You are on page 1of 11

MAKALAH PENGAMALAN PANCASILA DARI PENDEKATAN PROFESI PEMULUNG

NAMA NPM

:WINARSE :11132017

FAKULTAS :EKONOMI/MANAGEMENT

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA Tahun Pelajaran 2011-2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang. Seiring terjadinya resesi global yang ditandai dengan adanya pemutusan hubungan kerja, menurunnya daya beli masyarakat, dan semakin sempitnya ketersediaan lapangan pekerjaan, mendorong peningkatan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial. Dengan situasi dan kondisi di atas maka dapat diprediksikan salah satu jenis permasalahan sosial yaitu Pemulung akan mengalami peningkatan populasi pada masa mendatang. Peningkatan populasi Pemulung tersebut dapat terlihat dari pemandangan yang lazim di daerah perkotaan, baik di Tempat Pembuangan Sementara (TPS), Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), jalan raya, rumah-rumah makan, super market, pasar tradisional, pabrik-pabrik, bantaran kali, maupun di sisi rel dan stasiun kereta api banyak dijumpai orang mengais dan memungut sampah yang memiliki nilai ekonomis serta dijual kepada agen yang disebut lapak/pengepul. Dilihat dari aspek kesejahteraan sosial, kondisi kehidupan sehari-hari Pemulung sangat memprihatinkan. Pola kehidupan mereka di wilayah perkotaan cenderung kumuh dan mengelompok di kantong-kantong kemiskinan. Mereka banyak tinggal di tempat-tempat yang beresiko tinggi, seperti: di kolong jembatan, pinggir kali, lokasi pembuangan sampah, atau bahkan ada yang tidur di gerobak sampah bersama anak dan istrinya. Hidupnya menggelandang ke berbagai tempat dengan penghasilan yang tidak menentu, mereka memiliki tingkat pendidikan rendah dan keterampilan (skills) yang kurang memadai, serta minimnya pengalaman bekerja. Dari aspek kesehatan, pekerjaan ini memiliki resiko besar karena rentan terkena penyakit, ditambah lagi kadar gizi yang rendah serta akses pelayanan kesehatan yang minim. Banyak keluhan bahkan cemoohan dari warga atas keberadaan Pemulung karena kehadirannya sudah menimbulkan keresahan dan ketidaktenteraman masyarakat. Kondisi tersebut tidak terlepas dari sebagian Pemulung yang sering melakukan tindakan kurang terpuji, seperti: mengambil perkakas rumah tangga atau barang-barang yang masih dipakai pemiliknya. Selain itu tempattempat penampungan barang milik Pemulung menambah kekumuhan wajah kota karena para Pemulung cenderung tidak memperhatikan aspek kebersihan, ketertiban dan keindahan lingkungan. Walaupun demikian, mereka adalah warga negara yang patut mendapat perhatian dan perlindungan dari pemerintah sebagaimana warga masyarakat lainnya, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan secara efektif. Dalam hal ini Departemen Sosial RI sebagai salah satu institusi yang bertanggung-jawab dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial perlu memiliki kebijakan dan program pelayanan dan rehabilitasi sosial yang jelas dalam menangani masalah Pemulung. Untuk menjabarkan kebijakan dan program tersebut perlu disusun suatu pedoman dalam memberikan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi Pemulung.

BAB II KEADAAN DAN PERMASALAHAN

A. Keadaan Secara umum hidup Pemulung berpindah-pindah dari satu TPA ke TPA lain karena lokasinya berada di berbagai tempat. Dimanapun lokasi TPA berada Pemulung senantiasa mengikutinya dengan cara mereka sendiri. Gambaran tersebut juga terjadi pada Pemulung yang berada di pemukiman, stasiun dan pasar. Bagi Pemulung, TPA adalah "ladang" tempat menggantungkan hidup, di mana sehari-hari mereka menjalankan kehidupannya sebagai Pemulung. Alasan mereka melakukan itu sasarannya sudah jelas dan tidak ada peluang untuk mendapatkan pekerjaan lain. Para Pemulung mengakui bahwa mereka betah mencari nafkah di lokasi seperti itu karena mendatangkan rejeki tersendiri. Hal ini juga menjadi alasan untuk mengajak saudara, teman dan orang lain mengikuti jejak mereka. Pemulung berani tinggal di sebuah gubuk reot, berdinding kardus dan beratap plastik. Walaupun tempat tinggalnya tidak layak namun kenyataannya mereka mampu bertahan menghadapi berbagai masalah dalam kondisi apapun. Bagi Pemulung yang mencari nafkah di pemukiman, stasiun dan pasar seringkali melakukan halhal yang tidak terpuji, seperti: mengambil barang orang, menggelandang dengan pakaian compang camping, melanggar etika masyarakat, mengorek-ngorek/mengacakacak sampah bahkan menimbulkan konflik dengan warga. TPA adalah dunia kecil yang mampu menghidupi keluarga, tempat mencari nafkah untuk menyambung hidup, berkelompok dan bermasyarakat. Bahkan disanalah dipertemukan orang dengan berbagai asal dan latar belakang kehidupan. Sebagai Pemulung merupakan dunia yang melingkupi hidup mereka tak lepas dari onggokan sampah. Setiap hari, mereka memilih dan memilah sampah-sampah dari seantero kota. Beberapa jenis sampah yang laku dijual, seperti kertas, botol, kaleng, besi tua, kardus, obat-obat dan makanan bekas, serta plastik dikumpulkan di lapak masing-masing. Saat mencari nafkah, mereka hanya bermodalkan gancu dan keranjang/karung. Alat-alat sederhana itu digunakan untuk memungut sampah yang akan "disulap" menjadi uang. Mereka memulung tidak mengenal waktu untuk mengumpulkan hasil sebanyak-banyaknya karena prinsip yang berlaku dikalangan Pemulung: Kalau mau dapat uang haruslah rajin. Jika mempunyai sedikit uang lebih, mereka bisa membeli sampah dengan sistem borongan dari sopir truk. Dengan demikian, satu truk sampah yang telah dibeli menjadi hak miliknya. Namun jika tidak punya uang, mereka memulung di tempat pemulungan umum. B. Permasalahan. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Pemulung antara lain: 1. Motivasi Menjadi Pemulung. 2. Pendidikan dan Keterampilan Kurang Memadai. 3. Penghasilan Yang Tidak Memadai. 4. Penerapan Sistem Patron Klien Yang Merugikan. 5. Kondisi Tempat Tinggal. 6. Kondisi Kehidupan Keluarga. 7. Komunitas Pemulung. BAB III PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL PEMULUNG

A. Gambaran Umum Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Pemulung merupakan satu rangkaian kegiatan yang sistematik dan terencana serta berkesinambungan dalam rangka membantu Pemulung dan keluarganya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan kerja diharapkan agar Pemulung dapat meningkatkan kualitas hidup, disiplin, percaya diri serta mampu mengembangkan alternatif pekerjaan baru untuk mendapatkan nilai tambah secara ekonomi guna memenuhi kebutuhan dirinya sendiri serta keluarganya. Sedangkan tahapan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial terhadap Pemulung terdiri dari pendekatan awal/persiapan, penerimaan, asesmen, pemberian bimbingan mental sosial, keterampilan, resosialisasi, bimbingan lanjut dan terminasi. B. Persiapan. Persiapan yang dilaksanakan dalam kegiatan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Pemulung adlh : 1. Koordinasi. Merupakan aktivitas untuk menghubungkan berbagai pihak yang terkait dalam kegiatan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Pemulung. Tujuannya adalah untuk membangun kesamaan persepsi tentang pelayanan dan rehabilitasi, menciptakan sinergi dan kerjasama dengan pihak terkait. Tahapan yang dilakukan meliputi : penjajagan ke lokasi kegiatan, rapat koordinasi dan penyebaran informasi. 2. Pemetaan. Pemetaan adalah kegiatan awal untuk menemukenali sekaligus menghimpun data dari suatu wilayah tertentu. Tujuannya untuk menentukan lokasi kegiatan, gambaran tentang situasi, kondisi dan populasi Pemulung, masalah serta sumber daya di daerah setempat. Pemetaan dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang situasi, kondisi, populasi/kelompok Pemulung di lapangan. 3. Pendekatan Awal. Tujuannya adalah untuk memperoleh dukungan dari berbagai instansi, lembaga kesejahteraan sosial dan masyarakat dalam bentuk kerjasama/peranserta, kemudahan-kemudahan/fasililas ;sumber-sumber pelayanan yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan penanganan masalah sosial Pemulung. Sebagai produk kegiatan tersebut adalah suatu metrik yang mempertegas nama instansi/badan organisasi/pengusaha/perorangan yang terlibat secara operasional dengan rincian bentuk keterlibatan, jadual realisasi dengan lampiran Surat Referensi. 4. Identifikasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang sumber-sumber bantuan yang dapat mendukung program penanganan dan lokasi permasalahan Pemulung. Langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut : a. Mempelajari informasi dan menghimpun laporan hasil kegiatan orientasi dan konsultasi; b. Menyusun, menggandakan dan menyampaikan daftar isian (formulir) identifikasi kepada petugas identifikasi yang akan melaksanakan tugasnya; c. Menyusun dan menyelesaikan surat-menyurat dan catatan yang berkaitan dengan kegiatan identifikasi; d. Menyusun, mengatur dan menentukan jadual pelaksanaan kegiatan identifikasi;. C. Pelaksanaan. 1. Motivasi.

Motivasi dilakukan untuk menumbuhkan dan mendorong kemauan serta kemampuan calon penerima pelayanan sehingga memiliki minat untuk mengikuti Program Rehabilitasi sosial. Tujuannya adalah untuk mendorong dan menumbuhkan minat dan kemampuan para calon penerima pelayanan, agar dapat mengenali, menghayati dan mengikuti program pelayanan sosial yang diselenggarakan, sehingga dapat membangkitkan minat/kemauan dan kesadaran, para penerima pelayanan untuk mengikuti dan memanfaatkan program-program pelayanan. Menumbuhkan peranserta keluarga dan lingkungan sosialnya dalam menunjang keberhasilan pelayanan dan rehabilitasi sosial Pemulung, serta tumbuhnya hubungan antara Instansi Pemerintah dan Organisasi Sosial Masyarakat yang baik guna menunjang keberhasilan Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. 2. Seleksi. Seleksi dilakukan dengan memilih dan menetapkan calon klien definitif sesuai dengan persyaratan yang berlaku. a. Registrasi. Tujuannya untuk mendapatkan data dan informasi tentang latar belakang permasalahan klien, yang meliputi: bakat dan minat, potensi-potensi yang dimilikinya, kemampuan, kelemahankelemahan, harapan serta rencananya untuk masa depan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya pemecahan masalah serta upaya-upaya lain untuk mengembangkan kemampuan klien. b. Penempatan Dalam Program Rehabilitasi. Tujuannya sebagai pemberi arah sesuai dengan hasil pengumpulan data penelaahan dan pengungkapan masalah serta hasil keputusan sidang pembahasan kasus. c. Asesmen. Asesmen adalah proses untuk mengungkap, menelaah, memahami dan menganalisa dan menilai masalah atau rencana pelayanan dan lingkungan klien serta kebutuhannya untuk langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan Orsos/LSM/Yayasan D. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
1. Bimbingan Sosial.

Adalah berbagai bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh pekerja sosial untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakat dalam meningkatkan kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan, menghadapi dan mengatasi masalah, menjalin dan mengendalikan hubungan-hubungan sosial mereka dalam lingkungan sosialnya. a. Bimbingan penyuluhan sosial dan bimbingan sosial. b. Bimbingan kehidupan berbangsa dan bernegara. c. Bimbingan kesejahteraan keluarga. d. Bimbingan Pengetahuan Gizi/Kesehatan. e. Bimbingan Kelompok Belajar dan Pengetahuan Dasar (KBPD). f. Bimbingan Budi Pekerti. g. Bimbingan Kedisiplinan.

2. Bimbingan Fisik. Adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk membentuk karakter yang berdisiplin, serta penyegaran fisik dan menghilangkan rasa jenuh, sehingga klien memiliki kondisi fisik yang segar-bugar dan sehat dengan kegiatan latihan olah raga. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan olah raga dan mengolah ragakan masyarakat, agar para Pemulung lebih meningkatkan kesehatannya dengan cara berolahraga yang teratur, dan melatih kekompakan/kerjasama antar Pemulung. 3. Bimbingan Mental dan Keagamaan. Adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan dan membangkitkan kemampuan para klien agar berpengetahuan tentang kesehatan mental, sehingga memiliki rasa tanggung-jawab terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Tujuannya adalah untuk meningkatkan taqwa dan keimanan sehingga mereka mempunyai kesadaran beragama secara lebih mendalam, dapat melaksanakan ajaranajaran agama/beribadah secara aktif dan membentuk sikap mental yang baik. 4. Bimbingan Keterampilan Kerja. Adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan pada penerima pelayanan untuk mengetahui, mendalami dan menguasai suatu bidang keterampilan tertentu. Tujuannya adalah agar para Pemulung dapat memiliki keterampilan untuk kepentingan dirinya, keluarga dan atau sumber mata pencahariannya, misalnya : keterampilan jahit-menjahit, cruisteek, masak-memasak, keterampilan tata rias, keterampilan industri rumah tangga, pertanian, kesenian dan sebagainya.

BAB IV MEKANISME DAN JARINGAN KERJA

A. Mekanisme Kerja. 1. Departemen Sosial RI. a. Merumuskan kebijakan tentang Pelayanan dan Rehabiliasi Sosial Pemulung; b. Merumuskan panduan, petunjuk teknis Pelayanan dan Rehabiliasi Sosial Pemulung; c. Membuat kesepakatan dengan instansi terkait dalam rangka Kebijakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Pemulung; d. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Pelayanan dan Rehabiliasi Sosial Pemulung. 2. Dinas Sosial Provinsi. a. Memberikan informasi tentang Program Rehabilitasi yang akan dilaksanakan, memfasilitasi pelaksanaan kegiatan koordinasi, menyusun agenda rapat koordinasi, 3. Dinas Sosial Kabupaten dan Kota. a. Melakukan pendataan tentang Pemulung yang termasuk kategori PMKS; b. Menyeleksi tenaga pendamping dari LSM dan Orsos serta menetapkan pekerja sosial yang bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Pemulung; 4. Instansi/Sektor Terkait. a. Dinas Tenaga Kerja. Memberi dukungan dalam pelaksanaan program bimbingan dan pelatihan vokasional termasuk kesempatan magang kerja. b. Dinas Kebersihan. Berperan-serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan komunitas Pemulung, khususnya dalam pengelolaan sampah mandiri.

BAB V PENGENDALIAN SUPERVISI, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Dalam rangka menerapkan pedoman penanganan masalah sosial Pemulung diperlukan adanya pengendalian terhadap pelaksana serta pada setiap tahap kegiatan baik yang akan dilaksanakan maupun yang sedang berjalan, serta kegiatan yang telah selesai direhabilitasi dalam bentuk-bentuk supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan. A. Supervisi. 1. T u j u a n. Agar setiap petugas mengerti, menghayati dan memahami bidang tugas masing-masing, serta lebih mampu melaksanakan kegiatan-kegaitan di lapangan, sehingga semua proses kegiatan dapat dilaksanakan secara benar sesuai dengan program yang telah ditetapkan. 2. S a s a r a n. a. Segenap pelaksana dalam kegiatan program penanganan masalah sosial Pemulung; b. Setiap kegiatan dimulai dari tahap pendekatan awal sampai dengan tahap bimbingan lanjut; c. Dokumen laporan, hasil kegiatan sejak dari pendekatan awal, penerimaan, bimbingan keterampilan sosial, resosialisasi dan bimbingan lanjut. 3. W a k t u. a. Insidentil, disesuaikan dengan kebutuhan; b. Program sedang berjalan; c. Setelah selesai program dilaksanakan (evaluasi). 4. Langkah-langkah. Langkah-langkah supervisi yang perlu dipersiapkan dalam rangka realisasi pedoman pelaksanaan penanganan masalah sosial Pemulung adalah sebagai berikut: a. Mempelajari semua ketentuan dalam pedoman yang telah ditetapkan dengan seksama dan teliti, agar dengan demikian pelaksanaan supervisi dapat mencapai sasaran, disamping itu juga untuk menghindarkan dari kesalahan-kesalahan prinsip; b. Mempelajari laporan semua komponen kegiatan dari tahap rehabilitasi, tahap bimbingan keterampilan sosial dan tahap bimbingan lanjut; c. Mempersiapkan formulir-formulir untuk bahan supervisi. Formulir tersebut meliputi formulir tahap rehabilitasi, tahap bimbingan keterampilan sosial dan tahap bimbingan lanjut; d. Menganalisa keberhasilan kegiatan. B. Monitoring. 1. T u j u a n. Untuk mengikuti perkembangan setiap penyelenggaraan kegiatan dari tahap rehabilitasi sosial, resosialisasi dan bimbingan lanjut agar dapat secara langsung dan sedini mungkin melakukan perbaikan, sesuai dengan rencana. 2. S a s a r a n. a. Setiap pelaksanaan kegiatan, yaitu tahap rehabilitasi, resosialisasi dan bimbingan lanjut; b. Laporan hasil pelaksanaan kegiatan dari sejak kegiatan rehabililasi, resosialisasi dan kegiatan bimbingan lanjut. 3. Pelaksanaan. a. Petugas langsung turun ke lapangan; b. Melalui surat-menyurat dan laporan-laporan; c. Melalui pertemuan langsung antara petugas monitoring dengan petugas pelaksana

kegiatan. 4. W a k t u. Waktu monitoring dilakukan pada saat : a. Pelaksanaan kegiatan sedang berjalan; b. Pelaksanaan kegiatan selesai dilaksanakan; c. Insidentil sesuai kebutuhan. 5. Langkah-langkah. Mengadakan pemantuan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis administrasi dan operasional, meliputi: a. Perkembangan seluruh kegiatan pelaksanaan penanganan masalah Pemulung, yang meliputi : tahap rehabilitasi, resosialisasi dan tahap bimbingan lanjut; b. Faktor-faktor penghambat dan pendukung. C. Evaluasi. Evaluasi adalah proses kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai. Evaluasi dilaksanakan oleh Departemen Sosial RI dan Dinas Sosial Provinsi. Evaluasi merupakan penilaian terhadap tahap-tahap dari suatu proses kegiatan usaha yang telah dilaksanakan dan penilaian dari suatu kegiatan sehingga dapat diketahui dengan jelas tentang sejauhmana sasaran-sasaran dan tujuan telah tercapai, hambatan-hambatan apa vang dihadapi, faktor apa saja yang mampu mendorong lajunya peiaksanaan program, mekanismenya bagaimana dan hal-hal lain yang dipandang penting. Tujuan : 1. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan dari pelaksanaan kegiatan, hambatan-hambatan, kemudahan-kemudahan yang ditemukan dalam mendukung kelancaran pelaksanaan program; 2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang sedang dan telah berlangsung, hambatan-hambatan dan kemudahan. D. Pelaporan. Pelaporan adalah kegiatan akhir dalam bentuk penyusunan dan penyampaian keterangan tentang keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan pelaporan digunakan sebagai bahan dokumentasi, pertanggung-jawaban sekaligus menjadi bahan masukan bagi pengembangan program lebih lanjut. 1. T u j u a n . Tersedianya data dan informasi yang lengkap tentang pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sosial, resosialisasi dan bimbingan lanjut, yang pada akhirnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan, mengembangkan program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sehingga berdaya-guna maksimal bagi bekas klien. 2. M a t e r i. a. Hasil kegiatan rehabilitasi sosial meliputi : 1). Pendekatan awal; 2). Penerimaan; 3). Bimbingan keterampilan sosial. b. Kegiatan resosialisasi meliputi : 1). Jumlah bekas klien yang mengikuti kegiatan resosialisasi; 2). Jenis penyaluran; 3). Tempat penyaluran;

4). Faktor pendorong/penghambat. c. Kegiatan bimbingan lanjut, meliputi : 1). Jumlah bekas klien yang akan diberi bimbingan lanjut; 2). Alamat bekas klien yang akan diberi bimbingan lanjut; 3). Hasil pelaksanaan kegiatan bimbingan lanjut; 4). Faktor pendukung/penghambat; 5). Upaya mengatasinya yang dapat mendukung terhadap kelancaran pelaksanaannya. 3. S a s a r a n. a. Tenaga Pelaksana; b. Hasil pelaksanaan program yang mencakup rehabilitasi sosial; c. Resosialisasi dan bimbingan lanjut secara keseluruhan bagi bekas klien; d. Keluarga/masyarakat tempat tinggal bekas klien; e. Orsosmas; f. Pabrik-pabrik tempat bekerja bekas klien. 4. W a k t u. Evaluasi dilaksanakan pada saat: a. Program sedang berjalan; b. Secara insidentil sesuai dengan kebutuhan; c. Setelah program selesai dilaksanakan. 5. Pelaksanaan. a. Laporan dibuat secara tertulis disampaikan secara berkala atau insidentil sesuai dengan kebutuhan; b. Laporan dibuat secara lisan, yang sifatnya untuk memperjelas isi laporan, agar materi laporan segera dapat diketahui atasan; c. Laporan dibuat pada setiap melakukan kegiatan dari tahap rehabilitasi, tahap resosialisasi dan tahap bimbingan lanjut; d. Laporan insidentil apabila ada kasus-kasus tertentu; e. Laporan berdasarkan hasil evaluasi. 6. Langkah-langkah. a. Mengumpulkan laporan hasil pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan kegiatan; b. Menyusun laporan mengenai penyelenggaraan penanganan masalah sosial Pemulung, yang meliputi : aspek teknis administrasi dan teknis operasional keseluruhan pelaksana program rehabilitasi sosial dan resosialisasi; c. Memasukkan ke dalam file sebagai kelengkapan data bekas klien. 7. Mekanisme. Pelaporan meliputi realisasi penyaluran dan penyerahan dana, manfaat bantuan serta hasil penyelesaian masalah yang mungkin terjadi di lapangan.

BAB VI PENUTUP Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial terhadap Pemulung dapat diselenggarakan oleh Pemerintah maupun non Pemerintah dan atau dapat pula dengan peran aktif masyarakat, baik perorangan, kelompok maupun keterlibatan dunia usaha. Sedangkan peran Pemerintah Pusat dan Daerah adalah menfasilitasi dan memotivasi masyarakat dalam penyelenggaraan berbagai pelayanan bagi para Pemulung. Keberhasilan dari program ini adalah apabila acuan ini dapat dipahami dan dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait sebagai pola pelayanan yang dapat diterapkan dan benar-benar dibutuhkan oleh para pengguna/penyelenggara. Sehingga program pelayanan yang diberikan kepada Pemulung betul-betul dapat merubah kehidupan dan penghidupannya. Demikian pedoman ini dibuat sebagai acuan operasional, bagi petugas di lapangan dan diharapkan dapat dipahami dan dilaksanakan sesuai kebutuhan wilayah setempat.

You might also like