You are on page 1of 6

LAPORAN KASUS

ANESTESI UMUM PADA TONSILEKTOMI



Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anestesi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta














Disusun oleh :
ELOK PUSPITASARI
2006 031 0135

Diajukan Kepada :
dr. Budi Aviantoro , Sp. An


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANESTESI
RSUD TIDAR MAGELANG
2011

I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : An. Adna
Umur : 9 Tahun
Berat : 35 kg
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jurang 4/4 bando, Magelang

II. KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 100/70
Nadi :121 x / menit
Suhu : 37 C
Respirasi : 24 x / menit.

III. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri saat menelan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien sudah 7 hari merasa tenggorokan kering dan terasa sakit ketika
menelan. Pasien lalu oleh keluarga dibawa berobat berobat ke poliklinik THT
RSUD magelang.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien pernah mempunyai sakit seperti yang dirasakan sekarang yaitu
susah saat menelan dan badan terasa panas, sering kambuhan 3 kali dalam
sebulan yang sudah ia alami selama 5 bulan ini. riwayat penyakit asma (-),
riwayat penyakit kencing manis (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat alergi
obat (-), riwayat operasi sebelumnya (-) dan pasien belum pernah mondok di
Rumah Sakit.


Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit dalam keluarga (-), kencing manis (-), dan hipertensi
dalam keluarga (-).

IV. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Mata : dbn.
Hidung : dbn.
Telinga : dbn.
Mulut : Tonsil kiri dan kanan membesar serta permukaan tampak
tidak rata
Leher : pembesaran lnn.leher (-)
Thorak : Inspeksi : tidak ada ketertinggalan gerak thorak
Palpasi : vocal Iremitus normal,
nyeri tekan (-).
Perkusi : sonor
Auskultasi : Paru-paru wheezing (-)
Jantung bising (-)
Abdomen : Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding
dada.
Auskultasi : Bising usus normal.
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Tympani.
Ekstremitas : Akral hangat, Udema (-)

V. PEMERIKSAAN PENUN1ANG
Pemeriksaan darah rutin :
AL : 6,3 rb/mm
3

Hb : 12,8 gr/dL
BT : 2`10``
CT : 4` 00``

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan Iisik, maka :
Diagnosis pre operatif : Tonsilitis Kronis.
Status operatif :
- Teknik : general anestesi; obat induksi: ketamin, recoIol, tramus
- ASA : 1 (Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain
penyakit yang akan dioperasi)
- Vital sign awal : T 100/70; N121; RR20x/menit; Suhu 36.5
0
C

VII. TINDAKAN ANESTESI
Keadaan Pre Operatif:
Pasien menjalani program puasa 6 jam sebelum operasi dimulai. Keadaan
penderita nonkooperatiI, sehingga diberikan suntikan ketamin ketika pasien
belum berada di ruang operasi. Ketika sudah ada di ruang operasi kami
melakukan penggukuran vital sign dan didapatkan hasil TD 100/70, nadi 121 x /
menit, dan didapatkan SPO
2
100
1enis Anestesi:
Anestesi umum, semi open, respirasi kontrol menggunakan pipa
endotrakeal no: 6
Anestesi yang diberikan:
O Induksi anestesi ( jam 09.15 )
Untuk induksi digunakan recoIol 35 mg IV, dan ketamin 35 mg IV
disusul dengan pemberian tramus 17,5 mg IV agar intubasi trakeal dapat
dilakukan dan untuk relaksasi otot rangka selama pembedahan. Setelah itu pasien
diberi O
2
murni selama 1 menit, setelah terjadi relaksasi kemudian dilakukan
intubasi dengan pipa endotrakeal no 6. Balon pipa endotrakeal dikembangkan
sampai tidak ada kebocoran pada waktu melakukan naIas buatan dengan balon
naIas. Kemudian diyakinkan bahwa pipa endotrakeal ada dalam trakea dan tidak
masuk ke dalam salah satu bronchus atau esophagus dengan mendengarkan naIas
melalui stetoskop pada paru kiri dan kanan. Suara naIas harus sama pada paru
kanan maupun paru kiri, dinding dada bergerak simetris pada setiap inspirasi
buatan. PernaIasan pasien dibantu dengan balon naIas sampai terjadi naIas
spontan, kemudian dibantu dengan balon naIas setiap 3x siklus respirasi.
O Maintenance
Untuk mempertahankan status anestesi digunakan kombinasi sevoIlurane,
O
2
dan N
2
O. Selama tindakan anestesi berlangsung, tekanan darah dan nadi
senantiasa dikontrol setiap 15 menit. Akan tetapi tekanan darah kurang akurat jika
dilakukan pada pasien anak-anak, sehingga kami hanya melakukan pengontrolan
pada nadi dan saturasi nadi berkisar antara 110 116 x/mnt dan SPO
2
berkisar
antara 99-100. InIus RL diberikan pada penderita sebagai cairan rumatan.
Keadaan Post Operasi
Operasi selesai dalam waktu 40 menit (jam 09.55), agent inhalasi
dimatikan sehingga hanya O
2
saja yang diberikan maka dilakukan ekstubasi.
Ekstubasi dilakukan setelah operasi selesai dilakukan, kemudian rongga mulut
dan trakea dibersihkan dengan suction untuk menghilangkan lendir dan darah
yang dapat menghalangi airway.

Catatan anestesi selama proses pembedahan
Jam Parameter yang
dipantau
Keterangan Obat cairan
Nadi SpO2
09.15 121 100 Mulai induksi Ketamin, recoIel,
tramus
RL
09.30 114 99 Mulai operasi SevoIlurane,
N
2
O, O
2
pada jam
09.40
diberikan
SA

09.45 116 99
10.00 116 99 Operasi selesai
pada jam
09.55


VIII. PEMBAHASAN
Pada kasus ini An. A, usia 9 tahun, dilakukan operasi Tonsilektomi dengan diagnosis pre-
operatiI tonsilitis kronik. Teknik anestesi yang dilakukan adalah ganeral anastesi, dan anestesi
inhalasi semi open , respirasi kendali dengan anestesi umum menggunakan pipa endotrakeal.
Pipa endotrakeal (ET) dipergunakan agar dapat mempertahankan bebasnya jalan naIas.
Pemilihan teknik anastesi yang paling aman bagi pasien, dengan memilih resiko terkecil bagi
pasien.
Pada induksi digunakan recoIol yang dapat juga disunakan sebagai maintenance, rekoIol
berbentuk cair, emulsi isotonic, warna putih susu. RekoIol mempunyai siIat analgesic yang tidak
kuat. Ketika dipakai untuk induksi juga akan dapat terjadi hipotensi karena vasodilatasi dan
apnea sejenak. EIek samping dari rekoIol diantaranya adalah bradikardi, akan tetapi pada pasien
ini tidak demikian. Selain recoIol obat induksi lain yang digunakan adalah ketamin mempunyai
eIek analgesic yang kuat terutama untuk nyeri somatic tetapi tidak untuk nyeri visceral akan
tetapi eIek hipnotiknya kurang dan eIek relaksasinya tidak ada.
Selain induksi obat tersebut di atas di berikan juga tramus yang digunakan sebagai
adjuvant terhadap anastesi umum agar intubasi tracheal dapat dilakukan dan untuk relaksasi otot
rangka selama proses pembedahan atau ventilasi terkendali. Padea pukul 09.40 pasien diberikan
sulIas atropine untuk mencegah terjadinya bradikardi.
Sebagai maintenance dipergunakan sevoIlurane, O
2,
dan N
2
O
.
N
2
O merupakan analgesic
yang sangat kuat dan setara dengan morIin. SiIat hipnotinya sangat lemah dan tidak memiliki
siIat relaksasi sama sekali. Pada pemberian anastesi dengan N
2
O harus disertai O
2
minimal 25
karena jika diberikan N
2
O murni akan dapat menyebabkan depresi dan dilatasi jantung serta akan
merusak SSP.
DAFTAR PUSTAKA

1. LatieI. said, dkk. 2001. Anestesiologi. Edisi 2. FK UI : Jakarta
2. www. Doktermudaliar.wordpress.com

You might also like