You are on page 1of 19

MAKALAH DEMONTRASI KEGEL EXERCISE

Pelvic Floor Exercise For Urinary Incontinence: A Systematic


Literature Review



TUGAS
Untuk Memenuhi Tugas Demonstrasi Pada Lansia Blok 3.6 Minggu III
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM









Disusun oleh :

Wahyu Subekti 12604
Dimas Agung Setyo N 12690
Amini Purwantari 12726
Lanny Nur Fitrianti 12740
Al Ana 12753
Desy Arisandi 12771
Mustika Pandu Kaswari 12784
Patrisia R.W.L.P 12809
Melina DeIita Sari 12824
Agnesya Hendra P 12839
Amanda Kurniasih 12850
Handitya Daniswari 12869



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
A I
PENDAHULUAN

A. Latar elakang
Inkontinensia urin merupakan salah satu keluhan utama pada
penderita lanjut usia. Variasi inkontinensia utin meliputi dari kadang-kadang
keluar atau hanya beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak,
bahkan disertai juga inkontinensia alvi. Inkontinensia bisa menjadi Iactor
tunggal yang menyebabkan seorang lanjut usia dirawat, karena sudah tidak
dapat di atasi penderita sendiri mau pun keluarga atau orang yang
merawatnya.
Prevalensi meningkay dengan bertambahnya umur, lebih banyak
didapatkan pada wanita. Inkontinensia mempunyai kemungkinan besar untuk
disembuhkan, terutama pada penderita yang mobilitas dan status mentalnya
masih cukup baik. Bahkan apabila tidak dapat diobati sempurna,
inkontinensia selalu dapat diupayakan lebih baik, sehingga kualitas hidup
penderita meningkat dan meringankan beban yang merawat. Namun,
umumnya orang lanjut usia merasa segan dan Irustasi serta malu untuk
membicarakan inkontinensia yang diderita, penting ditanyakan secara khusus
dalam pengkajian dan bila ada, dimasukkan sebagai problem medic yang
potensial untuk dapat diatasi.
Pengelolaan dari inkontinensia urin dimulai antara lain dengan
membedakan apakah secara garis besar penyebabnya dari segi urologic atau
masalah neurologic. Kemudian penting untuk diketahui apakah inkontinensia
terjadi secara akut atau kronik/persisten. Inkontinensia akut biasanya
reversible, berhubungan dengan penyakit-penyakit akut yang sedang diderita,
dan akan lebih baik lagi jika penyakit-penyakit tersebut sudah disembuhkan.
Pengobatan non Iarmakologi tidak mempunyai eIek samping,
sehingga kami memilih senam kegel (Pelvic Floor Exercise) untuk menjadi
intervensi pada inkontinensia urin pada orang lanjut usia.
Menurut jurnal Pelvic Floor Exercise For Urinary Incontinence: A
Systematic Literature Review, senam kegel dapat membantu penderita
inkontinensia dengan semua tipe, terlebih sangat bermanIaat pada
inkontinensia stress. Berdasarkan penjelasan di atas, dalam makalah ini kami
akan membahas lebih lanjut tentang senam kegel pada lansia atau pelvic Iloor
exercise Ior urinary incontinence pada lansia.

. Rumusan Masalah
Apakah senam kegel eIektiI untuk lansia dengan inkontinensia urin?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui keeIektiIan senam kegel bagi lansia dengan
inkontinensia urin
2. Untuk mengetahui dan memahami prosedur senam kegel beserta vidionya

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui dan memahami tentang intervensi senam kegel bagi
lansia yang mengalami inkontinensia urin
2. Dapat belajar dan mengajarkan senam kegel pada lansia dengan
inkontinensia urin

A II
PEMAHASAN

A. Inkontinensia pada lansia
Inkotinensia stres adalah hilangnya kontrol disengaja air seni yang
terjadi pada saat yang sama tekanan perut meningkat seperti pada batuk atau
bersin. Hal itu terjadi ketika otot-otot dasar panggul menjadi lemah.
Inkontinensia urin dideIinisikan oleh The International Continence
Society sebagai keluhan yang berhubungan dengan pengeluaran urin secara
tidak sengaja. Hal ini bisa diakibatkan oleh kondisi yang berbeda-beda dan
perlu untuk diklasiIikasikan secara tepat. Tipe inkontinensia urin yang paling
sering terjadi pada wanita adalah inkontinensia urin stress dan inkontinensia
urin urgensi.
Inkontinensia urin stress terjadi apabila urin secara tidak terkontrol
keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut. Dalam hal ini, tekanan di
dalam kandung kencing menjadi lebih besar daripada tekanan pada urethra.
Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin,
berlari, atau hal lain yang meningkatkan tekanan pada rongga perut.
Sedangkan inkontinensia urin urgensi timbul pada keadaan otot detrusor
yang tidak stabil, di mana otot ini bereaksi secara berlebihan. Gejalanya
antara lain perasaan ingin kencing yang mendadak, kencing berulang kali,
kencing malam hari, dan inkontinensia. Inkontinensia urin urgensi disebut
juga Overactive Bladder Syndrom ( OAB ).
Faktor Iaktor yang biasanya berkontribusi terhadap terjadinya
inkontinensia urin adalah : usia, gender, ras, dan orang yang dihospitalisasi.
Prevalensi inkontinensia urin sendiri telah dilaporkan dari data studi
epidemiologi meningkat dengan peningkatan usia yaitu pada usia sekitar 50
tahun dan mencapai puncak pada usia 70 tahun. Selain itu dengan
peningkatan usia juga terjadi penurunan kapasitas uretra. Penurunan ini
secara signiIikan ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun.
Perbedaan ras juga ditemukan pada prevalensi inkontinensia urin yaitu
terdapat perbedaan otot uretra pada ras ras tertentu. Ras AIro-Carribeans
memiliki prevalensi inkontinensia urin stress yang rendah karena orang
orang pada ras ini memiliki kapasitas spinkter yang besar. Wanita keturunan
ras AIro-Carribeans dilaporkan juga memiliki otot levator ani area cross-
secrional yang luas dan kuat.
Terdapat beberapa kondisi yang juga menyebabkan timbulnya
inkontinensia urin, seperti kehamilan, melahirkan, serta menopause.
Prevalensi inkontinensia urin meningkat selama kehamilan. Perkiraan
prevalensi inkontinensia urin stress selama kehamilan bervariasi antara 6 -67
dan 3 38 pada 2 sampai 3 bulan pasca melahirkan. Kehamilan dan
persalinan diketahui berhubungan dengan kerusakan inervasi otot dasar
panggul, trauma langsung pada otot levator ani dan Iasia endopelvic karena
peregangan. Selain itu persalinan melalui vagina juga menyebabkan mobilitas
leher bladder menjadi lemah.
Faktor resiko lain yang menyebabkan inkontinensia urin stress adalah
adalah obesitas. ( BMI lebih dari 30), olahraga yang berlebihan, penyakit
respirasi kronik yang menyebabkan batuk yang kronik, dan massa pada intra-
abdomen yang menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
Inkontinensia urin (UI) merupakan masalah umum di antara orang
dewasa yang tinggal dalam komunitas. Insiden ini meningkat dengan umur
dan lebih sering pada wanita, yang khususnya umum di antara wanita lansia
dalam perawatan dirumah. Perkiraan prevalensi inkontinensia pada wanita
dari 10 sampai dengan 40.
Walaupun , angka-angka ini mungkin tidak mencerminkan cakupan
sebenarnya dari masalah, karena kurangnya pelaporan yang timbul dari ras
social yang malu terkait dengan kondisi tersebut. latihan panggul
menawarkan possible retrieve dari inkontinensia.
Terapi ini konservatiI tampaknya tidak memiliki eIek samping sig-
niIikan dan memungkinkan perbaikan gejala, karena itu dapat dianggap
sebagai pilihan pertama pengobatan untuk inkontinensia urin pada wanita.
Apalagi jika hasilnya unsatisIac-tory pasien bisa dirujuk untuk evaluasi lebih
lanjut dan intervensi bedah mungkin. Lembaga Nasional No pedoman
Clinical Excellence 40 pada manajemen inkontinensia pada wanita
merekomendasikan pelatihan otot lantai panggul selama minimal tiga bulan
sebagai pengobatan utama untuk stres inkontinensia urin. pedoman
menyatakan bahwa latihan dasar panggul yang ditemukan eIektiI dalam
pengobatan inkontinensia pada pasien wanita di lebih dari 50 kasus.

. Latihan kegel untuk lansia
1. Pengertian
Senam kegel adalah suatu latihan otot dasar panggul puboccoccygeus
(PC) atau pelvic Iloor muscle yang digunakan untuk terapi pada seseorang
yang tidak mampu mengontrol keluarnya urin.

2. Tujuan dan ManIaat
a. Menguatkan otot-otot yang mengontrol aliran urin (air seni)
b. Mencegah prolaps uteri atau turunya rahim (pada wanita)
c. Untuk meningkatkan kemampuan mengontrol dan mengatasi ejakulasi
dini serta ereksi lebih lama pada pria.
d. Mengencangkan otot-otot vagina pada wanita

3. Kelompok otot yang digunakan dalam latihan otot dasar panggul
Otot dasar panggul terdiri dari 12 otot stria yang diatur oleh 3 lapisan.
Ketika otot dasar panggul berkontraksi akan menyebabkan pergerakan
pada stria. Fungsi dari otot dasar panggul sendiri adalh untuk memeberi
support stuktural pada panggul (pelvis), uretra, vagina, dan rektum. The
OxIord Pelvic Tone Scoring System biasanya digunakan untuk mengkaji
tonus otot dasar panggul.



OxIord Score Tanda
0 Tidak ada kontraksi
1 Ada kontraksi tetapi sedikit
2 Kontraksi lemah
3 Kontraksi sedang dengan pergerakan
4 Kontraksi baik dengan pergerakan
5 Kontraksi otot normal

4. Cara melakukan latihan otot dasar panggul
Pelatihan otot dasar panggul melibatkan kontraksi berulang dari otot
dasar panggul yang membentuk kekuatan perineal serta meningkatkan
tonus otot. Jumlah kontraksi yang direkomendasikan berdasarkan studi
adalah 8-12 kontraksi selama 3 kali perhari. Atau 200 kontraksi setiap
harinya. Namun Arthur Kegel, penemu latihan ini merekomendasikan
sampai 500 kontraksi setiap hari. Sedangkan durasi untuk sekali
berkontraksi 'meremas dan menahan menurut studi adalah 30-40 detik.
Latihan Kegel ini dapat dilakukan dalam berbagai posisi seperti : saat
duduk, jongkok, berdiri, tidur, dan berdiri dengan kaki mengangkang.
Frekuensi latihan Kegel ini juga bervariasi, dari 1 minggu sampai 6 bulan,
dengan 3 bulan yang paling dianjurkan. The National Institute Ior Clinical
Excellence merekomendasikan setidaknya 8 kontraksi selama 3 kali sehari
dan latihan minimal 3 bulan sebagai pengobatan pertama untuk
inkoninensia urin. Sedangkan The International Consultation on
Incontinence Committee merekomendasikan latihan otot dasar panggul
untuk wanita dengan inkontinensia urin stress adalah8-12 minggu.

5. Pelvic Iloor exercise regimens
Training otot panggul (pelvis) bagian bawah melibatkan kontraksi
berulang dari otot pelvis, di mana akan menciptakan kekuatan dan
dorongan perineal dan mengubah tonus otot. Pelvis bawah merupakan
keseluruhan komposisi dari otot striated, prinsip training kekuatan untuk
otot striated harus dipantau ketika mencobakannya ke tonus dan kekuatan
pelvis bawah. Gerakannya adalah kontraksi di dalam dan di luar tubuh
secara sadar atau tekanan pada pelvis bawah. Jumlah kontraksi yang
direkomendasikan dari lintas pendidikan memiliki rentang dari 8 sampai
12 kontraksi 3 kali dalam sehari, sampai 20 kontraksi 4 kali dalam sehari,
sampai sama banyaknya 200 kontraksi tiap hari. Bagimanapun, Arthur
Kegl, penemu dari Kegel excercise, pada tahun 1948 merekomendasikan
sampai 500 kontraksi per hari. Durasi dari 'squeeze and hold atau
kontraksi, berubah pada studi yang telah dipublikasikan, yaitu dari 4 menit
sampai 30-40 menit.
Postur yang direkomendasikan yang diadopsi selama menentukan
aturan excercise sangat bermacam-macam, meliputi sitting, kneeling,
standing, lying down, dan berdiri dengan kaki mengangkang. Durasi yang
direkomendasikan dari aturan yang telah ditentukan sangatlah luas, yaitu
dari 1 minggu sampai 6 bulan, dengan 3 minggulah menjadi yang paling
direkomendasikan. The national Institute Ior Clinical Excellence
merekomendasikan percobaan latihan pelvis bawah dengan pengawasan,
terdiri dari paling sedikit 8 kontraksi dalam 3 waktu tiap harinya untuk
minimum 3 bulan, Treatment pertama untuk inkontinensia urinari.
The International Consultation on Incontinence Committe
merekomendasikan pelatihan otot pelvis bawah dengan pengawasan untuk
wanita dengan stress inkontinensia, ini dilakukan 8-12 minggu sebelum
pengkajian kembali dan kemungkinan menyerah untuk manajemen lebih
lanjut jika pasien tidak ditangani dengan baik.
Quick Flick adalah teknik yang digunakan oleh wanita dengan
inkontinensia urgen atau inkontinensia mixed urinary. Pelatihan ini
meliputi mengambil naIas dalam secara lambat, saat otot-otot pelvis bawah
terjadi selama 3-5 detik, saat itu juga keinginan yang mendesak untuk
membatalkan dirasakan. Ini telah ditemukan untuk mesupresi keinginan
yang mendesak itu agar dapat dihindari.
Ini merupakan bukti yang mendukung bahwa mungkin ini tidak
diperlukan untuk menjaga atau melakukan latihan pelvis bawah meskipun
ini diinginkan. Cara latihan pelvis bawah secara optimal akan merubah
morIologi dan posisi otot-otot ke kontraksi bawah sadar yang
memungkinkan, mekanisme demikian akan terjadi pada dunia wanita. Di
samping itu, dengan pelatihan otot skeletal yang kuat, usaha yang lebih
sedikit akan dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot daripada
membentuk masa otot dari awal lagi.

6. Bagaimana Senam kegel bisa mempengaruhui inkontinensia urin
Tujuan dari latihan pelvic Iloor ini adalah untuk mengubah waktu
kontraksi, kekuatan oot-otot pelvic bawah dan kekakuan otot-otot pelvic
bawah. Mekanisme dari latihan pelvic Iloor ini ada 3 point yang perlu
digarisawahi, yaitu pelatihan kekuatan, keseimbangan penghitungan, dan
latihan otot-otot pelvik bawah secara tidak langsung dengan
mengkontraksikan otot transversal perut.
a. Latihan Kekuatan (Strength training)
Leher kandung kemih disokong oleh otot pelvik bagian bawah, yang
mana membatasi gerakan menurun dari uretra selama penggunaan dan
dengan demikian mencegah kebocoran urin. Latihan secara intensive otot
striated akan membangun otot secara keseluruhan, latihan kekuatan otot-
otot pelvik bawah yang sama akan membangun otot secara keseluruhan
dan dengan begitural bagi u menyediakan dukungan struktural bagi pelvik
bawah dengan mengelevasikan secara permanen levator muscle plate ke
posisi yang lebih tinggi di pelvis. Dukungan lebih lanjut ditingkatkan ke
hipertroIi dan kekakuan dari endopelvic Iascia.
b. The Knack` manoeuvre
Istilah 'The Knack diciptakan oleh Ashton-Miller aslinya, karena
kata 'Knack dalam bahasa Inggris yang simpel mengimplikasikan sebuah
cara yang tangkas untuk melakukan sesuatu. Gerakan ini dilakukan dengan
mengontraksikan otot pelvik bawah saat ada stress Iisik dan kemudian
juga untuk menjaga kontraksi selama stress. Gerakan ini mencegah
penurunan uIretra dan kandung kemih dan meningkatkan pembatasan.
Secara sengaja, kontraksi otot pelvik bawah yang eIektiI (mengangkat otot
pelvik bawah di kranial dan mengarahkannya lurus ke depan) sebelumnya
dan selama usaha menahan uretra dan peningkatan tekanan uretra dengan
demikian dapat mencegah kebocoran urin. UltrasonograIi dan resonansi
magnetik, menunjukkan kranial dan pergerakan ke depan otot pelvik
bawah selama kontraksi yang aktiI dan menghasilkan dampak pada posisi
uretra.
Ini terlihat pada umumnya memang seperti itu, jika satu
menontraksikan otot uretra dan levator ani sebelumnya dan selama
beberapa waktu saat stress terjadi, maka satunya dapat mencegah
kehilangan urin. Tidak beruntungnya, banyak wanita terlihat tidak dapat
menjaga atau melindungi mekanisme perawatan diri yg tersembunyi ini
pada dirinya sendiri dan sehingga perlu diajarkan 'The Knack. Sehingga
menjadi masuk akal bahwa bagian dari mekanismenya yaitu latihan otot
pelvik bawah menjadi eIektiI untuk menangani inkontinensia stress urinary
yang mana dapat meningkatkan kepedulian dan kemampuan untuk
mengatur waktu kontraksi jika menemui kejadian yang emnyebabkan
kebocoran. Miller et al menunjukkan bahwa gerakan simpel ini dapat
mengurangi kebocoran urin sebesar 98,2 saat disertai batuk medium dan
73,3 saat terjadi batuk dalam (deep cough) dengan jangka waktu hanya
setelah 1 minggu pelatihan.
c. Indirect training oI pelvic Iloor muscles by contracting the
abdominal muscles
Otot pelvik bawak dapat diaktiIkan bersama dengan otot abdominal.
Peningkatan dari bukti-bukti mendukung bahawa kontraksi aktiI dari otot
transversus abdominus dihubungkan dengan pengaktiIan kembali otot
pelvik bawah. Hal ini ditunjukkan oleh ultrasound, elektromiograI, dan
magnetik resonansi. Basgaimanapun, kontraksi otot transversus abdominus
tidak menunjukkan untuk mengangkat otot pelvik bawah pada semua
wanita, dan ketika dilakukan, hal ini tidak menunjukkan sama eIektiInya
ketika dilakukan pada diri sendiri. Ilmu pengetahuan baru-baru ini
mendukung bahwa hubungan di antara otot pelvik bawah dan otot
tranversus abdominus berbeda di antara wanita yang tidak inkontinensia
dan yang inkontinensia, dengan sedikit penempatan otot pelvik bawah
yang salah selama kontraksi otot tranversus abdominus pada wanita
dengan inkontinensia stress urinary jika dibandingkan dengan wanita yang
tidak inkontinensia. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk mengetahui
eIek inkontinensia pada rehabilitasi interaksi antara otot tranversus
abdominus dan otot pelvik bawah pada treatment inkontinensia urin.

7. KemanIaatan dan keeIektiIan Senam kegel
Secara keseluruhan,terdapat bukti untuk merekomendasikan secara
luas untuk menggunakan latihan otot dasar panggul sebagai program
managment pertama untuk wanita dengan stress, mendesak atau
inkontinensia urin campuran. percobaan PFMT diawasi minimal dalam
durasi tiga bulan, harus ditawarkan sebagai pengobatan dini pertama untuk
wanita dengan stres dan inkontinensia campuran. latihan otot dasar
panggul setidaknya terdiri dari delapan kontraksi yang dilakukan tiga kali
perhari. Jika latihan otot dasar panggul bermanIaat, program latihan harus
dijaga.
Ada banyak publikasi tentang manIaat dari PFMT di stres
inkontinensia urin, meskipun dalam penggunaannnya dalam mendorong
inkontinensia urin masih tergolong baru. Hal itu tidak bertahan lama atau
melemahkan eIek samping dari pelatihan otot dasar panggul. Untuk kasus-
kasus yang tidak berhasil, ada management alternative pilihan. Biaya
PFMT relatiI lebih murah dibandingkan menggunakan prosedur operasi,
dan akan demam dan eIek sampingnya lebih ringan dibandingkan untuk
pengobatan Iarmakologis.
EIek pengobatan biasanya meningkat ketika PFMT program
dilaksanakan oleh sebab harus diawasi oleh seorang spesialis Iisioterapi
atau spesialis continence nurse. Tambahan terapi Iisik seperti stimulasi
listrik dan bioIeedback, tidak dianjurkan untuk penggunaan secara rutin
selama melakukan latihan otot dasar panggul. Namun, mereka dapat
mempertimbangkan pada wanita yang tidak bisa kontrak aktiI latihan otot
dasar panggul, dalam rangka untuk membantu motivasi dan kepatuhan
terhadap terapi.
Secara umum dengan menggunakan ini pada wanita tua dengan stres
inkontinensia, ada bukti untuk merekomendasikan PFMT secara luas yang
merupakan perawatan tepat untuk perempuan dengan inkontinensia urin
persisten postpartum. Ada kemungkinan bahwa eIect dari PFMT mungkin
lebih besar dengan sasaran dari pada pendekatan berbasis poulasi dan
dalam kelompok perempuan tertentu (misalnya : wanita primipara atau
wanita yang telah hipermobilitas leher kandung kemih pada awal
kehamilan, bayi besar, pengguntingan jalan lahir).
Terbatasnya tindak lanjut sampai akhir pengobatan dalam sebagian
penelitian yang diterbitkan menjelaskan bahwa hasil jangka panjang
PFMT kurang jelas. EIek jangka panjang mungkin lebih besar di
perempuan yang berpatisipasi dalam PFMT dan diawasi paling sedikit tiga
bulan. Kepatuhan untuk melanjutkan pelatihan ini mungkin berhubungan
dengan pemeliharaan atau eIek pengobatan, tetapi hipotesis ini perlu diuji
lebih lanjut.
Ini membutuhkan pragmatis, baik dilakukan, dan secara eksplisit
untuk melaporkan uji coba secara acak, guna membandingkan PFMT
dengan kontrol untuk mengetahui eIectivitas klinis jangka panjang PFMT.
Juga mempelajari cara yang berbeda dalam pelatihan otot dasar panggul
untuk menetapkan metode yang optimal untuk memberikan dan
melakukan intervensi ini.
Sebagai kesimpulan, latihan dasar otot panggul bermanIaat dan tidak
mempunyai eIek signiIikan yang merugikan. Hasilnya akan bertahan lama
ketika pasien memilih latihan yang tepat dan memilih olahraga yang
adekuat.
Pelatihan harian otot dasar panggul adalah pengobatan yang eIektiI
untuk inkontinensia stres atau campur, dibandingkan dengan tanpa
perlakuan, selama jangka pendek. Selain kasus rasa sakit yang sesekali
atau rasa tidak nyaman, tidak ada eIek samping lain yang dicatat. Bukti ini
berasal dari beberapa percobaan besar yang dikendalikan secara acak dan
dua tinjauan sistematis yang diterbitkan di perpustakaan Cochrane.
Sebuah studi oleh Cammuetal,tentang tindak lanjut pada perempuan
setelah latihan otot dasar panggul untuk inkontinensia stres,
menyimpulkan bahwa ketika pelatihan otot dasar panggul pada awalnya
berhasil, ada kemungkinan 66 bahwa hasil yang menguntungkan akan
bertahan setidaknya selama 10 tahun.
Uji coba menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan (terutama laporan
perawatn diri sendiri / perbaikan) mungkin lebih besar pada wanita
dengan stres inkontinensia yang berpartisipasi dalam program PFMT yang
diawasi selama minimal tiga bulan. Hal ini juga menunjukkan bahwa
eIektivitas PFMT tidak menurun dengan usia: dalam uji coba dengan
inkontinensia stress pada wanita yang lebih tua tampak bahwa hasil untuk
kedua ukuran, baik hasil primer ataupun sekunder sebanding dengan
mereka yang melakukan uji pada wanita yang lebih muda.

8. Pelatihan penunjang
Terapi Iisik yang lainnya direkomendasikan untuk menangani
inkontinensia stress urinary, yaitu termasuk bioIeedback, penggunaan
vaginal cones, stimulasi elektrik, stimulasi saraI elektrik transkutaneus,
stimulasi saraI tibial posterior dan terapi magnetik.
a. BioIeedback therapy
Terapi bioIeedback menyediakan kepedulian terhadap aktiIitas
Iisiologikal dari otot pelvik bawah secara visual, taktil, atau auditori.
Vaginal cones menggunakan pendekatan terhadap elektroda, manometry,
dan elektromiograIi.
b. Vaginal Cones (Kerucut Vagina)
Weigthed Cones (timbangan kesrucut) dalam vagina dapat digunakan
untuk pelatihan kekuatan otot dasar panggul. kerucut berat jenisnya
bermacam-macam dengan berbagai berat dan digunakan biasanya selama
sekitar 20 menit dalam sehari, dimulai dengan berat yang rendah hingga
yang lebih berat sesuai dengan kemampuan individu. Berat kerucut bisa
berkisar dari 20 hingga 150 gram. Contohnya, Kerucut Mabella (Vitacon
AS), berat 20,40,dan 70 gram, yang masing-masing digunakan dalam
penelitian dengan menggunakan ranomize controll trial oleh Boetal.
c. Stimulasi SaraI Sacral
Stimulasi listrik pada jalur reIlek sacral dapat digunakan untuk
menghambat perilaku reIleks bladder. Stimulasi saraI dapat dicapai dengan
menggunakan elektroda permukaan,atau jarum traskutan, atau elektroda
implan dekat saraI. Awalnya elektroda ditempatkan melalui sacral untuk
saraI sacral menalongsidea (biasanya S3). pada prosedur alternatiI,
elektroda dihubungkan melalui kabel di bawah kulit ke generator
implanted programmable pulse yang akan memberikan rangsangan dalam
parameter yang ditetapkan. Teknologi ini telah digunakan untuk pasien
dengan kandung kemih terlalu aktiI, inkontinensia urgensi, dan kesulitan
berkemih, dan untuk beberapa pasien dengan masalah deIekasi. Intervensi
ini juga telah digunakan dalam pengelolaan nyeri panggul kronis,
meskipun hal ini berada di luar lingkup review ini. Dalam uji acak
(randoms triall) sekitar 50 dari pasien dalam kelompok stimulasi
mencapai kontinensia lengkap atau mengalami perbaikan lebih besar dari
90 dalam gejala inkontinensia utama, dimana 50 perbaikan dalam
gejala inkontinensia utama diamati pada sekitar 87 . Stimulasi saraI
sacral (SNS) disarankan untuk pengobatan inkontinensia urin yang
berhubungan dengan overcavity detrusor pada wanita yang tidak berespon
pada pengobatan konservatiI. perempuan harus diberikan stimulasi saraI
sakral atas dasar respon mereka untuk evaluasi awal saraI perkutan.
Dianjurkan untuk melakukan tindak lanjut seumur hidup.
d. Stimulasi SaraI Tibialis Posterior
Stimulasi saraI tibialis posterior (PTNS) memberikan stimulasi
retrograde ke plexus. SaraI sakral tibial posterior berisi berisi campuran
serat saraI motorik sensorik yang berasal dari segmen tulang belakang
yang sama dengan innervations ke kandung kemih dan dasar panggul.
Mekanisme yang jelas dari aksi neuromodulation tidak jelas. ManIaat
potensial dari stimulasi saraI tibial posterior percutaneous adalah bahwa
mungkin stimulasi ini akan mencapai eIek neuromodulatory yang sama
seperti stimulasi saraI sakral, dengan melalui tindakan invasiI yang
minimal.
Dalam sebuah uji coba terkontrol secara acak dari 100 pasien,
membandingkan PTNS dengan pengobatan, 80 (35/44) pasien dalam
kelompok PTNS dan 55 (23/42) pasien dalam kelompok pengobatan
menganggap diri mereka dapat disembuhkan atau diperbaiki (p 0,01).
Kedua kelompok menunjukkan statistik yang serupa, yaitu mengalami
penurunan yang signiIikan pada jumlah pengosongan per hari, nokturia,
inkontinensia mendesak danbanyaknya episode urgency sedang hingga
berat per hari. Kualitas hidup juga meningkat secara signiIikan pada kedua
kelompok segera setelah perawatan.

e. Terapi magnetic
Terapi magnet bertujuan untuk merangsang otot dasar panggul
dan / atau akar sacral dengan menempatkannya dalam medan
elektromagnet. Para wanita tetap berpakaian lengkap selama menjalani
keseluruha prosedur dan hal ini mungkin merupakan proses yang lebih
dapat diterima jika dibandingkan dengan stimulasi listrik. Saat ini tidak
ada bukti kuat bahwa tambahan seperti terapi Iisik akan lebih berhasil bila
digunakan sebagai pengganti, atau bersama-sama dengan pelatihan otot
dasar panggul.
Oleh karena itu, dianjurkan bahwa stimulasi listrik dan bioIeedback
dasar panggul tidak boleh digunakan sebagai bagian rutin dari pelatihan
otot dasar panggul. Meskipun tidak ada bukti yang menunujukkan
eIektivitas yang baik dari bioIeedback atau stimulasi listrik, inIormasi dan
dukungan yang dihasilkan oleh bioIeedback dapat membantu motivasi
bagi beberapa wanita, dan stimulasi listrik mungkin baik digunakan bagi
mereka yang tidak mampu untuk memulai kontraksi. Oleh karena itu
stimulasi listrik dan bioIeedback otot dasar panggul dapat dipertimbangkan
pada wanita yang otot dasar panggulnya tidak bisa aktiI berkontraksi
dalam rangka untuk membantu motivasi dan kepatuhan terhadap terapi.
Bukti menunjukkan bahwa perempuan lebih baik dalam rezim latihan yang
diawasi oleh ahli Iisioterapi spesialis atau perawat spesialis kontinensia,
berbeda dengan perawatan dibantu tanpa pengawasan atau leaIlet.
Alasannya mungkin karena selain untuk berolahraga, spesialis tersebut
kemungkinan akan mencakup sejumlah daerah lain yang juga mungkin
berdampak pada panggul, seperti pekerjaan, status pernaIasan, masalah
gaya hidup, kebugaran otot secara keseluruhan, diet dan kesehatan umum.
Ada juga kemungkinan akan kepatuhan yang lebih baik dengan regimesin
latihan yang jangka panjang, jika setiap wanita memahami sepenuhnya
dengan menunjukkan bahwa dia bisa membantu dia sendiri dan jika dia
memiliki waktu yang cukup untuk mengatasi masalah dengan dukungan
proIesional.
Slack et al. merekomendasikan layanan khusus Iisioterapi dasar
panggul dan telah menemukan pengurangan 33 pada beban kerja bedah
dan urodynamic setelah penggunaan layanan ini. Dalam penelitian mereka,
mereka menggunakan suara panggul kurang dari atau sama dengan 3
sebagai kriteria untuk merekomendasikan latihan dasar panggul untuk
pengobatan inkontinensia urin. Ishiko et al. disarankan wanita
postmenopause yang mengkonsumsi suplemen oestriolin intravaginal
melakukan latihan dasar panggul dan menemukan bahwa ini menghasilkan
tingkat kesembuhan inkontinensia lebih tinggi.


A III
PENUTUP

Senam kegel eIektiI untuk lansia dengan inkontinensia urin jenis apapun.
latihan dasar otot panggul bermanIaat dan tidak mempunyai eIek signiIikan
yang merugikan. Hasilnya akan bertahan lama ketika pasien memilih latihan
yang tepat dan memilih olahraga yang adekuat. Pelatihan harian otot dasar
panggul adalah pengobatan yang eIektiI untuk inkontinensia stres atau
campur, dibandingkan dengan tanpa perlakuan, selama jangka pendek. Selain
kasus rasa sakit yang sesekali atau rasa tidak nyaman, tidak ada eIek samping
lain yang dicatat


Daftar Pustaka

Price, Natalia., Rehan Dawood, Simon R. Jackson. 2010. Pelvic Iloor exercise Ior
urinary incontinence: A systematic literature review. aturitas xxx (2010)
xxx-xxx Elsiver.
Parwaningtyas, HaIiIah. 2010. Kegel Exercise Untuk Lansia. Diakses di
http://haIiIahparwaningtyas.blogspot.com/2010/09/kegel-exercise-untuk-
lansia.html pada tanggal 22 Mei 2011.
Parwanintyas, HaIiIah. 2010. Standar Operasional Prosedur untuk Senam Kegel
Pada Lansia. Diambil di
http://haIiIahparwaningtyas.blogspot.com/2010/11/standart-operasional-
prosedur-sop-senam.html pada tanggal 22 Mei 2011.

Lampiran I

You might also like