonomis dapat dijadikan dasar untuk melakukan produksi barang.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

18

Inventory Auditing
2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi hak dan kewajiban serta keberatan dan banding perpajakan.

TP =

Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai 91 % 81 % 71 % 61 % s.d s.d. s.d. s.d. 100 % 90,00 % 80,99 % 70,99 % : : : : Amat Baik Baik Cukup Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori Baik), maka disarankan mengulangi materi.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

19

Inventory Auditing
3. Kegiatan Belajar (KB) 3

BAGIAN-BAGIAN PEMERIKSAAN BAHAN BAKU


Indikator Keberhasilan : Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu menjelaskan :

1. Mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan 2. Mampu menjelaskan bagian-Bagian dalam pemeriksaan bahan baku 3. Mampu memadukan pengujian

3.1. Uraian dan Contoh

A.

Tujuan Pemeriksaan
Setiap penugasan pemeriksaan harus menyatakan dengan jelas tujuan

pemeriksaan yang akan dilaksanakan. Demikian pula penugasan untuk melakukan pemeriksaan terhadap persediaan bahan baku, Auditor atau instansi auditor harus lebih dahulu merumuskan tujuan yang akan dicapai dalam pemeriksaan tersebut. Manfaat perumusan tujuan pemeriksaan yang jelas adalah pertama akan memudahkan auditor membuat kesimpulan hasil

pemeriksaannya, kedua akan memudahkan auditor menyusun langkah kerja yang harus dilaksanakan. Pada umumnya tujuan pemeriksaan terhadap persediaan bahan baku adalah meyakinkan atau menentukan bahwa bahan baku yang telah dibeli, dipergunakan, disimpan dan telah dicatat serta dilaporkan secara wajar. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah tujuan yang biasanya ditetapkan pada pemeriksaan keuangan (general audit) yang akhirnya auditor akan memberi opini dimana pemeriksaan atas persediaan bahan baku merupakan bagian dari seluruh pemeriksaan. Tujuan tersebut jika diperlukan dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaannya.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

20

Inventory Auditing
B. Bagian-bagian dalam pemeriksaan bahan baku

1. Pemeriksaan atas pembelian dan pencatatan bahan baku


Pemeriksaan pada tahap ini akan meliputi pemeriksaan terhadap kegiatan pesanan pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku. Pemeriksaan atas kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut : a. Kenali dan telaah sistem pengendalian intern atas kegiatan tersebut. Sebelum memulai pemeriksaan atas kegiatan ini auditor pertama harus mempelajari sistem pengendalian internal, sehinga auditor dapat mengerti prosedur pembelian, penerimaan, dan pencatatan bahan baku. Terdapat beberapa tehnik yang sering dan dapat digunakan untuk mempelajari sistem pengendalian ini yaitu dengan : Mempelajari prosedur tertulis yang dimiliki oleh perusahaan.

Prosedur tertulis ini kadangkala tersedia dalam bentuk narasi (uraian) dan juga dalam bentuk bagan arus (flow chart). meminta perusahaan untuk menjelaskan secara lisan apa yang dilakukan jika kegiatan tersebut berlangsung b. Menelaah sistem tersebut Setelah auditor mempelajari atau mendapat gambaran tentang sistem pengendalian tersebut, selanjutnya auditor menelaah sistem

tersebut.penelaahan tersebut hars dilakukan secara kritis sehingga auditor mampu menentukan atau menyimpulkan bahwa sistem yang dipergunakan cukup kuat atau lemah. c. Melakukan pengujian substantif atas sistem yang berlaku Setelah sistem dimengerti, auditor selanjunya melakukan pengujian dalam rangka mengetahui bagaimana sistem tersebut diterapkan. Dalam kegaiatan ini auditor harus waspada/ mampu membedakan antara sistem pengendalian yang tertulis dengan sistem pengendalian yang diterapkan. Seringkali perusahaan mempunyai sistem pengendalian intern tertulis yang sangat baik akan tetapi sistem tersebut tidak diterapkan.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

21

Inventory Auditing
2. Pemeriksaan atas pengunaan bahan baku dan perhitungan harga pokok
Kegiatan yang tercakup dalam pemeriksaan ini adalah pengeluaran bahan baku dari gudang untuk digunakan dalam proses produksi , pengolahan bahan baku menjadi barang jadi dan penyimpanan barang jadi. Pencatatan akuntansi yang harus dikerjakan perusahaan berkaitan dengan kegiatan tersebut diatas adalah kegiatan akuntansi biaya (cost accounting). Auditor sebelum melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan ini harus memahami suatu kondisi bahwa struktur pengendalian intern akuntansi biaya suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan karena berbedanya jenis industi serta ukuran industri

perusahaan tersebut. Perusahaan yang bergerak dalam industri elektronik akan mempunyai akuntansi biaya yang berbeda dengan perusahaan berat pertanian. Demikian pula perusahaan kecil dimana pemiliknya terlibat dalam operasi perusahaan akan mempunyai akntansi biaya yang lebih sederhana dibandingkan dengan perusahaan yang besar. Dalam kegiatan pemeriksaan pada tahap ini, hal yang perlu diperhatikan oleh auditor adalah: a. Pengendalian akuntansi biaya (cost accounting controls) Pengendalian terhadap akuntansi biaya adalah pengendalian yang berkaitan dengan fisik bahan abku dan biaya yang berkaitan dengan penggunaan bahan baku tersebut. Untuk lebih mudah dimengerti pengendalian yang diperlukan dalam kegiatan ini akan meliputi

pengendalian terhadap bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Hampir setiap perusahaan memerlukan pengendalian terhadap hartanya guna mencegah terjadinya kehilangan akibat salah penggunaan atau kerurian. Pemisahan atas pencatatan dan penyimpanan fisik serta pembatasan hak akses terhadap bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi merupakan salah satu pengendalian yang utama untuk melindungi harta. Penggunaan prenumbered document yang disetujui dalam mengotorisasikan pemindahan barang juga merupakan cara untuk melindungi harta perusahaan. Penggunaan pencatatan persediaan

DTSS DTSS Post Clearance Audit

22

Inventory Auditing
dengan metode perpetual yang dikerjakan oleh petugas yang menguasai fisik barang juga merupakan sarana efektif dalam mengendalikan harta. Catatan ini dapat memberikan informasi mengenai jumlah persediaan yang seharusnya ada serta informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar dimulai suatu produksi atau suatu pemesanan pembelian. Disamping itu catatan ini pula yang dapat digunakan pemeriksaan pengadaan penggunaan fisik, bahan bahan seperti baku, baku halnya auditor harus pemeriksaan dalam terlebih sebagai sarana terhadap proses terhadap dan

pemeriksaan dahulu

mengenali

mempelajari sistem pengendalian internnya b. Pengujian terhadap akuntansi biaya Dalam pemeriksaan terhadap akuntansi biaya metodologi yang harus diikuti dalam menentukan pengujian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut (lihat bagan) :

Pahami Struktur pengendalian intern Sistem Akuntansi Biaya

Tetapkan resiko pengendalian yang direncanakan Sistem Akuntansi Biaya

Evaluasi cost-benefit pengujian pengendalian

Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk sistem akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan audit transaksi

Prosedur audit Ukuran sample Item yang dipilih Saat pelaksanaan

DTSS DTSS Post Clearance Audit

23

Inventory Auditing
Pertama pahami struktur pengendalian intern perusahaan pada sistem akuntansi biaya apakah sudah memadai. Dari pemahaman terhadap struktur pengendalian intern perusahaan pada sistem akuntansi biaya tersebut dapat ditetapkan resiko pengendalian yang direncanakan. Resiko pengendalian

merepresentasikan penilaian auditor terhadap salah saji material yang tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern perusahaan. Evaluasi cost-benefit pengujian menentukan pemeriksaan luas di pemeriksaan tingkat pengendalian dilakukan di tingkat substantif. untuk Hasil struktur

pengendalian

menunjukkan

pengendalian intern rendah maka pengujian di tingkat substantif diperluas. Hal ini akan meningkatkan biaya yang diperlukan dan begitu pula sebaliknya. Selanjutnya merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk sistem akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan audit transaksi.

Dalam mengaudit akuntansi biaya, auditor berkepentingan terhadap beberapa aspek, yaitu :

Pengendalian fisik (physical controls) Pengujian tentang mamadai tidaknya pengendalian fisik atas bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi harus dibatasi pada pengamatandan tanya jawab. Sebagai contoh, auditor harus memeriksa area penyimpangan bahan baku untuk menentukan apakah bahan baku telah dilindungi dari pencurian dan

penyalahgunaan dengan adanya gudang yang terkunci. Adanya gudang yang terkunci dan ditangani pegawai yang kompeten, biasanya terdapat pada sistem penyimpanan persediaan yang baik. Jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian persediaan demikian tidak memadai sehingga sulit untuk menghitungnya, auditor harus memperluas pengamatannya melalui pengujian persediaan fisik untuk meyakinkan bahwa perhitungan yang memadai telah dilakukan.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

24

Inventory Auditing
Dokumen dan catatan pemindahan persediaan (Documents and records for transferring inventory) Perhatian utama auditor dalam hal pemindahan persediaan adalah apakah pemindahan yang dicatat benar terjadi, pemindahan yang terjadi telah dicatat, jumlah diskripsi dan tanggal transaksi dicatat dengan tepat. Pertama auditor memahami yang relevan struktur dapat

pengendalian

intern

sebelum

pengujian

dilakukan, kemudian pengujian catatan dan dokumen dilakukan.

melalui pemeriksaan terhadap

Berkas Induk Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory Master Files) Pengujian atas berkas induk persediaan perpetual untuk mengurangi pengujian fisik atau mengubah saat pelaksanaannya dilakukan dengan pemeriksaan dokumen, yaitu dokumen untuk verifikasi pembelian bahan yang mendukung pengurangan

persediaan bahan dan peningkatan barang jadi, pengurangan persediaan barang jadi. Auditor harus menyadari bahwa adanya perpetual inventory master files yang memadai akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap penentuan waktu dan luasnya pemeriksaan persediaan bahan baku. Pengujian terhadap perpetual inventory master files ini mempunyai tujuan untuk mengurangi luasnya pengujian terhadap fisik persediaan.

Catatan biaya per unit (unit cost records) Pencatatan akuntansi biaya yang memadai harus diintegrasikan dengan catatan produksi dan catatan akuntansi lain untuk

mendapatkan biaya yang akurat untuk semua produk. Auditor harus memahami internal control, dan pengujian dilakukan sebagai bagian dari pengujian terhadap perolehan, penjualan dan penggajian. Pengalokasian overhead juga harus dievaluasi. Tujuan pengujian ini untuk dapat meyakinkan auditor bahawa arus data biaya yang terjadi adalah akurat. Hal ini sangat penting karena catatan ini akan

DTSS DTSS Post Clearance Audit

25

Inventory Auditing
menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan informasi harga pokok yang akurat.

3. Pemeriksaan terinci terhadap saldo persediaan bahan baku.


Pemeriksaan terinci atas saldo persediaan bahan baku dipengaruhi oleh hasil pengujian beberapa siklus lainnya, yaitu siklus persediaan dan pergudangan, siklus penjualan dan penerimaan kas, siklus perolehan dan pembayaran, serta siklus penggajian dan kepegawaian. Pemeriksaan atas persediaan merupakan salah satu pemeriksaan yang komplek, karena itu pengujian terinci ini dibahas dalam dua aspek, yaitu pengamatan fisik dan penetapan harga dan kompilasi.

a. Pengamatan fisik persediaan

Sebelum

periode

akhir

1930-an,

auditor

pada

umumnya

menghindari tanggung jawab dalam menentukan baik eksistensi atau adanya bahan baku maupun ketepatan perhitungan bahan baku. Bukti pemeriksaan persediaan adalah pernyataan management mengenai ketepatan jumlah persediaan yang tercatat dalam laporan keuangan. Pada tahun 1938, apa yang selama ini dilakukan di Amerika Serikat berkaitan dengan pemeriksaan atas persediaan berakibat fatal.

Kesimpulan pemeriksaan atas persediaan yang hanya berdasarkan pada pernyataan manajemen mengenai jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan ternyata tidak benar. Dari sejumlah aktiva yang tercantum dalam laporan keuangan, sebagian diantaranya adalah nilai persediaan fiktif. Pada saat itu auditor yang memeriksa dan memberi kesimpulan tentang hasil pemeriksaan tersebut dianggap lalai karena norma pemeriksaan belum mensyaratkan dilakukan pengamatan fisik atau observasi fisik atas persediaan. Atas kejadian tersebut, asosiasi auditor kemudian mengeluarkan norma yang mewajibkan auditor untuk

mengevaluasi prosedur perhitungan fisik dan melakukan pengamatan terhadap kegiatan perhitungan fisik barang oleh perusahaan. Dalam norma tersebut juga diuraikan mengenai perbedaan antara kegiatan

DTSS DTSS Post Clearance Audit

26

Inventory Auditing
pengamatan dengan tanggung jawab perhitungan fisik persediaan. Perusahaan bertanggung jawab dalam menentukan prosedur

pemeriksaan fisik dan sekaligus mencatat hasil perhitungan tersebut. Sedangkan tanggung jawab auditor adalah mengevaluasi dan mengamati persediaan fisik klien serta mengambil kesimpulan mengenai keberadaan persediaan fisik. Ketentuan pemeriksaan fisik tidak dapat diterapkan kalau persediaan berada dalam gudang umum. Ketentuan dalam norma menganjurkan untuk menyertakan langkahlangkah berikut dalam tanya jawab tambahan, dalam keadaan yang dipandang perlu oleh auditor : - Menguji prosedur pengamatan yang digunakan oleh pemilik gudang atas penjaga gudang dan menilai kinerja penjaga gudang - Memperoleh laporan auditor independen atas prosedur pengawasan yang digunakan penjaga gudang yang berhubungan dengan penyimpanan barang atau menerapkan prosedur alternatif di gudang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa informasi yang diterima dari penjaga gudang dapat diandalkan. - Melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik barang, jika dapat dilaksanakan dan beralasan. Secara garis besar prosedur pemeriksaan dalam pengamatan fisik yang harus diperhatikan auditor adalah sebagai berikut : 1. Pengendalian Intern Hal-hal yang harus diperhatikan : Petunjuk yang jelas mengenai penghitungan fisik Verifikasi intern yang independen atas perhitungan Rekonsiliasi independen antara hasil penghitungan dengan berkas perpetual Pengendalian yang cukup atas kertas kerja 2. Keputusan Audit Keputusan auditor dalam hal pengamatan fisik persediaan secara umum bersifat sama dengan audit lainnya yaitu : Memilih prosedur audit Saat pelaksanaan

DTSS DTSS Post Clearance Audit

27

Inventory Auditing
Ukuran sampel Pemilihan pos atau unsur 3. Pengujian Pengamatan Fisik Hal yang terpenting dilakukan oleh auditor adalah menentukan apakah perhitungan fisik telah dilakukan sesuai instruksi yang telah ditetapkan, untuk itu auditor harus melakukan hal-hal sebagai berikut : Hadir saat penghitungan fisik Memahami jenis usaha klien Menelusuri semua bagian dimana persediaan digudangkan Membandingkan persediaan bernilai tinggi ke angka penghitungan tahun sebelumnya dan berkas induk persediaan perpetual Dalam rangka pelaksanaan audit di Bidang Kepabeanan dan Cukai, penghitungan fisik persediaan (bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, scrap, barang modal) merupakan salah satu unsur yang sangat penting dan vital. Sebagai contoh; hasil penghitungan fisik akan dibandingkan dengan saldo persediaan berdasarkan pencatatan

akuntansi milik objek audit (auditee). Dari hasil perbandingan ini, auditor akan dapat memperoleh indikasi kemungkinan adanya penyimpangan atas penggunanan barang persediaan dan lainnya. Seluruh hal tersebut merupakan indikasi awal yang nantinya dapat dipergunakan sebagai penunjuk arah bagi auditor dalam pembuktian selanjutnya atas berbagai kemungkinan penyimpangan tersebut. Namun dalam audit di Bidang Kepabeanan dan Cukai, tidak seluruh pelaksanaan audit memerlukan penghitungan fisik persediaan. Hal ini terkait dengan jenis audit serta jenis auditee. Dalam audit tentang keberatan harga, penghitungan fisik persediaan tidak diperlukan. Karena yang menjadi fokus utama dalam audit keberatan ini adalah pembuktian tentang nilai transaksi. Audit di Bidang Kepabeanan dan Cukai terhadap importir umum, penghitungan fisik persediaan juga tidak diperlukan. Mengapa?

DTSS DTSS Post Clearance Audit

28

Inventory Auditing
b. Audit atas penetapan harga dan kompilasi

Penetapan harga mencakup semua pengujian atas biaya per unit apakah sudah tepat. Sedangkan kompilasi mencakup seluruh pengujian atas pengikhtisaran penghitungan fisik, perkalian harga dengan kuantitas, penjumlahan ikhtisar persediaan dan penelusuran saldo ke buku besar. Secara garis besar prosedur yang harus dilakukan untuk pemeriksaan terhadap penetapan harga dan kompilasi yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Pengendalian Penetapan Harga dan Kompilasi Hal-hal yang harus diperhatikan : Penggunaan biaya standar Penelaahan biaya per unit Penelaahan persediaan yang rusak, usang, perputarannya lambat atau salah saji. Dokumen dan catatan yang memadai dari perhitungan fisik Verifikasi intern oleh personel yang cakap dan independen Kartu persediaan bernomor (prenumbered document) 2. Prosedur Penetapan Harga dan Kompilasi Kerangka acuannya adalah daftar persediaan yang didapat dari klien yang mencantumkan deskripsi, jumlah, harga perunit dan nilai perkalian dari tiap-tiap jenis persediaan. Daftar persediaan terdiri dari deskripsi jenis persediaan menurut bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi yang disusun terpisah. Jumlahnya sama dengan angka pada buku besar. 3. Penilaian Persediaan Dalam melakukan pengujian harga, tiga hal yang terpenting mengenai metode penetapan harga yaitu harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, penerapannya konsisten dari tahun ke tahun dan mempertimbangkan antara nilai pasar dengan nilai penggantian (replacement cost).

DTSS DTSS Post Clearance Audit

29

Inventory Auditing
C. Memadukan Pengujian

1. Pemaduan pengujian atas siklus perolehan dan pembayaran Saat verifikasi perolehan, biaya pembelian dapat mengalir langsung ke harga pokok persediaan, persediaan akhir bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. 2. Pemaduan pengujian atas siklus penggajian dan kepegawaian Saat verifikasi biaya buruh, pencatatan biaya akuntansi untuk upah buruh langsung dan tidak langsung dapat diuji dengan siklus ini. 3. Pemaduan pengujian atas siklus penjualan dan penerimaan kas Audit untuk penyimpanan barang jadi, pengiriman harga pokok persediaan standar dilakukan dengan siklus ini. 4. Pengujian atas akuntansi biaya Dimaksudkan untk verifikasi pengendalian yang mempengaruhi persediaan tetapi tidak diverifikasi dalam ketiga siklus diatas. 5. Persediaan fisik, kompilasi, penetapan harga Audit ini penting karena kekeliruan pada salah satu menyebabkan salah saji persediaan dan harga pokok persediaan.

3.2. Latihan 3
PT Maju Bersama merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi (trading company). Pada tanggal 15 Agustus 2007, gudang milik PT Maju Bersama mengalami kebakaran. Persediaan dan catatan akuntansi yang tersimpan dalam gudang tersebut hangus. Meskipun persediaan yang berada dalam gudang tersebut tidak diasuransikan namun beberapa barang yang tersisa masih dapat dijual kembali sebagai barang rusak. Dari data dan catatan yang terdapat di bagian akuntansi, diperoleh data sebagai berikut:
Persediaan (Inventory) per 1 Januari 2007 Pembelian (Purchase) per 01 s/d 15 Agustus 2007 Penjualan tunai (Cash Sales) per 01 s/d 15 Agustus 2007

Rp Rp Rp

275.000,00 1.185.000,00 225.000,00

DTSS DTSS Post Clearance Audit

30

Inventory Auditing
Hasil tagihan piutang per 01 s/d 15 Agustus 2007 Piutang usaha (Account Receivable) per 01 Agustus 2007 Piutang usaha (Account Receivable) per 15 Agustus 2007 Nilai sisa persediaan Persentase laba kotor dari penjualan

Rp Rp Rp Rp Rp

1.732.000,00 187.500,00 265.000,00 3.500,00 32%

Berdasarkan data diatas, hitunglah kerugian persediaan akibat kebakaran tersebut.

3.3. Rangkuman

Tujuan pemeriksaan terhadap persediaan bahan baku adalah meyakinkan atau menentukan bahwa bahan baku yang telah dibeli, dipergunakan, disimpan dan telah dicatat serta dilaporkan secara wajar. Dalam rangka memperoleh keyakinan tersebut, maka auditor harus melakukan pemeriksaan terhadap berbagai prosedur yang terkait seperti pengadaan bahan baku, pencatatan atas pengadaan tersebut, penggunaan bahan baku serta pencatatan atas biaya-biaya yang terkait dengan perhitungan harga pokok.

3.4. Test formatif - 3


Lingkarilah jawaban yang Saudara anggap benar dari alternatif jawaban yang tersedia di bawah ini : 1. Manfaat perumusan tujuan pemeriksaan yang jelas adalah... a. Memudahkan auditor membuat kesimpulan hasil pemeriksaan b. Menentukan bahan baku yang telah dibeli c. Menentukan barang jadi yang disimpan di gudang d. Memeriksa kewajaran laporan persediaan

2. Manfaat mempelajari sistem pengendalian internal perusahaan yang akan diaudit adalah... a. Memudahkan auditor membuat kesimpulan hasil pemeriksaan b. Mengerti prosedur pembelian, penerimaan, dan pencatatan bahan baku

DTSS DTSS Post Clearance Audit

31

Inventory Auditing
c. Menentukan sistem yang dipergunakan cukup kuat atau lemah d. Membedakan sistem pengendalian yang tertulis dengan sistem pengendalian yang diterapkan 3. Evaluasi cost-benefit pengujian pengendalian ditujukan untuk... a. Memahami struktur pengendalian persediaan b. Menentapkan resiko pengendalian yang direncanakan c. Menentukan luas pemeriksaan di tingkat substantif d. Memenuhi tujuan audit transaksi

4. Resiko pengendalian yang ditetapkan auditor menggambarkan... a. Penilaian auditor terhadap salah saji material yang terdeteksi oleh struktur pengendalian internal perusahaan b. Penilaian auditor terhadap salah saji material yang tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian internal perusahaan c. Penilaian auditor terhadap salah saji tidak material yang tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian internal perusahaan d. Penilaian auditor terhadap salah saji tidak material yang tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian internal perusahaan

5. Tujuan pengujian terhadap perpetual inventory master files adalah... a. Menentukan nilai persediaan perusahaan b. Mengurangi luas pengujian terhadap fisik persediaan c. Menambah luas pengujian terhadap fisik persediaan d. Menambah prosedur pemeriksaan terhadap persediaan 6. Tujuan pengujian catatan biaya per unit (unit cost records) adalah... a. Menentukan nilai persediaan perusahaan b. Mengurangi luas pengujian terhadap fisik persediaan c. Menambah luas pengujian terhadap fisik persediaan d. Meyakinkan auditor bahwa arus data biaya yang terjadi adalah akurat

DTSS DTSS Post Clearance Audit

32

Inventory Auditing
7. Dalam pengujian pengamatan fisik yang perlu dilakukan seorang auditor adalah... a. Tidak perlu hadir saat pengujian fisik b. Memahami jenis usaha klien c. Menelusuri sebagian dimana persediaan digudangkan d. Membandingkan persediaan bernilai rendah ke angka penghitungan tahun sebelumnya dan berkas induk persediaan perpetual

8. Yang tidak termasuk hal yang berkaitan dengan metode penetapan harga adalah... a. Harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum b. Jumlahnya sama dengan an gka pada buku besar c. Penerapannya konsisten dari tahun ke tahun d. Mempertimbangkan antara nilai pasar dengan nilai penggantian

9. Audit atas pengiriman harga pokok persediaan standar dilakukan pada siklus... a. Pemaduan pengujian atas siklus perolehan dan pembayaran b. Pemaduan pengujian atas siklus penggajian dan kepegawaian c. Pemaduan pengujian atas siklus penjualan dan penerimaan kas d. Pengujian atas akuntansi biaya

10. Dalam pelaksanaan audit di bidang Kepabeanan dan Cukai, penghitungan fisik tidak dilakukan terhadap objek audit berupa.... a. perusahaan penerima fasilitas KITE. b. perusahaan di Kawasan Berikat. c. perusahaan di Gudang Berikat. d. importir umum terhadap importasi tanpa fasilitas/ PIB bayar.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

33

Inventory Auditing
3.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut :
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini. Hitung jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi hak dan kewajiban serta keberatan dan banding perpajakan.

TP =

Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai 91 % 81 % 71 % 61 % s.d s.d. s.d. s.d. 100 % 90,00 % 80,99 % 70,99 % : : : : Amat Baik Baik Cukup Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori Baik), maka disarankan mengulangi materi. ***

DTSS DTSS Post Clearance Audit

34

Inventory Auditing

PENUTUP
Auditor yang profesional sangat dibutuhkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka tugas audit Kepabeanan dan Cukai. Dengan membaca modul Inventory Audiingt ini diharapkan pembaca mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang utuh tentang bagaimana melakukan pemeriksaan terhadap persediaan perusahaan. Pengetahuan dan ketrampilan yang utuh tentang Inventory Auditing sangat membantu dalam pelaksanaan tugas audit pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

35

Inventory Auditing

TES SUMATIF
1. Secara umum, dalam neraca (balance sheet), saldo persediaan akan dikelompokkan sebagai.... a. aktiva tetap (fixed assets) b. aktiva lancar (current assets) c. aktiva tidak tetap (non current assets) d. aktiva tak berwujud (intangible assets)

2. Dalam menentukan biaya persediaan, mana dari pos-pos berikut yang harus dimasukkan sebagai biaya persediaan : Potongan biaya persediaan discount) a. b. c. d. Ya Ya Tidak Tidak pembelian Biaya angkut pembelian (purchase persediaan yang tidak diambil

Tidak Ya Ya Tidak

3. Tujuan pengujian terhadap perpetual inventory master files adalah a. mengetahui nilai persediaan b. mengurangi luas pengujian terhadap fisik persediaan c. meningkatkan kinerja pegawai bagian pembelian d. menambah prosedur pemeriksaan terhadap persediaan

4. Agar jumlah dari setiap jenis persediaan barang dagangan dapat selalu tersedia, maka sebaiknya dipergunakan sistem persediaan.... a. periodic b. perpetual c. accrual d. cash basis

DTSS DTSS Post Clearance Audit

36

Inventory Auditing
5. Manakah dibawah ini yang bukan termasuk persediaan barang jadi atau bahan baku yang harus diakui pada saat pelaksanaan penghitungan fisik (stock opname) oleh auditor a. persediaan baju wanita beserta asesorisnya pada perusahaan garment. b. persediaan pakaian pria dewasa yang telah terjual namun oleh pembeli dititipkan terlebih dahulu (consignment in), pada perusahaan garment. c. persediaan benang yang telah dibeli dari supplier dalam negeri. d. persediaan kain 100% katun (cotton 100%) yang telah sampai di gudang bahan baku namun pembayarannya dengan mencicil (instalment payment)

6. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya penjualan bahan baku ke DPIL oleh perusahaan di kawasan berikat, yang tidak mempergunakan/ tidak dilindungi dokumen kepabeanan, kecuali... a. memeriksa buku besar penjualan b. memeriksa buku besar penerimaan kas atau bank c. memeriksa buku besar sewa kantor d. memeriksa buku besar penerimaan kas lain-lain (other revenue)

7. Alasan utama pemeriksaan fisik tidak dapat diterapkan bila persediaan bahan baku berada dalam gudang umum adalah.... a. banyaknya jumlah barang sehingga menyulitkan auditor melakukan penghitungan fisik. b. gudang menjadi sempit sehingga membuat ruang gerak auditor menjadi tidak bebas saat melakukan penghitungan fisik. c. bahan baku objek audit (auditee) akan menjadi tercampur sehingga auditor akan kesulitan memperoleh hasil penghitungan fisik yang akurat. auditee tidak mampu memberikan keyakinan untuk

memisahkan persediaan miliknya. d. objek audit tidak mematuhi peraturan bahwa bahan baku tidak boleh dsimpan didalam gudang umum.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

37

Inventory Auditing
8. Manakah berikut ini yang tidak termasuk persediaan.... a. persediaan bahan baku berupa kancing dalam industri konveksi (garmen). b. persediaan bahan baku berupa kertas pola baju pada industri konveksi (garmen). c. persediaan bahan baku berupa kain pada industri konveksi (garmen). d. persediaan kertas hvs yang dipergunakan dalam kegiatan

administrasi kantor pada industri konveksi (garmen). 9. Fungsi prenumbered document sebagai salah satu alat pengendalian internal (internal control) atas persediaan adalah. a. untuk mempermudah pengecekan terhadap kemungkinan adanya dokumen yang dibuat tidak sesuai keadaan sebenarnya (fiktif). b. mengecek ketersediaan persediaan sehingga tidak terjadi

kekurangan bahan baku dalam proses produksi. c. untuk mengetahui spesifikasi bahan telah sesuai kebutuhan. d. alat dalam rangka memvalidasi pembayaran.

10. Dalam pelaksanaan audit di bidang Kepabeanan dan Cukai, penghitungan fisik tidak dilakukan terhadap objek audit berupa.... a. perusahaan penerima fasilitas KITE. b. perusahaan di Kawasan Berikat. c. perusahaan di Gudang Berikat. d. importir umum terhadap importasi tanpa fasilitas/ PIB bayar.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

38

Inventory Auditing

KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 1 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. B S S B S B B S B B Test Formatif 2 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. B B B S S B S B S B Test Formatif 3 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. A B C B B D B B C D

Tes Sumatif : 1. B. 2. A. 3. B. 4. B. 5. B. 6. C. 7. C. 8. D. 9. A. 10. D.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

39

Inventory Auditing

DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin, Randal J. Elder, Mark Beasley, Auditing and Assurance Services: An Intergrated Approach and ACL Software, 12/E, Prentice Hall: 2008. Hendriksen Eldon, Breda Michael, Teori Akunting Buku Dua Edisi Kelima, Penerjemah Wibowo Herman, Jakarta: Interaksara, 2002. Tuanakotta Theodorus, Audit: Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik Edisi Ketiga, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 1982.

DTSS DTSS Post Clearance Audit

40

You might also like