You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita sejak lama dijadikan sebagai objek pemuas kebutuhan oleh pria.

Berbagai bentuk penindasan dan diskriminasi menimpa kaum wanita. Sebelum adanya emansipasi wanita, wanita mempunyai kedudukan yang sangat rendah. Wanita kebanyakan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Sehingga, proses pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat sangat tidak mungkin melibatkan wanita. Emansipasi wanita yang diusung oleh R.A Kartini bertujuan agar kaum wanita bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Sehingga, diharapkan wanita mampu mengambil peran dalam pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat. Pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga kesinambungan masyarakat. Akan tetapi, terkadang pria tidak mampu menangani permasalahan pembangunan ekonomi dan sosial seluruhnya dikarenakan faktor-faktor tertentu. Sehingga, dibutuhkan peran wanita untuk membantu pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana sikap wanita terhadap emansipasi wanita. 1.2.2 Bagaimana peran wanita dalam pembangunan ekonomi dan sosial dan permasalahannya. 1.2.3 Bagaimana solusi permasalahan yang diakibatkan oleh peran wanita dalam pembangunan ekonomi dan sosial. 1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui sikap wanita terhadap emansipasi wanita. 1.3.2 Untuk mengetahui peran wanita dalam pembangunan ekonomi dan sosial dan permasalahannya.

1.3.3 Untuk mengetahui solusi permasalahan yang diakibatkan oleh peran wanita dalam pembangunan ekonomi dan sosial. 1.4 Manfaat Tulisan ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Menambah khazanah pendidikan dan membuka mata pembaca agar semakin menyadari pentingnya emansipasi wanita dalam pembangunan. 2. Mengajak kaum pria untuk lebih mengerti kemampuan batasan-batasan dalam diri wanita sehingga tidak berlaku semena-mena. 3. Mengajak kaum wanita memberdayakan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan kodrat mereka.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sikap wanita terhadap emansipasi wanita Menurut Kamus Bahasa Indonesia, emansipasi adalah 1 pembebasan dari perbudakan; 2 persamaan hak dalam hukum (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria)1, sedangkan wanita adalah perempuan dewasa2. Sehingga secara harfiah, emansipasi wanita adalah pembebasan dari perbudakan atau persamaan hak perempuan dewasa dengan kaum laki-laki dewasa. Wanita adalah makhluk yang diciptakan tuhan sebagai penyeimbang alam karena wanita sangat berperan dalam reproduksi atau pembentukan keturunan baru pada suatu mahluk3. Ketiadaan wanita dapat menyebabkan keseimbangan alam semesta ini rusak. Akan tetapi, wanita seringkali dianggap sebagai mahluk kelas dua karena dianggap tidak bisa menghasilkan pendapatan bagi keluarga dan dianggap tidak mempunyai akal yang sebanding dengan besar otak yang dimiliki, karena terlalu sering mengandalkan perasaan dibandingkan akal pikirannya. Sehingga kesempatan wanita untuk mengambil peran ikut serta membangun ekonomi dan sosial masyarakat sangat kecil, yang mungkin hanya berupa ikut mengatur kegiatan ekonomi dan sosial keluarga di bawah kendali pria sebagai kepala keluarga. Kedudukan wanita sebagai makhluk inferior dan berbagai perlakuan diskriminasi lainnya memunculkan gerakan emansipasi wanita. Gerakan yang berasal dari dunia barat ini, asalnya mengusung cita-cita agar semua wanita bisa mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana yang diterima oleh pria4. Perubahan zaman dan sifat manusia yang dinamis menyebabkan peningkatan tujuan emansipasi wanita. Saat ini, dengan bekal pendidikan yang sudah diterima dan pengalaman di berbagai aspek, wanita menuntut
1 2

Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa .2008) hal. 384 Ibid, hal. 1616 3 Wawancara dengan Ulfi Rifki Ichromy di MBI Pacet-Mojokerto 28 April 2007. 4 Wawancara dengan Chalimatus Sadiyah di MBI Pacet-Mojokerto 27 April 2007.

kesetaraan dalam berperan sebagai perwujudan dari emansipasi wanita. Akan tetapi, hal inilah yang menyebabkan emansipasi wanita mendapat tentangan dari beberapa pihak karena dianggap sudah kebablasan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah, dalam tulisannya yang berjudul Apa Lagi yang Engkau Tuntut Wahai Wanita? (2007), yang dimaksud dengan emansipasi wanita dalam masa sekarang adalah Kalau ada yang bertanya, apa itu emansipasi? Maka secara praktis kita katakan bahwa yang dimaukan dengan emansipasi oleh para penyerunya adalah upaya mempersamakan wanita dengan lelaki dalam segala bidang kehidupan, baik secara intelektual maupun fisik.5 Menurut penulis, emansipasi wanita bukanlah gerakan melawan pria. Pada dasarnya, emansipasi adalah persamaan hak sesuai kodratnya6, yaitu antara pria dan wanita terdapat kesamaan hak berdasarkan kodrat masingmasing individu tanpa adanya diskriminasi. Emansipasi wanita yang kebablasan dicontohkan ketika wanita menuntut kesamaan hak tanpa melihat kodratnya sebagai wanita, dan hal ini sekarang banyak terjadi. Oleh karena itu, pengertian emansipasi yang lebih tepat adalah pembagian peran antar individu tanpa adanya diskriminasi, tetapi sesuai dengan kodrat dan kemampuannya masing-masing individu7. Sebab, peran mempunyai pengertian pelaksanaan hak dan kewajiban individu sesuai dengan kedudukannya8. Sehingga, antara pria dan wanita akan tercipta suatu hubungan kerjasama untuk membangun ekonomi dan sosial masyarakat. Sumber ekonomi yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk di Indonesia mengharuskan beberapa wanita untuk mencari penghasilan tambahan keluarga. Contoh kecil, banyaknya pekerja wanita yang bekerja di sektor pertambangan, yang telah banyak diketahui merupakan lapangan pekerjaan yang berat dan keras. Meskipun contoh ini sudah mengaplikasikan
5

Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah, Apa Lagi yang Engkau Tuntut Wahai Wanita, www.asysyariah.com 6 Wawancara dengan Ibu Jamilah di MBI Pacet-Mojokerto 24 April 2007 7 Wawancara dengan Bapak Rudolf Chrysukamto di MBI Pacet-Mojokerto 26 April 2007. 8 Idianto Muin, Sosiologi SMA, jilid 1 (Jakarta: Penerbit Erlangga. 2004) hal.81

teori

emansipasi

wanita

dalam

prespektif

tertentu,

muncul

suatu

permasalahan baru yang berkaitan dengan jender yaitu pemakaian tenaga wanita untuk pekerjaan pria yang keras dan tidak sesuai dengan kodrat wanita. 2.2 Peran wanita dalam pembangunan ekonomi dan sosial dan

permasalahannya Di negara sedang berkembang, termasuk negara Indonesia, pekerjaan wanita biasanya meliputi tiga komponen. Pekerjaan reproduktif, pekerjaan produktif dan kegiatan kemasyarakatan. Pekerjaan reproduktif yang berkaitan dengan mengasuh dan membesarkan anak, serta memelihara kesehatan dan kesejahteraan keluarga menjadi pekerjaan utama bagi wanita di dalam keluarga disamping reproduksi biologis atau melahirkan yang menjadi kodrat wanita. Alasan-alasan logis belum ditemukan untuk menjelaskan mengapa mengasuh anak dan memelihara keluarga harus jadi pekerjaan wanita. Pekerjaan produktif meliputi kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan penghasilan (uang). Akan tetapi, banyak pekerjaan produktif wanita, terutama di pedesaan yang sekedar bertujuan mendapatkan makanan untuk kesejahteraan keluarga. Sehingga, pekerjaan produktif tersebut tidak terlihat dalam ekonomi regional dan nasional dan tidak mendapat pengakuan yang sama sebagai kegiatan yang menghasilkan uang. Kegiatan kemasyarakatan, meliputi semua kegiatan wanita selain pekerjaan reproduktif dan produktif, dan ada interaksi dengan masyarakat. Contoh kegiatan kemasyarakatan bagi wanita seperti, PKK, arisan, pengajian, dan lain-lain. Kegiatan kemasyarakatan ini biasa dilakukan secara sukarela dan dilakukan pada waktu bebas setelah pekerjaan produktif dan reproduktif selesai dikerjakan. Akibat yang ditimbulkan dari multi peran wanita di atas sangat banyak. Pertama, karena adanya tiga peran, wanitalah yang pertama memulai kerja setiap hari, dan seringkali yang terakhir berhenti bekerja. Kedua, kontribusi wanita dalam kegiatan ekonomi seringkali tidak dinilai oleh keluarga dan

pemimpin-pemimpin politik. Ketiga, berkurangnya kesempatan mencari pendapatan mengakibatkan berkurangnya kekuasaan wanita dalam keluarga. Keempat, kurang terlibatnya wanita dalam kegiatan kemasyarakatan menyebabkan terjadinya bias jender, sehingga hal itu membuat peran wanita dianggap lebih rendah daripada peran pria. 2.3 Solusi permasalahan yang diakibatkan oleh peran wanita dalam pembangunan ekonomi dan sosial Berbagai persoalan yang telah disebutkan, sebenarnya hanya bersumber dari satu sebab, yaitu tidak adanya pembagian peran antara pria dan wanita. Sehingga terlihat seakan wanita menanggung lebih banyak beban pekerjaan daripada pria. Emansipasi atau pembagian peran antara pria dan wanita sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Sebab, dengan adanya pembagian peran antara pria dan wanita, ketidakadilan hak dan kewajiban dapat terhindarkan. Emansipasi tidak dapat diartikan dengan penyerobotan peran, seperti yang banyak terjadi sekarang ini. Peran pria sebagai pemimpin atas wanita dan umatnya telah tergantikan oleh wanita yang membawa misi emansipasi. Hal ini merupakan bukti bahwa pelaksanaan emansipasi wanita sekarang ini sudah banyak yang kebablasan. Sehingga diharapkan untuk kaum wanita untuk lebih memperhatikan kembali misi dan tujuan yang dibawa.

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan 3.1.1 Wanita saat ini sebagian belum mengaplikasikan emansipasi dalam kehidupan mereka dan dianggap tersisih dari peran pembangunan ekonomi dan sosial. Sedangkan yang lain, sudah semula. 3.1.2 Peran wanita saat ini sering dipandang sebelah mata oleh pria dan pemimpin-pemimpin 3.1.3 politik, sehingga usaha wanita untuk mencapai kemajuan, seringkali dihalangi. Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan jender sebenarnya disebabkan oleh tidak adanya pembagian peran dalam berbagai aspek. 3.2 Saran Untuk kaum pria, marilah kita berusaha untuk berbagi peran dengan wanita, tetapi kita jangan sampai kalah dalam pencapaian prestasi. Sedangkan untuk kaum wanita, diharapkan setelah membaca tulisan ini, kaum wanita dapat semakin berprestasi dan berkarya selama itu masih sesuai dengan kodrat sebagai wanita. menjalankan emansipasi walaupun dengan sedikit penyimpangan dari tujuan

DAFTAR PUSTAKA Korespondensi dengan siswa Madrasah Bertaraf Internasional Amanatul Ummah 23 April 2007 : Mojokerto. Mitchell, Bruce. 2003. Jender dan Pembangunan dalam Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press. Muin, Idianto. 2004. SOSIOLOGI SMA Jilid 1 untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Sugono, Dendy, dkk. 2008. Kamus Bahasa Indonesiai. Jakarta: Pusat Bahasa. Ummu Ishaq Al-Atsariyyah, Al-Ustadzah, 2007. Apa Lagi yang Engkau Tuntut Wahai Wanita. www.asysyariah.com Qardhawi, Yusuf. 2000. Potret Wanita Muslimah Ideal.

You might also like