You are on page 1of 21

2.

1 Morfologi Ikan
MorIologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk tubuh dan bentuk organ luar suatu
organisme. Bentuk tubuh pada ikan itu digolongkan dalam dua macam yakni bentuk tubuh
simetris bilateral dan non simetris bilateral. Maksudnya adalah bila ikan di belah menjadi dua
bagian yang sama pada bagian tengahnya maka kedua sisi lateralnya baik bentuk dan
ukurannya sama, sedangkan non simetris bilateral maksudnya ke dua sisi lateralnya
memperlihatkan bentuk yang tidak sama (Achjar, 1986).
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morIologi ikan yaitu bentuk luar ikan
yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan.
MorIologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita
mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan dimana habitat ikan tersebut, ada
baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran-ukuran
yang digunakan dalam identiIikasi.
Dan adapun bentuk Tubuh ikan tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, batang tubuh
dan ekor. Tubuh ikan adalah simetri dua (simetri bilateral). Pada ujung depan dari kepala
terdapat mulut, diatas mulut terdapat cekung hidung, pada sebelah-menyebelah kepala
terdapat mata, antara bagian kepala dan batang tubuh terdapat tutup insang. Batang tubuh
ikan tertutup oleh selaput tipis yang tembus sinar (transparan), kulitnya banyak mengandung
kelenjar lendir, dibawah selaput ini terdapat sisi. Di sisi tubuh ikan memanjang kebelakang
terdapat gurat sisi dan di dalam gurat sisi tersebut terdapat ujung-ujung saraI neromas
(Trewavas, 1980).
Ukuran tubuh ikan, semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang di
ambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan seperti panjang total,
panjang standar, dan lain-lain ( Moyle , dan . Cech. 1988). Dan Jika di dasarkan pada ukuran
panjang dan tinggi tubuh ikan terdapat dua tipe dasar yaitu Trunctae dan Attenuate
(Khairuman, 2002).
Mulut ikan, bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan
tersebut, pada rangga mulut bagian dalam biasanya di lengkapi dengan jari-jari, tapis insan
yang panjang dan lemah untuk menyaring plankton (Kotellet dkk, 1993).

2.1.1 0ntuk dan Rumus Sirip
Sirip merupakan salah satu bagian dari rangka appendicular. Pada ikan terdapat lima
macam bentuk sirip, yaitu
1. Sirip Punggung ( !innea dorsalis )
Pada ikan Chondrichtyes disokong oleh keeping-keping tulang rawan yang
dinamakan rawan basal yang terdapat di bagian bawah yang bertumpu pada cucuk neural,
dan rawan radial yang terdapat di atas rawan basal, memanjang jari-jari sirip.
2. Sirip Dada (!innae pectoralis)
Pada ikan Chondrichtyes disokong oleh tulang rawan gelang bahu yang kuat dan
disebut capula. Bentuk gelang bahu seperti huruI U dengan elemen-elemennya terdiri atas
sepasang tulang caracoid yang menjadi dasar huruI U. Tempat jari-jari sirip bersendi pada
sudutnya tulang scapula dan suprascapula.
3. Sirip Perut (!innae ventralis)
Pada ikan Chondrichtyes disokong oleh tulang rawan pelavic yaitu tulang rawan
tempat menempelnya tulang basipterygium. Sirip perutnya menempel pada tulang tersebut.
Tulang rawan merupakan perpanjangan basipterygium dinamakan tulang rawan basal. Pada
ikan jantan, di ujung tulang rawan basal terdapat clasper yang digunakan untuk membantu
penyaluran sperma dalam pemijahan.
4. Sirip Ekor (!innea caudalis)
Sirip ekor memiliki gumpalan urat daging lateral yang dihubungkan oleh bagian dasar
daging. Urat daging pada ekor berIungsi menggerakan (dorsal fleksor dan ventral fleksor)
dan mengembang-kempiskan seperti kipas (interIilamental di antara jari-jari sirip).
5. Sirip Dubur (!innae analis)
Sirip dubur tersusun sebagai pasangan penegang (protactor) dan pengendur (retractor), urat
daging lateral dan urat daging erector di bagian depan serta depressor di bagian belakang.
Sirip dubur digunakan untuk gerak maju dan keseimbangan (Rahardjo, 1985).
Bentuk Ekor
Tipe ekor bterdiri dari lima macam yaitu: rounded, teruncate, emarginated, lunate,
Iorked, dan cambuk. Namun secara garis besar bentuk ekor di bedakan menjadi empat yaitu:
a. Protecercal
Sirip ekor antar bagian atas dan bawah simetris. Dan bentuk pada ujung ekor meruncing,
dan ruas ruas veterata menyongkong sirip tanpa mengalami perubahan bentuk. Tipe ekor
ini umumnya dimiliki class chepalaspidomorphii.
b. Heterocercal
Yaitu tipe ekor yang tidak simeteris,bagian ujung ekor atas berbentuk runcing pada
ujungnya yang di songkong ruas ruas tulang punggun. Dan bagian bawah berbentuk
melengkung an biasnya lebih pendek dari yg diatas tipe ekor ini biasanya di class
condrichtyes dan golongan bertulang sejati tingkat rendah.
c. Homosersal
Tipe ekor simetris, bagian atas ekor sama dengan bagian bawahnya dan dan disongkong
oleh jari jari sirip ekor. Dua ruas terakhhir tulang unggung berubah bentuk menjadi urostly
dan terdapat tulang tambahan.
d. Diphisersal
Sirip ekor antar bagian atas dan bawah simetris. Dan bentuk pada ujung ekor melengkung,
dan ruas ruas veterata menyongkong sirip tanpa mengalami perubahan bentuk. Tipe ekor
ini umumnya dimiliki class chepalaspidomorphii.

Rumus Sirip
Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-jarip sirip
dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.
Penulisan jari jari sirip dikodekan berdasarkan letak sirip tersebut pada tubuh ikan.
Jumlah jari-jari sirip dituliskan dalam angka Romawi besar untuk jari-jari sirip keras, angka
Romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka Arab untuk jari jari sirip lemah.
Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya
dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :
1. Jari-jari sirip keras
Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.
2. Jari jari sirip lemah
Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbuku-buku.
3. Jari jari sirip lemah mengeras
Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku (Rahardjo, 1985).

Ukuran dan perbandingan ukuran tubuh ikan dapat digunakan untuk melakukan
penggolongan. Ukuran-ukuran ikan yang digunakan adalah:
a. Panjang total atau Total length (TL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai
bagian sirip ekor paling posterior.
b. Panjang standar atau Standard length (SL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai
pangkal batang ekor (caudal penducle)
c. Panjang sampai lekuk ekor atau Iork length (FL) diukur dari bagian paling anterior sampai
lekukan sirip ekor.

2.1.2 10nis Sisik
Sisik merupakan rangka dermis, karna sisik di bentuk pada lapisan dermis. Fungsi
sisik adalah sebagai pelindung tubuh dari lingkungan hidup ikan yang membahayakan. Sisik
pada umumnya keras dan bersisik, tetapi selain itu juga ikan yang tidak bersisik, kebanyakan
dari sub ordo siluroidea, contohnya ikan jambal (pangasium) (Rahardjo, 1985).
Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalam sisik, sisik dapat di bagi
menjadi lima jenis yaitu:
1. Sisik onoid
Sisik yang memiliki lapisan terluar yang tersusun dari garam garam ganoid, bentuk
hampir menyerupai belah ketupat, umumnya terdapat pada ikan ikan bertulang rawan,
misalnya pada ikan acipenceridae, lepisostidae, polyodontidae dan polyterus. Sisik jenis ini
memiliki tiga lapisan, yaitu:
a. onoide (garam garam anorganikyang sangat kers)
b. Cosmid (lapisan non seluler yang sangat kuat)
c. sopedine (didalamnya terdapat pembulu darah kecil).

Sisik Cosmoid
alah terdiri dari beberapa lapis, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut
vitrodentilie (dilapisi semacam enamel), lapisan bawahnya disebut cosinine (merupakan
lapisan yang kuat dan nonceluller) dan bagian terdalam terdapat pemlbuluh darah, syaraI dan
substansi tulang isopedine. Sisik jenis ini umumnya hanya terdapat pada jenis ikan Iosil dan
ikan primitive atau iakan ikan jenis kuno. Contoh ikan bertipe sisik ini adalah latimeria
chalumnae.

3. Sisik !lacoid
Mirip bungga mawar dengan dasar bulat atauersegi (bujur sangkar). Memiliki bagian
yang menonjol seperti duri yang muncul dari epidermis dan terletak merambah ke belakang
di bawah kulit. Sisik jenis ini biasanya hampr terdapat pada semua jenis ikan yang bertulang
rawan (Elasmobranchia)

4. Sisik Ctenoid
Merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan bentukan sisir
pada bagian anteriornya, sisik ini di sebut juga sisik sisir karena mempunyai bentukagak
persegi yang menyerupai sisir.
5. Sisik Cycloid
Merupakan sisik yang bentuknya melingkar, yaang mempunyai linkaran tipis dan
transparan yang didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan
Iocus serta pada bagian belakang mempunyai gerigi. Bagian anterior tertanam dan bagian
posterior muncul ke permukaan dengan warna gelap yang mengndung butir butir pembaw a
warna (cromotophor) Lingkungan sirkulir yang menebal pada sisik ini disebut annulus.

2.1.3 0ntuk Tubuh
Menurut Rahardjo (1985), bentuk tubuh ikan beradaptasi sebanding dengan tingkah
laku dan kebiasaan hidup ikan di habitat ikan tersebut. kan pelagis mempunyai bentuk
bagian tubuh yang mengelembung pada bagian perut maupun punggung. kan yang hidup di
daerah dasar perairan (membentos) mempunyai bentuk perut datar dan punggung yang
menggelembung.
Bentuk tubuh ikan dapat dikelompokan menjadi delapan jenis, yaitu:
1. usiform
Bentuk tubuhnya ramping, dengan potongan melintang bentuk badannya elips,
bentuk ekor sempit tepat di depan sirip ekor. Bentuk ini sering disebut dengan bentuk
torpedo. Contohnya ikan tuna, ikan selar, dan ikan kembung betina.
2. Compressed
Bentuk tubuhnya pipih. Jenis ikan ini dalam keadaan biasa berenang lambat tetapi bila
tiba-tiba ada bahaya atau hal yang mengganggunya maka dapat berenang cepat. Contohnya
ikan mas.
3. epressed
Bentuk badannya picak atau melebar. Contohnya ikan pari.
4. nguliform
Bentuk tubuh sangat panjang dan penampang melintang bundar. Contohnya ikan belut
dan ikan sidat.
5 iliform
Tubuhnya berbentuk panjang seperti benang dan sangat tipis. Contohnya ikan snipe
cel.
6. %aeniform
Bentuk tubuh pipih melebar pada bagian badan sampai ekor. Contohnya ikan gunmel.
7. $agitiform
Bentuk tubuh seperti anak panah. Contohnya ikan pike dari Iamili Esocidae.
8. lobiform
Contohnya ikan in sucher.
9.Bentuk Campuran
Bentuk badan membundar dan lonjong, mempunyai kepala yang picak dan bagian
ekor yang pipih, contohnya ikan lele (Rahardjo, 1985).

2.1.4 0ntuk Mulut
Bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan tersebut.
kan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk mulut yang subterminal sedangkan
ikan-ikan pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai bentuk mulut yang terminal. kan
pemakan plankton mempunyai mulut yang kecil dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke
luar. Pada rongga mulut bagian dalam biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang
panjang dan lemas untuk menyaring plankton. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak
mempunyai gigi. Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya.
kan-ikan yang memakan invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi dengan
moncong atau bibir yang panjang. kan dengan mangsa berukuran besar mempunyai
lingkaran mulut yang Ileksibel (Kotellat et al., 1993).
Tipe mulut bergantung pada jenis makanan yang menjadi santapan ikan. Ada empat
tipe mulut pada ikan, yaitu :
1. %erminal : mulut terletak di ujung kepala menghadap ke depan.
2. $ub terminal : mulut terletak sejajar kepala menghadap ke depan
3. $uperior : mulut terletak di bawah kepala menghadap ke bawah
4. nferior : mulut terletak di bawah kepala menghadap ke bawah
Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan
gigi dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat digolongkan
dalam :
1. Mulut terminal, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung kepala
2. Mulut inIerior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung kepala
3. Mulut superior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak atas ujung kepala

2.1.4 Warna
arna pada ikan di sebabkan karena adanya pigmen yang tersebar di epidermis
khususnya mamalia pada kelompok pisces yakni sel penghasil butir 'pigmen terletak
diperbatasan epidermis dan dermis didalam kulit vertebrata dan ikan.pigmen tersebutlah yang
nenberikan pola warna yang menarik pada ikan (Achjar.M, 1968).
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu iridocyte
(leucophore dan guanophore) dan Chromatophore. ridocyte disebut juga sel cermin karena
mengandung bahan yang dapat memantulkan warna. Bahan yang dikandung adalah guanine
kristal. Sel chromatophore terdapat di dalam dermis (Saanin, 1986).
arna tubuh ikan disebabkan karena konIigurasi sisik dan pigmen pembawa warna
(biocrome), antara lain :
1. Carpetonid : kuning, merah, dan corak lain.
2. Chomolipid : kuning sampai cokelat.
3. ndigoiand : biru, merah, dan hijau.
4. !orphyrin : merah, hijau, kuning, biru, dan cokelat.
5. lavin : kuning dan kehijau-hijauan.
6. !urin : putih dan keperak-perakan.
8. !terin : putih, kuning, merah, dan jingga
(Saanin, 1986).

2.2 Anatomi
2.2.1 Sist0m Dig0storia
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme Iisik dan
kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke seluruh
tubuh melalui sistem peredaran darah. Secara umum proses pencernaan ikan sama dengan
vertebrata yang lain, namun ikan mempunyai beberapa variasi, terutama dalam hubungannya
dengan cara memakan. Proses pencernaan dan absorbsi berlangsung di dalam saluran
pencernaan. Proses ini berIungsi menyediakan suplai kebutuhan hidup tubuh akan air,
mineral, vitamin dan zat gizi (Fujaya, 2004).
Alat pencernaan ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Pada
umumnya, saluran pencernaan ikan berturut-turut dimulai dari segmen mulut, rongga mulut,
Iaring, esoIagus, lambung, pilorus, usus, rektum, dan anus. Sedangkan, sel atau kelenjar
pencernaan terdapat pada lambung, hati, dan pankreas (Fujaya, 2004).
Menurut Rahardjo (1985) sistem digestoria atau pencernaan dimulai dari bagian
kepala (terbagi menjadi rongga mulut dan Iaring atau usus visceral). Rongga mulut terdapat
gigi dan lidah serta tempat bermuaranya kelenjar ludah. Pada dasarnya sistem digestoria
terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Saluran Pencernaan
a. Rongga Mulut
Terdiri dari bibir, dasar mulut, langit-langit, dan gigi. Mulut seringkali dilengkapi
sungut yang berIungsi sebagai alat peraba saat mencari makan. Sungut dilengkapi sistem
saraI untuk menemukan makanan diantara material lunak.
b. esophagus
esophagus ikan sangat pendek, berbentuk kerucut dan terletak di bagian belakang
insang.
c. 'entriculus
Berbentuk J atau U dengan ukuran yang relatiI besar.
d. ntestinum
ntestinum relatiI lurus, kadang-kadang ditemukan relatiI pendek, seperti pada
Elasmobranchia dan beberapa ikan steichyes. Terdapat lipatan untuk memperluas daerah
penyerapan makanan. Ada dua bagian intestinum, yaitu tinue (usus halus) dan crasum (usus
besar). Bagian usus halus yang berbatasan langsung dengan pylorus (bagian bawah lambung)
disebut duodenum yang mempunyai banyak usus buntu (!olyrica caeca).

2. Kelenjar Pencernaan
a. Hati
Umumnya berwarna merah gelap biasanya terletak di muka lambung atau
mengelilingi lambung, pada hati terdapat kantung empedu yang bermuara pada ductus
hepaticus.
b. Pankreas
Pada ikan bertulang sejati umumnya menyebar dikelilingi hati sedangkan pada ikan
berjari-jari keras, pangkreas dan hati menyatu dan menjadi hepatopangkreas (Rahardjo,
1985).

2.2.2 Sist0m Muscularia
Tubuh dan ekor ikan sebagian besar tersusun atas otot daging yang bersegmen
(Myomers) otot daging itu melekat pada Vertebra jari-jari penyokong. Bagian-bagian otot
daging itu lebar dan berbentuk lapisan yang zigzag memanjang ke belakang. Antara segmen-
segmen terdapat lapisan jaringan ikat seolah-olah sebagai septa (mycomata). Otot daging
pada sirip, bagian insang dan kepalanya kecil (Jasin, 1984).
Berdasarkan strukturnya, otot terbagi atas otot lurik, otot jantung dan otot polos.
Selain itu, berdasarkan pergerakannya otot terbagi atas otot sadar atau voluntary (otot lurik)
dan otot tak sadar atau involuntary (otot polos dan otot jantung). Pembagian otot yang lain
adalah berdasarkan letaknya atau perlekatannya yaitu otot rangka atau skeletal muscle (otot
lurik) dan bukan otot rangka atau non-skeletal muscle (otot polos dan otot jantung) (Saanin,
1968).
1. Otot Rangka
Otot rangka pada badan siIatnya kokoh dan berIungsi membentuk tubuh serta untuk
bergerak. Jika ikan dikuliti atau dipotong melintang berkas-berkas otot bagian badan lateral
(myomore) akan terlihat sebagai daging. Myomore diikat oleh myocoma (bagian otot yang
tipis). SiIat dari otot ini adalah voluntary.
2. Otot Jantung
Tersusun atas otot dan jaringan pengikat, berwarna merah gelap, berbeda dengan otot
bagian badan (berwarna coklat). Susunan otot jantung (myocardium) dibungkus oleh suatu
selaput pericardium (bagian luar) dan endocardium (bagian dalam). SiIat dari otot ini adalah
involuntary.
3. Otot Polos
Otot ini terdapat pada beberapa bagian organ, antara lain saluran pencernaan, saluran
reproduksi, ekskresi, gelembung renang, mata dan sebagainya. Otot ini bersiIat involuntary.

2.2.3 Sist0m Sk0l0ton
Sisik dan sirip merupakan exoskeleton, sedang endoskeleton terdiri atas tulang
tempurung kepala, columna vertebalis, girdle pectoras, tulang-tulang kecil yang menyokong
sirip (Jasin, 1984).
Tulang tempurung kepala terdiri dari cranium sebagai tempat otak, capsula untuk
tempat beberapa pasang organon sensoris (olIactory, optic, auditory) dan skeleton viceralis,
yang merupakan bagian pembentuk tulang rahang dan penyokong lidah insang untuk
mekanisme. Tengkorak (tempurung) kepala ikan tidak bisa memutar. Gigi biasanya terdapat
pada tulang premaximillary dentary, vomer dan tulang palaatina (Jasin, 1984).
Rangka berIungsi untuk memberi bentuk tubuh, menegakkan tubuh, menunjang dan
menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ dalam tubuh dan berperan dalam
pembentukan sel darah merah (Rahardjo,1985).
Rangka dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Rangka ial
Rangka aial terdiri atas:
- Tengkorak: Perkembangan embrionik tengkorak berasal dari tiga sumber yaitu
Chondrocranium/Neurocranium (pembungkus otak berasal dari tulang rawan/elemen
chondral).
- Rusuk: Berasal dari scleretome disekeliling chorda dan batang syaraI, tiap-tiap somit
(ruas) berkembang terdapat 4 tulang rawan (arcualia), 2 pasang arcuale diatas batang
syaraI dan 2 pasang lagi dibawah corda.
- Tulang punggung: Dibentuk oleh arcualia yang mengadakan invasi mengelilingi
notochondra. Tetapi pada sebagian ikan pembentukan pusa tulang punggung (centrum)
bukan semata-mata dari arcualia melainkan oleh sel mesenchyme (mesenchyme
paracorda) bersama-sama arcualia membentuk centrum.
Rangka 'isceral
Terdiri dari semua bagian tulang lengkung insang dan derivatnya. Rangka visceral ini
menyokong insang dan mengelilingi Iaring, terdapat 7 tulang lengkung insang, 2 tulang
lengkung insang pertama menjadi bagian tulang tengkorak dan 5 tulang lengkung insang
lainnya sebagai penyokong insang. Pada ikan elasmobranchia, tiap lengkung insang terdiri
dari beberapa potong rawan yang digabung jadi jeruji basal, sedangkan pada ikan teleostei
sebagian besar bagian lengkung insang terosifikasi (proses pengulangan).
Rangka ppendicular
Rangka appendicular ini sebagai tulang-tulang penyokong sirip dan pelekatnya. sirip
tunggal terdiri atas sirip punggung (!innea dorsalis), sirip ekor, sirip dubur (!innea analis).
Sirip berpasangan terdiri atas sirip dada (!innae pectoralis), sirip perut (!innae ventralis)
(Djuanda, 1981).
2.2.4 Sist0m R0spiratoria
PernaIasan dilakukan oleh insang yang terdapat dalam empat pasang kantong insang
yang terletak sebelah pharynx di bawah operculum. Tiap bilah insang terdiri atas lembaran
ganda Iilament. Tiap Iilament tersusun atas banyak plat transversal yang dibungkus oleh
epitellium yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler yang berada di antara aIIernt
branchialis dan eIIerent branchialis (lengkung insang) dan pada perbatasannya terdapat sisir
duri yang berIungsi menahan makanan dan benda-benda keras lain lewat celah insang pada
saat pernaIasan berlangsung (Jasin, 1984).
1. nsang pada kan Elasmobranchia
Pada ikan ini belum terdapat tutup insang hanya berupa celah insang. Celah insang
berjumlah 10 pasang, pada jenis-jenis tertentu dijumpai 5-7 pasang. Proses pertukaran antar
oksigen dan karbondioksida terjadi dalam lamella insang. Setiap lengkung insang disokong
rangka yang melengkung.
a. Tapis nsang
Tapis insang berada pada dasar lengkung insang yang mengarah ke dalam rongga
insang. Berperan sebagai penahan makanan yang masuk bersamaan dengan air pernapasan
lalu ke oesophagus.
b. Jari-jari nsang
Melekat di bagian luar lengkung insang yang mengarah ke permukaan tubuh sebagai
penguat struktur insang.
c. Lamela nsang
Berupa rambut halus terbungkus oleh epithelium tipis dengan satu ujung yang
melekat pada jari-jari insang di kapiler darah. Disini terjadi proses pernapasan atau
pertukaran gas. Hampir seluruh jari-jari dan lamella insang melekat pada suatu septum.
2. nsang pada kan steichtyes
perculum tersusun atas empat potong tulang dermal (operculum, properculum,
interculum, dan suboperculum). Terdapat radii branchiostegii, selaput tipis sebagai klep pada
celah insang. Bagian depan selaput melekat pada operculum, sedangkan bagian belakang
terlepas bebas. $eptum insang hanya satu dan tidak menonjol keluar, bahkan kadang-kadang
septum insang tidak ada. Jari-jari insang selalu ada sepasang, lengkung insang 1 atau 5 berupa
hemibranchia, lengkung ke 2, 3, dan 4 berupa holobranchia. Lamela insang lengkung
pertama hanya ada pada bagian belakang lengkung insang dan pada lengkung insang yang
kelima hanya pada bagian depan saja (Fujaya, 2004).
Beberapa jenis ikan mempunyai alat pernapasan tambahan yang dapat mengambil
udara secara langsung dari udara. kan lele (Clarias sp) mempunyai insang tambahan
berbentuk pohon di bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga. nsang tambahan ini
disebut arborenscement organ yang berIungsi mengambil oksigen dari luar (Fujaya, 2004).

2.2.5 Sist0m R0produksi
Seks terpisah. Pada ikan jantan terdapat sepasang testis yang membesar saat masa
perkawinan. Melalui vasa deIIerensia sperma sikeluarkan lewat papilae urogenitalis. Pada
hewan betina sel telur akan keluar dari ovari melalui oviduct yang selanjutnya keluar melalui
papilae urogentalis. Pembuahan umumnya terjadi di luar tubuh (Jasin, 1984).

2.3 Taksonomi
2.3.1 Id0ntifikasi
Upaya identiIikasi di bagi menjadi dua yaitu:
1. Tigkat analisis
Yaitu usaha usaha pengenalan cirri cirri biologis dan deskripsi spesies secara teliti tepat,
cermat dn akurat. Dalam melakukan identiIikasi terdapat hal hal yang perlu di perhatikan
yaitu siIat iIat, tanda tanda bentuk luar tubuh ikan. Beberapa hal penting yang perlu di
ketahui, antara lain :
a. Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari--jari sirip dan
bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.
b. Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau antara
bagian-bagian itu sendiri yang merupakan ciri umum.
c. Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk.
d. Bentuk sirip serta susunan dan tempatnya
e. Tulang-tulang insang
(Subani, 1978).
2. Tingkat sintesis
Yaitu bentuk suatu penyusunan yang teratur dari spesies spesies. Menyusun kategori
kategori yang lebih tinggi yang ke lebih rendah dan menetapkan cirri cirinya, dan harus
menetapkan suatu klasiIikasinya (Subani 1978).

2.3.2 Klasifikasi
KlasiIikasi ilmiah menunjuk ke bagaimana ahli biologi mengelompokkan dan
mengkategorikan spesies dari organisme yang punah maupun yang hidup. KlasiIikasi modern
berakar pada sistem Carolus Linnaeus, yang mengelompokkan spesies menurut kesamaan
siIat Iisik yang dimiliki . Pengelompokan ini sudah direvisi sejak Carolus Linnaeus untuk
menjaga konsistensi dengan asas siIat umum yang diturunkan dari Darwin (ikipedia.org).
nIormasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal
dari pengetahuan taksonomi terutama deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar
dalam iktiologi dan juga bidang-bidang seperti ekologi, Iisiologi. Metode yang digunakan
dalam bidang taksonomi terbagi menjadi enam kategori yaitu :
1. Morfometrik
Adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang, lebar, dan tinggi dari tubuh atau
bagian-bagianb tubuh ikan. Meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu
dari tubuh ikan, yang meliputi jumlah sirip, perumusan jari-jari sirip, sisik dan insang
(Hannan, 1992). Dan Menurut Pratignyo (1984), bahwa morIometrik yaitu ciri yang berupa
bagian tubuh ikan yang dapat di ukur, misalkan panjang pada bagian kepala, serta pada
bagian lebar dan tinggi truktur atau bentuk pada ikan tersebut (blog.unsri.ac.id).
2. Ciri meristik
Merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan.
Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan duri
pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjandi tanda dari spesies. Salah
satu hal yang menjadi permasalahan adalah kesalahan penghitungan pada ikan kecil. Faktor
lain yang dapat mempengaruhi ciri meristik yaitu suhu, kandungan oksigen terlarut, salinitas,
atau ketersediaan sumber makanan yang mempengaruhi pertumbuhan larva ikan
(blog.unsri.ac.id).
3. Ciri-ciri anatomi
Sulit untuk dilakukan tetapi sangat penting dalam mendeskripsi ikan. Ciri-ciri tersebut
meliputi bentuk, kesempurnaan dan letak linea lateralis, letak dan ukuran organ-organ
internal, anatomi khusus seperti gelembung udara dan organ-organ elektrik (blog.unsri.ac.id).
4. !ola pewarnaan
Merupakan ciri spesiIik, sebab dapat berubah sesuai dengan umur, waktu, atau
lingkungan dimana ikan tersebut didapatkan. Hal ini merupakan bagian penting dalam
mendeskripsi setiap spesies, misal pola pewarnaan adalah ciri spesiIik spesies, kondisi organ
reproduksi, jenis kelamin. Masalah utama dalam pewarnaan bila digunakan sebagai alat
taksonomi adalah subjektivitas yang tinggi dalam mendeskripsi ikan (blog.unsri.ac.id).
arna pada ikan di sebabkan karena adanya pigmen yang tersebar di epidermis
khususnya mamalia pada kelompok pisces yakni sel penghasil butir 'pigmen terletak
diperbatasan epidermis dan dermis didalam kulit vertebrata dan ikan.pigmen tersebutlah yang
nenberikan pola warna yang menarik pada ikan (Achjar.M, 1968).
5. ariotipe
Merupakan deskripsi dari jumlah dan morIologi kromosom. Jumlah krosmosom tiap
sel tampaknya menjadi ciri-ciri ikan secara konservatiI dan dIigunakan sebagai indikator
dalam Iamili. Jumlah lengan kromosom seringkali lebih jelas dari pada jumlah krosmosom.
Teknik lain yang digunakan berkaitan juga dengan kariotiping, adalah penghitungan jumlah
DNA tiap sel. Namun, jumlah DNA cenderung berkurang pada spesies terspesialisasi
(blog.unsri.ac.id).
6. Elektroforesis
Merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi kesamaan protein. Contoh
jaringan diperlakukan secara mekanis untuk mengacak struktur membran sel, agar
melepaskan protein yang larut air. Selanjutnya, protein ini diletakkan dalam suatu gel,
biasanya terbuat dari pati atau agar, yang selanjutnya diperlakukan dengan menggunakan arus
litrik. Kecepatan pergerakan respon protein untuk berpindah atau bergerak tergantung pada
ukuran molekulnya. Kesamaan genetik dari indiviual dan spesies dapat dibandingkan dengan
ada atau tidak adanya protein yang dibedakan berdasarkan letak dalam gel. ElektroIoresis
dapat digunakan untuk menguji variasi genetik dalam populasi. Berikut ini klasiIikasi ikan
yang menunjukkan hubungan evolusioner dari kelompok besar ikan (blog.unsri.ac.id).
Selanjutnya evolusioner Lalli & Parson (1993) dalam klasiIikasinya membedakan
ikan ke dalam tiga kelas utama berdasarkan taksonominya yaitu :
a. Kelas gnatha meliputi ikan primitiI seperti Lamprey, berumur 550 juta tahun yang
lalu dan sekarang tinggal 50 spesies. Karakteristik ikan ini tidak memiliki sirip-sirip
yang berpasangan tetapi memiliki satu atau dua sirip punggung dan satu sirip ekor.
b. Kelas Chondroichthyes memiliki karakteristik adanya tulang rawan dan tidak
mempunyai sisik, termasuk kelas primitiI umur 450 juta tahun yang lalu dan sekarang
tinggal 300 spesies. Misalnya ikan pari dan ikan hiu.
c. Kelas steichthyes, meliputi ikan teleostei yang merupakan ikan tulang sejati,
merupakan kelompok terbesar jumlahnya dari seluruh ikan yaitu melebihi 20.000
spesies dan ditemukan pada 300 juta tahun lalu
(blog.unsri.ac.id).

2.3.3 Taksonomi
Taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu mengenai klasiIkasi dari jasad-jasad.
stilah taksonomi berasaldari bahasa yunani tais yang berarti susunan dan pengaturan. Dan
dari kata nomos atau hukkum dan istilah inni di usulkan oleh Candolle pada tahun 1813 untuk
teori mengklasilkasikan tumbu tumbuhan. Prakata sistemklasiIikasi berasaldari bahasa yunani
systema yang di gunakaan untuk system klasiIikasi yang di susun oeh ahli ahli pengetahuan
alam di massa silam (Saanin, 1968).

2.3 Int0gum0n
Sistim integument berIungsi untuk memberikan pewarnaan pada organism agar dapat
menjadi indah,selain itu Sistem ntegumen atau kulit pada hewan vertebrata secara umum
hampir sama yaitu terdiri dari epidermis turunan dari ektoderm dan dermis turunan dari
Mesoderm 2 pola warna pada ikan disebabkan oleh tiga hal yaitu karena konIigurasi Fisik
(Rahardjo, 2004).
Lebih lanjut di nyatakan bahwa sistem integument adalah bagian tubuh yang berada
pada bagian teluar. Sistem integumen terdiri dari kulit dan derivat-derivatnya yang termasuk
derivat kulit adalah sisik, jari-jari, sirip, skut, kill, kelenjar lendir dan kelenjar laven. Struktur
ini dapat berupa struktur yang lunak seperti kelenjar ekresi tetapi dapat juga berupa struktur
keras, dari kulit ini dinamakan eksoskelet sehubungan dengan bervariasinya sistem
integumen seperti pada ikan maka Iungsinya juga mempunyai ciri yang terdiri dari sisik,
kulit, dan lendir/kelenjar lendir, epidermis, dermis, chomataphore dan otot (Nontji,1988).
Fungsi ntegumen yakni membantu nenbirikam corak atau pewarnaan pana kulit ikan
(sisik) agar dapat memberikan keindahan pada ikan, selain itu ntegumen juga pelu
dimengerti karena bertujuan untuk mengetahui sistim yang berhubungan dengan dariIat kulit
dan pola warna ikan.
2.3.1 Kulit
Pada phylum chordata dikenal dua tipe dasar dari integumen, yaitu tipe invertebrata
dan tipe vertebrata. Tipe vertebrata ada sekalian hewan vertebrata terdiri dari beberapa
lapisan, dengan dua lapisan utama, yaitu lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan
dalam yang disebut dermis.
Lapisan epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh
sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis
merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan.

Struktur kulit ikan (alker and Liem, 1994)



2.3.2 L0ndir
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan , memisahkan, melindungi
dan menginIormasikan hewan / ikan terhadap lingkungan di sekitarnya. Sistem ini seringkali
merupakan bagian sistem organ yang tersebar yang mencakup kulit, sisik, kelenjar lendir dan
pada lapisan ini banyak terdapat sel keratin dan kerasinosit terutama pada lapisan korneon.
Yang kaya akan sel-sel tanduk (Nontji,1975).

2.3.4 K0l0njar Racun
Kelenjar beracun pada ikan merupakan derivate dari kulit yang merupakan modiIikasi
kelenjar yang mengeluarkan lendir. kan-ikan yang kelenjar integumennya mengandung
racun umumnya dipergunakan ikan untuk mempertahankan diri, menyerang dan mencari
makanan.
Pada ikan lepu ($ynanceia verrucosa dan !terois volitans) memiliki alat beracun pada
daerah jari-jari keras sirip punggung, sirip dubur dan sirip perut. Umumnya ikan lepu ini
tinggal di dasar perairan yang dangkal berpasir atau berkarang dan pada daerah terdapat
vegetasi lamun. Gerakannya lamban dengan warna permukaan tubuh yang mirip dengan
dasar perairan menyebabkan ikan ini sulit untuk dilihat.
Beberapa jenis dari ikan memiliki racun yang dapat mematikan manusia, misalnya
jenis $ynanceia horrida. Pada ikan pari (Dasyatis) kelenjar racunnya terdapat pada duri di
ekornya. Duri ini tersusun dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi duri
tersebut terdapat gerigi yang bengkok ke belakang. Duri tersebut ditandai oleh adanya
sejumlah alur dangkal yang sepanjang tepi alur terdiri celah berupa jaringan kelabu 'spongi,
lembut meluas sepanjang celah panjang yang berIungsi sebagai jaringan tempat
dihasilkannya racun. kan baronang (Siganus) memiliki kelenjar beracun yang terdapat pada
13 jari-jari keras sirip punggung, 4 jari-jari keras sirip perut da 7 jari-jari keras sirip dubur.
kan-ikan yang system integumennya mengandung kelenjar beracun antara lain ikan
lele dan sebangsanya (Siluroidea) dan golongan Elasmobranchii (Chimaeridae,
Myliobathidae dan Dasyatidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga dikenal
beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari system integumennya, melainkan dari kelenjar
empedu.
Studi tentang racun ikan dikenal dengan ichthyotoxisme. lmu ini mempelajari
tentang racun yang dikeluarkan oleh ikan serta gejala keracunan dengan aspek- aspeknya.
chthyotoxisme meliputi chthyosarcotoxisme yang mempelajari berbagai macam keracunan
akibat makan ikan beracun dan chthyoacanthotoxisme yang mempelajari sengatan ikan
berbisa (Ipik.bunghatta.ac.id).

2.4 R0spirasi Pada Ikan


Pernapasan pada hewan tingkat rendah seperti protozoa, poriIera, dan cacing
berlangsung secara diIusi. DiIusi air atau udara terjadi melalui permukaan tubuh misalnya
pada amoeba atau melalui pembuluh-pembuluh kapiler darah. Pernapasan melalui seluruh
permukaan tubuh disebut pernapasan langsung. Pada vertebrata, pernapasannya tidak
langsung karena menggunakan perantaraan alat-alat pernapasan. Sistem respirasi pada hewan
vertebrata yang kami bahas adalah ikan dan burung.
kan bernapas pada insang yang terdapat di sisi kanan dan kiri kepala (kecuali ikan
Dipnoi yang bernapas dengan paru-paru). Selain berIungsi sebagai alat pernapasan, insang
juga berIungsi sebagai alat ekskresi dan transportasi garam-garam. Oksigen dalam air akan
berdiIusi ke dalam sel-sel insang. Darah di dalam pembuluh darah pada insang mengikat
oksigen dan membawanya beredar ke seluruh jaringan tubuh, darah akan melepaskan dan
mengikat karbondioksida serta membawanya ke insang. Dari insang, karbondioksida keluar
dari tubuh ke air secara diIusi.

2.4.1 agian dan 10nis Insang
nsang (branchia) akan tersusun atas bagian-bagian berikut ini:
a. Tutup insang (operculum). Hanya terdapat pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan
bertulang rawan, tidak terdapat tutup insang. Operculum berIungsi melindungi bagian
kepala dan mengatur mekanisme aliran air sewaktu bernapas.
b. Membrane brankiostega (selaput tipis di tepi operculum), berIungsi sebagai katup pada
waktu air masuk ke dalam rongga mulut.
c. Lengkung insang (arkus brankialis), sebagai tempat melekatnya tulang tapis insang dan
daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraI.
d. Tulang tapis insang, berIungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya
organisme makanan melalui celah insang.
e. Daun insang, berIungsi dalam sistem pernapasan dan peredaran darah, tempat terjadinya
pertukaran gas O
2
dengan CO
2
.
I. Lembaran (Iilamen) insang (holobran kialis) berwarna kemerahan,
g. Saringan insang (tapis insang) berIungsi untuk menjaga agar tidak ada benda asing yang
masuk ke dalam rongga insang.
nsang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembab.
Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan
erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang Iilamen, dan
tiap Iilamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada Iilamen terdapat pembuluh
darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O
2
berdiIusi masuk dan CO
2

berdiIusi keluar. nsang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut
operculum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operculum.
nsang tidak saja berIungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berIungsi sebagai
alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.
Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berIungsi menyimpan cadangan O
2
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O
2
.
Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan
cadangan O
2
, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di
dekat punggung.

2.4.2 M0kanism0 p0rnapasan pada ikan
Mekanisme pernapasan pada ikan diatur oleh mulut dan tutup insang. Pada waktu tutup
insang mengembang, membran brankiostega menempel rapat pada tubuh, sehingga air masuk
lewat mulut. Sebaliknya jika mulut ditutup, tutup insang mengempis, rongga Iaring
menyempit, dan membran brankiostega melonggar sehingga air keluar melalui celah dari
tutup insang. Air dengan oksigen yang larut di dalamnya membasahi Iilamen insang yang
penuh kapiler darah dan karbon dioksida ikut keluar dari tubuh bersama air melalu celah
tutup insang. kan juga mempuyai gelembung renang yang berIungsi untuk menyimpan
oksigen dan membantu gerakan ikan naik turun.
Pada beberapa jenis ikan, misalnya gabus, lele atau gurami, rongga insangnya mempunyai
perluasan ke atas yang berupa lipatan-lipatan tidak teratur yang disebut labirin. Rongga
labirin berIungsi menyimpan udara sehingga jenis ikan tersebut dapat hidup di air kotor dan
kekurangan oksigen.
Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada Iase berudu, yaitu insang luar.
Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander.
Hal-hal yang berkaitan dengan sistem pernapasan ialah perairan harus mengandung O2 cukup
banyak bila perairan kurang O
2
, ikan akan menuju ke permukaan, ke tempat pemasukkan air
dan menuju tempat air yang berarus. Selain itu daun insang harus dalam keadaan lembab.
Faktor-Iaktor yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O
2
antara lain :
1. Ukuran dan umur (standia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan lebih banyak O
2
,
2. Aktivitas ikan : yang aktiI berenang perlu lebih banyak O
2
,
3. Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan lebih banyak O
2
.

2.4.3 G0l0mbung R0nang
Pada perut ikan terdapat organ yang tampak memanjang. Organ dalam tersebut adalah
gelembung renang. Gelembung renang disebut juga pnematosis, yang berIungsi sebagai
pengatur daya apung ikan di dalam air. Alat tersebut dinamakan alat hidrostatik. Pembuluh
darah pada dinding gelembung renang tersebut menyerap atau mengeluarkan gas yang
dipengaruhi oleh urat syaraI (Pratigyo, 1984).
Gelembung udara atau gelembung renang (Vesica pneumattica) berdinding tebal
terdapat dalam rongga tubuh sebelah dorsal. Gelembung ini mempunyai hubungan denggan
pharynx melalui ductus pneumatticus Saluran itu hanya terdapat pada beberapa ikan tertentu
saja. Vesica pneumattica berisi gas-gas O2, N2, CO2, dan berIungsi sebagai alat hydrostatis
dengan menyesuaikan diri ke dalam air. Penyesuaian itu dilakukan dengan jalan
mengeluarkan dan memasukkan (menyerap) gas-gas dari dari pembuluh darah. Pada ikan
tertentu gelembung udara itu berIungsi membantu alat respirasi atau sebagai alat respirasi.
Ada juga yang berIungsi sebagai alat perasa atau penghasil suara (Jasin, 1984)..

2.2.1. Id0ntifikasi


2.1.6 Morfologi and0ng
and0ng kan Bandeng (chanos chanos), Bandeng mempunyai penampilan yang
umumnya simetris dan berbadan ramping, dengan sirip ekor yang bercabang dua. Mereka
bisa bertambah besar menjadi 1.7 m, tetapi yang paling sering sekitar 1 meter panjangnya.
Mereka tidak memiliki gigi, dan umumnya hidup demgan mengkonsumsi ganggang dan
invertebrata. insang terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum, suboperculum, dan radii
branhiostegi. seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik yang bertipe lingkaran yang
berwarna keperakan, pada bagian tengah tubuh terdapat garis memanjang dari bagian penutup
insang hingga ke ekor. Sirip dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang
besar, sirip anus menghadap kebelakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan
tidak bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan simetris. Sirip ekor homocercal.
kan bandeng memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina, bandeng jantan
dapat diiketahui dari lubang ansunya yang hanya dua buah dan ukuran badan agak kecil
sedangkan bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari
ikan bandeng jantan.


Sumber :
AIIandi, Ridwan. 1992. chtyologi, Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. PB, Bogor
Djuanda, T. 1981. Taksonomi, MorIologi, dan stilah-istilah Teknik Perikanan. Akademis
Perikanan, Bandung
Lagler. 1997. FAO Species dentiIication Sheat For Fisheries Purpose.Kodansha, Japan
Rahardjo, M.F. 1985. chtyologi. Fakultas Perikanan Departemen Perairan nstitut
Pertanian Bogor, Bogor
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci dentiIikasi kan. Bina Tjipta, Jakarta
http://blog.unsri.ac.id/ekaunsri2007/ichtiologi/sr/61/

You might also like