Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sejarah agama-agama dunia, Islam termasuk agama yang sangat
prestius dan luar biasa. Agama yang notabene datang kemudian ini telah mampu
menjadi salah satu agama terbesar dunia dengan jumlah penganut miliaran orang
dan tersebar di seluruh pelosok dunia. Stephen Sulaiman Schwartz menyebut
bahwa Islam datang sebagai agama monoteistik terbesar ketiga setelah Yahudi dan
Kristen.
1
Sejak kelahirannya pada awal abad ke-7 di Mekkah, Islam terus
mengalami perkembangan yang pesat melewati berbagai tantangan yang sangat
berat, sampai akhirnya tersebar ke seluruh dunia.
2
Hal ini menunjukkan bahwa kerja-kerja penyebaran Islam yang dilakukan
dalam setiap generasi muslim di setiap zaman sangat luar biasa dan cukup
menggeliat. Perjuangan dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh Rasulullah dan
masa setelahnya yaitu Abu Bakar, Islam telah mencapai seluruh Arabia. Pada
masa Umar, Islam telah meluas ke wilayah-wilayah Byzantium, Palestina, Mesir
dan wilayah-wilayah Sasaniyah Persia dan Irak. Pada masa Ustman dan Ali,
upaya perluasan Islam terhenti akibat konIlik internal umat Islam pada saat itu
yang tidak dapat dihindarkan.
3
Kemajuan dan perkembangan Islam tersebut tentu saja merupakan prestasi
pengembangan Islam yang dilakukan oleh Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali.
Mereka menjadi garda depan pengembangan dan perluasaan Islam, walaupun di
tengah-tengah kekuasaan mereka acapkali muncul berbagai konIlik yang tidak
menguntungkan, seperti konIlik politik yang terjadi pada masa Ustman dan Ali.
1
Stephen Sulaiman Schwartz, Dua Wafah Islam . Modernisme vs Fundamentalisme dalam
Wacana Global, terj. Hodri Ariv (Jakarta, Balantika, 2007), hal. 19
2
H.A.R. Gibb, Islam dalam Lintasan Sedfarah (Jakarta, Yayasan Franklin, 1953), hal. 25
3
SyaIiq A. Mughni, Dinamika Intelektual Islam Pada Abad Kegelapan (Surabaya, LPAM, 2002),
hal. 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fase Pembentukan Dinasti Umayyah
Pembicaraan tentang pembentukan dinasti Bani Umayyah berkaitan erat
dengan percaturan persaingan antara dua klan dari suku Quraisy, yaitu Bani
Hasyim dan Bani Umayyah sejak dari masa pra-Islam. Dalam persaingan itu Bani
Umayyah lebih berpengaruh di kalangan masyarakat Makkah. Merekalah yang
menguasai pemerintahan dan perdagangan yang banyak bergantung pada para
pengunjung ka`bah, sementara Bani Hasyim adalah orang-orang yang
berkehidupan ekonomi sederhana, tetapi taat menjalankan agama nenek moyang
mereka.
Ketika Islam lahir, dan pada kenyataannya Nabi Muhammad adalah
seorang Hasyimi, Bani Umayyah merasa bahwa kekuasaan dan perekonomiannya
akan terancam. Oleh karena itu mereka menjadi penentang utama kerasulan
Muhammad SAW., tetapi tidak pernah berhasil melumpuhkannya. Bahkan Abu
SuIyan Bin Harb, salah seorang pembesar klan Bani Umayyah sering sekali
menjadi panglima dalam beberapa peperangan melawan Nabi SAW.
Setelah Islam berhasil membentuk pemerintahan yang kuat di Madinah
dan akhirnya dapat merebut Makkah, Abu SuIyan bin Harb bin Umayyah
menyerah, kemudian masuk Islam bersama anggota-anggota Bani Umayyah
lainnya, termasuk istrinya Hindun dan anaknya Mu`awiyah.
8
Di masa khaliIah Abu Bakar Shiddiq, orang-orang Quraisy yang mayoritas
dari klan Bani Umayyah menghadap kepadanya, dan menyatakan bahwa kelas
mereka di bawah kaum muhajirin dan anshar. Abu Bakar berkata bahwa hal itu
disebabkan keterlambatan meraka masuk Islam, dan untuk mengejar
ketertinggalan tersebut mereka harus berjihad membela Islam. Anjuran tersebut
segera mereka wujudkan dengan berpartisipasi aktiI dalam perang riddah.
Ketika Umar bin Khattab menjadi khaliIah, mereka diikut sertakan
memerangi orang-orang Bizantium, kemudian mereka ditempatkan di Syam, dan
8
Jurji Zaidan, %arikh %amaddun al Islami, TT, Dar al Maktabah al Hayat, Beirut, hal 332-334
Yazid bin Abi SuIyan diangkat menjadi gubernur di sana. Setelah Yazid waIat,
Umar mengangkat Mu`awiyah, saudaranya untuk menggantikan kedudukannya.
Di masa khaliIah Utsman bin AIIan yang merupakan salah seorang
anggota klan Bani Umayyah, Mu`awiyah dikukuhkan menjadi Gubernur di Syiria,
sehingga tercapailah kekuasaan Bani Umayyah atas orang-orang quraisy di zaman
Islam, sebagaimana pernah mereka alami pada zaman jahiliyyah.
9
Utsman bin AIIan mati terbunuh dalam satu huru-hara yang dilakukan
oleh pihak yang merasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintahnya. Sebagai
penggantinya, Ali bin Abi Thalib naik menjadi khaliIah. Mu`awiyah menolak
untuk mengakui khaliIah Ali, karena Ali tidak memenuhi tuntutan mereka agar
menyerahkan para pembunuh Utsman ke tangan meraka. Jelasnya mereka
menuntut balas darah Utsman kepada Ali dan sekaligus menyatakan sebagai
pewaris jabatannya. Sekali lagi terjadi persaingan antara Bani Hasyim dan Bani
Umayyah.
Mu`awiyah bin Abi Sufyan
Mu`awiyah bin Abi SuIyan adalah pendiri dinasti Bani Umayyah di
Damaskus, Syiria, yang memerintah dunia Islam selama 90 tahun (661-750 M).
dia sebagai khaliIah pertama yang berkuasa pada tahun (661-680 M).
10
dia lahir di
Makkah pada tahun 607 M. atau lima belas tahun sebelum hijrah, meninggal di
Damaskus pada awal bulan rajab tahun 60 H., bertepatan dengan tanggal 7 april
680 M.
Mu`awiyah berasal dari keturunan bangsawan quraisy yang berkuasa
sampai jatuhnya kota Makkah, Abu SuIyan Shahr bin Harb bin Umayyah bin Abd
Syams, ibunya bernama Hindun binti Uqbah bin Rabi`ah bin Abd Syams, yang
dikenal sebagai pemimpin kaum wanita yang ikut mengobarkan semangat tentara
quraisy Makkah pada perang uhud, dan berbuat di luar perikemanusiaan terhadap
para syuhada, terutama terhadap jenazah Hamzah, paman Nabi.
11
Dia mewarisi
9
ibid, hal 338
10
JoesouI Sou`yb, Sefarah Daulah Umawiyah di Damaskus, I, Bulan Bintang, Jakarta, 1997, hal
13
11
Haikal, Sefarah Hidup Muhammad, Tinta Mas, Jakarta, 1984, hal 311-334
tawaran itu dan dengan demikian dicarilah perdamaian dengan tahkim (arbitrase).
Sebagai perantara diangkat dua orang: Amr bin Ash dari pihak Mu`awiyah dan
Abu Musa al Asy`ari dari pihak Ali.
16
Penunjukan Amr bin Ash sebagai juru runding dari pihak Mu`awiyah
adalah tindakan yang tepat dilakukan olehnya, karena Amr bin Ash adalah orang
yang kecakapan dan kelicikannya sebanding dengan Abu suIyan, karir militer dan
diplomatiknya telah terbukti.
17
Sementara juru runding dari pihak Ali, Abu Musa
al Asy`ari seorang tua yang tawadlu` dan taqwa. Dilihat dari kapasitas dua orang
juru runding tersebut sudah tampak tanda-tanda kemenangan dari pihak
Mu`awiyah.
Al-Maududi mengutip pernyataan bin Atsir sebagai berikut: Amr bin Ash
mengawali perundingannya dengan mengajukan pertanyaan kepada Abu Musa:
bagaimana sebaiknya menurut anda dalam masalah ini? Abu Musa menjawab:
sebaiknya kita pecat dua orang ini, dan urusan pengangkatan khaliIah diserahkan
kepada permusyawaratan kaum muslimin untuk memilih yang mereka sukai. Amr
menjawab: pendapatmu itu baik sekali.
18
Selanjutnya Amr bin Ash mempersilahkan Abu Musa al Asy`ari yang
lebih tua untuk melaksanakan kesepakatan mereka, yakni memecat khaliIah Ali
dan Mu`awiyah sekaligus. Diikuti pidato Amr bin Ash yang menyatakan
pemecatan Mu`awiyah dan Ali, tetapi kemudian dia menambahkan bahwa dirinya
sekaligus membai`at Mu`awiyah bin abi suIyan.
Hal itu tentu saja tidak memuaskan Iihak Ali bin Abi Thalib, namun
apapun yang terjadi arbitrase (tahkim) ini secara de jure telah memberikan
kedudukan Mu`awiyah, gubernur yang memberontak ini sama dengan kedudukan
khaliIah Ali.
Ketidakpuasan terhadap arbitrase ini mengakibatkan munculnya khawarij
yang memusuhi Mu`awiyah dan Ali. Namun bagi Mu`awiyah karena adanya
pengamanan yang ketat terhadap dirinya, kaum khawarij tidak mampu
16
Harun Nasution, p Cit hal. 94
17
W.Montgomeri Watt, Kerafaan Islam, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1990, hal. 19
18
Abu al A`la al Maududi, Khila1ah dan Kerafaan, terjemah M. Bagir, Mizan, Bandung, 1984,
hal. 181
membunuhnya, sebaliknya bagi Ali bin Abi Thalib merupakan malapetaka besar
dan mengakibatkan terbunuhnya. Ali dibunuh oleh khawarij pada hari jum`at
tanggal 17 ramadhan tahun 40 H.
19
Hasan bin Ali dibai`at untuk menggantikan kedudukan ayahnya pada
tahun 40 H. orang pertama yang membai`at Hasan adalah Qais bin Sa`ad al
Anshari, kemudian diikuti orang banyak.
20
Hasan bin Ali segera mempersiapkan diri dibantu oleh Qais bin Sa`ad bin
ubadah al Anshari, dan Abdullah bin abbas untuk menghadapi Mu`awiyah di
kuIah. Ketika Hasan tiba di Madain salah seorang anggota pasukannya berteriak
bahwa Qais terbunuh. Teriakan itu mengakibatkan pasukan itu bercerai berai
berlarian. Tiba-tiba sebagian orang-orang yang suka membuat kekacauan itu
menyerbu masuk ke tempat persinggahan Hasan serta melanggar kehormatannya
dan merampok habis harta bendanya, bahkan mereka berani merampas permadani
yang sedang diduduki Hasan.
Menghadapi situasi yang demikian kacau, bagi Hasan bin Ali tidak ada
alternatiI lain kecuali menempuh jalan perdamaian dengan Mu`awiyah, walaupun
adiknya, Husain bin Ali tidak menyetujuinya. Kemudian Hasan mengirim surat
perdamaian kepada Mu`awiyah. Ketidak setujuan Husain ini tergambar pada
komentarnya ketika Hasan menginIormasikan pengiriman surat tersebut kepada
dirinya dan Abdullah bin Ja`Iar: 'apakah engkau menyetujui Mu`awiyah? Hasan
menjawab:diam kau! aku lebih tahu masalah ini dibanding kau.
21
Sebelum surat
tawaran perdamaian itu sampai, Mu`awiyah mengutus Abdullah bin Amir dan
Abd al Rahman bin Samurah bin Habib bin Syams dengan membawa blangko
kosong yang telah ditandatangani dan distempel, dengan pesan singkat: 'ajukan
persyaratan perdamaianmu dalam kertas ini sesuka hatimu, itu hakmu.
Hasan menuliskan persyaratan yang berlipat ganda pada kertas kosong
yang disediakan Mu`awiyah, walaupun yang terahir ini ditolak oleh Mu`awiyah,
katanya: aku telah kabulkan persyaratan yang kau ajukan terdahulu. Adapun
19
Binu Atsir, op cit, hal. 387
20
Ibid, hal. 405
21
ibid, hal. 405
persyaratan yang diajukan Hasan adalah bahwa dia berjanji untuk mengundurkan
diri bila Mu`awiyah menerima sebagai berikut:
1. Agar Mu`awiyah tidak menaruh dendam terhadap siapapun dari pendudukan
Irak.
2. Menjamin keamanan dan memaaIkan kesalahan mereka
3. Agar pajak-pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan
dalam setiap tahun
4. Agar Mu`awiyah membayar kepada saudaranya, yaitu Husen sebesar 2 juta
dirham
5. Pemberian kepada Bani Hashim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada
Banu Abdi Syams.
Bagi Mu`awiyah persyaratan-persyaratan itu tidak perlu dipertimbangkan,
asal Hasan bersedia mengundurkan diri.
22
Akhirnya tercapailah perdamaian dan tahun itu disebut tahun persatuan
(amu al famaah), saat yang menentukan bahwa umat Islam hanya mempunyai
satu pemerintahan, setelah Hasan membai`at Mu`awiyah bin Abi SuIyan,
dilanjutkan dengan bai`at massal. Bahkan Hasan selanjutnya mengirim surat
kepada Qais bin Sa`ad yang memimpin 12 ribu tentara untuk tunduk dan
membai`at Mu`awiyah. Ketika itu Qais menyampaikan himbauan Hasan dalam
pidatonya dihadapan tentaranya: 'hai saudaraku, kalian boleh memilih, terus
berperang tanpa imam atau taat kepada pemimpin yang sesat itu. Ternyata
sebagian tentara memilih untuk berbai`at kepada Mu`awiyah.
Tercapailah sudah ambisi Mu`awiyah untuk menjadi pemimpin umat,
walaupun menempuh cara yang licik.
Sistem Pemerintahan
Keberhasilan Mu`awiyah mencapai tampuk pemerintahan karena dalam
dirinya tergabung siIat-siIat penguasa, politikus dan administrator. Dia dalah
seorang peneliti siIat manusia yang tekun dan memiliki wawasan yang tajam
tentang pikiran manusia. Dia berhasil memanIaatkan para pemimpin,
22
A. Salabi, Sefarah dan Kebudayaan Islam Jilid , 2003. Jakarta: Pustaka Al-Husna, hal. 29-30
administrator, dan politikus yang paling ahli pada saat itu. Ia adalah seorang
orator yang ulung.
23
Amru bin al ash seorang politikus ulung mantan gubernur Mesir setelah
dipecat oleh Utsman bin AIIan, segera dia rangkul. Zaid bin abihi yang pada
mulanya termasuk diantara pembela Ali yang setia dapat ia tundukkan dengan
cara menasabkan dirinya kepada Abu SuIyan dan diangkat menjadi gubernur
Bashrah, dan bertugas khusus untuk mengamankan Persia bagian selatan. Al
Mughirah bin Syu`bah diangkat menjadi gubernur di KuIah, setelah dia kenal
ketrampilannya di bidang politik, dengan tujuan mengamankan KuIah yang
mayoritas penduduknya pendukung Ali.
24
Setelah memperhatikan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
Dinasti Umayyah didirikan atas dasar kekerasan dan kelihaian berpolitik. Dan
bai`ah terhadap khaliIah dilakukan dalam keadaan terpaksa.
Pada masa-masa Awal Mu`awiyah menjadi penguasa kekuasaan masih
berjalan secara demokratis, tetapi setelah berjalan dalam beberapa waktu,
Mu`awiyah mengubah model pemerintahnya dengan model pemerintahan
monarchiheredetis (kerajaan turun temurun).
25
Mu`awiyah yang memiliki rasa kesukuan yang kuat dan Ianatisme klan
yang hebat akhirnya memilih sistem pemerintahan Monarchi untuk
mempertahankan dominasi dan kelangsungannya dalam khilaIah. Hal ini ia
buktikan dengan mengangkat Yazid, anaknya untuk menggantikan kedudukannya
sebelum ia meninggal dunia. Sistem pemerintah dinasti Bani Umayyah sangat
dipengaruhi oleh Persia dan Bizantium, yakni sistem pemerintahan monarchi. Dia
tinggalkan sistem pemerintahan yang dijalankan khaliIah empat, yakni
musyawarah. Penunjukan yazid sebagai penggantinya menunjukkan pelimpahan
kekuasaan secara turun-temurun (pewarisan).
23
Mahmud al Nasir, p Cit, hal. 203
24
W. Montgomeri Watt, p Cit, hal. 19
25
Badri Yatim, Sefarah Peradaban Islam (Jakarta, PT. GraIindo Persada, 1998), hal. 42
Ketiga, Iront Timur. Ini meluas dan terbagi kepada dua cabang yang satu
menuju ke Utara, ke daerah-daerah di seberang Sungai Jihun (Amu Dariah). Dan
cabang yang kedua menuju ke Selatan, meliputi daerah Sind.
26
Front melawan bangsa Romawi di Asia Kecil
Front ini sangat penting bagi Daulah Umayyah karena Daulah ini
mengambil kota Damaskus sebagai ibu kota Imperium Islam yang luas itu.
Dengan demikian ibu kota tersebut dekat sekali letaknya ke tapal batas kerajaan
Byzantium. Mu`awiyah sebagai penguasa pertama Daulah ini bermaksud
menjatuhkan Imperium Byzantiium ini dengan cara merebut ibu kotanya
'Konstantinopel. Usaha ini, dilakukan Mu`awiyah dengan mengadakan
persiapan-persiapan dan memperbesar armadanya, hingga terdiri dari 1700 kapal,
lengkap dengan perbekalan dan persenjataan. Kemudian melakukan penyerangan
hingga ke Laut Tengah dan berhasil menduduki pulau Rhodes pada tahun 53 H,
dan pulau Kreta pada tahun 54 H. Diserangnya lagi pulau-pulau Sicilia, dan
sebuah pulau yang bernama Arwad, tidak jauh dari kota Konstantinopel. Itu
semua disamping pulau Cyprus yang telah ditaklukkan Mu`awiyah pada masa
KhaliIah Utsman. Penyerangan pulau-pulau tersebut dipimpin oleh Janadah bin
Abi Umayyah.
Setelah berhasil menguasai daerah darat dan laut, Mu`awiyah maju
menuju tujuan utamanya yaitu mengepung ibu kota Konstaantinopel, yang
dipimpin oleh Yazid bin Mu`awiyah anaknya sendiri didampingi oleh pahlawan
Islam kenamaan antara lain: Abu Ayyub al-Anshar, Abdullah bin Zubair,
Abdullah bin Umar, dan Bin Abbas. Namun kota itu sanggup menghadapi
pengepungan yang lama itu, yang berlangsung sekitar tujuh tahun (54 H - 61 H).
Dalam pertempuran ini tewas seorang shahabi yang termasyhur yaitu Abu Ayyub
al-Anshari. Armada ini mengundurkan diri seiring dengan akhir masa
pemerintahan Mu`awiyah.
Penyerangan dilakukan kembali pada masa KhaliIah Abdul Malik setelah
ia berhasil menumpas kekacauan dalam negeri sehingga berhasil menaklukkan
26
A. Salabi, p cit, hal. 115
kembali daerah Armenia. Disusunnya rencana untuk musim dingin dan musim
panas. Pada tahun 84 H, Abdul Malik mengirim pasukan di bawah pimpinan
Abdullah bin Abdul Malik menyerang kekuasaan Romawi dan berhasil
menaklukkan Mashaishah.
Penyerangan dilanjutkan kembali oleh KhaliIah Al-Walid, hingga dia
berhasil melakukan penaklukkan ke daerah-daerah sekitar Konstantinopel
sebelum melakukan penyerangan ke sana walaupun kota ini berhasil melepaskan
diri dari pengepungan.
27
Front Afrika Utara.
Mu`awiyah melakukan perluasan wilayah ke AIrika Utara yang masih
dibawah kekuasaan Romawi, yang dipimpin oleh panglima masyhur -Uqbah bin
NaIi` al Fihri- yang telah menetap di Barqah sejak daerah itu ditaklukkan. Dan
Uqbah merusaha menarik bangsa Barbar untuk masuk Islam. Ia barhasil
menaklukkan daerah Tripoli dan Fazzan, kemudian terus ke Selatan hingga
sampai ke negeri Sudan.
Mu`awiyah mengangkat Mslamah bin Makhlad al-Anshari sebagai
gubernur Maghribi dan berhasil menguasai seluruh daerah Maghribi, Mesir,
Barqah, AIrika dan Tripoli. Dia memecat panglima Uqbah dari kedudukannya di
AIrika dan diangkat kembali oleh KhaliIah Yazid, dan berhasil maju hingga ke
pantai Atlantik.
Pengiriman satuan besar dilakukan kembali pada masa pemerintahan
Abdul Malik dibawah pimpinan Hasan bin Nu`man al-Ghassani. Satuan ini
berhasil menumpas satuan-satuan Romawi dan menghalau mereka dari AIrika
Utara serta menindas perlawanan bangsa Barbar. Dengan demikian kekuasaan
Islam sampai ke Lautan Atlantik.
28
Front Timur.
Front ke daerah Timur ini dilakukan di daerah seberang Sungai Jihun dan
di Sind. Pada masa pemerintahan KhaliIah Al-Walid kaum muslimin telah
27
Ibid, hal. 115-121
28
Ibid, hal 122-126
Demikian juga, pada masa Dinasti Umayah, sudah mulai dirancang
tentang undang-undang yang bersumber dari al-Qur`an, sehingga menuntut
masyarakat mempelajari tentang taIsir al-Qur`an. Salah seorang ahli taIsir pertama
dan termashur pada masa tersebut adalah Ibn Abbas. Pada waktu itu beliau telah
menaIsirkan al-Qur`an dengan riwayat dan isnad, kemudian kesulitan-kesulitan
dalam mengartikan al-Qur`an dicari dalam al-hadits, yang pada gilirannya
melahirkan ilmu hadits.
Pada saat itulah kitab tentang ilmu hadits sudah mulai dikarang oleh para
ulama muslim. Beberapa ulama hadits yang terkenal pada masa itu, antara lain :
Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidilah bin Abdullah bin Syihab az-
Zuhri, Ibn Abi Malikah (Abdullah bin Abi Malikah at-Tayammami al-Makky),
Al-Auza`i Abdurrahman bin Amr, Hasan Basri as-Sya`bi.
Dalam bidang hadits ini, Umar bin Abd Aziz secara khusus
memerintahkan Ibn Syihab az-Zuhri untuk mengumpulkan hadits. Oleh karena itu,
Ibn Syihab telah dianggap sangat berjasa dalam menyebarkan hadits hingga
menembus berbagai zaman. Sejak saat itulah perkembangan kitab-kitab hadits
mulai dilakukan.
34
33
C.A. Qadir, Filsa1at Dan ilmu Pengetahuan dalam Islam (Jakarta, Pustaka Obor, 2002), hal. 37
34
Badri Khaeruman, tentisitas Hadits . Studi Kritis Atas Kafian Hadst Kontemporer (Bandung,
Rosda, 2004), hal. 39
DAFTAR PUSTAKA
A. Syalabi, Sefarah dan Kebudayaan Islam, 2003. Jakarta: Pustaka al-
Husna.
Abu al A`la al Maududi, Khila1ah dan Kerafaan, terjemah M. Bagir, 1984.
Bandung: Mizan.
Ahmad Amin, 'Yaumul Islam, Abu Laila dan M.Tohir (Penerj.), Islam
dari Masa ke Masa, 1993. Bandung: PT. Remajarosda Karya, Bandung.
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam.
Melacak Akar-akar Sefarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, 2004.
Jakarta: PT. RajaGraIindo Persada.
Albert Hourani, Sefarah Bangsa-Bangsa Muslim, 2004. Bandung: Mizan.
Badri Khaeruman, tentisitas Hadits . Studi Kritis Atas Kafian Hadst
Kontemporer, 2004. Bandung: Rosda.
Badri Yatim, Sefarah Peradaban Islam, 1998. Jakarta: PT. GraIindo
Persada.
C.A. Qadir, Filsa1at Dan ilmu Pengetahuan dalam Islam, 2002. Jakarta:
Pustaka Obor.
Dedi Supriyadi, Sefarah Peradaban Islam, 2008. Pustaka Setia: Bandung.
H.A.R. Gibb, Islam dalam Lintasan Sedfarah, 1953. Jakarta: Yayasan
Franklin.
Haikal, Sefarah Hidup Muhammad, 1984. Jakarta: Tinta Mas.
Harun Nasution, Islam ditinfau dari berbagai Aspeknya Jilid , 1999.
Jakarta: UI-Press.
Hasan Ibrahim, Sefarah dan Kebudayaan Islam, 2003. Jakarta : Kalam
Mulia.
Binu Atsir, al Kamil 1i al %arikh, IV, tt. Beirut: Dar Shadir.
JoesouI Sou`yb, Sefarah Daulah Umawiyah di Damaskus Jilid , 1997.
Jakarta: Bulan Bintang.
Jurji Zaidan, %arikh %amaddun al Islami, tt. Beirut: Dar al Maktabah al
Hayat.