You are on page 1of 14

PEMBAHASAN

Pemerian Bahan : Natrium Thiopental


Natrium thiopental adalah suatu obat yang berIungsi sebagai anestetik umum dengan eIek
yang relatiI lebih cepat. Natrium thiopental termasuk golongan tiobarbiturat, analog sulIur dari
natrium pentobarbital. Di pasaran natrium thiopental dikenal dengan natrium pentothal (merk
dagang dari Abbot Laboratories), thiopental, natrium thiopentone dan trapanal. Rumus kimia
natrium thiopental adalah asam natrium 5-etil-(1-metil butil)-2-tiobarbiturat. Rumus molekul
C
11
H
17
N
2
NaO
2
S dengan berat molekul 264,32.


Natrium thiopental mengandung tidak
kurang dari 97,0 dan tidak lebih dari 102,0
C
11
H
17
N
2
NaO
2
S, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Natrium thiopental merupakan serbuk
hablur putih sampai hampir putih kekuningan atau
kuning kehijauan pucat, higroskopik, berbau tidak
enak. Larutan bereaksi basa terhadap lakmus,
terurai jika dibiarkan jika didihkan terbentuk
larutan. Larut dalam air dalam etanol tidak larut
dalam benzene dalam eter mutlak dan dalam
heksana.(Anonim, 1995)

INDIKASI :
O Sebagai obat anestesi tunggal untuk prosedur bedah yang singkat (lebih kurang 15 menit)
O &ntuk induksi sebelum pemberian obat-obat anestesi lainnya
O &ntuk ' suplementasi anesthesia regional
O Sebagai obat hipnotis selama 'balanced anesthesia dengan obat-obat anelgesika dan
obat-obat pelemas otot lainnya
O &ntuk mengontrol kejang-kejang selama atau sesudah anestesi inhalasi, anestesi lokal
atau sebab-sebab lain
O &ntuk narkoanalisa dan narkosintesa pada kelainan psikiatri.
KONTRAINDIKASI:
Pendapat-pendapat mengenai kontraindikasi Pentothal Sodium I.V. Injection berbeda-beda,
tetapi sebagai pedoman adalah sebagai berikut:
* Kontraindikasi mutlak
O Tidak didapatnya vena untuk pemberian intravena
O Lewat-peka terhadap barbiturate
O 'Status asthmaliticus
O PorIiria laten atau yang maniIest
* Kontraindikasi relatiI
O Penyakit kardiovaskuler yang hebat
O Hipotensi atu shock
O Kondisi-kondisi dimana eIek hipnotik dapat diperpanjang atau diperkuat seperti
premedikasi yang berlebihan, penyakit Addison, gangguan Iungsi hati atau ginjal,
'myxedemia atau anemia berat
O eningginya tekanan intrakarnial, asma dan miastenia gravis

EFEK SAMPING:
Kepekaan terhadap barbital, dapat berupa depresi pernaIasan, depresi otot jantung,
aritmia jantung, bersin, batuk, bronkospasmus dan laringospasmus.
FARMAKOLOGI KLINIK
Natrium thiopental adalah depresan jangka waktu sangat singkat dari system saraI pusat
yang menginduksi eIek hipnotik dan anestesi tetapi bukan analgesia. Natrium thiopental
menghasilkan eIek hipnotik dalam waktu 30-40 detik injeksi intravena. Pemulihan setelah dosis
kecil cepat dengan rasa mengantuk dan amnesia retrograde. Dosis intravena yang berulang
menyebabkan anestesi berkepanjangan karena konsentrasinya bisa sampai 12 kali lebih besar
dari konsentrasi plasma sehingga pelepasan obat dilakukan perlahan.
Waktu paruh dari Iase eliminasi setelah dosis tunggal intravena adalah tiga sampai
delapan jam. Distribusi dan nasib natrium thiopental dipengaruhi oleh kelarutan
lipidnya(koeIisien partisi) mengikat protein dan tingkat ionisasi. Natriumthiopental memiliki
koeIisien partisi 580.
Sekitar 80 obat dalam darah terikat dengan protein plasma. Natrium thiopental
terdegradasi sebagian besar dalam hati dan untuk sebagian kecil di jaringan lain, khususnya
ginjal dan otak. Natrium thiopental memiliki pKa 7,4 dengan konsentrasi cairan tulang belakang
lebih rendah dari cairan plasma.

FARMAKOKINETIK
a. Absorbsi
Dalam lambung (pH 1-2), obat asam lemah seperti barbiturate tidak terionisasi
karena larut dalam lipid maka biasanya absorbsi cukup cepat dalam darah.
b. Distribusi
Oksigen pada C-2 dari struktur natrium thiopental diganti dengan silIur sangat
larut dalam lipid dan tingginya kecepatan yang masuk ke dalam susunan saraI pusat
menyokong cepatnya eIek sentral. Cepat terdistribusi dari otak ke jaringan berperIusi
tinggi seperti otot rangka lalu jaringan adipose. Proses ini menyokong pengakhiran
eIek tekanan pada system saraI pusat.
c. BiotransIormasi
Terjadi di hati dilakukan oleh mikrosom dan memerlukan Triphospyridine
Nucleotida (TPNH) tereduksi dan oksigen. Oksidasi terjadi dengan konversi dari satu
gugusmetal di rantai samping posisi 5,5. Hasilnya menimbulkan eIek anestesi.
d. Ekskresi/eliminasi
Natrium thiopental diekskresikan dalam struktur tidak berubah atau sebagai
metabolit melalui ginjal dalam bentuk urine.

Natrium-thiopental merupakan obat yang termasuk golongan barbiturate. Turunan
barbiturate bekerja dengan menekan transmisi sinaptik pada system pengaktiIan retikula di otak
dengan cara mengubah permeabilitas membrane sel, sehingga mengurangi rangsangan
polisinaptik dan menyebabkan deaktivasi korteks serebral. Sandberg (1951) membuat postulat
bahwa untuk memberi eIek penekanan system saraI pusat, turunan asam barbiturate harus
bersiIat asam lemah dan mempunyai nilai koeIisien partisi lemak/air dengan batas tertentu.
(Siswandono S., 2000).
Barbiturat bekerja pada seluruh sistem saraI pusat, walaupun pada setiap tempat tidak
sama kuatnya. Dosis nonanestesi terutama menekan respon pasca sinaps. Bariturat
memperlihatkan beberapa eIek yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi sinaptik.
Barbiturat bekerja pada seluruh sistem saraI pusat, walaupun pada setiap tempat tidak sama
kuatnya. Kapasitas barbiturate membantu kerja GABA sebagian menyerupai kerja
benzadiazepin, namun pada dosis tinggi barbiturat menimbulkan depresi sistem saraI pusat yang
berat.
Berdasarkan cara kerjanya barbiturate dibagi menjadi empat yaitu:
1. Turunan barbiturate dengan masa kerja panjang (6 jam atau lebih)
Contoh: barbiturate, metarbital, Ienobarbital
2. Turunan barbiturate dengan masa kerja sedang (3-6 jam atau lebih)
Contoh: alobarbital, amobarbital, aprobarbital dan butabarbital.
3. Turunan barbiturate dengan masa kerja pendek (0,5-3 jam atau lebih)
Contoh: sekobarbital dan pentobarbital.
4. Turunan barbiturate dengan masa kerja sangat pendek ( 0,5 jam atau lebih)
Contoh: thiopental dan hamital.

Natrium thiopental, obat anestesi sistemik turunan tiobarbiturat, mempunyai awal dan
masa kerja yang sangat singkat, sehingga dimasukan dalam golongan barbiturate dengan kerja
sangat singkat. Thiopental berdiIusi sangat cepat keluar dari otak dan jaringan lain yang
mendapat aliran darah banyak dan selanjutnya mengalami redistribusi menuju otot bergaris,
lemak, dan akhirnya ke seluruh jaringan tubuh. Dengan barbiturate, keseimbangan plasma otak
terjadi dengan cepat, karena kelarutan dalam lipid yang tinggi. Thiopental berdiIusi sangat cepat
keluar dari otak dan jaringan lain yang mendapat aliran darah banyak dan selanjutnya mengalami
redistribusi menuju otot bergaris, lemak, dan akhirnya ke seluruh jaringan tubuh. Oleh karena
perpindahannya yang cepat dari jaringan otak, maka satu dosis thiopental lama kerjanya sangat
pendek.
Natrium thiopental memiliki eIek sedative-hipnotik atau anestetik. Sedative adalah
keadaan terjadinya penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar karena adanya penekanan
system saraI pusat yang berakibat turunnya respon. Hipnotik adalah eIek depresan non selective
yang lebih kuat daripada sedative yang bekerja pada system saraI pusat dan menginduksi
terjadinya tidur. Perbedaan antara sedative, hipnotik dan anestetik adala sedative hanya
menyebabkan rasa ngantuk dan penenang, hipnotik menyebabkan tidur sedangkan anestetik
memblok system saraI pusat sehingga pengguna dapat benar-benar tidur pulas.
Praktikum kali ini bertujuan mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan cara-cara
pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya, menggunakan data Iarmakologi sebagai tolok
ukurnya. Dari percobaan diharapkan dapat diketahui pengaruh cara pemberian obat terhadap
daya absorbsi yang selanjutnya berpengaruh terhadap eIek Iarmakologi obat. Yaitu dengan
melihat waktu yang diperlukan obat mulai dari proses pemberian sampai mencapai sirkulasi
sistemik dan menimbulkan eIek. Sedangkan durasi adalah waktu yang diperlukan suatu obat
mulai memberikan eIek sampai hilangnya eIek. Absorbsi (penyerapan) merupakan proses
perpindahan obat dari tempat aplikasi menuju sirkulasi sistemik, menyangkut kecepatan proses
dan kelengkapan yang biasa dinyatakan dalam dari jumlah obat yang diberikan
Pada praktikum kali ini menggunakan hewan uji mencit (Mus musculus) karena mencit
memilik Iaal yang analog dengan Iaal manusia sehingga akan didapatkan gambaran yang
representative mengenai proses Iarmakologis hingga menyebabkan eIek terapeutik, banyak gen
mencit analog dengan manusia, mencit termasuk golongan hewan menyusui (mamalia) yang
memiliki kemampuan berkembang biak tinggi, murah, mudah dipelihara, tipe badan mencit yang
kecil sehingga memudahkan pengamatan reaksi obat yang masuk ke tubuhnya.
encit yang dibutuhkan untuk praktikum pengaruh cara pemberian terhadap absorbs obat
sebanyak enam belas ekor karena masing-masing mencit akan mengalami empat perlakuan
berbeda yaitu pemberian peroral, intramuscular, intraperitonial dan subcutan dengan tiga kali
replikasi. Pertama-tama mencit ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat badannya
yang akan digunakan untuk menghitung besarnya dosis dan volume natrium thiopental yang
akan diberikan pada masing-masing mencit karena semua bentuk sediaan larutan yang akan
diberikan memiliki volume maksimal untuk setiap cara pemberian. Semakin panjang rute
penggunaan suatu obat, maka semakin kecil konsentrasi obat yang mencapai sel target, sehingga
volume yang diberkan juga berbeda. Rumus yang digunakan untuk menghitung volume dan
dosis natrium thiopental adalah:



JJJ
IJIJI{{JJJJII{ H {






EIek Iarmakologi yang diamati ialah hilangnya reIlek membalik badan yang ditandai
dengan hilangnya kemampuan mencit untuk membalikkan badan dari keadaan telentang. Obat-
obat hipnotik-sedatiI memiliki eIek inhibisi atau reIleks polisinaptik dan tramsnisi internunsius,
dan pada dosis tinggi bisa menekan transmisi dan sambungan neuromuskuler otot rangka. Kerja
selektiI ini menyebabkan relaksasi otot volunter yang berkontraksi pada penyakit sendi atau
spasme otot (Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi IV, Katzung). Dengan timbulnya eIek ini
dapat diketahui onset dan durasi dari masing-masing cara pemberian.
encit yang telah ditimbng kemudian diberi tanda strip (-) agar mempermudah dalam
pembedaan agar mencit tidak tertukar saat diberi natrium thiopental sesuai volume pemberian
dan saat pengamatan cara pemberian. encit yang dipakai untuk percobaan diperlakukan dengan
kasih saying agar tidak stress karena akan mempengaruhi eIektivitas obat. encit yang
digunakan sebelumnya telah dipuasakan selama 24 jam agar tidak mempengaruhi proses absorbs
obat karena adanya makanan dalam lambung dan adanya zat-zat makanan dapat berinteraksi
dengan obat sehingga eIek yang dihasilkan agak berbeda dari yang seharusnya.
&ntuk mengamati adanya perbedaan absorbsi, maka dalam percobaan dilakukan beberapa
variasi cara pemberian obat. Volume maksimum untuk setiap mencit berbeda dalam setiap cara
pemberian dan dianjurkan untuk dari volume maksimum larutan obat. Tujuannya adalah untuk
menyesuaikan kapasitas mencit. Obat yang diberikan adalah natrium thiopental dengan dosisi 55
mg/Kg BB dengan cara pemberian (peroral) p.o, (subcutan) s.c, (intramuskular) i.m,
(intraperitonial) i.p.
1. Peroral
Peroral adalah pemberian obat secara internal karena melalui mulut dan masuk
dalam saluran pencernaan. Larutan natrium thiopental diberikan pada mencit melalui
injeksi dengan jarum tumpul. Jarum dimasukkan pada tepi-tepi mulut mencit dimasukkan
sampai 3/4 tenggorokan agar obat benar-benar masuk pada saluran pencernaan tetapi
dalam pemberian ini harus hati-hati, tidak boleh salah memasukkan ke paru-paru karena
akan menyebabkan kematian pada mencit yang ditandai dengan tersedaknya mencit dan
keluarnya busa dari mulut mencit akibat rongga paru-parunya dipengaruhi oleh cairan.
JJIJIJ
JJJ{{
JJ{ {


Cara membedakan saluran tenggorokan yang menuju saluran pencernaan dan saluran
pernapasan adalah bila jarum terasa denyut berarti jarun tersebut masuk pada saluran
pernapasan.
encit yang digunakan dalam percobaan kali ini sebesar 29,2 g ; 31, 0 g ; 30,0 g
dan 30,3 g sehingga volume larutan natrium thiopental yang diberikan sebesar 0,1022 ml
; 0, 0217 ml ; 0,105 ml dan 0,11 ml.
Tujuan penggunaan obat melalui oral terutama untuk memperoleh eIek sistemik,
yaitu obat masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar ke seluruh permukaan tubuh
setelah terjadi absorpsi obat dari bermacam-macam permukaan sepanjang saluran gastro
intestinal. Tetapi ada obat yang ditelan atau diminum yang memberi eIek local dalam
usus atau lambung karena obat tidak larut atau tidak dapat diabsorpsi dalam rute ini,
misalkan obat yang digunakan untuk membunuh cacing dan bereIek dalam usus; obat
antasida yang digunakan untuk menetralkan kelebihan asam dalam lambung.
Secara teoritis, pemberian obat secara peroral memiliki onset paling panjang
karena obat harus melewati barbagai proses dan rute yang panjang juga harus mengalami
17st pass metabolsm sebelum mencapai tempat aksinya. Dalam percobaan, mencit yang
diberi thiopental secara peroral bahkan tidak tidur sama sekali hanya mengalami
penurunan aktivitas (agresiIitasnya) dengan onset sebesar xxxx dan durasi sebesar xxxx.
Hal ini disebabkan Natrium Thiopental terurai oleh enzim lambung menghasilkan
ion Na

dan thiopental bebas. Thiopental bersiIat relatiI asam lemah karena membentuk
tautomerisasi triokso yang sukar terionisasi karena siIatnya yang asam, sehingga
thiopental cenderung untuk terabsorbsi di lambung (suasana asam) daripada terabsorbsi
di usus (suasan basa). Selain menguraikan ikatan ionic pada garam Na thiopental, enzim-
enzim lambung juga akan merusak atau menghidrolisis thiopental itu sendiri.
Pada hewan uji, Natrium-thiopental itu sendiri menstimulasi Iungsi hati dan
merangsang enzim mikrosom hati, yang merupakan enzim yang dapat merusak
barbiturat-barbiturat(Sulistia Gan, 1987). Akibatnya, bioavaibilitas obat menjadi
berkurang. Selain itu, absorbsinya juga dipengaruhi oleh adanya eIek eliminasi lintas
pertama (F7st Pass Elm3ato3).
Dalam saluran cerna, obat memasuki usus dan menembus dinding usus, dan darah
vena porta mengirim obat ke hati sebelum masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Obat dapat
di metabolisme di dalam dinding usus atau bahkan di dalam darah vena porta. Selain itu,
hati dapat mengekspresi obat ke dalam empedu. Hal ini juga menyebabkan berkurangnya
bioavaibilitas.
Dibanding melalui rute lain penggunaan obat melalui oral adalah yang paling
menyenangkan, murah, paling aman, rIek samping mudah diatasi dan tidak perlu sterilitas
tinggi. Kerugian melalui oral adalah memberi respon yang lambat dibanding per
injeksi,mengiritasi saluran pencernaan, tidak dapat digunakan pada pasien yang muntah,
diare dan tidak koperatiI(tidak sadar diri/koma).
2. Subcutan
Pemberian obat dengan subcutan, diberikan dengan cara disuntukkan melalui
bagian bawah kulit, yaitu pada tengkuk mencit, diantara kulit dan otot. Pemberian obat
secara injeksi dapat diberikan bila pada saat jarum spuit ditusukkan terasa ada ruang
kosong pada kulit mencit.
&mumnya larutan yang dipakai untuk injeksi merupakan larutan isotonis, jumlah
larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. disuntikkan ke dalam jaringan dibawah
kulit ke dalam 'alveola. Larutan harus sedapat mungkin isotonis, sedang pH-nya
sbaiknya netral, dimaksudkan untuk mengurangi iritasi jaringan dan mencegah
kemungkinan terjadi nekrosis (mengendornya kulit).
encit yang digunakan dalam percobaan kali ini sebesar 30,0 g ; 32, 0 g ; 27,0 g
dan 23,9 g sehingga volume larutan natrium thiopental yang diberikan sebesar 0,105 ml ;
0, 024 ml ; 0,095 ml dan 0,08 ml.
Dalam percobaan, mencit yang diberi thiopental secara subcutan tidak tidur hanya
mengalami penurunan aktivitas (agresiIitasnya) ataupun kalaupun tidur memerlukan
waktu onset yang sangat lama dengan onset sebesar xxxx dan durasi sebesar xxxx.
Secara teoritis, pemberian obat secara subcutan memberikan absorbsi yang lambat
dan konstan, sehingga eIek bertahan lama. Natriu thiopentall merupakan bentuk garam
yang siIatnya polar sehingga akan terurai dan lebih mudah larut dalam air, cenderung
untuk dimetabolisme dan diekskresikan daripada diabsorbsi melalui membran lipid.
Oleh karenanya absorbsi berjalan lambat sehingga eIeknya lama karena selain
absorbsi berlangsung konstan, obat juga hanya terhalang oleh barrier lipid dan tidak
terurai atau terhidrolisis oleh enzim apapun.
Keuntungan :
1. EIek yang ditimbulkan lebih cepat dan teratur bila dibandingkan dengan
pemberian peroral
2. Dapat diberikan pada penderita yang tidak sadar, tidak kooperatiI, atau muntah-
muntah
3. Sangat berguna dalam kondisi darurat
4. Kerja obat terus menerus
5. Bisa untuk obat yang tidak merangsang dan larut dalam air dan minyak.
Kerugian:
1. Hanya untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan
2. Absorpsi biasanya lambat
3. Sulit dilakukan sendiri butuh tenaga ahli
4. Harga relative mahal
3. Intramuscular
Injeksi obat pada otot paha (gluteus maximus) merupakan cara pemberian secara
i.m. Pemberian obat secara i.m dilakukan pada otot paha dengan sudut 45H antara spuit
dan kaki mencit. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemberian obat pada mencit.
erupakan larutan atau suspensi dalam air atau minyak atau emulsi. Disuntikkan
masuk otot daging dan volume sedapat mungkin tidak lebih dari 4 ml. Injeksi yang
berupa larutan, suspensi, emulsi, dapat diberikan melalui rute ini. Yang berupa larutan
adalah cepat diserap, sedang yang berupa suspensi, emulsi atau larutan dalam minyak
diserap lambat dan dimaksudkan supaya mendapat eIek yang lama (prolonged action).
Karena aliran darah di otot adalah cukup luas untuk membawa obat pergi ke bagian yang
dituju, maka Iactor pokok yang mempengaruhi absorpsi obat adalah pelepasan obat dari
bentuk sediannya.
encit yang digunakan dalam percobaan kali ini sebesar 30,0 g ; 26, 0 g ; 26,0 g
dan 28,9 g sehingga volume larutan natrium thiopental yang diberikan sebesar 0,021 ml ;
0, 0182 ml ; 0,018 ml dan 0,02 ml.
Dalam percobaan, mencit yang diberi thiopental secara intramuscular akan
tertidur dalam waktu yang relative cepat dengan onset sebesar xxxx dan durasi sebesar
xxxx.
Secara teoritis pemberian obat secara i.m memiliki onset yang cepat karena
seluruh kadar obat dapat langsung masuk ke sirkulasi sistemik tanpa terjadi 17st pass
elm3ato3, hidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan dan tidak ada barrier lipid. Satu-
satunya barrier yang ada ialah pembuluh kapiler.
Keuntungan :
1. EIek yang ditimbulkan lebih cepat dan teratur bila dibandingkan dengan pemberian
peroral
2. Dapat diberikan pada penderita yang tidak sadar, tidak kooperatiI, atau muntah-
muntah
3. Sangat berguna dalam kondisi darurat
4. Fleksibel dan akurabel
5. Cocok untuk obat yang iritatiI subcutan
6. encegah hancurnya obat pada hati
7. enghindari kerusakan pada saluran gastrointestinal
Kerugian :
1. Obat-obatan dalam larutan minyak atau bentuk suspensi akan diabsorpsi sangat
lambat
2. Obat yang sukar larut dalam air pada pH Iisiologik misalnya digoksin, Ienitoin,
dan diazepam akan mengendap di tempat suntikan sehingga absorpsinya akan
berjalan dengan lambat, tidak teratur, dan tidak lengkap
3. Jika terjadi eIek toksik sulit diatasi
4. Kecepatan absorbs tergantung pada aktivitas ototmenyebabkan iritasi jaringan
5. Perlu keahlian khusus
4. Intraperitonial
erupakan injeksi yang disuntikkan langsung ke dalam rongga perut.
Penyerapannya cepat, bahaya inIeksi besar, dan jarang digunakan. Injeksi harus
dilakukan dengan spuit tegak lurus terhadap mencit agar penyuntikan tepat pada rongga
perut, bukannya mengenai usus. Bila injeksi menyebabkan keluarnya darah, berarti
injeksi yang dilakukan tidak tepat (mengenai usus, kandung kemih, lambung, atau organ
dalam lainnya), sehingga dapat menyebabkan mencit mati.
Secara teoritis, onset Intra peritoneal paling pendek dibandingkan dengan cara
pemberian lainnya.
encit yang digunakan dalam percobaan kali ini sebesar 29,8 g ; 34,0 g ; 30,0 g
dan 27,8 g sehingga volume larutan natrium thiopental yang diberikan sebesar 0,1043 ml
; 0, 0238 ml ; 0,105 ml dan 0,1 ml.
Dalam percobaan, mencit yang diberi thiopental secara intramuscular akan
tertidur dalam waktu yang sangat cepat dengan onset sebesar xxxx dan durasi sebesar
xxxx.
Injeksi Intra peritoneal dalam percobaan memberikan harga onset paling kecil
atau dengan kata lain dapat menimbulkan eIek paling cepat daripada cara pemberian
lainnya. Dalam rongga perut terdapat banyak pembuluh darah sehingga dapat mencapai
sirkulasi sistemik dalam waktu yang singkat.
Keuntungan :
1. EIek yang ditimbulkan lebih cepat dan teratur bila dibandingkan dengan pemberian
peroral
2. Dapat diberikan pada penderita yang tidak sadar, tidak kooperatiI, atau muntah-
muntah
3. Sangat berguna dalam kondisi darurat
Kerugian :
1. Tidak dapat dilakukan pada manusia karena bahaya inIeksi dan adhesi terlalu besar
2. Resiko terlalu besar karena kesalahan penyuntikan
3. enyebabkan lesi jika kena usus
enurut teori, urutan onset dari yang paling cepat adalah pemberian lewat intraperitonial
~ intramuscular ~ subcutan ~ peroral. Berdasarkan percobaan, urutan onset dari yang paling
cepat adalah pemberian lewat intraperitonial ~ intramuscular ~ subcutan ~ peroral.
Perbedaan waktu onset ini dipengaruhi oleh cara pemberian. Obat yang diberikan pada
tempat aplikasi yang letaknya jauh dari tempat aksi akan memberikan nilai onset yang besar
karena obat yang masuk pada tubuh akan mengalami absorbs, distribusi, metabolism, dan
ekskresi/eliminasi yang pada setiap cara pemberian memiliki ADE yang berbeda-beda.
Sedangkan waktu durasinya tidak dapat dibandingkan menurut cara pemberian karena
durasi tidak dipengaruhi oleh cara pemberian karena volume pemberian pada masing-masing
cara pemberian berbeda-beda. Durasi lebih dipengaruhi oleh jenis dan biotransIormasi suatu
obat.
Hubungan ADE suatu obat


















ANALISIS SECARA STATISTIK




Absorpsl
8loLransformasl
1empaL kedudukan Aksl 8esepLor

8ebas 1erlkaL
Lkskresl
CbaL lasma

8ebas CbaL 1erlkaL

MeLabollL
uepoL !arlngan
1erlkaL bebas
KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini dilakukan empat cara pemberian obat terhadap mencit, yaitu
peroral (p.o), subcutan (s.c), intra muscular (i.m), dan intra peritoneal (i.p), dengan tujuan
mengetahui cara pemberian mana yang lebih cepat dalam pengabsorpsian dan menimbulkan eIek
obat.
Dari praktikum kali ini, memberikan gambaran bahwa cara pemberian pada praktikum
kali ini tidak berpengaruh terhadap durasi obat atau tidak memberikan perbedaan yang bermakna
(tidak signiIikan). Tetapi cara pemberian obat pada praktikum kali ini berpengaruh terhadap
onset atau memberikan perbedaan yang signiIikan.
Waktu onset dari yang paling cepat adalah pemberian lewat intraperitonial ~
intramuscular ~ subcutan ~ peroral


DAFTAR PUSTAKA

AnieI, oh, 2002, Pe7ala3a3 da3 Nasb Obat Dalam Bada3, Gadjah ada &niversity Press,
Yogyakarta.
AnieI, oh, 2000, lmu Me7ac Obat, Gadjah ada &niversity Press, Yogyakarta.
Anonim, 1995, Fa7maope 3do3esa, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Gan, Sulistia, 1987, Fa7maolog da3 Te7ap, edisi 3, Fakultas Kedokteran &niversitas
Indonesia, Jakarta.
Bertram G, Katzug, 2002, Fa7maolog Dasa7 da3 Kl3, Edisi 8, Salemba edika, Jakarta.
utschler, Ernest, 1991, D3ama Obat, Buu Aa7 Fa7maolog & Tosolog, edisi V,
Penerbit ITB, Bandung.
Siswandono S & Dr. Bambang Soekardjo, S&, 1995, Kma Meds3al 1, Airlangga &niversity
Press, Surabaya.
Siswandono S & Dr. Bambang Soekardjo, S&, 1995, Kma Meds3al 2, Airlangga &niversity
Press, Surabaya.


























Yogyakarta, 11 Oktober 2011
Asisten Praktikum Praktikan
1. Sobhana Pillai (FA/ 0863?)
2. HaniIah Ridha Rabbani (FA/086??)
3. Adityo Idhi Pamulyo (FA/08649)
4. Desi Riza Pratiwi (FA/08652)

You might also like