You are on page 1of 6

HUBUNGAN KER1A DAN

HUBUNGAN INDUSTRIAL
4 Apr
BAB I
PENDAHULUAN
LATARA BELAKANG
Berkembangnya suatu Negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonominya yang pesat dari
sektor mikro ataupun makro, dalam mejuwudkan kehidupan bangsa yang sejahtera. Negara
Indonesia merupakan negara yang digolongkan dalam negara berkembang diamana
pertumbuhan ekonominya dalam tahap lepas landas. Banyak sektor yang sedang mengalami
pertumbuhan dari segi pertanian, pertambangan ataupun industri, dari berbagai macam
kegiatan ekonomi ini Negara Indonesia memiliki cara tersendiri dalam mensejahterakan
rakyatnya yang diatur dalam UUD 1945 dalam pasal 33 ayat 1-5, dimana disebutkan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Upaya negara dalam mensejahterkan rakyat dapat dilakukan dengan berbagai macam
kegiatan perekonomian diberbagai bidang, salah satunya yaitu dibidang industri. Dimana
bidang industri merupakan ciri dari perekonomian negara berkembang merupakan salah satu
cabang yang banyak menyerap tenaga kerja. Dalam hal inilah pemerintah berusaha untuk
mengembangkan usaha industri dalam meningkatkan perekonomian bangsa.
Berbagai macam perusahan yang bergerak di bidang industri turut menyerap banyak tenaga
kerja, dimana, didalamnya terdapat hubungan antara pekerja dan pengusaha. Dalam hal inilah
berbagai macam aturan mengatur tentang hubungan pekerja dengan pengusaha, berbagai
macam aturan diberlakukan di Indonesia dalam menagatur hubungan kerja ini diantanranya
undang-undang no. 13 tahgun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Dari terlaksananya kegiatan ekonomi yang dilaksanakan dalam bidang industry ini
mengakibatkan berbagai macam persoalan yang muncul, seperti yang telah disebutkan di atas
bahwa dengan adanya kegiatan industri tersebut maka akan diikuti oleh adanya hubungan
kerja antara pengusaha dan para pekerja/buruh. Dengan adanya hubungan kerja tentu akan
dikuti oleh adanya perjanjian dimana perjanjian tersebut berakibat hukum yang mengikat
secara Iormil maupun materil.
Dari berbagai hungan inilah berbagai macam permasalahan akan muncul apabila dari salah
satu pihak melakukan wanprestasi yang terkait tentang masalah perdata, akan tetapi akan
muncul juga masalah pidana juaga apabila terdapat pelanggaran didalam perjanjian tersebut.
Hal ini sangat menarik untuk diketahui secara mendalam tentang hubungan kerja dan
hubungan industrial yang berlaku di negara Indonesia. oleh karena itu, makalah ini
mengambil judul tentang 'hubungan kerja dan hubungan industrial sebagaimana sesuai
dengan persoalan yang telah diuraiakan diatas.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil beberapa rumusan
masalah yaitu:
Apa yang dimaksud dengan hubungan kerja dan hubungan industrial?
Bagaimana bentuk hubungan kerja dan hubungan industri di Indonesia?
TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui makna hubungan kerja dan hubungan industrial.
Mengetahui bentuk hubungan kerja hubungan indistri di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Hubungan Kerja dan Hubungan Industri
Hubungan Kerja
Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
selanjutnya disebut UUK, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hubungan kerja
adalah hubungan antara pengusaha dengan tenaga kerja berdasarkan perjanjian kerja yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
Dalam pengertian lain hubungan kerja adalah merupakan hubungan yang timbul antara
pekerja dan pengusaha setelah diadakan perjanjian sebelumnya oleh pihak yang
bersangkutan. Pekerja menyatakan kesanggupannya untuk bekerja kepada pengusaha dengan
menerima upah dan sebaliknya pengusaha menyatakan kesanggupan untuk mempekerjakan
pengusaha dengan membayar upah. Dengan demikian terjadi hubungan yang saling
membutuhkan antara pekerja dan pengusaha yang merupakan hasil dari perjanjian kerja yang
memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) unsur penentu adanya
hubungan kerja, yaitu:
Pekerjaan
Di dalam hubungan kerja harus ada pekerjaan tertentu sesuai perjanjian, karena dengan
adanya pekerjaan suatu hubungan dinamakan hubungan kerja.
Upah
Hak dan kewajiban tidak dapat dilepaskan dari hubungan kerja dan harus dilaksanakan secara
berimbang di antara kedua belah pihak. Dalam hubungan kerja pengusaha berkewajiban
memberikan upah kepada pekerja dan secara otomatis pekerja berhak atas upah tersebut,
karena upah merupakan salah satu unsur pokok yang menandai adanya hubungan kerja.
Perintah
Di dalam hubungan kerja unsur perintah juga merupakan salah satu unsur pokok. Adanya
unsur perintah menunjukkan bahwa salah satu pihak berhak untuk memberikan perintah dan
pihak yang lain berkewajiban melaksanakan perintah tersebut.
Dapat diketahui bahwa yang menjadi Iaktor utama dalam hubungan kerja adalah adanya
pekerjaan, upah dan perintah serta perjanjian. Hubungan kerja tidak lepas dari adanya
perjanjian antara pengusaha dan pekerja/buruh karna perjanjian inilah yang mengikat anata
pengusa dan pekerja/buruh dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Perjanjian ini dapat
dilakukan secara tertulis ataupun lisan (pasal 51 ayat (1) UUK), dalam pasal 1 angka 14
UUK dijelaskan perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memenuhi syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para
pihak.
Jadi yang menjadi titik ukur dalam hubungan kerja adalah adanya perjanjian yang saling
mengikat/saling merelakan antar hak dan kewajiban antara pengusa dan pekerja/buruh untuk
saling menerima dan pemenuhan hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Hubungan Industrial
Pengertian hubungan industrial dalam UU no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1
nomor 16 disebutkan bahwa yang dimaksud hubungan industrial adalah suatu sistem
hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang
terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang tersangkut atau
berkepentingan atas proses produksi atau pelayanan jasa di suatu perusahaan. Pihak yang
paling berkepentingan atas keberhasilan perusahaan dan berhubungan langsung sehari-hari
adalah pengusaha atau manajemen dan pekerja. Disamping itu masyarakat juga mempunyai
kepentingan, baik sebagai pemasok Iaktor produksi yaitu barang dan jasa kebutuhan
perusahaan, maupun sebagai masyarakat konsumen atau pengguna hasil-hasil perusahaan
tersebut. Pemerintah juga mempunyai kepentingan langsung dan tidak langsung atas
pertumbuhan perusahaan, antara lain sebagai sumber penerimaan pajak. Jadi hubungan
industrial adalah hubungan antara semua pihak yang berkepentingan tersebut. Dalam
pengertian sempit, hubungan industrial diartikan sebagai hubungan antara manajemen dan
pekerja atau Management-Employees Relationship.
Prinsip Hubungan Industrial
Prinsip hubungan industrial didasarkan pada persamaan kepentingan semua unsur atas
keberhasilan dan selangsungan perusahaan. Dengan demikian, hubungan industrial
mengandung prinsip-prinsip berikut ini:
Pengusaha dan pekerja, demikian Pemerintah dan masyarakat pada umumnya, sama-sama
mempunyai kepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan perusahaan.
Perusahaan merupakan sumber penghasilan bagi banyak orang.
Pengusaha dan pekerja mempunyai hubungan Iungsional dan masing-masing mempunyai
Iungsi yang berbeda dalam pembagian kerja atau pembagian tugas.
Pengusaha dan pekerja merupakan anggota keluarga perusahaan.
Tujuan pembinaan hubungan industrial adalah menciptakan ketenangan berusahan dan
ketentraman bekerja supaya dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
Peningkatan produktivitas perusahaan harus dapat meningkatkan kesejahteraan bersama,
yaitu kesejahteraan pengusaha dan kesejahteraan pekerja.
Bentuk dan permasalahan hubungan kerja dan hubungan industrial di Indonesia
1. Bentuk hungan kerja
Hubungan kerja dan hubungan industrial memiliki hubungan yang berkaitan dimana di dalam
hubungan industrial didalam terdapat berbagai macam hubungan kerja yang dilakuakan.
Seperti yang telah diterengkan diatas bahwa hubungan kerja merupakan hasil dari perjanjian
antara pengusaha dan pekerja/buruh yang mengikat antara kedua belah pihak beserta hak dan
kewajibanya.
Untuk melindungi hak dan kewajiaban inilah pemerintah berusaha menjembatani dalam
sebuah peraturan yang dapat melindungi antara kedua belah pihak yaitu pengusaha dan
pekerja/buruh. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan hubungan kerja,
yaitu sebagai berikut.
Adanya kesepakatan antara para pihak (tidak ada dwang-paksaan, dwaling-
penyesatan/kekhilaIan atau bedrog-penipuan)
Pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau kecakapan untuk (bertindak)
melakukan perbuatan (cakap usia dan tidak di bawah perwalian/pengampuan)
Ada (objek) pekerjaan yang diperjanjikan
(Causa) pekerjaan yang dijanjikan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 52 ayat (1) UUK)
Apabila dalam suatu perjanjian kerja tidak memenuhi ketentuan syarat tersebut maka
perjanjian batal demi hukum ( null and void ). Sebagaimana perbandingan, dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, pengertian perjanjian kerja terdapat dalam Pasal 1601a,
yaitu suatu perjanjian di mana pihak yang satu (buruh), mengikatkan diri untuk bekerja pada
pihak yang lain (majikan), selama waktu tertentu dengan menerima upah.
Hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha terdiri atas hubungan kerja tetap dan
hubungan kerja tidak tetap. Dalam hubungan kerja tetap, perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha berdasarkan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu
(PKWTT), sedangkan dalam hubungan kerja tidak tetap antara pekerja/buruh dengan
pengusaha didasrkan pada perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT).
Hubungan kerja yang dilakukan biasanya tidak berjalan mulus begitu saja terkadang dalam
penerimaan upah pekerja dalam posisi yang lemah, dimana hak atas upah yang diterima oleh
pekerja tidak dapat diterima secara langsung, hal ini yang mengakibatkan adanya perselisihan
antara pekerja dan pengusaha. Permaslahan yang lebih kompleks lagi yaitu mengenai
pemutusan kerja (PHK), tidak jarang tenaga kerja selalu menjadi pihak yang lemah apabila
dihadapkan pada pemberi kerja yang memiliki kekuatan.
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena satu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak-hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dengan pengusaha (
Pasal 1 angka 25 UUK ). PHK merupakan suatu periwtiwa yang tidak diharapakan
terjadinya, khususnya dari pihak pekerja/buruh karena dengan PHK tersebut pekerja/burh
kehilangan mata pencaharian. Ketentuan PHK sendiri diatur dalam Undang-Undang No 13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan tidak terlepas dari UUK sebelumnya yaitu Undang-
Undang no 12 tahun 1964 tentang PHK di perusahaan swasta. PHK dapat berkahir karena
sebab sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, sesuai dengan kelompok
jenisnya, yaitu sebagai berukut.
PHK oleh majikan
PHK oleh pekerja/buruh
PHK deni hukum
PHK oleh pengadilan
Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah diatur jenis-jenis
pemutusan hubungan kerja, yaitu sebagai berikut.
PHK karena kesalahan berat
PHK karena pekerja/buruh ditahan
PHK karena pekerja/buruh melanggar perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama
PHK karena mengundurkan diri
PHK karena perubahan status, merger, konsolidasi, atau akuisisi perusahaan
PHK karena likuidasi perusahaan
PHK karena pailit
PHK karena pekerja/buruh meninggal dunia
PHK karena pekerja/buruh pensiun
PHK karena pekerja/buruh mangkir
PHK karean permohonan perkerja/buruh
PHK karena sakit dan/atau cacat total tetap
2. Bentuk hubungan industrial
Hubungan industrial pada dasarnya adalah proses terbinanya komunikasi, konsultasi
musyawarah serta berunding dan ditopang oleh kemampuan dan komitmen yang tinggi dari
semua elemen yang ada dalam perusahaan. Hubungan industrial memiliki tujuan bahwa
dalam proses interaksi dalam perusahaan tercipta suasana yang saling mendukung antara
pekerja serta elemen yang terdapat dalam perusahaan, membangun kemitraan dan
pemberdayaan antara pekerja/buruh perusahaan dan organisasi dalam perusahaan tersebut.
Dalam dimensi kemitraan dan pemberdayaan, hasil akhir hubungan kemitraan antara
perusahaan dengan organisasi, atau pekerja/buruh akan dicirikan oleh beberpa aspek berikut.
Pertama, kesejahteraan. Semua yang terlibat dalam hubungan kemitraan melampui kebutuhan
Iisik minimunan. Kedua, akses sumber daya. Tidak ada halangan untuk mendapatkan akses,
termasuk kesempatan yang sama dalam jenjang karier yang ditunjukkan dengan prestasi dan
persaingan terbuka. Ketiga, kesadaran kritis. Bahwa dalam menjalankan pekerjaan selalu
dilandasi oleh semangat diperintah oleh diri sendiri secara bertanggung jawab. Keempat,
partisipasi. Kelima, kuasa. Kuasa untuk melakukan pekerjaan layaknya memerintah diri
sendiri.
Hubungan industrial pada dasarnya menitik beratkan pada hak dan kewajiban diantara
pekerja/buruh dan pengusaha. Hak dan kewajiban yang melekat pada individu kemudian
berkembang menjadi hak dan kewajiban secara kolektiI. SiIat kolektiIitas ini kemudian
digunakan sebagai sarana untuk memberikan perlindungan bagi pekerja/buruh agar mendapat
perlakuan yang baik dan memeperoleh hak-haknya secara wajar.
Pengaturan hak dan kewajiban bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam proses produksi secara
kolektiI inilah menjadi inti dari hubungan industrial. Hubungan yang paling mendasar terjadi
di tingkat perusahaan.
2.1. Tujuan pengaturan hubungan industrial
Tujuan akhir dari hubungan industrial adalah meningkatkan produktivitas atau kinerja
perusahaan, serta tercapainya kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan pengusaha secara adil.
2.2. Pengaturan hak dan kewajiban
Pengaturan hak dan kewajiban dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut.
Hak dan kewajiban yang bersiIat makro minimal sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan. Pengertiannya adalah hal-hal yang diatur dalam
perundang-undangan berlaku menyeluruh bagi semua perusahaan dengan standar minimal
Hak dan kewajiban yang siIatnya makro kondisional dalam pengertian bahwa standar yang
hanya diberlakukan bagi perusahaan secara individual telahg sesuai dengan kondisi
perusahaan yang bersangkutan.
2.3. Sarana utama pelaksanaan hubungan industrial
Untuk mencapai tujuan utama pengaturan hubungan industrial, diperlukan beberapa sarana
untuk melaksanakannya, yaitu sebagai berikut.
Peraturan perundang-undangan yang merupakan standar minimal yang harus ditaati
Perjanjian kerja bersama (PKB) yang merupakan syarat kerja yang dirumuskan melalui
perundingan antara serikat pekerja dengan pengusaha.
Peraturan perusahaan (PP) yang menagtur syarat kerja yang dibuat oleh perusahaan.
Dunia perburuhan tau ketenagakerjaan di Indonesia mengalami perubahan besar seiring
dengan perubahan politik dan ekonomi. Perubahan ketenagakerjaan didorong oleh adanya
reIormasi dan kesepakatan Negara-negara anggota organisasi ketenagakerjaan internasional
(ILO) untuk menerapkan konvensi-konvensi dasar organisasi tersebut.
Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antar pra pelaku dalam
proses produksi barang atau jasa, yang terdiri atas pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah.
Sedangkan hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dan pekerja/buruh berdasar
perjanjian kerja yang mempunyai unsure pekerjaan, upah dan perintah.
Di Indonesia sendiri telah menerbitkan ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan
ketenagakerjaan antara lain Undang-Undang no 23 tahun 1948 tentang pengawasan
perburuhan, Undang-Undang No.21 Tahun 1945 tentang Perjanjian Perburuhan, dan Undang-
Undang No. 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, Undang-Undang
No. 1 tahun 2004 tentang PenyelesaianPerselisihan Hubungan Industrial, dan Undang-
Undang No. 3 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan tenaga kerja berdasarkan
perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
Titik ukur dalam hubungan kerja adalah adanya perjanjian yang saling mengikat/saling
merelakan antar hak dan kewajiban antara pengusa dan pekerja/buruh untuk saling menerima
dan pemenuhan hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam
proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan
pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam hubungan kerja terdapat berbagai permasalahan yang timbul sebagai akibat dari tidak
terlaksananya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dengan pengusaha oleh karena itu
perlu ketentuan-ketentuan yang mengatur dalam permaslahan tersebut.
Hubungan industrial pada dasarnya menitik beratkan pada hak dan kewajiban diantara
pekerja/buruh dan pengusaha. Diatur dalam konvensi-konvensi internasional dan aturan-
aturan yang berlaku di negra Indonesia.
SARAN
Dalam hubungan kerja perlu adanya penangan serius terhadap perlindungan hak-hak pekerja
yang memungkinkan menjadi bentuk penindasan dari para kaum pekerja/buruh
Perlu adanya pengawasan yang serius oleh pemerintah tentang hubungan kerja dan hubungan
industrial terhadap sistem kerja kontrak ataupun pelanggaran-pelanggaran hak pekerja/buruh
serta peningkatan upah minimum regional.

You might also like