You are on page 1of 8

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN DAN PEMBAGUNAN

Dalam pembangunan, pendidikan berada pada posisi sentral dimana sasaran
utama pembangunan adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM). Pembangunan
disini diartikan bukan hanya sekedar pembangunan Fisik seperti pembangunan sarana
dan pra sarana berupa gedung, jembatan, pabrik dan lain-lain akan tetapi juga mencakup
pembangunan manusianya. Sehingga dengan demikian keberhasilan sebuah
pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas manusianya.
Ada persepsi yang keliru tentang arti pembangunan yang menganggap bahwa
pembangunan hanya semata-mata pembangunan material dapat berdampak menghambat
pembangunan sistem pendidikan. Karena pembangunan itu semestinya bersiIat
kompherensiI yaitu mencakup mencakup pembangunan manusia dan lingkunganya.

A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya

Secara umum Pembangunan lazim diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi
dan industri yang selanjutnnya diasosiakan dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan,
jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, alat komunikasi dan
sebagainya. Sedangkan hal yang mengenai sumber daya manusia tidak secara langsung
terlihat sebagai sebuah sasaran. Padahal banyak bukti yang dialami oleh banyak negara
menunjukkan bahwa kemajuan di bidang ekonomi dan industry yang ditandai oleh
kenaikan GNP, lalu kenaikan volume ekspor dan impor sebagai indikatornya , ternanyata
otomatis membawa kesejateraan kepada masyarakatnya. Kondisis demikian justru dapat
menimbulkan gejala yang negatiI antara lain : kegonacangan sosial politik, karena
kesengsaraan masyarakat, seperti dialami oleh Negara Pakisatan akhir-akhir ini,
meningkatnya angka penganguran dan kemelaratan seperti yang dialami oleh Malaysia
dan beberapa Negara yang lain.
Dari gambaran tersebut diatas menunjukan bahwa pembangunan dalam arti yang terbatas
pada bidang ekonomi saja belumlah cukup menggambarkan esensi yang sebenarnya dari
pembangunan, jika kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang
hakiki yang terpenuhi hajat hidup dari rakyat baik materil maupun spiritual.
Pembaangunan ekonomi dan industry mungkin saja dapat memenuhi kebutuhan akan
sandang, paangan dan papan akan tetapi mungkin tidak untu kebutuhan spiritual.
Hal ini dapat terlihat bahwa esensi pembangunan bertumpu dan bertitik pangkal dari
manusianya, bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi. Pembangunan
bereorintasi pada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai
manusia. Pembangunan dikatakan bertumpu dan berpangkal pada manusia sebab hanya
pembangunan yang terarah kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan
dengan kodratnya sebagai manusia yang dapat meningkatkan martabatnya sebagai
manusia. Peningkatan martabat manusia selaku manusai yang menjadi tujuan Iinal dari
pembangunan. Tegasnya pembangunan apapun jika berakibat menguarangi nilai
mansiawi berarti keluar dari esensinya.
Hakikat pembangunan nasioanal seperi yang dinyatakan dalam GBHN adalah
pemabangunan manusia Indonesia. Hal ini dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan
akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapat dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan
rohaniah, sebagai makhluk sosial dan makhluk religious, agar dengan demikian dapat
meningkatkan martabatnya selaku makhluk. Jika pembangunan bertolak pada dari siIat
hakikat manusia , berorientasi kepada pemenuhuan hajat hidup manusia sesuai sebutan
dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya yaitu
dapat dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah sebagai makhluk individu, makhluk
sosial dan makhluk religious agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya
selaku makhluk .
Jika pembangunan bertolak dari siIat hakikat manusia, beroerentasi kepada pemenuhan
hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manuia maka dalam ruang gerak
pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai ' objek dan sekaligus juga sebagai
'Subjek pembangunan.
Manusia sebagai objek pembangunan dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam
hal ini pembangunan meliputi ikhtiar kedalam diri manusia berupa pembinaan
pertumbuhan jasmani, perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap
diri, sikap sosial dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positiI serta
keterampilan kerja. Ikhtiar ini disebut dengan pendidikan. Manusia sebagai sasaran
pembangunan (Baca : pendidikan), wujudnya diubah dari keadaan yang masih bersiIat
potensial ke keadaan actual
Menurut Fuad Hasan ' manusia adalah makhluk yang terentang antara potensi dan
aktualisasi . diantara dua kutub tersebut terentang pendidikan. Dalam hubungan ini perlu
dicatat bahwa pendidikan berperan mengembangkan yaitu menghidup suburkan potensi-
potensi 'kebaikan dan sebaliknya mengerdilkan potensi 'kejahatan.
Potensi-potensi kebaikan perlu dikembangkan aktualisasinya seperti kemampuan
berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendirian, rasa bebas yang
bertanggungjawab, kemampuan bekerja sama, menerima , melaksanakan kewajiaban
sebagain keniscayaan, menghormati hak orang lain, dan seterusnya. Oleh adanya
perlindungan dan bimbingan orang tua dan pihk lain yang telah dewasa, bayi yang
bernjak 'status qounya dapat rentangan antara 'naluri dan 'nurani. Jika seandainya
manusia dapat hidup hanya dengan bekal naluri maka tidak ada bedanya manusia dengan
hewan. Justru adananya 'nurani menjadi kriterium pembeda yang principal antara
manusia dengan hewan. Hal ini sangat jelas terlihat betapa pentingnya peranan
pendidikan yang memungkinkan berubahnya potensi manusai menjadi sumber daya atau
modal utama pembangunan yang manusiawi.
Manusia dipandang sebagai ' subjek pembanguanan karena ia dengan segenap
kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatiI, baik terhadap
sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial/spiritual. Perekayasaan terhadap
lingkungan ini biasa disebut dengan pembangunan. Artinya bahwa pendidikan mengarah
kedalam diri manusia , sedang pembangunan mengarah keluar yaitu linngkungan sekitar
manusia.
Jika pendidikan dilihat dari garis sebuah proses , maka keduanya merupakan suatu garis
yang terletak kontinu yang saling mengisi. Proses pendidikan pada suatu gari
menempatkan manusia sebagai titika awal, karena pendidikan mempunyai tugas untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkulitas untuk pembangunan, yaitu
pembangunan yang dapat memenuhi hajat hidup masyarakat luas serta menganngkat
martabat manusia sebagai makhluk. Bahwa hasil pendidikan menunjang pembangunan,
juga dapat dilihat dari korelasinya dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi pesert
didik yang mengalami pendidikan.
Dari uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa pendidikan dapat menunjang
pembangunan dan sebaliknya hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan. Dengan
demikian status pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi
pembangunan antar keduannya. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pendidikan merupakan usaha kedalam diri manusia sedangkan pembangunan
merupakan usaha keluar dari diri manusia
2. Pendidikan menghasilakn sumber daya dan tenaga yang menunjang pembangunan dan
hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana dan
seterusny)

B. Sumbangan pendidikan pada pembangunan
Jika di teliti secara seksama tidak dapat dipungkiri bahwa andil yang diberikan oleh
pendidikan pada pembangunan sunggguh sangat besar. Jika pembangunan dipandang sebagai
sistem makro maka pendidikan merupakan sebuah komponen atau bagian dari pembangunan.
Ada beberapa sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari beberapa segi
dibawa ini :
a). Segi sasaran
b). Segi lingkungan pendidikan
c). Segi jenjang pendidikan
d). Segi pembidangan kerja atau sector kehidupan

1. Segi Sasaran Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia
yang berkpribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan
adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang
manuisawi.
ProI. Dr. Slamet Imam santoso menyatakan bahwa tujuan pendidikan menghasilakn manusia
yang baik. Manusia yang baik dimana pun ia berada akan memperbaikai lingkungan.

2. Segi Lingkungan Pendidikan

KlasiIikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalan berbagai lingkungan atau sistem.
Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga (pendidikan inIormal), lingkungan sekolah
(pendidikan Iormal), lingkungan masyarakat (pendidikan non Iormal) atau dalam sistem
pendidikan pra jabatan dan dalam jabatan.

1) Lingkungan keluarga

Dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habbit
Iormation) tentanng hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral.
Diamping itu, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang penting utamanya
hal-hal yang bersiIat religious. Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan pada masa kanak-
kanak sebelum perkembangan rasio yang mendominasi perilakunya. Kebiasan baik dan
keyakinan-keyakinan penting yang mendarah daging merupakan landasan yang sangat
diperlukan untuk pembangunan.

2) Lingkungan Sekolah

Pada lingkungan sekolah, peserta didik dibimbing untuk memperluas bekal yang
telah diperoleh dari lingkungan kera keluarganya berupa pengetahuan, ketermapilan dan
sikap . bekal yang dimaksud disini berupa bekal dasar, lanjutan ataupun bekal kerja yang
langsung dapat digunakan secara aplikatiI (sekolah menengah kejuruan dan perguruan
tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersiapkan secara Iormal dan berguna sebagai
sarana penunjang pembangunan diberbagai bidang.

3) Lingkungan masyarakat

Pada lingkungan masyarakat (pendidikan Iormal), peserta didik memperoleh
bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khusunya mereka yang tidak
sempat melanjutkaan proses belajarnya melalui jalur Iormal. Pada masyarakat Indoneisia,
sistem pendidikn non Iormal mengalami perekmbangan yang sangat pesat. Hal I ni
bertalian dengan semaikn berkembangnnya sector swasta yang menunjangn
pembangunan. Disegi lain, hal tersebut dapat diartikan bernilai positiI karena dapat
mengkompensasikan keterbatasan lapangan kerja Iormal dilembaga pemerintah.
Disamping itu juga dapat memperbesar jumlah angkatan kerja tingkat rendah dan
menengah yang sangat diperlukan untk memenuhi proporsi yang sealaras antara pekerja
rendah, menengah, dan tinggi. Hal demikian dapat dipandang sebagai upaya untk
menciptakan kestabilan nasioanal.
3. Segi Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah (SM), dan pendidikan Tinggi
(PT) memberikan bekal kepada peserta didik secara berkesinambungan . pendidikan
dasar merupkaan basic educatioan ynag memberikan bekal dasar bagi pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan
menengahnya berkualitas, pendidikn mengenag berkualitas jika pendidikan dasarnya
berkualitas.
Dengan basic education pada pendidikan dasar juga diratikan bahwa pendidikan dasar
memberikan bekal dasar kepada warga Negara yang tidak sempat melanjutkan
pendidikan untuk dapat melibatkan diri kedalam gerak pembangunan
.
4. Segi Pembidangan Kerja Atau Sektor Kehidupan

Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain bidang
ekonomi, hukum, sosial, politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian,
pertambangan , pertanahan dan lain-lain.. pembangunan sektor kehidupan tersebut dapat
diartikan sebagai akativitas , pembinaan ,pengemabangan, dan pengisian bidang-bidang
kerja tersebut agar dapat memenuhi hajat hidup warga Negara sebagai suatu bangsa
sehinggat tetap jaya dalam kancah kehidupan antara bangsa-bangsa di dunia.
Pembinaan dan pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin dikerjakan jika
diisi oleh orang-orang yang memiliki kemampuan seperti yang dibutuhkan .
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulakn bahwa sumbangan pendidikan terhadap
pembangunan adalah sebagai berikut :

a. Pada langkah pertama, pendidikan menyiapkan manusia sebagai sumber daya
pembangunan. Kemudian manusia selaku sumber daya pembangunan membanguan
lingkungannya.

b. Pada instansi terakhir, manusailah yang menjadi kunci kesuksesan pembangunan
sangat bergantung kepada manusaianya
c. Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang menciptkan
manuspencipta pembangunan.

. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional

1. Mengapa sistem pendidikan Harus di bangun

Menurut Langeveld Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena
hanya manusia yang dapat didik dan harus selalu didik. Bayi hanya akan menjadi
manusia jika melalui pendidikan. Sedangkan manusia adalah satu-satunya mahkluk yang
dikaruniai potensi untuk menyempurnakan diri. Padahal kesempurnaan itu sendiri adalah
suatu kondisi yang tidak akan kunjung dapat dicapai oleh manusia. Oleh sebab itu sangat
logis ketika sistem pendidikan merupakan sarana untuk mengantarkan manusia menuju
kepada kesempurnaan.
Sebagian pemikir menggambarkan manusia sebagai 'makhluk misteri diri manusia
diselubungi oleh segudang teka-teki yang oleh manusia tidak pernah diteukan
jawabannya secara Iinal. Disamping itu, pengalaman manusia juga berkembang. Oleh
sebab itulah sistem pendidikan sebagai sarana yang mengantarkan manusia menemukan
jawaban atas teka-teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
Persoalan pendidikan juga dapat dikatakan sebagai persoalan nasional kareana
pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Sebagai salah satu contoh jika
masyarakat Indonesia pada Pelita VI beruabah dari masyarakat agraris kemasyarkat
Industri, tentunya pola pikir dan perilaku yang dilandasi oleh situasi dan kondisi dimana
manusia disibukkan dengan kegiatan industri. Kriteria kualitas manusia beruabah sesuai
dengan tuntutan masyarkat berkembang. Misalnya pada pendidikan dasarnya, minimal
bagi warga Negara berubah dari 6 tahun menjadi menjadi 9 tahun. Untuk dapat
menyongsong suasana hidup diperlukan adalah sistem pendidikan harus dirubah. Jika
tidak, pendidikan sebagai an agen oI social change tidak berIungsi sebagaimana
mestinya. Struktur ny, kurikulumnya, pengelolaannya, tenaga kependidikannya harys
dirubah sesuai dengan tuntutan baru.

2. Wujud pembangunan sistem pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain bertalian
erat, yaitu :

- Aspek IilosoIis dan keilmuan
- Aspek yuridis dan perundang-undangan
- Strukur
- Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orentasi

a. Hubungan Antar Aspek-Apek
Aspek IilosoIi, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain
karena memberikan arah serta mewadahi butir-butir. Artinya strukur pendidikan ,
kurikulum dan lain-lain itu harus mengacu kepada aspek IilosoIi aspek keilmuan, dan
aspek yuridis. Oleh karena itu, perubahan apapun yang terjadi pada struktur pendidikan,
kurikulum dan lain-lainnya tersebut harus tetap berada didalam wadah IilosoIis dan
yuridis

b. Aspek IilosiIis keilmuan
Aspek IilosoIis berupa pengarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan
nasional yang tentunya memberikan peluang bagi pengembangan siIat hakiki manusia
yang besiIat kodrati. Untuk segi keilmuan kecuali IilsaIat juga memberikan sumbangan
yang sangat pentinng terhadap sistem pendidikan. Dalam mencapai tujuan yang telah
dirummusakan oleh IilsaIat itu, sistem pendidikaan memerlukan tunjangan dan teori
keilmuan.
Jika struktur pendidikan dan kurikulum diubah dengan maksud agar lebih berdaya guna
untuk mecapai tujuan teresebut maka perlu ditopang dengan teori-teori yang andal.
Menurut J.H. Gunting Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara 'teori
dan 'praktek. Teori tanpa praktek hanya cocok bagi orang-orang pintar, sedangkan
praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang gila. (M.J.Langelveld)

c. Aspek Yuridis
Undang- Undang Dasar 1945 sebagai landasan hukum pendidikan siIatnya
relative tetap. Hal ini dimungkinkan oleh karena UUD 1945 isinya ringkas dan siIatnya
lugas.. beberapa pasal melandasi pendidikan, baik siIatnya ekspilisit (pasal 31 Ayat (1)
dan (2) pasal 32) maupun yang implisit (Pasal 27 Ayat (1) dan Ayat (2), pasal 34). Pasal-
pasal tersebut yang siIatnya masih sangat global dijabarkan lebih rinci kedalam bentuk
UU pendidikan.
Undang- Undang Pendidikan No. 4 Tahun 1950 yang telah dikukuhkan sebagai Undang-
undang Pendidikan No. 12 Tahun 1954. Namun ketika Undang-Undang tersebut mulai
dirasa kurang sesuai digunakan untuk sebagai dasar penyelenggaran pendidikan, maka
pada bulan mei 1989 diterbitkan Undang-Undang baru yang dikenal dengan Undang-
Undang RI No. 2. Tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasioanal

d. Aspek struktur
Aspek strukrur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya
pembenahan sturktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama
waktu belajar dari jenjang yag satu kejenjang yang lain, sebagai akibat dari
perkembangan sosial budaya politik.
Pada prakteknya, perkembangan pola strukur tidak dapat dipisahkan dengan aspek
IilosiIis. Misalnya pada zaman penjajahan Belanda sekolah Taman Kanak-kanak belum
dianggap sebagai suatu kebutuhan. Jejang pendidikan Iormal terendah adalah sekolah
rakyat/sekolah desa(Volk School) 3 tahun.
Terjadinya perubahan sturktur dalam sistem pemdidikan kita disebut antara lain :
pendidikan guru pada zaman penjajahan Belanda dikenal apa yang disebut VO (cursus
Voor-Onderwijs) dengan lama studi 2 tahun sesudah sekolah Rakyat (SR) yang lama
studinya 4 tahun sesudah SR 5 tahun, setara dengan SGB (sekolah Guru Bawah) .
- Hogere Kweek school (HS) atau hogore inlandche Kweek school (HIK) setara dengan
SGA (sekolah Guru Atas)
- Kemudian karena tamatan SPG (Nama Baru dari SGA) dipandang tidakl berkelayakan
mengajar di SD, maka pada Tahun 1990 SPG dihapuska dan diganti dengan PGSD
(pendidikan guru sekolah Dasar) yang setara dengan D2 (Diploma Dua), bertaraI
akedemik dengan masa studi 2 tahun sesudah SLTA.
- Sedangkan untuk mengajar diSLTP dan SLTA sejak tahun 1954 dipersiapkan PTPG
(perguruan Tinggi pendidikan guru ) yang kemudian berubah menjadi FKIP (Fakultas
Ilmu Keguran dan Ilmu Pendidikan dengan lama studinya 3 tahun (Sarjana Muda) plus 2
tahun (Sarjana Lengkap.)
- Pada tahun 1970-an LPTIK yang sebelumnya lama studinya 5 tahun diredusir menjadi
hanya 4 tahun dengan sebutan Strata satu . serempak dengan itu lahirlah program S2 atau
Magister dan program S3 atau program Doktor.

e. Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikulum berubah
maka kurikulm pun berubah. Perubahan yang di maksud mungkin mengenai materinya,
oreintasinya, pendekatannya ataupun metodenya.
Pada zaman penjajahan Belanda karena sederhanya tujuan yang ingin dicapai, maka
kurikulum Pada SR dikenal dengan apa yang disebut dengan 3R`s. pada zaman
penjajahan Jepang pelajaran diwarnai iklim militerisme (upacara penghormatan
Hinomaru, Taiso, latihan kemiliteran, Kingrohosi (kerja bakti) pelajaan bahasa jepang
dan tulisa Jepang). Sedangkan pelajaran-pelajarn yang lain di nomor duakan.
Pada era Orde lama materi pelajaran tujuh bahan zaman orde zaman orde lama dan pokok
indoktrinasi (1950-1960) mencapai posisi penting dalam kurikulum, terutama kurikulum
pendidikan tinggi. Dengan terjadinya tragedi nasional pada tahun 1965, maka pada era
orde baru, mulai tahun 1966, materi pokok ditiadakan dan materi pendidikan moral
pancasila menjadi materi pokok dalam kurikulum pada semua jenjang pendidikan.
Kurikulum pada pra-Universitas secara keseluruhan dibenahi sehingga lahir kurikulum
1968. Tetapi kurikulum ini dianggap belum membrikan rambu-rambu yang jelas, baik
orentasinya mapupun pendekatan kurikulumnya, usaha pennyempurnaan selanjutnya
menghasilkan kurikulum 1975/1976 yang beroreintasi pada hasil dengan metode PPSI
(Prosuder Kurikulum Pengemabngan Sistem Instruksional). Tetapi krena pengalaman
antar tahun 1976 sampai dengan 1980 menunjukan bahwa apa yang dikehendaki tidak
tercapai. Maka upaya penyempurnaan selanjutnya menghasilkan kurikulum 1984. Model
ini memadukan dua oreintasi yaitu product oriented dengan process oriented, yang
ditunjang dengan pendekatan BSA . kemudian pada tahun 1990 kurikulum tersebut
dilengkapi dengan muatan local dalam kurikulum yang berlatar beakang pada tuntutan
sosial cultural dari derap pembangunan. Dari urai tersebut sangat jelas bahwa sistem
pendidikan itu selalu disempurnakan khusnya dari segi kurikulum

You might also like