You are on page 1of 19

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI IPA

2 SMAN 5 BANDUNG Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Langevald (Somarya, 2010: 26) adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap pihak lain yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan. Mudyahrdjo (2001: 11) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Dari pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap pihak lain yang belum dewasa baik yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Untuk mewujudkan pendidikan yang ideal memang tidaklah mudah. Di Indonesia sendiri banyak terjadi persoalan dalam dunia pendidikan. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Salah satu alasan yang menyebabkan mutu

pendidikan

di

Indonesia

masih

relatif

rendah

adalah

kebijakan

dan

penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan pendekatan analisis input-output tidak efektif. Pendekatan ini beranggapan apabila kebutuhan input telah dipenuhi, maka otomatis output pendidikan akan baik, tetapi pada kenyataannya tidak terjadi demikian. Selama ini, kita terlalu menekankan inputoutput dan kurang memperhatikan proses pendidikan (Tiliyani, 2007: 1). Selain itu, masalah pun sering terjadi dalam proses pembelajaran. Dari observasi yang dilakukan di kelas XI IPA 2 SMAN 5 ini ditemukan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Persoalan tersebut adalah kurang aktifnya siswa selama proses pembelajaran. Guru sendiri sebenarnya sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran, seperti pemberian kesempatan siswa untuk bertanya dan menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan. Namun, hal tersebut terlihat kurang mendapatkan respon dari siswa. Dari hasil observasi di kelas tersebut, terlihat hanya 2-3 siswa saja yang aktif dan itu pun dengan nama siswa yang sama. Selain masalah tersebut, guru juga terlihat kurang memanfaatkan media yang telah disediakan di dalam kelas seperti LCD Proyektor. Guru dalam mengajar hanya memanfaatkan papan tulis dan spidol saja. Memang dalam cara pengajaran tersebut guru menyampaikan materi yang mudah diterima oleh siswa. Hanya saja, jika lebih memanfaatkan media pembelajaran yang ada, maka pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan. Menyikapi hal tersebut di atas dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualization (TAI), diharapkan mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah, khususnya di kelas XI IPA 2 SMAN

5 Bandung.

Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa pokok pemikiran yang dipaparkan di atas terdapat satu permasalahan utama yang akan dikaji yaitu bagaimana penerapan metode Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualization untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 2 SMAN 5 Bandung? Agar permasalahan yang akan dikaji lebih jelas dan fokus, penulis akan merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Apakah penerapan metode Cooperative Learning tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 2 SMAN 5 Bandung?

Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kualitas pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 2 SMAN 5 Bandung dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Teams Assisted

Individualization (TAI).

Manfaat Penelitian 3

Manfaat yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberi solusi terhadap masalah pembelajaran sejarah dan dapat meningkatkan keterampilan profesional guru sebagai pendidik. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pandangan di lingkungan pendidikan. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan info dan pertimbangan dalam rangka upaya meningkatkan mutu pendidikan guna mengatasi permasalahan yang ada.

Definisi Operasional Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010: 61) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, adalah: Variabel Independen (X), variabel ini disebut juga sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya (Sugiyono, 2010: 61). Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian kami adalah Metode Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualization. Variabel Dependen (Y), variabel ini disebut juga variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 61). Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian kami adalah kualitas pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 2

SMAN 5 Bandung.

Terdapat beberapa konsep yang akan kami gunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yakni: Pembelajaran Belajar, menurut Sadirman (2006:20) didefinisikan sebagai usaha

penguasaan materi ilmu pengetahuan sebagai kegiatan menuju terbentuknya pribadi seutuhnya. Sedangkan menurut Skiner dalam Sagala (2003:14) belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Gagne (Sagala, 2003:17) juga berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar merupakan kapabilitas yang timbul karena adanya stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Pembelajaran sendiri berasal dari kata belajar yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an. Awalan dan akhiran tersebut dapat diartikan sebagai proses. Jadi pembelajaran adalah proses yang dilakukan oleh individu untuk mengubah tingkah laku, tidak hanya perubahan yang berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan dan sikap. Metode Cooperative Learning Metode Kooperatif adalah metode pembelajaran dengan membuat kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota

kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya.

Roger dan Johnson (Lie, 2004: 31) mengungkapkan bahwa ada lima unsur dalam pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan belajar kelompok atau diskusi, yakni: Saling ketergantungan pasif. Tanggung jawab perseorangan. Tatap muka. Komunikasi antar anggota. Evaluasi proses kelompok. Terdapat dua komponen penting dalam pembelajaran kooperatif. Rusman (2008:145) mengemukakan bahwa cooperative task atau tugas kerja sama dan cooperative incentive structure atau struktur insentif kerja sama adalah komponen yang dianggap penting dalam metode pembelajaran ini. Metode Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualization Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Ciri khas pembelajaran model ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Dasar pemikiran dari Team Assisted Individualization adalah untuk mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan individual. Adapun perbedaan

tersebut berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa karena siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang beragam. Dalam pelaksanaannya, metode Team Assisted Individualization terbagi menjadi: Pengelompokkan Pada proses pengelompokkan didasarkan pada proses belajar sebelumnya. Tahap Penyajian Materi Pada penyajian materi ini dilakukan melalui: Pengajaran kelompok Jika terdapat materi pembelajaran yang kurang dipahami dalam suatu kelompok maka kelompok tersebut dapat meminta guru menjelaskan materi yang belum dipahami tersebut. Pengajaran seluruh kelas Pengajaran ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Guru menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting dalam pembelajaran. Kegiatan Kelompok Secara umum, Team Assisted Individualization terdiri dari delapan komponen utama, yakni: Kelompok/Tim Tes pengelompokan Materi kurikulum

Kelompok belajar Penilaian dan pengakuan tim Mengajar kelompok Lembar Kerja Mengajar seluruh kelas Tahapan yang harus ditempuh oleh guru dalam menerapkan metode ini, seperti yang dikutip dari Amin Suyitno (2006:10-11), adalah: Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada para siswanya. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan ditetapkannya model Team Assisted Individualization, sebagai suatu variasi model

pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerja sama antar siswa dalam suatu kelompok. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok. Guru memberikan pre-test kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan. Guru menjelaskan materi secara singkat. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa pada setiap kelompoknya. Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melaporkan kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompokya. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

memahami materi bahan ajar yang diberikan guru, dan siap diberikan soal tes oleh guru. Pada saat guru melakukan tes, tindakan ini mengadopsi komponen tes fakta. Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan. Guru dapat memberikan tes formatif sesuai dengan komponen yang ditentukan. Pembelajaran Sejarah Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya melalui dimensi waktu dan tempat yang mencakup aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, geografi dan lain-lain (Hugiono dan Poerwantana 1993: 9). Pembelajaran sejarah di sekolah memiliki karakteristik sebagai

pembelajaran yang memberikan pengalaman masa lampau untuk diterapkan pada masa sekarang. Pengetahuan masa lampau dapat berguna untuk memecahkan masa kini dan untuk merencanakan masa depan (Daldjoeni, 1999:79). Pengalaman masa lampau dapat dijadikan pijakan untuk menyikapi kehidupan nyata saat sekarang dan selanjutnya menciptakan kehidupan masa yang akan datang. Artinya, pembelajaran sejarah di sekolah diharapkan mampu memberikan bekal sikap melalui peristiwa-peristiwa masa lampau.

Untuk memperjelas proses kerja dari definisi konseptual tersebut, maka diperlukan lah suatu definisi operasional. Terdapat beberapa definisi operasional

yang akan digunakan, yakni: Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Setiap anggota saling kerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Pada penelitian ini, digunakan metode Pembelajan Kooperatif tipe Team Assisted Individualization. Pada tipe Team Assisted Individualization ini siswa dikelompokkan ke dalam sebuah kelompok kecil yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Ketua dalam kelompok tersebut adalah siswa yang mempunyai pengetahuan lebih dibandingkan dengan anggota kelompok yang lainnya. Proses belajar merupakan salah satu aspek yang berkaitan dengan proses kognitif aktual yang harus dilalui oleh siswa dalam rangka mencapai keberhasilan belajar. Proses ini berlangsung melalui proses penyerapan gagasan dan keterampilan baru melalui kegiatan belajar dan pembelajaran berupa pengingatan dalam waktu yang singkat (Short Term Memory), kemudian menyimpan informasi yang diterima agar kelak dapat digunakan kembali. Bagaimana pun proses belajar merupakan kegiatan yang rumit atau kompleks karena mencakup penggunaan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh dan rasa) dan proses kognitif dari pengingatan, pemecahan masalah

dan reasoning sehingga kondisi fisik dan psikologis harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Secara psikologis tingkat kesulitan materi belajar ranah pengetahuan yang diberikan harus dirancang dengan

mempertimbangkan perkembangan intelektual siswa. Pembelajaran Sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya melalui dimensi waktu dan tempat yang mencakup aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, geografi, dan lainlain. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran ini, adalah: Kurikulum Silabus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Materi dan bahan ajar Media pembelajaran Metode pembelajaran Evaluasi pembelajaran

Metode Penulisan Desain yang digunakan untuk Penelitian Tindakan Kelas ini ialah model yang diperkenalkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart. Model yang di kembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart ialah bentuk model yang hampir sama yang telah dikembangkan oleh Kurt Lewin, di mana dalam satu siklus atau putaran terdiri atas empat komponen seperti yang dilaksanakan Lewin. Keempat komponen tersebut adalah: (a) Perencanaan (planning), (b) tindakan (acting); (c) Observasi (observation), dan (d) refleksi (reflection). Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi, diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian

11

seterusnya atau dengan beberapa kali siklus. Uraian langkah kerja dalam model Kemmis dan Taggart yang digunakan ialah sebagai berikut : Perencanaan awal: Pada penelitian ini, observasi awal dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan di kelas X1 IPA 2 selama proses pembelajaran sejarah. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui metode apa yang diterapkan oleh guru kelas, media yang digunakan guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran sejarah. Tindakan: Tahap tindakan merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan yaitu dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model TAI. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut: Placement Test and Team Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok. Guru memberikan pre-test kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa pada setiap kelompoknya. Teaching Group Guru menjelaskan materi pembelajaran secara singkat. Student Creative Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan. Team Study Siswa membahas permasalahan yang diajukan oleh guru dan melaksanakan

diskusi secara kelompok serta membuat rangkuman hasil diskusi kelompok untuk dipresentasikan di depan kelas. Guru membimbing siswa belajar dalam kelompok dengan berkeliling pada tiap-tiap kelompok. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melaporkan kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami materi bahan ajar yang diberikan guru, dan siap

mempresentasikan tugas yang telah diberikan oleh guru Whole Class Unit Perwakilan salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sedangkan kelompok lain menanggapi atau memberi pertanyaan. Fact test Pada saat guru melakukan tes, tindakan ini mengadopsi komponen tes fakta. Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan. Guru dapat memberikan tes formatif sesuai dengan komponen yang ditentukan. Observasi: Observasi dengan menggunakan format observasi dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan tujuan agar memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang data aktivitas guru, aktivitas belajar siswa Refleksi: Setelah menyelesaikan satu siklus, peneliti bersama observer melakukan diskusi guna membahas hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan. Dari

13

hasil observasi dan diskusi tersebut selanjutnya dijadikan sebagai bahan refleksi dalam rangka memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya.

Lokasi yang diambil untuk penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 SMAN 5 Bandung. Alasan pengambilan lokasi tersebut karena di kelas tersebut kami menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran, yakni: Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang telah disediakan oleh sekolah.

Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah: Dua orang guru sejarah SMAN 5 Bandung, Satu guru sebagai peneliti dan satu guru yang lain sebagai pengamat Siswa kelas XI IPA 2 SMAN 5 Bandung yang berjumlah 40 siswa.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, kelompok kami menggunakan beberapa instrumen penelitian, yakni: Observasi Wiriaatmadja (2009:110) membagi observasi ini ke dalam beberapa jenis, yakni: observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik. Pada penelitian ini, digunakan observasi terbuka.

Hopkins seperti yang dikutip oleh Wiriaatmadja (2009:110) menjelaskan bahwa observasi terbuka adalah apabila pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mengambil kertas dan pensil, kemudian mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas. Wawancara Terdapat dua jenis wawancara yang akan gunakan. Untuk guru, penulis memilih menggunakan wawancara tidak terstruktur. Sedangkan untuk

mewawancari beberapa siswa di kelas XI IPA 2 SMAN 5 Bandung, penulis menggunakan wawancara terstruktur.

Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan kerangka analisis sebagai berikut: Seleksi data, pengelompokkan dan pengolahan data dan interpretasi data Evaluasi dan refleksi terhadap hasil interpretasi data Tindak lanjut atau rekomendasi. Kerangka pengolahan dan analisis data tersebut di atas akan dilakukan pada setiap siklus tindakan sampai peningkatan kualitas pembelajaran dianggap optimal.

Sistematika Penulisan Mengenai sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut :

15

BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan peneilitan, manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II DEFINISI OPERASIONAL Menjelaskan secara singkat tentang variabel-variabel yang ada dalam penelitian, definisi konseptual serta definisi operasional sebagai penjelas operasional dari definisi konseptual.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menjelaskan secara rinci tentang desain penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik pengolahan data.

BAB IV PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI IPA 2 SMAN 5 BANDUNG Bab ini merupakan bagian utama dari skripsi yang berisi tentang hasil penelitian pada beberapa siklus yang telah dilakukan disertai dengan penjelasan dari data yang diperoleh selama berlangsungnya siklus-siklus tersebut.

BAB V KESIMPULAN

Merupakan bagian terakhir dari skripsi yang berisi tentang kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan diakhiri dengan pemberian saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA Amin, S. (2006). Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Aqib, Z. (2006). Penelitian Tindakan Kelas Untuk: Guru. Bandung: Yrama Widya. Daldjoeni, N. (1999). Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Mahasiswa IKIP (FKIP) dan Guru Sekolah. Bandung: Alumni. Hugiono dan PK. Poerwantana. (1993). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Rineka Cipta. Kochhar, S. K. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta: PT. Grasindo. Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. 17

Lie, A. (2009). Cooperative Learning: Mempraktikan Coopeartive Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mudyahardjo, R. (2001). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Riyanto, Y. (1996). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC. Sagala, S. (2003). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sardiman, A. M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Somarya, D dan Nuryani, P. (2010). Pengertian Pendidikan, dalam Landasan Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Penididikan (Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara. Tiliyani, B. (2007). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX BSMP Negeri I Adiwerna Kabupaten Tegal dalam Pokok Bahasan Pangkat Tak Sebenarnya. Skripsi Sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan. Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk

Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Yamin, M. (2009). Menggugat Pendidikan Indonesi: Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

http://www.google.co.id/url? sa=t&source=web&cd=4&ved=0CC0QFjAD&url=http%3A%2F %2Fabstrak.digilib.upi.edu%2FDirektori%2FTESIS %2FPENDIDIKAN_ILMU_PENGETAHUAN_SOSIAL %2F029518__ATMADINATA %2FT_IPS_029518_Chapter5.pdf&rct=j&q=model-model%20pembelajaran %20sejarah%20cooperatif %20learning&ei=LmUzToydHYnumAXFmNDwCg&usg=AFQjCNGUUvrDhtP bQRP70TCSx_iCYU8Rww&sig2=GSDy_5l81Lq5cgoLypJRxg&cad=rja

19

You might also like