You are on page 1of 23

analisis, M aret 2006, Vol 3 No.

1: 2538

ISSN 0852-8144

ANALIS IS PERAN AN S EKTOR AGROINDUS TRI T ERHADAP PENDAPAT AN DAN KES EMPAT AN KERJ A DI S ULAWES I S ELAT AN (Analisis Agroindustri, Pendapatan dan Kesempatan Kerja) Basri Rizak
ABS TRAC T
T he aim of the study was to discover : (1) the effect of backw ard linkage and for ward linkage o f agroindustry output encouraging the other economic sectors; (2) the impact of the incr ease o f agroindustry sectors output on the improvement o f employment opportunity; (3) the impact o f agroindustry sectors output on th e income o f th e family: (4) the impact o f the agroindustry secto rs output increase on the in come o f the community and family. T he analysis used in the study was the input-output tables and Social A ccounting Matrix (SAM) in 2000. T he results o f th e study indicate that the v alue o f backward index o f agroindustry sectors is gr eater than one (index >1) toward the development o f other economic sector activities. Whereas the for ward linkag e index o f ag roindustry sectors is greater than on e (index >1) only food industry and l atex sectors. Meanwhile the index values of the bev erag e industry, thread, timber, and rattan goods and bamboo are all smaller than one and greater than 0,5 (0,5 index 1), then the food industry sector is the key sector that must be paid serious attention to. T he impact of the ag roindustry sectors output incr eas e is unable to improve the employment opportunity and income of the family both before and aft er the injection 10%. Key words Opportunity : Agroindustry, Income, and Employment

PENDAHULUAN Latar Belakang Hakekat p embangun an ad alah membentuk manusia-manusia atau individu-ind ividu otonom, y ang memun gkink an mereka b isa men g- aktualisasikan segala p otensi terbaik y ang dimilikiny a secara op timal. Dari sini muncul keber agaman dan sp esialisasi sehingga meny ebabkan p ertukaran (exchange) atau transaksi. Inilah y ang men jadi landasan kokoh bagi terwujudny a manusia-manusia unggulan sebagai modal utama terbentukny a day a saing nasional dalam men gh adapi p ersaingan mondial. Transaksi tidak lain me- rup akan p erwujudan dari interaksi antar manusia den gan segala 25

kekuran gan dan kelebihan masin g- masin g. Keseluruh an kegiatan y ang dilakukan untuk men in gkatkan kesejahteraan masy arakat. Secar a

analisis, M aret 2006, Vol 3 No. 1: 2538 umum hasil p emban gunan dap at dilihat den gan ad any a p enukaran sosial (social change) d an p ertumbuhan ekonomi (economic growth). Untuk mencap ai tujuan tersebut di atas, p emerintah Indon esia telah melaksan akan p emban gunan secar a bertahap . Pembangunan Jangk a Panjan g (PJPT) samp ai tujuan sentral p embangunan ekonomi d i negar anegara b erkemb ang dan sed ang berkemban g termasuk Indonesia adalah p enin gkatan p endap atan p erkap ita masy arakat secara meny eluruh dan mer ata. Untuk mencap ai tujuan tersebut, p emerintah Indonesia telah melaksanakan p emban gun an secara bertahap . Pemban gunan Jan gk a Panjan g Pertama (PJP I) samp ai awal Rep elita VI (1997) telah memberi kesemp atan tumbuh dan berkembangny a sektor p ertanian, industri dan jasa baik di desa maup un p erkotaan, y ang disertai den gan terjadiny a

ISSN 0852-8144

26

Basri Rizak

ISSN 0852-8144

transformasi struktur ekonomi nasional. Arah transformasi struktur p erkonomian ini telah berjalan sebagaimana y an g dih arap kan, y aitu menuju terbentukny a struktur p er- konomian y an g lebih seimb an g dengan sektor industri dan jasa y ang semakin b esar p eranny a dalam p embentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Pada awal PJP I (tahun 1971), p angsa relatif sektor p ertanian, industri dan jasa masing-masin g adalah sebesar 43,6%, 9,4% d an 47,0% terhadap PDB. Pada tahun 2002, p angsa r elatif masin gmasin g sektor tersebut telah berub ah, di man a p angsa relatif sektor p ertanian, industri dan jasa telah menjadi 29,38%, 32,56% dan 38,06% terhadap PDB (Lap oran Perekonomian Indonesia 2002). Namun demikian, tranformasi struktural tersebut belum d ibaren gi dengan transformasi struktur ketenagak erjaan, sehingga sektor p ertanian y ang sudah semakin k ecil p eranan relatifny a dalam p emben- tukan PDB masih harus menamp ung sebagian besar tenaga ker ja nasional. Pada awal PJP I (1971), serap an tenaga k erja sektor p ertanian, industri dan jasa masin g- masin g seb esar 65,0%, 6,7% dan 28,3%. Pada tahun 2002 alokasi serap an tenaga kerja nasional tidak sejalan den gan transformasi struktur p erekonomian, di mana serap an tenaga kerja sektor p ertanian, industri dan jasa masin g- masin g sebesar 43,2%, 12,5% d an 44,3% terhadap angkatan kerja nasional (Indik ator Ketenagak erjaan

200 2). Dalam up ay a memacu p er- tumbuhan ekonomi dengan ber-basis p ada p otensi sumberday a y ang dimiliki, p ada akhir Rep lita III

Basri Rizak Pemerintah Daerah Prop insi Sulawesi Selatan menetap kan berbagai kebijak an p emban gunan secar a terintegrasi sesuai kond isi sumberday a y ang dimiliki (teori p engemban gan wilay ah). Namun demikian, k etimp angan alokasi tenaga ker ja dan p endap atan masih tetap menjadi masalah d i Sulawesi Selatan, sebagaiman a p ermasalahan secara nasional. Peranan sektor p ertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Selatan tahun 2002 sebesar 37,50%, sedangk an sektor industri p engolahan, dan jasa-jasa masin g-masin g sebesan 11,46%, dan 27,46%, serta sektor lainny a 23,58%. Sementara p eny erap an tenaga kerja sektor p ertanian p ada tahun 2002 mencap ai 58,38%, sed an gkan sektor industri p engolah an sebesar 8,83%, serta sektor 32,79%. Komp osisi tenaga ker ja tersebut tidak jauh berbeda den gan k eadaan tahun 1990, y akni: 57,60% terserap p ada sektor p ertanian, sedangkan sektor industri p engolahan, dan jasa-jasa masin gmasin g sebesar 6,83% dan 32,79%. Terlihat adany a ketimp angan alok asi tenaga jika dib andin gkan den gan kontribusi masing-masin g sektor terhadap PDRB. Permasalahan in i akan semak in memp erlebar k esenjan gan p endap atan antar sektoral, dengan p endap atan sektor p ertanian akan semakin men gecil, sementara lebih d ari sep aruh tenaga kerja terserap p ada sektor p ertanian. Ketimp angan alok asi tenaga k erja tersebut meny ebabkan semakin meleb arny a kesenjan gan p endap atan, sebagaimana terlihat dari terjadiny a kenaikan an gka koefisien gini ratio, meskip un masih ter golon g d alam ketimp angan rend ah, y akni dari 0,2194 tahun 1997 meningkat

ISSN 0852-8144

Agroindustry , Income, and Emp loy ment Opp ortunity menjad i 0,2629 p ada tahun 2000. Permasalah an ini p erlu segera d iatasi, untuk menghindar i semakin meleb ar- ny a ketimp angan distribusi p endatan. Berdasarkan uraian kondis i p erekonomian secara nasional dan regional Su lawesi Selatan, mak a p erlu dip ahami dan disikap i oleh semu a p ihak bahwa p eranan sektor p ertanian dalam p erekonomian nasional dap at ditingkatkan h in gga 100 200% dar i sekaran g, baik terhadap PDB maup un terhadap p enerimaan devisa, mak a p roduk-p roduk p ertanian harus dap at member ikan nilai tambah y an g leb ih besar. Up ay a agar n ilai tambah in i dap at dip erbesar adalah den gan melakuk an industrialisasi p roduk p ertanian melalui p rogram agro- industri. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui besarny a ef ek keterkaitan kebelak an g (backward linkage) dan keterkaitan kedep an (forward linkage) outp ut sektor- sektor agroindustri mendoron g p erkembangan sektor-sektor ekonomi lainny a. 2. Untuk mengetahui damp ak kenaikan outp ut sektorsektor agro industri terhadap p eningkatan kesemp atan kerja atau lap angan p ekerjaan. 3. Untuk mengetahui damp ak k e- naikan outp ut sectorsektor agro industri mamp u men in gkatkan p endap atan golongan rumah tangga. 4. Untuk mengetahui damp ak k e- naikan outp ut sektorsektor

ISSN 0852-8144

agro industri mamp u memp erkecil ketimp angan p endap atan masy ara- kat atau rumah tangga. Manfaat dan Kegunaan M erup akan alat ukur model ekonomi untuk men gk aji p eranan agro industri. 2. Dap at digunakan oleh y an g berkep entingan sebagai sumber p ustaka. 3. Dap at dijadikan acuan d alam p engambilan kebijakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
1.

Hipotesis Berdasar rumusan masalah dan tujuan p enelitian, maka diajukan hip otesis sebagai ber ikut : 1. Outp ut sektor-sektor agroindustri memp uny ai efek keterkaitan kebelak an g (backward linkage) dan keterkaitan kedep an (forward linkage) y ang relatif besar, sehingga mamp u mendoron g p erkembangan kegiatan sektor- sektor ekonomi lainny a. 2. Kenaikan outp ut sektorsektor agro industri mamp u men in gkatkan kesemp atan kerja atau lap angan p ekerjaan. 3. Kenaikan outp ut sektorsektor agro industri mamp u men in gkatkan p endap atan golongan rumah tangga. 4. Kenaikan outp ut sektorsektor agro industri mamp u memp erkecil ketimp angan p endap atan masy ara- kat atau rumah tangga.

Basri Rizak

ISSN 0852-8144

Skema Kerangka Pikir (Data Sekunder ) Input-Output

Usahatani T anaman Pangan & H Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan T enaga Kerja (SDM) Industri Hulu Lembaga Keu angan In frastruktu r

A G R O I N D U S T R I

Industri Hilir Pemasaran Jasa-jas a

Kesempatan K erja

Pendapatan

Distribusi Pendapatan

Pertumbuhan Ekonomi Berkeadilan Sosial

Social Accounting Matrices (Data Sekunder )

METODE PENELIT IAN Input-Output Kerangka Analisis Input Output (I - O) Dalam studi Input-Output menurut OConnor dan Henry (1975) dibutuhkan 3 (tiga) tabel utama y aitu: (1) tabel tranksaksi, (2) tabel koefisien teknolo gi dan (3) tabel koefisien y ang salin g keter gantungan. Adap un sebagai dasar d alam analisis Input-Output bertolak dari tabel transaksi y ang berbentuk matriks bujur san gkar berukuran n x n, sehingga model umum analisis InputOutput ini dap at ditulis dalam

X = Ax + f ....................................(1) Atau (I A)x = f ..................................(2) 1 1 (I A) (I-A)x = (I A) f.... ...(3) 1 Ix = [I-A] f................................. (4) 1 X = [I-A] f................................ (5) Jika rumah tan gga dimasukkan kedalam sektor antara (OConnor dan Henry , 1975) maka akan d ip eroleh p ersamaan sebagai b erikut:
-1

X = [I-Ah] f .................................(6) di mana : suatu

Basri Rizak p ersamaan matriks (Thomas, 1982), sebagai ber ikut:

ISSN 0852-8144 X = Jumlah outp ut y ang dihasilkan oleh sektor

Agroindustry , Income, and Emp loy ment Opp ortunity A = Koefisien inp ut, y aitu outp ut suatu y ang dibeli oleh sektor lain sebagai inp ut untuk men ghasilk an suatu outp ut f = p ermintaan akhir (final d emand) terhadap suatu outp ut suatu sektor I = matriks identitas, y aitu matriks y ang elemenny a p ada diagonal utamany a adalah satu dan lainny a nol. -1 [I-A] = matriks kebalikan (inverse) Leontief -1 [I-Ah] = matriks kebalikan (inverse) leontief den gan memasukkan rumah tangga dalam sektor antara M atriks kebalikan Leontief [I-A] 1 menurut OConnor dan Henry (1975), Thomas(1982), Richardson (1972), M iiler dan Blair (1985) dap at digun akan secara lu as dalam analisis p engganda dan keterkaitan (Multiplier
-

ISSN 0852-8144

and Linkage ) p ada berbagai sektor ekonomi. M enurut Tjahjani (1995:14), d alam suatu model inp ut-outp ut, transaksi- transaksi antara sektorsektor ekonomi men ggunak an tiga dimensi dasar, sebagai b erikut : 1. Keseragaman (homogen ity), y ang berarti bahwa setiap sektor hany a memp roduksi satu jenis baran g dan jasa, seragam d an sususna inp ut tunggal. 2. Kesebandin gan (proportionality) , y ang berarti b ahwa ken aikan p enggun an inp ut berbandin g lurus den gan ken aikan outp ut. Prinsip ini ju ga dinamakan p rinsip lineritas. 3. Penjumlah an (additivity), y ang berarti bahwa p engaru h keseluruhan k egiatan p roduksi di berbagai sektor merup akan p enjumlahan dar i p engaru h masin g-masin g p rinsip .

Basri Rizak

ISSN 0852-8144

Kerangk a Dasar Tabel Inp ut-Outp ut


Alokasi Output Struktur Input Permintaan Antara Sektor Produksi Jumlah Permintaan 1.. j . n Antara n n x1 i x11.. x1j.. x1n.. j-i n

xij

Permintaan Akhir

Penyediaan Input Jumlah Output

F1 . . F1

M1 II . . M1

X1

. . i Antara . . n Jumlah Input Antara Input Impor Input Primer Jumlah Input

xi1..

xij..

xin j-i n

X1

xnl..

xnj..

xnn

j-i

xni

Fn n
x in

Mn

xi1

n
x in

x ij

Xn n
Xi

i-1

x in

F i-1 Mn Vn Xn i-1

M i-1

i-1 M1 V1 X1

i-1 Mi III Vj Xj

Sumber : Tabel Inp ut-Outp ut Indonesia 1990. Social Accounting Matrices (SAM) Social Accounting Matrices (SAM ) merup akan p erluasan dari suatu tabel Input-Output (I-O) y an g dimaksudkan untuk mengisi kekuran g-sensitifan tabel I-O dalam men ganalisa keadaan sosial masy arakat, misalny a masalah distribusi p endap atan dan ketenagakerjaan. Kend ati dalam tabel I-O sudah memp erhatikan asp ek distribusi p endap atan, konsumsi rumah tangga dan ju mlah tenaga kerja, tetap i informasiny a hany a terbatas p ada masalah y ang sifatnya agr egat, sehin gga p erincian leb ih lanjut y ang leb ih mend alam tidak dap at dilakukan. Distribusi p endap atan dalam tabel I-O hany a disajikan menurut sektor ekonomi d an tidak menurut golon gan tenaga k erja atau rumah tangga. Demikian halny a, konsumsi rumah tangga hany a dap at disajikan menurut komoditi, tidak dirinci leb ih lanjut menurut go lon gan rumah tangga, d an tenaga ker ja d irinci menurut sektor ekonomi tanp a merinci ap akah tenaga kerja tersebut bekerja sebagai manajer, staf dan sebagainy a.

Agroindustry , Income, and Emp loy ment Opp ortunity Dengan demikian, model SAM merup akan model y ang tidak hany a men ggamb arkan tranksaksi jual beli baran g dan jasa (tranksaksi antar ekonomi/p roduksi) sep erti model I-O akan tetap i menggambark an hubungan timb al balik antara: (1) struktur p roduksi, (2) distribusi p endap atan y ang ditimbulkan karen a adany a kegiatan p roduksi dan konsumsi, dan (3) konsumsi, tabungan dan investasi (Azis, 1987). Kerangk a dasar p embentukan SNSE adalah berbentuk matrik
Pengeluaran Faktor Produksi 0 T2 .1 0 T4 .1 t1

ISSN 0852-8144

dengan ukuran 4 x 4. Bentuk dasar tersebut dap at dilihat p ada Tabel 4. Lajur ke samp in g (menurut baris) menunjukkan p enerimaan; sedan gk an lajur k e bawah (menurut kolo m) menunjukkan p en gelu aran. Dalam keran gka SNSE terdap at 4 neraca utama, y aitu: a. Neraca f aktor p roduksi, b. Neraca institusi, c. Neraca sektor p roduksi, dan d. Neraca lainny a.

Kerangk a Dasar Socia l Accounting Ma trices ( SAM )


Penerimaan Faktor Produksi Institusi Sektor Produksi Rest of T he World T otal Institusi 0 T2 .2 T3 .2 T4 .2 t2 Sektor Produksi T1 .3 0 T3 .3 T4 .3 T3 Rest of T he World T1 .4 T2 .4 T3 .4 T4 .4 t4 T otal t1 t2 t3 t4

Sumber: Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia Tahun 1990. BPS Pusat. neraca Pada Tabel diatas, notasi t ij sektor p roduksi nilai digunakan untuk menunjukkan tersebut merup akan p engeluaran. matriks transaksi y ang diterima oleh ner aca baris ke i dari neraca Sedan gk an kolom ke-j sedan gk an notasi ti menunjukkan total p enerimaan ner aca b aris ke i d an sebalikny a t j total p engeluaran n eraca kolom ke-j. Oleh karenany a, p ada SNSE/SAM harus sama den gan tj, untuk setiap i = j. M isalny a, neraca T 1.3 menunjukkan alokasi nilai tambah dari sektor p roduksi keberbagai faktor p roduksi. Artiny a dalam melakukan p roses p roduksi men ghasilk an bar an g dan jasa y an g berjumlah t 3 (total output), sektor p roduksi membutuhkan p artisip asi faktorfaktor y ang dibay ar dengan balas jasa seb esar T 1.3. Untuk n eraca faktor p roduksi, nilai T 1.3 merup akan p enerimaan, sed an gkan untuk

Agroindustry , Income, and Emp loy ment Opp ortunitymenun jukkan p endap atan neraca (netto) faktor p roduksi y ang diterima dari luar negeri. Total kedua neraca ini menun jukkan distribusi p endap atan y ang diterima oleh faktor p roduksi (factorial in come distribution). Ner aca T 1.2 menunjukkan alok asi p endap atan faktor p roduksi y ang diterima oleh rumah tangga dan institusi lainny a. Sedan gk an neraca T 2.2 menunjukk an transfer payment antar institusi dan neraca T 2.4 menujukk an transfer payment y ang diterima oleh rumah tangga dan institusi lainny a di luar negeri. Jumlah ketiga neraca in i menunjukkan d istribusi p endap atan rumah tangga dan institusi lainny a. Neraca T 3.3 adalah sub-sistem y ang men guraik an transaksi antar sektor p roduksi, dan menjadi matriks p okok untuk analisis p ada tabel input-outpu t. Sedan gk an ner aca T 3.2 adalah
T1.4

ISSN 0852-8144

Basri Rizak

ISSN 0852-8144

subsistem y ang men guraikan tentan g komp osisi p engeluar an berbagai kelomp ok rumah tangga atau institusi lainny a y ang dirin ci menurut jenis baran g dan jasa y ang dihasilk an sektor p roduksi. Jika diuraikan secara aljab ar melalui p ersamaan-p ersamaan sebagaimana p ada tabel input-outpu t maka dip eroleh p ersamaan untuk faktor p roduksi, institusi dan sektor p roduksi sebagai ber ikut: t 1 = A13t 3 + X1 t 2 = A21t 1 + A22t 2 + X2 .........................(1) t 3 = A32t 2 + A33t 3 + X3 dimana : t 1 = Jumlah p endap atan faktorfaktor p roduksi t2 = Jumlah p endap atan institusi t3 = Jumlah p endap atan sektor p roduksi (output) Aij = Jumlah matriks koefisien p engeluar an X1 = Peubah ekso gen atau p erubah neraca lainny a Berdasarkan ru musan tersebut di atas tamp ak bahwa ketiga p ersamaan satu sama lain saling berk aitan. Pendap atan faktor p roduksi (t 1) ditentukan oleh p endap atan p roduksi (t 3), sedangkan t3 ditentukan oleh p endap atan institusi (t 2) selain ditentukan oleh t 3 sendiri. Demikian pula t 2 ditentukan oleh t 2 sendiri dan t 1. Jadi merup akan suatu ran gkaian tertutup y ang salin g menjelaskan satu sama lain antara struktur p roduksi, distribusi p endap atan faktor p roduksi dan p endap atan serta p enegeluar an institusi. Persamaan (1) dap at diuraikan seb agai b erikut: t 1 = A13 t 3 X1 -1 -1 t 2 = (I-A22) A21t 1 + (I-A22) ....... (2) t 3 = (I-A33) 1 A32t2 +(I-A33) 1 X3

Jika ditentukan : A * j k = (I-Ajj )-1 Aj k

Basri Rizak M aka p ersamaan (2) akan menjad i sebagai ber ikut: t 1 = A* 13t 13 + X1 -1 t 2 = A* 21t 1 + (I-A22) X2 ............... (3) t 3 = A* 32 t 2 + (I-A33) 1 X3 Penerap an model analisis inp utoutp ut dalam p erencanaan ekonomi regional, ad alah den gan men gkaji p eranan agro industri dilih at dari damp ak y ang ditimbulkanny a terhadap p ertumbuhan ekonomi, p endap atan, dan kesemp atan kerja. Studi kasus ini adalah di Sulawesi Selatan. Besarny a koefisien damp ak agro industri dihitung d en gan men ggunak an rumus-rumus sebagaiman a y ang telah dikemukakan. Berdasark an hasil p erhitungan koefisien damp ak, kemudian dianalisis ap akah damp ak tersebut besar, sedang atau kecil. Sehubun gan d en gan itu, dihitun g indeks damp ak berdasarkan cara y ang dikemukak an oleh Rasmussen (Siegfr ied Schultz, 1976; BulmerThomas, 1982; Sritua Arief, 1993; Simarmata, 1993), dimana rata-rata semua koefisien d ari seluruh sector dijadik an factor normalisasi. Disin i, rata-rata koefisien dar i suatu sector dirasio atau dinormalisasi den gan rata-rata semua koefisien dari seluruh sector, untuk damp ak y ang sama. Ap abila indeks damp ak tersebut > 1 maka damp ak dimaksud diklasifik asikan besar, klasifik asi sedang dan kecil, ap abila indeks damp ak 1. untuk menentukan ap akah damp ak tersebut klasifik asi sedang atau kecil, d igunakan criteria nilai tengah y aitu 0,5. Klasifik asi sedang ap abila ind eks damp akny a adalah > 0,5 - 1,0, sedangkan klasifikasi kecil ap abila indeks damp akny a adalah 0,5.

ISSN 0852-8144

Agroindustry , Income, and Emp loy ment Opp ortunity HAS IL PENELIT IAN Analisis Input Output (Backward Linkage dan Forward Linkage Sektoral) Untuk mengetahui besar ef ek keterkaitan kebelak an g (backward linkage) dan keterkaitan kedep an (forward linkage) sektor-sektor agro industri dalam mendoron g p erkembangan sektor-sektor ekonomi lainny a. Backward linkage men ggamb arkan damp ak sektor tertentu terhadap sektor y ang meny ediakan inp ut antara sektor tersebut p er unit kenaikan p ermintaan akhir. Sektor y ang memp uny ai nilai indeks lebih besar dari satu menunjukkan b ahwa sektor tersebut memp uny ai keterkaitan kebelak an g/membutuhkan inp ut sektorsektor lain diatas rata-rata seluruh sektor, sehingga sektor ini disebut juga sebagai sektor kunci. Forward linkage atau keterkaitan kedep an men ggambarkan damp ak sektor tertentu terhadap sektor-sektor y ang men ggun akan outp ut sektor tersebut sebagai inp ut antar p er unit kenaikan p ermintaan akhir. Sektor y ang memp uny ai nilai indeks leb ih besar dari satu menunjukkan b ahwa sektor tersebut bany ak dip erlukan oleh kegiatan sektor lain sebagai inp ut kegiatan p roduksi sektor-sektor lain, diatas rata-rata seluruh sektor sehingga. Sehin gga sektorsektor y ang demikian ini atau sektor kunci harus mendap at p erhatian serius. Lamp iran I menun jukkan besar an nilai ind eks backward sektorsektor agro industri y ang terdiri dari sektor .

ISSN 0852-8144

industri makanan, minuman, ben an g, kay u ger gajian, bar an g dar i rotan dan bambu dan lateks. Nilai indeks masin g-masin g lebih b esar dari satu (indeks >1) terhadap p erkembangan kegiatan sektor-sektor ekonomi lainny a. Sedan gk an nilai indeks forward linkage sektor-sektor agro industri y ang memp uny ai nilai keterkaitan kedep an lebih besar dar i satu (indeks >1) hany a sektor industri makanan d an lateks. Sementara sektor-sektor industri minuman, benan g, kay u ger gajian d an bar an g- baran g dari rotan dan bambu semuany a lebih kecil dari satu dan lebih besar d ari 0,5 (0,5 indeks 1). Berdasarkan nilai indeks backward linkage dan forward linkage serta kontribusi atau share terhadap PDRB Sulawesi Selatan tahun 2000, maka sektor industri makanan merup akan sektor kunci/sektor agroindustri y ang harus mendap atkan p erhatian y ang serius. Analisis Matrix (S AM) S ocial Accounting

M enunjukkan bahwa damp ak kenaikan outp ut sektorsektor agro industri mamp u men in gkatkan lap angan p ekerjaan atau kesemp atan kerja. Hal ini dap at dilihat p ada tabel 1 dibawah, terlihat bahwa ap abila diinjeksi/naik 10 p ersen outp ut sektor- sektor agroindustri, maka lap angan kerja atau kesemp atan kerja untuk tenaga p roduksi, op erator alat angkut, p ekerja kasar naik 8,49 p ersen dan untuk tenaga kep emimp inan d an tatalaksana hany a 0,17 p ersen

Basri Rizak

ISSN 0852-8144

Tabel 1
T enaga Kerja T enaga profesional, t eknisi Kepemimpinan, ket at alaksanaan T at a usaha dan sejenis T enaga usaha penjualan T enaga usaha jasa T enaga usaha pert anian T enaga produksi, operator alat angkut , pekerja kasar 1 2 3 4 5 6 7 Dampak 1.2998 0.1718 1.1935 3.5756 0.7260 4.6990 8.4888 Tenaga Kerja

Analisis SAM menunjukkan bahwa damp ak kenaikan outp ut sektor-sektor agroindustri mamp u menin gkatkan p endap atan golongan rumah tan gga. Hal ini dap at dilihat p ada tabel 2 dibawah ini, b ahwa akibat adany a kenaikan atau injeksi

10 p ersen outp ut sektorsektor agro industri maka p endap atan rumah tangga golon gan atas p erkotaan menin gkat sebesar 10,12 p ersen dan untuk rumah tangga buruh tani menin gkat 0,70 p ersen.

Tabel 2
Rumahtangga Pertanian Buruh Pengusaha Golongan Bawah Pedesaan Penerima Pendapatan di Pedesaan Golongan Atas Pedesaan Golongan Bawah Perkotaan Penerima Pendapatan di Perkotaan Golongan Atas Perkotaan 9 10 11 12 13 14 15 16 0.6956 7.1852 1.6108 0.7194 2.2293 4.5891 1.4146 10.1255

Bukan Pertanian

Analisis SAM menunjukkan bahwa damp ak kenaikan outp ut sektor-sektor agroindustri mamp u memp erkecil ketimp angan p endap atan rumah tangga atau masy arakat. Hal ini dap at dilihat p ada tabel 3 dibawah ini, bahwa diketahui sebelum outp ut sektor-sektor agro industri naik atau injeksi p endap atan rumah tangga p erkap ita sebesar 1:9,44 y aitu antara rumah tangga buruh tani dib andin g den gan golon gan atas p erkotaan. Kemudian ap abila sektor-sektor agroindustri

dinaikkan atau d iinjeksi 10 p ersen, maka ketimp angan p endap atan rumah tangga buruh tani golon gan atas p erkotaan menjadi 1 :10,33. Dan ap abila injeksi p erekonomian dikemban gk an secara merata seluruh sektor maka ketimp anganny a akan jauh men jadi leb ih besar y aitu 1:17,82 p ersen. Dengan demikian dap at disimp ulkan bahwa den gan keb ijak an p engemban gan sektor-sektor agro industri dap at lebih memp erkecil ketimp angan p endap atan golongan bawah den gan golon gan atas.

Agroindustry , Income, and Emp loy ment Opp ortunity Tabel 3

ISSN 0852-8144

Golongan Rumahtangga Rumahtangga Pertanian Buruh Pengusaha Golongan Bawah Pedesaan Penerima Pendapatan di Pedesaan Golongan Atas Pedesaan Golongan Bawah Perkotaan Penerima Pendapatan di Perkotaan Golongan Atas Perkotaan

Pendapatan Pendapatan perk apita Sesudah injeksi Anggota perkapita Rumahtangga Sebelum Agroindustri keseluruhan injeksi 768,194.6 759.87 765.15 812.68 2,370,422.0 1,073,414.2 681,466.6 739,679.1 757,932.3 500,466.7 910,102.4 2,784.88 1,300.74 866.53 2,133.70 4,916.96 2,319.87 7,175.86 2,984.98 1,321.69 872.77 2,181.26 5,142.60 2,352.69 7,902.45 4,761.09 1,509.04 928.59 2,606.41 7,160.42 2,647.73 14,483.05

Bukan Pertanian

KES IMPULAN Berdasarkan hasil an alisis p ada bagian-bagian seb elumny a, mak a dap at diambil beberap a kesimp ulan sebagai ber ikut : 1. Hasil analisis inp ut-outp ut menunjukkan bahwa semu a sektor-sektor agroindustri memp uny ai keterkaitan ke belakan g (backward linkage) y ang besar (ind eks >1) terhadap p erkembangan kegiatan sektorsektor ekonomi lainny a. Sedan gk an sektor y ang memp uny ai keterkaitan ke dep an (forward linkage) y ang besar (indeks >1) terhadap sektorsektor ekonomi lainny a h any a sektor industri lateks dan makanan, sementara industri benan g, kay u ger gajian, minuman, serta rotan dan bambu hany a memp uny ai keterkaitan y ang sedan g (0,5 indeks 1) terhadap sektorsektor ekonomi lainny a. 2. Hasil analisis Social Accounting Matrix (SAM) menunjukk an

bahwa kenaikan outp ut sektor- sektor agroindustri memp uny ai damp ak terhadap p eningkatan kesemp atan kerja atau lap angan p ekerjaan, dimana setelah dilakukan in jeksi sebesar 10 % kesemp atan kerja naik 8,5 p ersen untuk tenaga ker ja p roduksi dan hany a 0,17 p ersen untuk tenaga kerja kep emimp inan dan ketatalaksanaan. 3. Kenaikan outp ut sektorsektor agro industri memp uny ai damp ak terhadap p eningkatan p endap atan rumah tangga, d iman a setelah dilakukan in jeksi sebesar 10 % p endap atan golongan rumah tangga go lon gan p erkotaan menin gkat sebesar 10,12 p ersen dan rumah tan gga buruh tani menin gkat sebesar 0,70 p ersen. 4. Kenaikan outp ut sektorsektor agro industri mamp u memp erkecil ketimp angan p endap atan rumah tangga atau masy arakat, bahwa sebelum diin jeksi ketimp angan p endap

Agroindustry , Income, and Emp loy ment Opp ortunity rumah atan tangga p erkap ita sebesar 1:9,44 y aitu

ISSN 0852-8144

Basri Rizak

ISSN 0852-8144

antara rumah tan gga buruh tani dibandin g den gan go lon gan atas di p erkotaan. Kemudian ap abila sektor-sektor agroindustri diinjeksi 10 p ersen, maka ketimp angan p endap atan rumah tangga menin gkat men jadi 1 :10,33 p ersen. Dan ap abila injeksi p erekonomian dik emban gk an secara merata diseluruh sektor, maka ketimp angan akan jauh lebih b esar y aitu 1:17,82. Dengan demikian p engemban gan sektor- sektor agroindustri tidak dap at memp erkecil ketimp angan p endap atan golon gan b awah dengan golon gan atas, tetap i hany a men ghamb at agar tidak semakin meleb ar ketimp angan distribusi p endap atan masy arakat. DAFTAR PUS TAKA Abadi, M uhammad Yusuf. 1996. Analisis Keterkaitan Pembangunan Ekonomi Desa dan Kota di Sulawesi Ten ggara. Disertasi tidak dip ublikasikan. Bo gor : Program Pascasarjan a Universitas Hasanuddin. Arief Sritua, 1993. M etodologi Penelitian Ekonomi, Pen erbit Universitas Indonesia. Jakarta. Austin . J.E. 1992. Agroindustrial Project Analy sis. M ary land: The Johns Hop kins University Press. BPS, Sistem Ner aca Sosial Ekonomi Nasional ( SNSE), 19952000, Jakarta.

Statistik Selatan

Prop insi

Sulawes i

2000. Keran gka Teori dan Tabel Inp ut Outp ut Nasional, 1990, 19952000, Jakarta. Tabel Outp ut Sulawesi 1995-2000 . M Badan Perwakilan Inp ut Selatan, akassar:

1990,

Basri Rizak Analisis Tabel Inp ut-Outp ut. Center For Statistical Sources. Jakarta. Budi, S. 2001. Studi Damp ak Kebijaksanaan Pemban gunan terhadap Disp aritas Ekonomi Antar Wilay ah. Disertasi tidak dip ublikasikan. Bogor : Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Hiday at Tirta 1991 The construction of A two Region Social Accounting M atrix for Indonesia and its App lication to Some Equity Issues (Desertasi, Dalton Cornell University . Leontief W. 1931-1936 Transaksi interindustri dalam p erekonomian (Chenery dan Clark 1966), Oxford University Press. M angiri, K. 2000, Teknik Peny usunan Tabel Inp ut Outp ut. BPS, Jakarta Nasara, Shilsil, 1997 Analisis Inp utOutp ut. Lembaga Pen erbit Universitas Indonesia, Jakarta. Nasution, M , 1997. Pengemban gan Agrobisnis Sebagai Salah Satu Strategi Pemban gunan Ekonomi Raky at di Pedesaan. Dalam Buku Pemban gunan Ekonomi Nasional. Intermasa, Jakarta. O. Connor Rand Henry , Edmund W. 1975 Inp ut Outp ut Analy sis and its Ap lications. Hafner Press, New York. Prihawantoro, S. 1998. Analisis Deforestasi di Indonesia den gan Pendekatan Neraca Sosial Ekonomi. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta: Program Pascasar jan a Bidan g Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia.

ISSN 0852-8144

Agroindustry , Income, and Emp loy ment Opp ortunity Py att, G. 1978. Social Accountin g; A Basic for Plannin g. Cambrid ge, England, Wor ld Bank. Richardson, Harry . 1972. Inp ut Outp ut and Regional Economics, Devision of John Willy and Sons Inc. New York Rop ingi, 1999. Analisis keragaan p erekonomian dan kesejahteraan masy arakat Kabup aten Boy olali dengan p endekatan model sistem neraca sosial ekono mi, Institut p ertanian Bogor, Tesis tidak dip ublikasikan). Saleh, A.K. 1982. Peranan Transmigrasi d alam Pemban gun- an Kabup aten Luwu Prop insi Sulawesi Selatan, Studi Kasus Penggunaan M odel Inp ut-Outp ut. Disertasi tidak dip ublikasikan. Bogor: Pro gram Pascasar jan a Institut Pertanian Bogor. Saragih, B dan Krisna M urthi, 1998. Agroindustri Sebagai Pen ggerak Utama Pemban gunan Sektor Agribisnis Nasion al. M akalah . GPI Tamalanrea. Unhas. Santoso Ismantohadi, 2000. Keterkaitan antar sektor dan faktor-faktor y ang memp en garuh i kinerja ekono mi dan distribusi p endap atan di Jawa Timur. Disertasi tidak dip ublikasikan, Universitas Airlangga, Sur abay a. Sigit, H, 1980. M asalah p enghitungan distribusi p endap atan di Indonesia, Prisame Ed isi Januar i 1980, LP3ES. Jakarta. Soekatari, 2003 Teori Ekonomi Produksi, PT. Raja Gratindo Persada, Jakarta.

ISSN 0852-8144

Sutop o, S. 1997. Analisis Inp ut Outp ut. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Agroindustry , Income, and Emp loy ment Opp ortunity Slamet Sutomo 1988, Distribusi Pendap atan dan Pola Pen geluaran Rumah Tangga : p en gamatan berdasarkan SNSE Indonesia, 1975 dan 1980, ekonomi dan keuan gan Indon esia vo l. 35 No. 2 Jakarta. 1991, M atrix p enggand a (mu ltip lier, matrix) dalam keran gka sy stem neraca social ekonomi, ekonomi dan k euan gan Indonesia vol. 39.00.1. M aret. Tirta Hiday at, 1991, an International Social Accountin g matrix for Indonesia; Theoretical back- ground and instruction, ekonomi dan keuan gan Indonesia hal 39 no.1 Desember. Thorbeke. Erik 1984 Structural Path Analy sis and Multip lier Decomp osition Withim A Social Accounting M atrix Framework (the Economic Journal, Printed in Great, Britain). 1989. The Imp act of Budget Retrench ment on In come Distribution in Indonesia : A Social Accounting M atrix App lication. Pap er p rep ared for the OECD Develop ment Center, Paris. 1991. Structural Adjustamen and Rationlization of the Public Sector Industri 19831988, M akalah disamp aikan p ada Senior Policy Semin ar di Caracas, Venezuela. 1992, Adjustment and Equity in Indonesia. Develop ment Center at the Organization for econo mic Coop eration and develop ment, Paris.

ISSN 0852-8144

Basri Rizak

ISSN 0852-8144

Lamp iran I Sektor Agroindustri dan Sep uluh Sektor den gan Koef isien dan Ind eks Backward Linkage Tertinggi Prop insi Sulawesi Selatan Tahun 2000
Sektor Industri lateks Sektor Industri makanan Agro- Industri minuman Industri kayu gergajian industri Industri rotan & bambu Industri benang Industri lainnya Industri kimia lainnya Barang dari logam, mesin dan alat angkut Sektor Industri tekstil dan pakaian Industri jadi industri kertas dan Lainnya percetak an Konstruksi Jasa-jas a lainnya Karet Listrik, gas dan air bersih Perkebunan lainnya Rank 2 7 8 10 30 11 1 3 4 5 6 9 13 14 15 16 Koefisien 2.5444 2.1352 2.0581 1.9582 1.8718 1.9224 2.5548 2.5436 2.3315 2.2744 2.1735 2.0418 1.7143 1.6260 1.6128 1.5638 Indeks 1.6140 1.3544 1.3055 1.2421 1.1873 1.2195 1.6206 1.6135 1.4790 1.4427 1.3788 1.2952 1.0874 1.0314 1.0230 0.9919

Sektor Agroindustri dan Sep uluh Sektor den gan Koef isien dan Ind eks Forwa rd Linkage Tertinggi Prop insi Sulawesi Selatan Tahun 2000
Sektor Industri lateks Sektor Industri makanan Agro- Industri benang industri Industri kayu gergajian Industri minuman Industri rotan & bambu Industri kimia lainnya Karet Barang dari logam, mesin dan alat angkut Sektor Perdagang an, restoran dan hotel Industri Angkutan dan komunikasi Lainnya Kayu industri kertas dan percetak an Barang-b arang hasil kilang minyak Lemb.keuangan, jasa perusah aan & sewa bangunan Industri tekstil dan pakaian jadi Rank 5 11 17 20 40 16 1 2 3 4 7 8 9 6 11 12 Koefisien 2.3852 1.7168 1.4828 1.3227 1.0092 1.4926 4.6082 3.9582 3.0854 2.6873 2.2011 2.1885 2.1877 2.2484 1.9506 1.6666 Indeks 1.5130 1.0891 0.9406 0.8390 0.6402 0.9468 2.9231 2.5108 1.9572 1.7047 1.3962 1.3882 1.3877 1.4262 1.2374 1.0572

Sumber : T abel Input-Output (I-O) dan Social Accounting Matrix (SAM) Propinsi Sulawesi Selatan

Basri Rizak
T ahun 2000 (64x64).

ISSN 0852-8144

You might also like