You are on page 1of 10

BATAS KETAATAN TERHADAP PEMIMPIN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah hadist Dosen Pengampu : Dr. Hj.Erwati Aziz, M.Ag

Oleh Lusiana Puspita Sari 26.08.6.2.084

JURUSAN TARBIYAH DAN BAHASA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN Kepemimpinan adalah kebutuhan sosial. Tanpa adanya sesosok pemimpin, maka tatanan kehidupan di masyarakat akan kacau. Pemimpin yang dibutuhkan rakyat adalah pemimpin yang berbudi baik, cerdas akal dan cerdas hati. Namun realita yang ada justru amat memprihatinkan. Beberapa kasus ketidakcerdasan hati pemimpin yang membuatnya terjebak dalam perilaku menyimpang kerap menghiasi media massa, mulai dari suap, korupsi, kolusi dan nepotisme sampai asusila seolah jadi hal yang biasa. Seyogyanya, pemimpin bisa jadi idola dari suri tauladan bagi rakyatnya. Dermawan, peduli, responsif, sederhana, serta tidak mementingkan kepentingan keluarga dan golongannya. Selain itu, rakyat pemimpin yang jujur, adil, taqwa dan memahami rakyat. Rakyat pun sudah sewajarnya mentaati para pemimpinnya. Dalam makalah kali ini penulis akan membahas batas ketaatan terhadap pemimpin.

BAB II PEMBAHASAN Hadist Batas Ketaatan Terhadap Pemimpin


A. Hadist I 1

B. Terjemahan Hadist Abdullah bin Umar ra dari Nabi sa. beliau bersabda: Mendengar dan mentaati merupakan kewajiban seorang muslim mengenai hal-hal yang ia sukai dan ia benci, sepanjang ia tidak diperintahkan berbuat durhaka. Maka jika diperintah untuk berbuat durhaka, tidaklah boleh mendengarkan dan tidak boleh mengikutinya. 2

C. Maan al-Mufradat

Mendengar dan mentaati merupakan kewajiban Tidak diperintahkan berbuat durhaka

Taat secara bahasa artinya mengerjakan sesuatu yang diperintahkan. Sedangkan secara syariah ialah beramal melaksanakan perintah disertai niat dan keyakinan.3

1 2

Abdul Baqi, Muhammad Fuad. 1993. Al Lulu Wal Marjan jilid 2. Semarang : Ar-Ridha, hal.569 Ibid, hal 570 http://syariahonline.com/v2/mutiara-hadist/2125-hadits-kewajiban-taat.html (diakses hari Rabu, 26 Oktober 2011 jam 09.12 WIB)

D. Asbabul Wurud Ibnu Masud berkata : Rasulullah saw bersabda : Bagaimana sikapmu Abdullah jika kamu diperintahkan oleh para pemimpin yang manghapus sunnah Rasulullah serta menunda-nunda salat dari waktunya? Ibnu Masud menjawab : Apa yang engkau perintahkan kepadaku menghadapi keadaan demikian wahai Rasulullah?. Beliau bersabda : Tidak ada taat pada makhluk Allah dalam mendurhakai Allah.4

E. Syarh Hadist diatas menjelaskan tentang batasan ketaatan pada pemimpin, selain kita patuh pada Allah dan Rosul, kewajiban kita selanjutnya adalah kepatuhan pada pemimpin. Meskipun perintah itu sesuatu yang kita benci atau yang tidak kita sukai, tetapi kewajiban kita sebagai seorang muslim mendengarkan dan selanjutnya yaitu mentaati.5 Ketaatan merupakan sendi dasar tegaknya suatu kepemimpinan dan pemerintahan. Tanpa ketaatan dan kepercayaan kepada pemimpin, kepemimpinan dan pemerintahan tidak mungkin tegak dan berjalan sebagaimana mestinya. Jika rakyat tidak lagi mentaati pemimpinnya, maka roda pemerintahan akan lumpuh dan akan muncul fitnah di mana-mana. Atas dasar itu, ketaatan kepada pemimpin merupakan keniscayaan bagi tegak dan utuhnya suatu negara. Bahkan, dasar dari ketertiban dan keteraturan adalah ketaatan. Rasulullah Saw selalu menekankan kepada umatnya untuk selalu taat kepada pemimpin dalam batas-batas syariatnya. Di dalam al-Quran Allah SWT berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu sekalian kepada Allah dan RasulNya, serta pemimpin diantara kalian. (Qs. an-Nis: 59).6 Akan tetapi, ketaatan kepada pemimpin bukanlah ketaatan yang bersifat mutlak tanpa ada batasan. Ketaatan harus diberikan kepada pemimpin, selama
4

Al Damsyiki, Ibnu Hamzah Al Hanafi. 2002. Asbabul Wurud jilid 3. Jakarta : Kalam Mulia, hal 445 Muhibbin. 1996. Hadis-Hadis Politik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ofset, hal. 82 Al-Quran al-Karim dan Terjemahannya. Jakarta : Departemen Agama RI, 1983/1984

5 6

dirinya taat kepada Allah SWT dan RasulNya. Jika pemimpin tidak lagi mentaati Allah dan RasulNya, maka tidak ada ketaan bagi dirinya.7 Al-Quran telah memberikan batasan yang sangat jelas dan tegas dalam memberikan ketaatan. Allah SWT berfirman: Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami. (Qs. al-Kahfi : 28).8 F. Nilai Pendidikan Seorang muslim wajib mendengar dan taat (kepada pemimpin) baik dalam hal yang disukainya maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat. Apabila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat, maka ia tidak wajib mendengar dan taat.9
A. Hadist II 10

B. Terjemahan Hadist Hadist Ali ra., ia berkata : Nabi saw. mengirimkan sepasukan tentara dan mengangkat seorang laki-laki dari golongan Anshar untuk menjadi komandan pasukan itu, dan Nabi memerintahkan pasukan itu agar mentaatinya. Lalu komandan dan pasukan itu memarahi para pasukan sambil mengatakan : Bukankah Nabi saw. sungguh telah menyuruh kalian untuk mentaatiku?. Mereka menjawab : Ya, benar. Dia berkata : Saya bermaksud agar kalian mengumpulkan kayu bakar dan kamu nyalakan api, lalu kamu sekalian masuk ke dalamnya. Maka mereka mengumpulkan kayu bakar lalu mereka menyalakannya. Ketika mereka hendak masuk ke dalam api maka sebagian dari mereka melihat kepada sebagian yang lain. Sebagian dari mereka berkata : Sesungguhnya kita mengikuti Nabi saw. agar terlepas dari api, maka mangapakah kita akan memasukinya?. Ketika mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba api pun padam dan kemarahan komandan pun hilang. Lalu kasus tersebut disampaikan kepada Nabi saw. maka beliau bersabda : Seandainya mereka masuk ke dalam api itu, pastilah mereka tidak akan keluar dari padanya untuk selamanya. Sesungguhnya kepatuhan itu adalah pada sesuatu yang baik.11
7 8

Op.cit, hal. 85 Op.cit

Nashir, Mansyur. 2002. Mahkota Pokok-Pokok Hadist. Bandung : Sinar Baru, hal.131 Loc.cit, hal. 570 11 Ibid, hal. 571
10

C. Maan al-Mufradat artinya kepatuhan sesuatu yang baik

D. Asbabul Wurud Sebagaimana tercantum dalam Shahih Muslim dari Ali : Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus seorang budak menjadi prajurit. Mereka itu dipimpin oleh seorang laki-laki yang menyalakan api dan memerintahkan : Masukkanlah kalian ke dalam api itu, sedangkan yang lain berkata : Sesungguhnya kita harus lari dari api itu. (Setelah pulang ke Madinah) mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda kepada oprang-orang yang hendak masuk ke dalam api itu : Jika kalian masuk ke dalam, kamu akan tetap di dalamnya sampai kiamat. Sedangkan kepada kelompok yang lain beliau beliau mengucapkan kata-kata yang baik. Kemudian beliau bersabda : Tidak ada taat kepada seorang yang menyuruh....... dst.12

E. Syarh Hadist ini dengan jelas menunjukkan adanya keharusan taat kepada pimpinan, baik dalam hal yang disukai atau disetujui maupun dalam hal yang tidak disukai atau disetujui secara pribadi atau golongan.13 Ketika Islam mewajibkan umat Islam untuk mentaati para pemimpin, Islam juga memberi batasan tentang ketaatan tersebut dan tidak membiarkanya berlaku mutlak tanpa ada batasan. Oleh karenanya ketaatan terhadap pemimpin dibatasai oleh ruang lingkup tertentu dan syarat-syarat tertentu yang harus ditunaikan. Batasan tersebut adalah:
12 13

Loc.cit, Al Damsyiki, Ibnu Hamzah Al Hanafi, hal.444 Loc.cit, Nashir, Mansyur, hal.83

1. Pemimpin tersebut harus merealisasikan syariat Islam.

Jika tidak melaksanakan syariat Islam maka tidak ada kewajiban taat kepada pemimpin tersebut.
2. Pemimpin tersebut tidak menyuruh manusia berbuat maksiat.

Maka jika pemimpin menyuruh rakyatnya berbuat maksiat maka tidak ada kewajiban taat.
3. Menegakkan hukum dengan adil.

Jika pemimpin melaksanakan keadilan maka wajib taat kepada mereka tetapi jika tidak adil maka tidak ada hak untuk ditaati.14

F. Nilai Pendidikan Taatilah pemimpin yang berbuat baik. Apabila diperintah untuk mengerjakan maksiat, maka tidak wajib mendengar dan taat.

BAB III PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

14

Loc.cit, Muhibbin, hal. 84-86

1. Taat secara bahasa artinya mengerjakan sesuatu yang diperintahkan. Sedangkan secara syariah ialah beramal melaksanakan perintah disertai niat dan keyakinan. 2. Seorang muslim wajib mendengar dan taat (kepada pemimpin) baik dalam hal yang disukainya maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia diperintah untuk mengerjakan maksiyat. Apabila ia diperintah untuk mengerjakan maksiyat, maka ia tidak wajib mendengar dan taat. 3. Batasan ketaatan tersebut adalah: a. Pemimpin tersebut harus merealisasikan syariat Islam, jika tidak melaksanakan Syariat Islam maka tidak ada kewajiban taat kepada pemimpin tersebut. b. Pemimpin tersebut tidak menyuruh manusia berbuat maksiat. Maka jika pemimpin menyuruh rakyatnya berbuat maksiat seperti minur khomr, riba, buka aurat dll, maka tidak ada kewajiban taat. c. Menegakkan hukum dengan adil, jika pemimpin melaksanakan keadilan maka wajib taat kepada mereka tetapi jika tidak adil maka tidak ada hak untuk ditaati. d. Sesuatu yang diperintahkan mampu dilaksanakan oleh yang akan menanggung perintah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim dan Terjemahannya, 1983/1984. Jakarta : Departemen Agama RI

Abdul baqi, Muhammad Fuad. 1993. Al-lulu wal Marjan. Semarang : Al-Ridha

Al Damsyiki, Ibnu Hamzah Al Hanafi. 2002. Asbabul Wurud Jilid 3. Jakarta : Kalam Mulia

Muhibbin. 1996. Hadis-Hadis Politik. Bandung : Pustaka Pelajar Offset

Nashif, Mansyur Ali. 2002. Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah saw. Bandung : Sinar Baru http://syariahonline.com/v2/mutiara-hadist/2125-hadits-kewajiban-taat.html (diakses hari Rabu, 26 Oktober 2011 jam 09.12 WIB)

You might also like