You are on page 1of 6

11. Pemeriksaan laboratorium apa yang dilakuakan untuk keracunan sianida?? a.

Uji kertas saring Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan menjadi lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mongering, kemudian teteskan Na2CO3 10% 1 tetes. Uji positif bila terbentuk warna ungu. Kertas saring dicelupkan kedalam larutan HCO3 1%, kemudian kedalam larutan kanji 1% dan keringkan. Setelah itu kertas saring dipotong-potong seperti kertas lakmus. Caranya dengan membasahkan kertas dengan ludah di bawah lidah. Uji positif bila berubah menjadi biru. Hasil uji berwarna biru muda meragukan sedangkan bila tidak berubah (merah muda) berarti tidak terdapat keracunan. Kertas saring dicelupkan kedalam larutan KCL, dikeringkan dan di potong kecil-kecil. Kertas dicelupkan dalam darah korban, bila positif maka warna ajan berubah menjadi merah terang karena terbentuk sianthemoglobin. b. Reaksi Schonbein-Pagenstecher (reaksi Guajakol) Masukkan 50 mg isi lambung/jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring dicelupkan kedalam larutan guajacol 10% dalam alcohol, keringkan. Lalu celupkan kedalam larutan CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan diatas jaringan didalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan, agar KCN mudah terurai. Bila hasil reaksi positif akan terbentuk warna biru hijau pada kertas saring. Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapatkan bila isi lambung mengandung klorin, nitrogen oksida atau ozon, sehingga reaksi ini hanya untuk screening. c. Reaksi Pussian Blue Isi lambung di destilasi dengan destilator. 5ml destilat + 1ml NaOH 50% + 3tts FeSO4 10% rp + 3tts FeCl3 5%, panaskan sampai hamper mendidih, lalu dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes demi tetes sampai terbentuk endapan Fe(OH)3, teruskan sampai endapan larut kembali dan terbentuk biru berlin. d. Micro Method Gittler & Golabaum Ambil kertas saring whatman no.50 dan dicelupkan dalam larutan FeSO4 selama 32-5 menit, untuk kemudian dikeringkan diudara sampai menguap. Setelah kering dicelupkan kedalan NaOH dengan cepat (beberapa detik) lalu keringkan kembali di udara dan dijepitkan diantara 2 flanges. Di dalam tabung reaksi yang besar dan tertutup oleh gabus dihubungkan dengan

semacam corong disatu puhak, serta yang satu lagi dihubungkan dengan flanges tadi. Kemudian tabung reaksi dimasukkan kedalam bak air. Zat yang terdapat dalam tabung reaksi diasamkan dan dikontrol dengan kertas lakmus. 2. Apa pengobatan/terapi yang diberikan pada orang keracunan sianida dengan inhalasi?? Pada keracunan yang masuk secara inhalasi, pindahkan korban ke udara bersih. Berikan amil-nitrit dengan inhalasi, 1 ampul (0,2 ml) tiap 5 menit. Hentikan pemberian bila tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Berikan pernafasan buatan 100% oksigen untuk menjaga PO2 dalam darah agar tetap tinggi. Dapat juga dipakai oksigen hiperbarik. Kontraindikasi untuk resusitasi mulut ke mulut. Antidotum berupa natrium nitrit 3% IV diberikan sesegera mungkin dengan kecepatan 2,5-5 ml/menit. Pemberian dihentikan bila tekanan darah sistolik dibawah 80 mmHg. Jumlah nitrit yang diberikan harus didasarkan pada kadar Hb dan berat badan korban. Kadar met-Hb tidah boleh melebihi 40%, karena met-Hb tidak dapat mengangkut O2. Bila kadar met-Hb melebihi 40% berikan reduktor, misalnya vitamin C intravena. Bila tekanan darah turun karena pemberian nitrit, berikan 0,1 mg levarterenol atau epinefrin IV. Natrium tiosulfat 25% IV diberikan menyusul setelah pemberian 2,5-5 mL per-menit. Tiosulfat mengubah CN menjadi tiosianat. Hidroksikobalamin dianjurkan sebagai antidotum terutama untuk keracunan kronik. Kobalt EDTA adalah obat pilihan dengan takaran 300 mg IV yang akan mengubah CN menjadi kobaltsianida Co(CN)6 yang larut dalam air. 3. Apa pengobatan/terapi yang diberikan pada orang keracunan sianida dengan ditelan?? Lakukan tindakan darurat dengan pemberian inhalasi amil-nitrit, satu ampul (0,2 ml dalam waktu 3 menit) setiap 5 menit. Bilas lambung harus ditunda sampai setelah diberikan antidotum nitrit dan tiosulfat. Bilas lambung dengan Na-tiosulfat 5% dan sisakan 200 ml (10 g) dalam lambung. Dapat juga dengan K-Permanganat 0,1% atau H2O2 3% yang diencerkan 1-5 kali. Atau dengan 2 sendok the karbon aktif atau universal antidote dalam 1 gelas air dan kosongkan lambung dengan jalan dimuntahkan atau bilas lambung. Berikan pernafasan buatan dengan oksigen 100%. Pemberian antidotum sama dengan pengobatan keracunan CN yang diinhalasi. Selain nitrit, dapat juga diberikan biru metilen 1% 50 mL IV sebagai antidotum. Biru metilen akan mengubah Hb menjadi met_Hb dan met-Hb yang terbentuk pada pemberian

biru metilen tidak dapat bereaksi dengan CN oleh sebab yang masih belum diketahui. Bila korban keracunan akut dapat bertahan hidup selama 4 jam maka biasanya akan sembuh. Kadang-kadang dapat gejala sisa berupa kelainan neurologic. 4. Pemeriksaan penting yang dilakukan dalam menangani kasus kematian akibat keracunan?? a. Pemeriksaan ditempat kejadian b. Pemeriksaan luar : Bau : bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang ditelan korban. Pakaian : ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Lebam mayat Perubahan warna kulit : hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis pada telapak tangan dan kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan akibat keracunan perak (Ag) kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat dan korium kulit). Kulit akan berwarna kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolisis juga pada keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen karena terjadi gangguan fungsi hati. Kuku : keracunan arsen kronik ditemukan kuku yang menebal yang tidak teratur. Pada keracunan talium kronik ditemukan kelainan trofik pada kuku. Rambut : alopesia (kebotakan) ditemukan pada keracunan talium, arsen, air raksa dan boraks. Sclera : ikterik pada keracunan zat hepatotoksik seperti fosfor, karbon tetraklorida. Perdarahan pada pemakaian dicumarol atau akibat bias ular.

5.

Jelaskan proses pembedahan jenazah pada keracunan?? Segera setelah rongga dada dan perut dibuka, tentukan apakah terdapat bau yang tidak biasa (bau racun). Bila pada pemeriksaan luar tidah tercium bau racun maka sebaiknya rongga tengkorak dibuka terlebih dahulu agar bau visera perut tidak menyelubungi bau tersebut, terutama bila dicurigai adalah sianida. Bau sianida, alcohol, kloroform, dan eter akan tercium paling kuat dalam rongga tengkorak.

Perhatikan warna darah, intoksikasi racun menimbulkan hemolisis, pirogarol, hidrokuinon, dinitrophenoldan arsen. Darah dan organ-organ dalam berwarna coklat kemerahan gelap. Bila terjadi keracunan yang cepat menimbulkan kematian, misalnya sianida, alcohol, kloroform, maka darah dalam jantung dan pembuluh darah besar tetap cair tidak tedapat bekuan darah. Pada lidah perhatikan apakah terdapat noda oleh warna tablet atau kapsul obat atau menunjukkan kelainan disebabkan oleh zat korosif. Pada esophagus apakah terdapat regurgitasi dan selaput lender diperhatikan akan adanya hiperemi dan korosi. Pada epiglottis dan glottis perhatikan apakah terdapat hiperemi atau edema, disebankan inhalasi atau aspirasi gas atau uap yang merangsang atau akibat regurgitasi dan aspirasi zat yang merangsang. Edema glottis juga dapat ditemukan pada pemakaian akibat syok anafilaktik, missal akibat penisilin. Pada paru paru ditemukan kelainan yang tidak spesifik, berupa [pembendungan akut. Inhalasi gas yang merangsang seperti klorin dan nitrogen oksida ditemukan pembendungan dan edema hebat, serta emfisema akut karena terjadi batuk, dispneu, dan spasme bronki. Pada lambung dan usus duabelas jari perhatikan apakah mengeluarkan bau yang tidak biasa. Perhatikan isi lambung warnanya dan terdiri dari bahan apa. Bila terdapat tablet atau kapsul diambil dengan sendok dan disimpan secara terpisah untuk mencegah disintegrasi tablet/kapsul. Pada hati apakah terdapat degenerasi lemak atau nekrosis. Degenerasi lemak ditemukan pada peminumalkohol. Nekrosis ditemukan pada keracunan fosfor, karbon tetraklorida, lorform, dan trinitro toulena. Pada ginjal terjadi perubahan degenerative, pada kortek ginjal dapat disebabkan oleh racun yang merangsang. Ginjal agak membesar , korteks membengkak, gambaran tidak jelas dan berwarna suram kelabu kuning. Dijumpai pada keracunan dengan persenyawaan bismuth, air raksa, sulfonamide, fenolm, lisol, karbin tetraklorida. Pemeriksaan urin dilakukan dengan semprit dan jarum bersih, seluruh urin diambi dari kandung kemih. Pemeriksaan otak biasanya tidak ditemukan edema otak pada kasus kematian cepat. Perdarahan kecil-kecil dalam otak ditemukan pada keracunan karbonmonoksida, barbiturate, nitrogen oksida, dan logam berat seperti air raksa, arsen dan timah hitam. Pada pemeriksaan jantung dengan kasus keracunan monoksida bila korban hidup selama 48 jam atau lebih dapat ditemukan perdarahan bercak dalam otot septum interventrikel bagian ventrikel kiri atau perdarahan bergaris pada

muskulus papilaris ventrikel kiri dengan garis menyebar radier dari ujung otot sehingga tampak ambaran seperti kipas. Pemeriksaan limpa selain pembendungan akut limpa tidak menunjukkan kelainan patologik. Beberapa racun cepat di absorpsi dalam jaringan lemak kemudian lambat dilepaskan kedalam darah. Pada dugaan keracunan arsen rambut kepala dan kiku harus diambil berikut akar-akarnya. Kuku diambil hrus terdapat bagian kuku kedua ibu jari tangan dan ibu jari kaki. 6. Bagaimana pengambilan bahan pada pemeriksaan toksikologik?? Pengambilan darah dari jantung dilakukan terpisah dari sebelah kanan dan sebelah kiri masing-masing 50 ml. darah tepi 30-50 ml, diambil dari vena iliaka komunis. Urin dan bilasan lambung diambil smua yang ada dalam kandung kemih dan lambung. Organ hati diambil setelah disisihkan untuk pemeriksaan patologi anatomi, hati merupakan tempat detoksikasi tubuh terpenting. Ginjal diambil keduanya karena penting dalam keadaan intoksikasi logam, pemeriksaan racun secara umum dan kasus dimana secara histologik ditemukan Ca-oksalat dan sulfo-namide. Pada otak jaringan lipoid dalam otak mampu menahan racun. 7. Bagaimana pemeriksaan kedokteran forensic pada keracunan sianida?? Pemeriksaan bagian luar jenazah tercium bau amandel yang patognomonik untuk keracunan sianida, dapat tercium dengan cara menekan dada mayat sehingga keluar gas dari mulut dan hidung. Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut dan lebam mayat berwarna terang. Pada pemeriksaan bedah jenazah tercium bau amandel yang khas pada waktu membuka rongga dada, perut dan otak serta lambung, darah, otot dan penampang tubuh berwarna merah terang. 8. apa yang ditemukan pada pemeriksaan kedikteran forensic pada keracunan garam alkalisianida?? Kelainan pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan karena terbentuk hematin alkali pada perabaan mukosa licin seperti sabun. Korosi mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi antemortal atau posmortal. 9. a. Sebutkan pasal KUHAP medikolegal keracunan??

Pasal 205

b. c. d.

Pasal 359 Pasal 360 Pasal 133 ayat 1 10. Sebutkan undang-undang dan peraturan pemerintah medikolegal keracunan?? a. Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 19 dan pasal 60. b. Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan pasal 21. c. Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pasal 25.

You might also like