You are on page 1of 13

EKOFISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN PENCEMARAN ATMOSFER DAN PERTUMBUHAN Linda Novita Sari (1509100033) dan Fitri Wulandari Efendi

(1509100060) Laboratorium Botani ; Program Studi Biologi ; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ;Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2011 ABSTRAK Pencemaran udara merupakan suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan bagi suatu organisme. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin parah pula pencemaran udara yang terjadi. Stomata mempunyai fungsi sebagai "pintu gerbang" masuknya CO 2 dan keluarnya uap air ke/dari daun. Efek pencemeran atmosfer dapat mempengaruhi pertumbuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara tidak langsung dapat terlihat oleh perubahan aktifitas biokimia tumbuhan yang terkena pajanan polutan. Secara langsung efek fitotoksik mempengaruhi fotosintesis, respirasi stomata, aktifitas metabolik dan reproduktif. Misalnya, pada stomata. Percobaan dilakukan dengan cara membersihkan permukaan daun dengan kapas yang dibasahi air dan dibuat preparat. Cara membuat preparat yaitu permukaan bawah daun yang diberi kutex secara merata, dikeringkan dan diberi isolasi. Preparat yang sudah jadi dilihat stuktur stomata dibawah mikroskop. Struktur stomata digambar dan dihitung prosentase kerusakannya. Kemudian dibandingkan dengan stomata daun yang tidak terkena gas polutan. Hasilnya didapatkan pada preparat 1 Pterocarpus indicayang diambil pada dearah polutan = 50,8 %, preparat 2 Pterocarpus indicayang diambil pada dearah polutan = 56,1 %, preparat 3 Pterocarpus indicayang diambil pada dearah polutan = 40,7 %, dan daun pterocarpus indica yang diambil di ITS = 33,3 %. Hal ini menandakan di wilayah Rungkut Industri terjadi pencemaran udara, karena struktur stomata daun yang terlihat terlihat warna yang agak gelap pada stomata yang rusak dan bentuk sel penutupnya berbeda. Pada daerah polutan tinggi, bagian stomata akan tertutupi oleh polutan yang akan menghambat proses transpirasi dan fotosintesis ke arah yang lebih lanjut. Kata Kunci: Pencemaran udara, Pterocarpus indicus, stomata Abstract Air pollution is a condition in which damage the quality of the air and pollution by substances, whether harmful or not harmful for the organism. More and more motor vehicles and industrial equipment that emit gases that pollute the environment will become increasingly more serious air pollution also occurs. Stomata have a role as a "gateway" of output of CO2 and water vapor / leaf. effect Pencemeran the atmosphere may affect growth, either directly or indirectly. influence indirectly, it can be seen by the changes in the biochemical activities of plants affected by exposure to pollutants. The direct effect of fitotoksik impact on photosynthesis, respiration, stomata, metabolic and reproductive activity. For example, stomata. Experiments carried out by cleaning the surface of the leaves with cotton soaked in water and preparations are made. How to make preparations for the lower leaves are given kutek evenly, dried and given the isolation. Preparation for the structure of stomata seen under a microscope finished. Stomatal structure and calculated the percentage of

damage withdrawn. Then compared with leaves that are not exposed to pollutant gases. Results from a sample taken the Pterocarpus indica intervene pollutants 1 = 50.8% , the preparations 2 = 56.1%, the preparations 3= 40.7 % , and leaves taken Pterocarpus indica in ITS = 33.3%. It means that Rungkut Industry area have an air pollution. Because stomatas structure seen a lot of black area around the cell cover and also different forms of guard cells. In areas of high pollutant, the stomata will be closed by the pollutants that would impede the process of transpiration and photosynthesis, further directions. Key words: Air pollution, Pterocarpus indicus, stomata PENDAHULUAN Ekofisiologi merupakan studi yang mempelajari reaksi organisme terhadap faktor-faktor fisik dan kimia lingkungan. Untuk hidup pada lingkungan tertentu, organisme harus mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang biak. Keberlangsungan suatu spesies bergantung pada beberapa faktor. Faktor lingkungan merupakan salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi dari organisme. Apabila terkena pencemaran udara maka akan berdampak kurang baik bagi suatu organisme. Pada percobaan ini kita akan membahas dampak langsung pencemaran udara terhadap perubahan struktur stomata pada daun Pterocarpus indicus yang diambil pada daerah yang terkena polutan, yakni di rungkut industri. Stomata merupakan derivat dari jaringan epidermis. Stomata adalah lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Guard Cell), dimana sel penutup tersebut adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami kejadian perubahan bentuk dan fungsi yang dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya. Pada submerged aquatic plant atau tumbuhan yang hidup dibawah permukaan air terdapat alat-alat yang strukturnya mirip dengan stomata, padahal alatalat tersebut bukanlah stomata. Pada daun-daun yang berwarna hijau stomata terdapat pada satu permukaannya saja. Sebagian besar proses transpirasi pada tanaman terjadi melalui stomata, stomata bagian terbesar berada pada permukaan bawah daun yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara yang ada dalam jaringan daun dan di udara. Lubang stomata ini merupakan jalan utama untuk transpirasi, mengingat epidermis bawah dan atas dilapisi oleh lilin sebagai lapisan kutikula yang mengandung bahan lemak dan merupakan penghalang untuk transpirasi. (Kertasaputra, 1988).

Gambar 1 Bagian bagian Stomata Sel tetangga pada stomata adalah sel-sel yang mengelilingi sel penutup (guard cell). Ruang udara dalam (substomatal chamber) merupakan suatu ruang antar sel (intersellular space) yang besar, yang berfungsi ganda bagi fotosintesis dan transpirasi. Pori stomata berfungsi untuk pertukaran gas antara atmosfer dengan sistem ruang antara sel yang berada pada jaringan mesofil di bawah epidermis yang disebut rongga substomata (Loveless, 1989).

a.

Secara morfologi ada lima tipe stomata pada tumbuhan dikotil, yaitu : Tipe anomosit (Ranunculaceous) Sel penutup dikelilingi beberapa sel tertentu yang tidak dapat dibedakan bentuk dan ukurannya dari sel epidermis yang lain. Tipe ini biasa terdapat pada Ranunculaceae, Geraniaceae, Capparidaceae, Cucurbitaceae, Malvaceae, Tamaricaceae, Schorphulariaceae dan Papaveraceae.

Gambar 4. Tipe Parasitik

d. Tipe diasit (Caryophillaceous)


Setiap stomata dikelilingi oleh dua sel tetangga yang letaknya memotong stomata. Tipe ini terdapat pada Caryophyllaceae dan Acanthaceae.

Gambar 2. Tipe anomosit b. Tipe anisosit (Cruciferous) Sel penutup dikelilingi oleh tiga sel tetangga yang tidak sama ukurannya. Tipe ini antara lain terdapat pada Cruciferae, Nicotiana, Solanum, dan Sedum.

Gambar 3. Tipe Anisositik c. Tipe parasit (Rubiaceous) Setiap sel penutup didampingi oleh satu atau lebih sel tetangga yang letaknya sejajar dengan stomata. Tipe ini biasa terdapat pada Rubiaceae, Magnoliaceae, Convolvulaceae, dan Mimosaceae, beberapa genus dari Papilionaceae seperti Ononis, Arachis, Phaseolus, dan Psoralea, dan beberapa spesies dari familia lain.

Gambar 5. Tipe Diasitik e. Tipe aktinosit Merupakan variasi dari tipe diasit. Stomatanya dikelilingi sel tetangga yang teratur menjari. Tipe ini antara lain terdapat pada teh (Camellia sinensis) (Mulyani, 2006). Stebbins & Khush (dalam Fahn, 1991) mengemukakan tipe-tipe stoma pada Monokotil. 1. Sel penutup / sel penjaga dikelilingi oleh 4-6 sel tetangga. Umumnya dijumpai pada anggota Araceae, Commelinaceae, Musaceae, Cannaceae, Zingibraceae. 2. Sel penutup stoma dikelilingi oleh 4-6 sel tetangga, yang 2 bentuknya bundar, lebih kecil dan terdapat di ujung sel penutup stoma. Umumnya dijumpai pada anggota Palmae, Pandanaceae, Cyclantaceae. 3. Sel penutup dikelilingi oleh 2 sel tetangga yang sama dengannya, 1 setiap sisi. Contoh pada anggota Pontederiaceae, Flagellariaceae, Butomales, Alismatales, Potamogetonales, Cyperales, Graminales, Juncales, dan lain-lain.

4. Sel penjaga tidak bergabung dengan sel sel tambahan yang manapun. Contoh pada Liliales (kecuali Pontederiaceae) Dioscoreales, Amaryllidales, Iridales, Orchidales, dll. Menurut letak sel-sel penutup terhadap permukaan epidermis : a) Tipe paneropor Mesophyta b) Tipe kriptopor Xerophyta, Pinus sp, Ficus sp c) Tipe yang menonjol di atas permukaan helaian daun tumbuhan air yang daunnya terapung (misal : Teratai) Menurut sejarah terjadinya : a) Mesogenus : sel penutup dan sel tetangga berasal dari sel induk yang sama b) Perigenus : sel induk tidak sama, sel tetangga berasal dari sel yang terletak di sekitar sel induk penutup stoma c) Mesoperigenus : sel penutup dan salah satu sel tetangga sel induknya sama, sel tetangga yang lain dari sel induk di sekitar penutup stoma. Walaupun tidak ada ketentuan umum tentang mekanisme membukanya stomata, akan tetapi kebanyakan teori menganggap bahwa mekanisme ini melibatkan mekanisme turgor (Pandey dan Sinha, 1983).

Gambar 6 mekanisme membukan dan menutupnya stomata Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel

lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) didalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan (Lakitan, 1993). Aktivitas stomata terjadi karena hubungan air dari sel-sel penutup dan sel-sel pembantu. Bila sel-sel penutup menjadi turgid dinding sel yang tipis menggembung dan dinding sel yang tebal yang mengelilingi lobang (tidak dapat menggembung cukup besar) menjadi sangat cekung, karenanya membuka lobang. Oleh karena itu membuka dan menutupnya stomata tergantung pada perubahan-perubahan turgiditas dari sel-sel penutup, yaitu kalau sel-sel penutup turgid lobang membuka dan sel-sel mengendor pori/lobang menutup (Pandey dan Sinha, 1983). Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam stomata hingga merapat. Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena sifat khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya. Sel penjaga dapat bertambah panjang, terutama dinding luarnya, hingga mengembang ke arah luar. Kemudian, dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril tersebut yang mengakibatkan stomata membuka (Salisbury dan Ross, 1995). Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium

(K+) pada sel penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel tetangganya. Cahaya sangat berperan merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga dan jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap, maka ion kalium akan kembali keluar sel penjaga (Lakitan, 1993). Ketika ion kalium masuk ke dalam sel penjaga, sejumlah yang sama ion hydrogen keluar, dimana ion hydrogen tersebut berasal dari asam-asam organic yang disintesis ke dalam sel penjaga sebagai suatu kemungkinan faktor penyebab terbukanya stomata. Asam organic yang disintesis umumnya adalah asam malat dimana ion-ion hydrogen terkandung didalamnya. Asam malat adalah hasil yang paling umum didapati pada keadaan normal. Karena ion hydrogen diperoleh dari asam organic, pH di sel penjaga akan turun (akan menjadi semakin asam), jika H+ tidak ditukar dengan K+ yang masuk (Salisbury dan Ross, 1995). Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba (Salisbury dan Ross, 1995). Loveless (1989) dalam literaturnya menyebutkan terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan itu berada dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan fotosintesis tidak dapat terlaksana. Skema mekanisme membukanya stomata : Cahaya _ _ _ _ _ fotosintesis dalam sel-sel mesophyl _ _ _ _ _ berkurangnya CO2 dalam ruang antar sel _ _ _ _ _ menaikan pH dalam sel penutup _ _ _ _ _ perubahan enzimatik menjadi gula _ _ _ _ _

menaikkan kadar gula _ _ _ _ _ menaikkan tekanan osmotic dari getah sel _ _ _ _ _ menaikkan turgor _ _ _ _ _ stomata membuka (Pandey dan Sinha, 1983). Cahaya merah dan biru sangat efektif dalam merangsang pembukaan stomata, tetapi jika dibandingkan antara kedua panjang gelombang cahaya tersebut maka cahaya biru sepertinya lebih efektif dibandingkan cahaya merah. Pada intensitas rendah dimana cahaya merah tidak menunjukkan pengaruh, cahaya biru telah dapat mempengaruhi pembukaan stomata. Cahaya biru selain merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga, juga berperan dalam pemecahan molekul pati untuk menghasilkan fosfoenol piruvat (PEP) yang dapat menerima CO2 untuk membentuk asam malat, untuk menjaga netralitas muatan listrik, maka masuknya ion kalium harus dibarengi oleh masuknya suatu anion. Pada beberapa spesies ditemukan bahwa anion tersebut adalah clor (Lakitan, 1993). Tidak semua stomata pada spesies sangat peka terhadap kelembaban atmosfer. Stomata menutup bila selisih kandungan uap air di udara dan di ruang antar sel melebihi titik kritik. Hal itu mungkin disebabkan gradien uap yang tajam mendorong penutupan stomata, respon paling cepat terhadap kelembaban yang rendah terjadi pada saat tingkat cahaya rendah. Suhu tinggi (30 350C) biasanya menyebabkan stomata menutup. Mungkin hal ini sebagai respon tak langsung tumbuhan terhadap keadaan rawan air, atau mungkin karena laju respirasi naik sehingga CO2 dalam daun juga naik (Salisbury dan Ross, 1995). Penutupan stomata terjadi setelah tumbuhan mengakumulasi ABA (Asam Absisat). Pada daun asam absisat dapat berada pada tiga bagian sel yang berbeda, yaitu :

1. Pada sitosol, dimana ABA disintesis 2.Pada kloroplast, dimana ABA diakumulasikan 3. Pada dinding sel, yang dapat merangsang penutupan stomata. ABA pada dinding sel berasal dari selsel mesophyl daun dimana ABA disintesis. Bila zat pengatur tumbuh asam absisat diberikan pada konsentrasi rendah, stomata akan menutup. Selanjutnya bila daun mengalami rawan air, ABA dijaringannya akan meningkat. Bila daun mongering secara normal perlahan-lahan ABA meningkat sebelum akhirnya stomata tertutup, diduga penutupan stomata ini karena responnya terhadap rawan air melalui peranan ABA (Salisbury dan Ross, 1995). Pori stomata berfungsi untuk pertukaran gas antara atmosfer dengan sistem ruang antara sel yang berada pada jaringan mesofil di bawah epidermis yang disebut rongga substomata. Sebagian besar air diserap oleh akar tidak disimpan dalam tumbuhan atau digunakan dalam berbagai proses metabolisme, tetapi hilang ke udara melalui evaporasi. Proses evaporasi pada tumbuhan disebut transpirasi. Walaupun transpirasi terjadi pada setiap bagian tumbuhan (biarpun hanya sedikit), pada umumnya kehilangan air terbesar melalui daun. Dan transpirasi stomata. Transpirasi kutikula hanya 10% dan selebihnya melalui stomata (Loveless, 1991). Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar (Soedomo, 2001).

Polutan gas yang terserap dan terjerap tumbuhan akan mempengaruhi pertumbuhan dan anatomi mikroskopis daunnya. Dengan melihat pengaruh dari polutan gas terhadap pertumbuhan dan anatomi mikroskopis daun diharapkan dapat dijadikan sebagai bioindikator pence-maran udara (Rushayati, 2005). Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah. Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai berikut : a. Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara alamiah seperti karbon dioksida, yang meningkat diatas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya timbal. b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara. Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan besar : 1. Sumber alamiah: Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan mikroorganisme, dan lain-lain. Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu. 2. Sumber buatan manusia: Kegiatan manusia yang menghasilkan bahanbahan pencemar bermacam-macam antara lain adalah kegiatan-kegiatan berikut : a. Pembakaran, seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO). b. Proses peleburan, seperti proses peleburan baja, pembuatan soda,semen, keramik, aspal.

Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah debu, uap dan gas-gas. c. Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama adalah debu. d. Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama asap, debu, dan bau. e. Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Pencemarannya terutama adalah dari instalasi pengolahan air buangannya. Sedangkan bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk. f. Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain adalah debu, uap dan gas-gas g. Proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu. h. Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah gas-gas dan debu radioaktif (Soedomo, 2001). METODOLOGI Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kapas, cutter, mikroskop, kuteks bening, isolasi, gelas objek dan gelas penutup. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel daun Pterocarpus indicus yang diambil di kawasan Rungkut industri dan juga di kawasan kampus ITS Surabaya sebagai pembandingnya. Prosedur kerja pertama kali yang pertama kali adalah pengambilan sampel daun Pterocarpus indicus di lokasi Rungkut

Industri dan kawasan kampus ITS Surabaya. Pengambilan sampel daun dilakukan pada pukul 10.00 WIB secara bersamaan. Selanjutnya sampel daun di ambil beberapa helai dan kemudian dibersihkan dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh air. Daun yang telah dibersihkan tersebut dibuat preparatnya. Pembuatan preparat dilakukan dengan cara mengoleskan kuteks bening pada daun dan di beri selotip, lalu ditunggu hingga kering. Setelah kering, selotip ditarik dan diletakkan di gelas objek. Permukaan daun yang digunakan adalah permukaan abaksial. Kemudian diamati di bawah mikroskop. Diamati struktur stomatanya dan dihitung presentase kerusakannya. Tiap preparat diambil tiga gambarnya. Antara preparat daun yang diambil di Rungkut dan diambil di kampus ITS, hasil presentasenya dibandingkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan Praktikum ekofisiologi tentang hubungan pencemaran atmosfer dan pertumbuhan tumbuhan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gas polutan terhadap stomata daun. Prosedur kerja pertama kali yang dilakukan adalah pengambilan sampel daun Pterocarpus indicus di kawasan Rungkut industri dan di kawasan kampus ITS pada pukul 10.00 WIB secara bersamaan. Pengambilan yang dilakukan secara bersamaan bertujuan untuk menyamakan keadaan stomata saat jam yang sama dan hasilnya bisa dibandingkan. Perbandingan dilakukan pada sampel daun di Rungkut yang berkategori tercemar gas polutan dengan sampel daun di kawasan kampus ITS yang lingkungannya lebih bersih dan tidak tercemar gas polutan. Pengambilan sampel daun dilakukan saat pukul 10.00 WIB karena pada literatur disebutkan bahwa pada jam ini stomata terbuka

dan antara ujung sel penutup tidak terbentuk celah.

Gambar 7. Siklus terbuka dan tertutupnya stomata dari literatur (Anonim,2011) Jam biologis merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi terbuka dan tertutupnya stomata. Jam biologis memicu serapan ion pada pagi hari sehingga stomata membuka, sedangakn malam hari terjadi pembebasan ion yang menyebabkan stomata tertutup (Salisbury dan Ross, 1995). Selanjunya permukaan sampel daun dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air. Hal ini bertujuan agar permukaan daun menjadi bersih dari debu dan kotoran sehingga memudahkan saat pengamatan. Sampel daun yang bersih dibuat preparat dengan cara mengoleskan kuteks bening pada permukaan daun kemudian ditutup dengan selotip dan ditunggu sampai kering. Kuteks yang digunakan mengandung alkohol yang bisa memicu pembukaan pori-pori epidermis daun sehingga ketika diamati di bawah mikroskop akan tampak lebih jelas permukaan stomatanya. Kuteks yang digunakan juga berwarna bening untuk mempermudah pengamatan. Setelah kering selotip ditarik dan kemudian diletakkan ke gelas objek. Penggunaan selotip ini untuk merekatkan lapisan epidermis daun. Selain itu juga merekatkan epidermis

tersebut ke gelas objek. Dalam pengamatan tidak menggunakan gelas penutup dikarenakan objeknya sudah melekat oleh adanya selotip. Setelah itu preparat daun diamati stomatanya dan dihitung persentase kerusakan stomatanya. Setelah itu, dibandingkan persentase kerusakannya antara sampel daun yang diambil di kawasan bebas polutan (Kampus ITS) dan di kawasan yang berpolutan (Rungkut industri). Permukaan yang dioles dengan kuteks adalah permukaan daun abaksial karena lapisan abaxial daun mengandung lebih banyak stomata daripada lapisan adaxial daun. Hal tersebut merupakan salah satu adaptasi tumbuhan dimana kita mengetahui bahwa stomata merupakan lubang kecil derivat epidermis yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara , air dan zat hara lainnya. Selain itu , stomata digunakan juga pada saat transpirasi daun. Itulah sebabnya mengapa jumlah stomata di lapisan atas lebih sedikit daripada lapisan di bawah daun , yaitu untuk mengurangi transpirasi jika suhu lingkungan terlalu tinggi (Mulyani , 2006). Setelah diamati, stomata daun Pterocarpus indicus termasuk stomata yang bertipe parasitik, dimana setiap sel penutup dikelilingi satu atau lebih yang letaknya sejajajr terhadap sel penutup. Terdapat stomata yang membuka dan ada yang menutup. Terdapat juga stomata yang rusak. Mekanisme membuka dan menutupnya stomata adalah stomata akan membuka apabila sel penutup mengalami peningkatan tekanan turgor di dalam selnya. Tekanan turgor ini bisa meningkat karena meningkatnya kandungan air di dalam sel. Sel penutup mengontrol diameter stomata dengan cara mengubah bentuk yang kan melebarkan dan menyempitkan celah di antara kedua sel tersebut. Ketika sel penutup mengambil air

secara osmosis, sel penutup akan membenkak dan meningkatkan tekanan turgor. Perubahan tekanan turgor yang menyebabkan pembukaan dan penutupan stomata terutama disebabkan oleh pengambilan dan kehilangan ion kalium (K) secara reversibel oleh sel penutup (Campbell et al,2003). Menurut Dwijoseputra (l989) pada pagi hari masih kedapatan amilum di dalam sel-sel penutup stomata. Pengaruh sinar matahari ini membangkitkan klorofil-klorofil untuk mengadak fotosintesi dalam kloroplas jaringa palisade dan spon parenkim. Dengan adanya fotosintesis ini, maka kadar CO2 dalam sel-sel tersebutt menurun, ini karena sebagian dari Co2 mengalami reduksi menjadi CH2O. Karena peristiwa reduksi ini, maka berkuranglah ion-ion H, sehingga pH lingkungan jadi lingkungan menuju basa. Kenaikan pH ini sangat baik bagi kegiatan enzim posporilase guna mengubah amilum dalam sel penutup menjadi glukosa-l pospat. Naiknya osmosis isi sel penutup menyebabkan masuknya air dari sel tetangga, sehingga menaikkan turgor dan memgembanglah dinding sel tetangga yang tipis tersebut. Sel penutup terdiri dari sepasang sel yang kelihatan simetris dan pada dikotil umumnya berbentuk ginjal. Sel penutup ini mempunyai sifat yang unik yaitu serat halus selulosa pada dinding selnya yang tersusun melingkar. Pola susunan ini dikenal sebagai miselasi radial. Karena serat selulosa ini relatif tidak elastis, maka jika sel penutup menyerap air mengakibatkan tidak membesar diameternya melainkan memanjang. Akibat melekatnya sel penutup satu sama lain pada kedua ujungnya memanjang saat menyerap air, sehingga akan melengkung ke arah luar dan terbukalah porus atau celah stomata (Kartasaputra, 1988). Hasil pengamatan stomata daun yang diambil di daerah yang diduga berpolutan (Rungkut industri)

berbeda dengan yang diambil di kawasan kampus ITS. Struktur stomatanya terdapat stomata yang rusak dan berwarna hitam. Persentase stomata yang rusak berkisar antara 40,7 56,1% dari total stomata Hal ini mengingat pembukaan stomata yang dipengaruhi oleh cahaya dapat memungkinkan untuk jalan masuk CO2 yang dibutuhkan tumbuhan untuk fotosintesis. Jika fotosintesis terganggu karena banyak stomata yang rusak akibat zat polutan atmosfer, maka aktivitas pertumbuhan tanaman juga akan terhambat. Dan karena masuknya gas-gas yang tidak dibutuhkan oleh tumbuhan seperti gas Pb, SO3 warna berubah menjadi hitam, Ukuran stomatanya lebih kecil daripada daun bebas polutan, penyebarannya lebih rapat karena partikel polutannya menutupi stomata yang lain sehingga di butuhkan banyak stomata yang banyak untuk pertukaran gas, posisi stomata terdesak oleh polutan. Partikel polutannya banyak dan besar-besar, ini menandakan bahwa tingkat polusinya tinggi. Hasil pengamatan epidermis daun yang bebas polutan (di lokasi Kawasan kampus ITS), struktur stomatanya masih lengkap dan tidak rusak. Penyebarannya merata, hanya terdapat partikel kecil di beberapa sisi. Ini menandakan bahwa tingkat polutannya lebih rendah dibandingkan stomata yang ada di kawasan Rungkut industri. Hal ini menunjukkan kawasan ITS masih bebas dari polutan sehingga tidak mempengaruhi struktur dan penyebaran stomatanya. Jumlah stomata pada masing pengambilan berbeda, mungkin disebabkan pada saat pengangkatan, masih ada stomata yang tertinggal karena olesan kutex yang tidak rata. Walaupun rata rata stomata yang diamati di kawasan ITS mendekati normal, namun juga terdapat stomata yang rusak

(upnormal). Hal ini disebabkan oleh lokasi ITS yang juga sering tercemar dipenuhi dan dilewati dengan kendaraan bermotor yang menyebabkan pencemaran udara, sehingga tanaman-tanaman yang tumbuh di sekitar wilayah ITS juga terpengaruh dengan polutan. Selain itu disebabkan oleh akumulasi Pb atau timbal serta gas emisi lainnya yang menghambat pertumbuhan (toksisitas pertumbuhan) sehingga bagian stomatanya menjadi rusak. Secara langsung, efek fitotoksik akan mempengaruhi pencemaran atmosfer bekerja melalui perubahan aktivitas biokimia tumbuhan yang terkena polutan. Dinamika atmosfer merupakan faktor utama yang menyebakan tersebarnya pencemar udara setelah diemisikan dari sumbernya (Soedomo,1995). Di atmosfer, pencemaran dapat merugikan tumbuhan dalam beberapa cara. Kerusakan akibat pencemaran seringkali diklasifikasikan ke dalam akut, kronis, atau tersembunyi. Pada kerusakan akut, kerusakan terjadi di bagian pinggir atau antar tulang daun yang dicirikan mula-mula oleh penampakan berkurangnya air kemudian mengering dan memutih sampai berwarna gading pada kebanyakan spesies, tetapi pada beberapa spesies menjadi coklat atau merah kecoklatan. Kerusakan ini disebabkan oelh penyerapan gas pencemar udara cukup untuk membunuh jaringan dalam waktu yang relatif cepat. Kerusakan kronik ditunjukkan dengan menguningnya daun yang berlanjut hingga memutih karena kebanyakan dari klorofil mengalami kerusakan. Kerusakan kronis disebabkan oleh penyerapan sejumlah gas pencemar yang tidak cukup untuk menyebabkan kerusakan akut atau dapat disebabkan oleh penyerapan sejumlah gas dalam konsentrasi subletal dalam periode waktu yang lama (Siregar, 2005).

Organ daun mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap SO2 khususnya jaringan mesofil tempat terdapatnya kloroplas dalam jumlah besar akan terganggu. Harrison (1992) melaporkan bahwa ketika tanaman terpapar SO2 membran tilakoid kloroplas menjadi lebih sensitif terhadap keberadaan senyawa tersebut berupa pembengkakan pada struktur tilakoid ini sehingga menyebabkan penangkapan cahaya oleh membran tilakoid menjadi terganggu. Efek yang membahayakan dari CO umumnya lebih ditekankan kepada manusia. Hingga saat ini pengaruh CO terhadap tanaman dan materilal belum terbukti ( Soedomo,2001). Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata antara lain karbondioksida, cahaya, suhu, kelembaban, dan angin. Pembentukan stomata berkurang jika kadar CO2 di ruang antar sel bertambah. Jika hasil fotosintesis bersih berkurang kadar CO2 di ruang antar sel meningkat dan tahanan stomata akan meningkat. Sebaliknya kalao fotosintesis bersih meningkat, ruang antar sel akan menyebabkan terbukanya ruang antar sel dan menyebabkan terbukanya stomata (Purwanti, 2007). Pengurangan cahaya menyebabkan pembukaan celah stomata berkurang pada kebanyakan tumbuhan. Hal ini tidak tergantung pada tanggapan stomata terhadap kenaikan CO2 di ruang antar sel akibat penurunan laju fotosintesis. Jika faktor lain dalam keadaan konstan biasanya stomata akan membuka lebih besar apabila suhu naik. Faktor kelembaban juga berperan. Beberapa jenis tumbuhan menunjukkan tanggapan stomata secara langsung terhadap kelembaban, sehingga kenaikan kelembaban relatif menyebabkan celah stomata mengecil. Pada kebanyakan tumbuhan, kenaikan

angin yang besar menyebabkan stomata (Purwanti,2007).

dapat menutup

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Timbuhan. Penerbit Kanisius : Yogyakarta Pandey ,and Sinha. 193. Plant Physiology. 2nd edition. Vikas Publishing house PVT LTD : New Delhi Purwanti, Devi. 2007. Pengaruh Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Terhadap Struktur Epidermis dan Stomata Daun Tanaman Pelindung Di Jalan Adi Sumarno Sampai Terminal Tirtonadi Surakarta. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah : Surakarta Rushayati, Siti Badriyah dan Maulana Rizky Yusuf. 2005. Respon Pertumbuhan serta Anatomi Daun (Canarium commune L) dan Akasia(Acacia mangium Willd) terhadap Emisi Gas Polutan. Fakultas Kehutanan IPB.: Bogor Salisbury F.B & C.W Ross. 1995. Plant Phisiology. 3 ed. Wadsworth Publishing Co. : Belmont California Siregar E. B. M. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman, dan Pengaruhnya pada Manusia. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, www.library.usu.ac.id Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaram Udara. Penerbit ITB : Bandung.

KESIMPULAN Setelah melakukan pengamatan pada daun Pterocarpus indicus dapat disimpulkan bahwa mekanisme turgor dapat mempengaruhi terbuka dan tertutupnya stomata. Tipe stomata Pterocarpus indicus adalah parasitik dimana terdapat dua sel tetangga yang etaknya sejajar dengan sel penutup. Pada pengamatan stomata disimpulkan bahwa daun yang berada di daerah berpolutan (Rungkut industri) mengalami kerusakan yang lebih besar daripada daun di daerah bebas polutan ( Kampus ITS). Hal ini dikarenakan faktor lingkungan dalam hal ini pencemaran atmosfer dan dibuktikan bahwa pencemaran atmosfer berpengaruh pada striktur stomata. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2011. http://www.scool.co.uk/category/subjects/alevel/biology/gas-exchange. diakses pada tanggal 3 April 2011 pukul 20.03 WIB Cambell, N.A, J.B. Reece and L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Penerbit Erlangga : Jakarta Harrison RM. 1992. Pollution : Causes, Effects and Control. Great britain England : Royal Society of chemistry Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang Sel dan Jaringan. Bina Aksara: Jakarta Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada : Jakarta Loveless. 1989. Prinsip Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. PT Gramedia : Jakarta

You might also like