You are on page 1of 1

Semua pasien dengan tetanus seharusnya dirawat di ruang terapi intensiI untuk di observasi,

penilaian dan pemberian pengobatan. Yang menjadi prioritas adalah untuk mengontrol
spasme, mencegah aspirasi dan / atau asIiksia dengan intubasi trakea atau trakeostomi dan
menghindari komplikasi. Mereka dengan isolated trismus harus terganggu sesedikit mungkin
untuk menghindari pemicu sebuah serangan tiba-tiba. Secara khusus, cairan oral tidak harus
diijinkan, dan tidak seharusnya tabung gasogastric akan lewat kerana keduanya dapat
menyebabkan spasme laring. Pasien harus ditenangkan dengan benzodiazepin untuk
mengontrol spasme otot, dan juga harus diamati dengan cermat. Fasilitas untuk intubasi
darurat dan bantuan pernapasan harus segera tersedia di samping tempat tidur.
Pasien dengan tetanus umum akan memerlukan intubasi trakea, diikuti dengan
trakeostomi awal dikombinasikan dengan sedasi untuk mengontrol spasme. Dia:epam
memiliki siIat relaksan otot yang sangat baik dengan eIek kardiovaskular yang minimal, dan
telah digunakan secara luas untuk menenangkan pasien dengan tetanus. Ini dapat diberikan
sebagai inIus intravena terus menerus, meskipun adalah penting untuk diingat bahwa
metabolit aktiI diazepam bersiIat kumulatiI. Mida:olam dan propofol juga telah digunakan
dengan sukses pada pasien tetanus. Opiat Intavenous dapat ditambahkan ke regimen.
Barbiturates (contoh: dosis intravena thiopental diikuti oleh Ienobarbital reguler) mungkin
juga eIektiI. Karena semua agen-agen ini dapat menyebabkan depresi pernaIasan, ventilator
sering diperlukan. Chlorproma:ine juga mungkin bermanIaat, sementara dantrolene telah
berhasil digunakan untuk mengendalikan spasme reIrakter.
Jika regimen ini tidak berhasil (spasme berlangsung lebih dari 15-20 detik menetap),
pasien harus dilumpuhkan, sebaiknya menggunakan inIus kontinyu non-depolari:ing muscle
relaxant. Pancuronium paling sering digunakan, namun agen ini dapat memperburuk
ketidakstabilan otonom dan mungkin atracuronium merupakan alternatiI yang bisa
digunakan. Karena blokade neuromuskular dan ventilasi mekanis mungkin harus
dipertahankan 15-20 hari, ini adalah pendekatan yang berpotensi berbahaya dan hanya boleh
digunakan pada pasien tidak responsiI terhadap langkah-langkah alternatiI. Akhirnya
intratekal baclofen telah digunakan dengan berbagai keberhasilan, meskipun sejumlah besar
pasien mengalami depresi koma dan pernapasan. Pada masa hadapan sodium valproate
mungkin terbukti bermanIaat.

You might also like