You are on page 1of 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.
ProIesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan terhadap
pengetahuan khusus yang akan mendukung proIesi yang akan digelutinya tersebut.
Dalam melaksanakan tugas-tugas proIesi itu, dituntut adanya penguasaan terhadap
pengetahuan atau teori dan praktis yang sesuai. Untuk dapat mencapai kesesuaian
tersebut terkadang diperlukan kesesuaian antara perkembangan jaman dan
kebutuhan yang ada di masyarakat. Berdasarkan pada hal tersebut, maka suatu
proIesi perlu melakukan pengembangan terhadap proIesi tersebut. Pengembangan
itu tentunya bertujuan agar proIesi tersebut menjadi lebih baik lagi. Bimbingan
Konseling sebagai suatu proIesi juga perlu melakukan pengembangan. Salah satu
hal yang dapat menunjukan pentingnya dilakukan pengembangan terhadap proIesi
Bimbingan Konseling adalah semakin kompleksnya masalah-masalah yang
dihadapi oleh individu dalam kehidupannya serta adanya perbedaan kepribadian
pada individu tersebut, berdasarkan pada hal tersebut diperlukan suatu metode-
metode baru yang tepat untuk mengentaskan masalah yang semakin kompleks
tersebut. Selain pengembangan untuk pelaksanaan tugas konselor, pengembangan
proIesi juga perlu untuk masa depan proIesi tersebut melihat sekarang ini banyak
sekali adanya miskonsepsi tentang proIesi Bimbingan Konseling itu sendiri
terutama terhadap Guru BK yang terdapat di sekolah-sekolah, tugas-tugas yang
seharusnya tidak dikerjakan oleh Guru BK justru dikerjakan oleh Guru BK, ini
tentunya bertentangan dengan tugas mereka. Hal-hal tersebut adalah sebagian
kecil dari masalah yang dihadapi, melihat pada hal tersebutlah diperlukan suatu
pengembangan terhadap proIesi Bimbingan Konseling itu sendiri. Pengembangan
ini selain untuk dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi atau mungkin
akan dihadapi, pengembangan ini juga untuk menjaga eksistensi proIesi
Bimbingan Konseling itu sendiri.

. #umusan Masalah.
Berdasarkan pada penjelasan dalam latar belakang masalah, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam tugas ini adalah :
O Konsep-konsep proIesi itu meliputi apa saja?
O Bagaimana cara mengembangkan proIesi BK ?
O Bagaimanakah kualitas personel proIesi BK ?

3. Tujuan.
Tujuan pembuatan tugas berdasarkan pada uraian latar belakang dan
rumusan masalah ini adalah sebagai berikut :
O Memberikan pengetahuan mengenai konsep-konsep proIesi.
O Bertujuan menjelaskan bagaimana cara dalam pengembangan proIesi
BK.
O Memberikan inIormasi mengenai kualitas personel proIesi BK.
O Untuk memenuhi tugas mata kuliah ProIesi BK.

4. ManIaat.
Sesuai dengan penjelasan pada latar belakang, rumusan masalah dan
tujuan penulisan tugas ini, maka manIaat penulisan tugas ini adalah :
O Dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai konsep-
konsep proIesi.
O Pembaca mendapatkan pengetahuan cara dalam pengembangan
proIesi BK tersebut.
O Pembaca dapat mengetahui kualitas personel proIesi BK.
O Terpenuhinya tugas mata kuliah ProIesi BK.






BAB II
PEMBAHASAN

Konsep-konsep proIesi dan pengembangannya.
ProIesi adalah suatu kata yang menyangkut suatu pekerjaan. Istilah proIesi
sampai saat ini masih sangat sering digunakan namun masih memiliki berbagai
varian pengertian. Berikut pengertian proIesi yang penulis peroleh dari berbagai
sumber :
ProIesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus, suatu proIesi biasanya memiliki asosiasi
proIesi, kode etik, proses sertiIikasi dan lisensi yang khusus untuk proIesi tersebut.
( Admin, 2011. http.//id.wikipedia.org/wiki/Profesi/ ).
'ProIesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari
para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut proIesi, tidak bisa dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu
untuk melakukan pekerjaan itu. ( Rudiniagara, 2011. http.//rudiniagara.
student.umm.ac.id/2011/03/26/bimbingan-dan-konseling-sebagai-profesi/ ).
ProIesi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menaIkahi
diri dan keluarganya dimana proIesi tersebut diatur oleh Etika ProIesi dimana
Etika ProIesi tersebut hanya berlaku sesama ProIesi tersebut. DE GEO#GE
memberikan pengertian proIesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan
pokok untuk menghasilkan naIkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
( Sanfapra, 2009. http.//id.answers.yahoo.com/question/index?qid200910
25194556AAv5JT6 ).
Dari berbagai uraian di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
proIesi adalah suatu pekerjaan namun tidak semua pekerjaan dapat dikatakan
sebagai suatu proIesi, proIesi ini memiliki karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pekerjaan yang lainnya. Berikut adalah beberapa ciri-ciri
dari proIesi namun ciri ini tidak semuanya diterapkan pada setiap proIesi :
O Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis : ProIesional
diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensiI dan memiliki

keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan


dalam praktek.
O sosiasi profesional : ProIesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi
oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi proIesi tersebut biasanya memiliki persyaratan
khusus untuk menjadi anggotanya.
O !endidikan yang ekstensif : ProIesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
O &ian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi proIesional, biasanya
ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama
pengetahuan teoritis.
O !elatihan institutional : Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon proIesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
Peningkatan keterampilan melalui pengembangan proIesional juga
dipersyaratkan.
O isensi : ProIesi menetapkan syarat pendaItaran dan proses sertiIikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
O tonomi kera : ProIesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
O Kode etik : Organisasi proIesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan.
O engatur diri : Organisasi proIesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. ProIesional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualiIikasi
paling tinggi.
O ayanan publik dan altruisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja
proIesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik,
seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
O $tatus dan imbalan yang tinggi : ProIesi yang paling sukses akan meraih
status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya.

Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang


mereka berikan bagi masyarakat.

Adapun ciri-ciri lain yang penulis peroleh dari sumber lain adalah sebagai
berikut :
O Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
O Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelaku proIesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik proIesi.
O Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana proIesi
harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
O Izin khusus untuk menjalankan suatu proIesi. Setiap proIesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu proIesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
O Kaum proIesional biasanya menjadi anggota dari suatu proIesi.

Ciri proIesi lain suatu proIesi ( Erwadi, ) adalah sebagai berikut :
O Memiliki Iungsi dan signiIikasi sosial.
O Memiliki keahlian/keterampilan tertentu.
O Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode
ilmiah.
O Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.
O Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama.
O Aplikasi dan sosialisasi nilai- nilai proIesional.
O Memiliki kode etik.
O Kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah
dalam lingkup kerjanya.
O Memiliki tanggung jawab proIesional dan otonomi.
O Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan proIesinya.

Adapun syarat-syarat suatu proIesi adalah sebagai berikut :


Melibatkan kegiatan intelektual.
Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
Memerlukan persiapan proIesional.
Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
Memiliki organisasi proIesional yang kuat dan terjalin erat.
Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.

Sedangkan menurut sejumlah ahli seperti McCully, 193; Tolbert, 197;
dan Nugent, 1981 menyimpulkan adanya beberapa syarat utama suatu proIesi
antara lain :
Suatu proIesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki
Iungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan.
Untuk mewujudkan Iungsi tersebut pada butir di atas para anggotanya
( petugasnya dalam proIesi itu ) harus menampilkan pelayanan yang
khusus yang didasarkan atas teknik-teknik intelektual dan ketrampilan-
ketrampilan tertentu yang unik.
Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja,
melainkan bersiIat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang
menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
Pada anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu didasarkan atas
ilmu yang jelas, sistematis dan eksplisit bukan hanya didasarkan atas akal
sehat ( common sense ) belaka.
Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan
latihan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum
melalui prosedur seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi atau
sertiIikasi.
Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para
anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam

memberikan pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan tentang


apa yang akan dilakukan berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan
proIesional yang dimaksud.
Para anggotanya, baik perorangan maupun kelompok, lebih mementingkan
pelayanan yang bersiIat sosial daripada pelayanan yang mengejar
keuntungan yang bersiIat ekonomi.
Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat
( eksplisit ) melalui kode etik yang benar-benar diterapkan setiap
pelanggaran atas kode etik dapat dikenakan sanksi tertentu.
Selama berada dalam proIesi tersebut, para anggotanya terus-menerus
berusaha menyegarkan dan meningkatkan kompetensinya dengan jalan
mengikuti secara cermat literatur dalam bidang proIesi tersebut,
menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset, serta berperan serta
secara aktiI dalam pertemuan-pertemuan sesama anggota.

Sebuah proIesi hanya akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat
apabila setiap anggota dari proIesi tersebut mau melaksanakan etika proIesi yang
ada dalam proIesi mereka ketika memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
membutuhkannya. Berkaitan dengan hal tersebut berikut akan disajikan sedikit
mengenai etika dalam proIesi. Kata etik ( atau etika ) berasal dari kata ethos
( bahasa Yunani ) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu
subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu
salah atau benar, buruk atau baik. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah
aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik,
Pengertian Etika ( Etimologi ), berasal dari bahasa Yunani adalah 'Ethos, yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan ( Custom ).
Etika adalah reIleksi dari apa yang disebut dengan 'selI control, karena
segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok

sosial ( proIesi ) itu sendiri. Kehadiran organisasi proIesi dengan perangkat 'built-
in mechanism berupa kode etik proIesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk
menjaga martabat serta kehormatan proIesi, dan di sisi lain melindungi
masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian
( Wignjosoebroto, 1999 ).
Pengertian etika yang penulis sampaikan sebenarnya hampir sama yaitu
suatu norma atau aturan untuk membedakan antara yang baik dan buruk, selI
control dalam memberikan layanan proIesinya tersebut. dari penjelasan tersebut,
terdapat 3 jenis deIinisi yaitu sebagai berikut :
O Etika dipandang sebagai cabang IilsaIat yang khusus membahas mengenai
nilai baik dan buruk prilaku manusia.
O Etika dipandang sebagai ilmu yang membahas tentang prilaku baik dan
buruk manusia dalam kehidupan bersama. DeIinisi tersebut tidak
memandang adanya perbedaan atau keberagaman norma karena tidak
adanya kesamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang
deskriptiI dan lebih bersiIat sosiologik.
O Etika dipandang sebagai ilmu yang bersiIat normatiI dan evaluatiI yang
hanya memberikan nilai baik atau buruk terhadap prilaku manusia. Dalam
hal ini tidak diperlukan Iakta, cukup inIormasi, menganjurkan dan
mereIleksikan. DeIinisi etika ini lebih inIormatiI, deskriptiI dan reIlektiI.

Prinsip umum etika proIesi yaitu bertanggung jawab dalam hal ini
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya, serta terhadap dampaknya terhadap orang lain dan masyarakat pada
umumnya. Keadilan berarti memberikan pelayanan kepada siapa pun yang
merupakan haknya. Otonom berarti setiap anggota proIesi tersebut memiliki
kebebasan dalam dalam menjalankan proIesinya.
Dalam suatu proIesi etika memiliki Iungsi :
Etika tersebut tidak hanya dimiliki satu atau dua orang saja melainkan
milik setiap kelompok dalam masyarakat sampai pada kelompok yang
terkecil seperti keluarga, dengan etika tersebut diharapkan kelompok-
kelompok tersebut memiliki tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.

Suatu kelompok yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam


kelompok tersebut adalah kelompok yang proIesional. Kelompok ini
biasanya menjadi pusat perhatian karena memiliki sistem nilai yang
mengatur dan tertuang secara tertulis ( kode etik proIesi ) dan diharapkan
menjadi pegangan para anggotanya.
Pandangan masyarakat akan semakin tajam apabila anggota-anggota
proIesi tidak mengindahkan nilai-nilai yang telah disepakati ( tertuang
dalam kode etik ) sehingga akan menimbulkan kemerosotan etik pada
proIesi tersebut.

Kemudian berkaitan dengan proIesi, Bimbingan Konseling dapat
dikatakan sebagai suatu proIesi dapat dilihat dari Undang-Undang dan ciri-ciri
proIesi itu sendiri :
O Menurut ( UU No. Tahun 3 Pasal 39 Ayat ) 'pendidik merupakan
tenaga proIesional dan dikuatkan oleh UU No. Tahun 3 Pasal 1
Ayat yang menyatakan bahwa 'keberadaan konselor dalam sistem
pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualiIikasi pendidik,
sejajar dengan kualiIikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,
Iasilitator, dan instruktur.
O Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri proIesi diatas maka Bimbingan dan
Konseling juga dapat dikatakan sebagai proIesi sebagai berikut :
Bimbingan dan Konseling dalam memberikan layanannya kepada
individu mempunyai kebermaknaan sosial yakni melalui komponen
layanan responsiI dapat membantu individu memecahkan masalah
( pribadi, belajar, sosial dan karir ) yang dihadapi dan memerlukan
pemecahan segera.
Dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling baik
melalui Iormat klasikal, kelompok dan perorangan, guru
pembimbing atau konselor menggunakan teknik-teknik spesiIik
seperti keterampilan dasar konseling.

Dalam penanganan masalah konseli, menggunakan teori-teori yang


berhubungan dengan pendekatan-pendekatan konseling yang
berbeda sesuai kondisi dan keadaan konseli.
Bimbingan dan konseling menggunakan kerangka ilmu yang jelas
dan sistematis, yakni dengan tahap-tahap konseling itu sendiri
dalam pemberian layanan.
Untuk dapat menyelenggarakan bimbingan dan konseling, guru
pembimbing atau konselor harus melalui pendidikan dan pelatihan
dalam jangka waktu yang lama, yakni pendidikan bimbingan dan
konseling strata satu ( S1 ) ditambah dengan pendidikan proIesi
guru ( PPG ) dan atau pendidikan proIesi konselor ( PPK ) selama
1 tahun.
Mempunyai lisensi dalam penyelenggaraan layanan BK yakni
berupa Akta mengajar atau sertiIikasi seorang konselor.
Mempunyai Kode Etik ProIesi Konselor, sebagai pedoman
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
Mempunyai komponen dasar keilmuan yakni ilmu pendidikan,
komponen substansi proIesi yakni proses pembelajaran terhadap
pengembangan diri / pribadi individu melalui modus pelayanan
konseling dan komponen praktek proIesi yakni penyelenggaraan
proses pembelajaran terhadap sasaran pelayanan melalui modus
pelayanan konseling.
Kottler dan Brown (198), mengemukakan Konseling adalah suatu proIesi
dengan suatu sejarah dan perangkat standar etika yang membedakan dari disiplin;
dan suatu proses yang sedang berjalan, selalu berubah, dinamik, dan terbuka, yang
dapat dibatasi dan operasional dalam tahapan, tingkat, titik akhir; yang melibatkan
suatu hubungan; baik dalam Iormat kelompok, keluarga maupun individual yang
konstruktiI; antara orang-orang, yang seorang adalah pemberi bantuan yang
proIessional dengan latihan dan pengalaman untuk membantu orang lain, dan
seorang lagi yang menginginkan bantuan dalam memecahkan masalah-masalah
pribadi; dan menuntut suatu perangkat keterampilan, keterampilan khusus, dalam
mendukung, mengandung rasa, mereIleksi, mengkonIrontasi, menganalisis, dan

11

mengakhiri, dan pengetahuan,yang berkenaan dengan bagaimana orang belajar,


berubah dan tumbuh yang dapat dikomunikasikan dalam ungkapan bahasa yang
khusus secara jelas, eIisien, berwibawa, dan situasional; untuk mempengaruhi
klien berubah, sikap, perasaan, pikiran, perilaku, keterampilan dan kemampuan
melalui cara yangkonstruktiI dan pilihan sendiri.
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu proIesi yang dapat
memenuhi ciri-ciri dan persyaratan tersebut. Namun, dengan perkembangannya
yang masih tergolong baru terutama di Indonesia, dewasa ini pelayanan
bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai persyaratan yang
diharapkan. Sebagai proIesi yang handal, bimbingan konseling masih perlu
dikembangkan bahkan diperjuangkan. ProIesi bimbingan konseling adalah proIesi
yang dipercaya mampu memberikan pelayanan kepada pihak yang membutuhkan
pelayanan tersebut demi terselesaikannya masalah yang dihadapi pihak tersebut.
Kekuatan dan eksistensi proIesi bimbingan dan konseling bergantung
kepada pengakuan dan kepercayaan masayarakat (public trust). (Biggs &
Blocher,198). Masyarakat percaya bahwa layanan bimbingan konseling yang
dierlukannya itu hanya didapat dari seseorang yang dinamakan konselor. Public
trust akan menentukan deIinisi proIesi dan memungkinkan anggota proIesi
berIungsi dan melakukan praktek bimbingan dan konseling dalam cara-cara yang
proIesional. Lebih jauh Biggs & Blocher (198) mengemukakan public trust akan
melanggengkan proIesi karena public trust terkandung keyakinan bahwa proIesi
dan anggotanya memiliki kompetensi dan keahlian yang disiapkan melalui
pendidikan dan latihan khusus, ada perangkat aturan (undang-undang) untuk
mengatur perilaku proIesional dan melindungi kesejahteraan public, para anggota
proIesi akan bekerja dan memberikan layanan dengan berpegang teguh kepada
standar proIesi atau kode etik. Bimbingan konseling diannga sebagai Iasilitas
dalam mengklariIikasi pemahaman diri dan lingkungan dimana klien berada
berikut tujuan serta nilai klien bagi perilakunya di masa datang, dan konselor
adalah mengajarkan bagaimana berpikir secara rasional tenang masalah-masalah
pribadi klient dan bagaimana mengambil keputusan yang secara moral nampak
memuaskan bagi dirinya maupun lingkungannya.

Pengertian ProIesi Bimbingan Konseling.


Kottler dan Brown (198), mengemukakan Konseling adalah suatu proIesi;
dengan suatu sejarah dan perangkat standar etika yang membedakan dari disiplin;
dan suatu proses, yang sedang berjalan, selalu berubah, dinamik, dan terbuka,
yang dapat dibatasi dan operasional dalam tahapan, tingkat, titik akhir; yang
melibatkan suatu hubungan; baik dalam Iormat kelompok, keluarga maupun
individual yang bersiIat asuhan, persahabatan, terbuka, dan mengarah kepada
kontak psikologis yang konstruktiI; antara orang-orang, yang seorang adalah
pemberi bantuan yang proIessional dengan latihan dan pengalaman untuk
membantu orang lain, dan seorang lagi yang menginginkan bantuan dalam
memecahkan masalah-masalah pribadi; dan menuntut suatu perangkat
keterampilan, keterampilan khusus, dalam mendukung, mengandung rasa,
mereIleksi, mengkonIrontasi, menganalisis, dan mengakhiri; dan pengetahuan,
yang berkenaan dengan bagaimana orang belajar, berubah, dan tumbuh; yang
dapat dikomunikasikan, dalam ungkapan bahasa yang khusus secara jelas eIisien,
berwibawa, dan situasional; untuk mempengaruhi klien berubah, sikap, perasaan,
pikiran, perilaku, keterampilan dan kemampuan melalui cara yang konstruktiI dan
pilihan sendiri.
Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu proIesi
yang dapat memenuhi ciri-ciri dan persyaratan tersebut. Namun, berhubung
dengan perkembangannya yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia,
dewasa ini pelayanan bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai
persyaratan yang diharapkan. Sebagai proIesi yang handal, bimbingan dan
konseling masih perlu dikembangkan, bahkan diperjuangkan. ProIesi Bimbingan
Konseling adalah proIesi yang dipercaya mampu memberikan pelayanan kepada
pihak yang membutuhkan pelayanan tersebut demi terselesaikannya masalah yang
dihadapi pihak tersebut. proIesi Bimbingan Konseling adalah proIesi yang masih
tergolong baru utamanya di Indonesia yang masih memerlukan pengembangan
lebih lanjut. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
O Standarisasi unjuk kerja proIesional konselor.

13

Masih banyak orang yang memandang bahwa pekerjaan dan bimbingan


dan konseling dapat dilakukan oleh siapa pun juga, asalkan mampu
berkomunikasi dan berwawancara. Anggapan lain mengatakan bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling semata-mata diarahkan kepada
pemberian bantuan berkenaan dengan upaya pemecahan masalah dalam
arti yang sempit saja. Ini jelas merupakan anggapan yang keliru. Di
Indonesia memang belum ada rumusan tentang unjuk kerja proIesional
konselor yang standar. Usaha untuk merintis terwujudnya rumusan tentang
unjuk kerja itu telah dilakukan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia
( IPBI ) pada Konvensi Nasional VII IPBI di Denpasar, Bali (1989). Upaya
ini lebih dikonkretkan lagi pada Konvensi Nasional VIII di Padang (1991).
Walaupun rumusan butir-butir ( sebanyak butir ) itu tampak sudah
terinci, namun pengkajian lebih lanjut masih amat perlu dilakukan untuk
menguji apakah butir-butir tersebut memang sudah tepat sesuai dengan
kebutuhan lapangan, serta cukup praktis dan memberikan arah kepada para
konselor bagi pelaksanaan layanan terhadap klien. Hasil pengkajian itu
kemungkinan besar akan mengubah, menambah merinci rumusan-rumusan
yang sudah ada itu.
O Standarisasi penyiapan konselor.
Tujuan penyiapan konselor ialah agar para ( calon ) konselor memiliki
wawasan dan menguasai serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya
materi dan keterampilan yang terkandung di dalam butir-butir rumusan
unjuk kerja. Penyiapan konselor itu dilakukan melalui program pendidikan
prajabatan, program penyetaraan, ataupun pendidikan dalam jabatan
( seperti penataran ). Khusus tentang penyiapan konselor melalui program
pendidikan dalam jabatan, membutuhkan waktu yang cukup lama, dimulai
dari seleksi dan penerimaan calon peserta didik yang akan mengikuti
program sampai para lulusannya diwisuda. Program pendidikan prajabatan
konselor adalah jenjang pendidikan tinggi.
O Akreditasi.
Akreditasi ini dilaksanakan pada lembaga persiapan atau pengembangan
proIesi prajabatan. Pada umumnya diterimanya suatu lulusan dari suatu

14

lembaga pencetak tergantung pada akreditasi lembaga tersebut. Akreditasi


menunjukan tingkatan kualitas pendidikan yang dilaksanakan pada
lembaga tersebut. Lembaga yang memperoleh akreditasi baik seperti A
atau B pada umumnya lulusannya akan lebih mudah diterima oleh
masyarakat atau pengguna tenaga kerja suatu proIesi.
O SertiIikasi dan lisensi.
SertiIikasi adalah standarisasi secara proIesional bagi mereka yang
kompeten dalam proIesi ini dan dikelola oleh organisasi proIesi bukan
pemerintah. Untuk dapat lulus sertiIikasi seorang konselor harus lulus
kriteria yang telah ditetapkan sehingga pada akhirnya ia dapat dikatakan
proIesional. Lisensi adalah izin yang berarti pemilik izin atau dalam hal ini
adalah konselor memiliki izin untuk melakukan praktek bimbingan dan
konseling. Untuk memperoleh lisensi ini seorang konselor juga harus lulus
beberapa kriteria yang telah ditentukan.
O Pengembangan organisasi proIesi.
Organisasi proIesi sebagai wadah proIesi yang digeluti anggota-
anggotanya juga perlu dikembangkan, pengembangan ini tentunya
bertujuan agar proIesi tersebut semakin lebih baik lagi. Pengembangan
yang dilakukan tentunya melihat keadaan yang sedang dihadapi hal ini
untuk menjaga eksistensi organisasi proIesi tersebut dan dapat menjaga
hubungan antara anggota sesama proIesi tersebut.

Dalam pengembangan proIesi, ABKIN telah membuat kegiatan-kegiatan
yang tertuang dalam Anggaran Dasar Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia yang tertuang dalam BAB VI Kegiatan dan Usaha Pasal 8 yang
meliputi :
O Penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi dalam bidang bimbingan
dan konseling.
O Peningkatan mutu layanan bimbingan dan konseling.
O Penegakan kode etik bimbingan dan konseling Indonesia.
O Pendidikan dan latihan keterampilan proIesional.
O Pengembangan dan pembinaan organisasi.

O Pertemuan organisasi dan pertemuan-pertemuan ilmiah.


O Publikasi.
Kredensialisasi yang diberikan juga merupakan salah satu upaya
pengembangan proIesi bimbingan dan konseling. Kredensialisasi merupakan
penganugerahan keparcayaan kepada konselor proIesional yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan memiliki kewenangan memperoleh lisensi untuk
menyelenggarakan layanan proIesional secara independent kepada masyarakat di
dalam lembaga/setting tertentu. Untuk proses kredensialisasi konselor, ABKIN
merancang pola sebagai berikut.
a. Para Guru Besar dan Doktor Bimbingan Konseling yang memiliki latar
belakang sarjana S1 dan S BK, diberi kesempatan untuk mengajukan
permohonana kredensial dengan melalui tahap assesmen yang telah
ditentukan standarnya. Kelompok ini berwenang menyelanggarakan
layanan independen di masyarakat.
b. Konselor prIesional adalah lulusan Program Prndidikan ProIesi Konselor
diberikan kredensial atas dasar permohonan melaui assesmen yang
ditetapkan organisasi. Kelompok ini berwenang memberikan layanan di
masyarakat.
c. Lulusan Magister Pendidikan (S) yang mengambil konsentrasi BK
dengan latar belakang S1 BK dapat memperoleh lisensi setelah
melakukan layanan kemasyarakatan dalam periode tertentu dan melalui
assesmen khusus.
d. Lulusan S1 BK diberi kewenangan khusus untuk layanan Bk di sekolah.
e. Lulusan S BK dengan latar belakang S1 Non-BK tidak diberikan lisensi
sebagai konselor tetapi diberi kewenangan sebagai guru bimbingan dan
konseling.
I. Lulusan S3 (Doktor) BK dengan latar belakang S Bk, namun latar
belakang S1-nya non-BK bisa dipertimbangkan memperoleh lisensi
setelah melaksanakan layanan proIesional tersupervisi dan melalui
assesmen khusus.

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam ProIesi Bimbingan dan Konseling


1. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani Menghargai
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, kebebasan
memilih, dan mengedepankan kemaslahatan konseli dalam konteks
kemaslahatan umum: (a) mengaplikasikan pandangan positiI dan dinamis
tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual,
dan berpotensi; (b) menghargai dan mengembangkan potensi positiI
individu pada umumnya dan konseli pada khususnya; (c) peduli terhadap
kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya; (d)
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak
asasinya; (e) toleran terhadap permsalahan konseli, dan (I) bersikap
demokratis.
. Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling.
3. Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling; (b) menguasai ilmu
pendidikan dan landasan keilmuannya; (c) mengimplementasikan
prinsipprinsip pendidikan dan proses pembelajaran; (d) menguasai
landasan budaya dalam praksis pendidikan.
4. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenjang,
dan jenis satuan pendidikan: (a)menguasai esensi bimbingan dan onseling
pada satuan jalur pendidikan Iormal, non Iormal, dan inIormal;
(b)menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis
pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dankhusus; dan (c) menguasai
esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini,
dasardan menengah.
. Menguasai konsep dan praksis penelitian bimbingan dan konseling: (a)
memahami berbagai jenis dan metode penelitian; (b) mampu merancang
penelitian bimbingan dan konseling; (c) melaksanakan penelitian
bimbingan dan konseling; (d) memanIaatkan hasil penelitian dalam
bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan
bimbingan dan konseling.
. Menguasai kerangka teori dan praksis bimbingan dan konseling: (a)
mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling; (b)

17

mengaplikasikan arah proIesi bimbingan dan konseling; (c)


mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling; (d)
mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan
tuntutan wilayah kerja; (e) mengaplikasikan pendekatan/model/ jenis
layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling; dan (I)
Mengaplikasikan dalam praktik Iormat pelayanan bimbingan dan
konseling.
7. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan
- Merancang program bimbingan dan konseling: (a) menganalisis
kebutuhan konseli; (b) menyusun program bimbingan dan konseling
yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara
komprehensiI dengan pendekatan perkembangan; (c) menyusun rencana
pelaksanaan program bimbingan dan konseling; dan (d) merencanakan
sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.
- Mengimplemantasikan program bimbingan dan konseling yang
komprehensiI: (a) Melaksanakan program bimbingan dan konseling: (b)
melaksanakan pendekatan kolaboratiI dalam layanan bimbingan dan
konseling; (c) memIasilitasi perkembangan, akademik, karier, personal,
dan sosial konseli; dan (d) mengelola sarana dan biaya program
bimbingan dan konseling.
- Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling: (a)
melakukan evaluasi hasil, proses dan program bimbingan dan konseling;
(b) melakukan penyesuaian proses layanan bimbingan dan konseling; (c)
menginIormasikan hasil pelaksanaan evaluasi layanan bimbingan dan
konseling kepada pihak terkait; (d) menggunakan hasil pelaksanaan
evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan
konseling.
- Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja: (a)
memahami dasar, tujuan, organisasi dan peran pihak-pihak lain (guru,
wali kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah di
tempat bekerja; (b) mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain di tempat

18

bekerja; dan (c) bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam


tempat bekerja seperti guru, orang tua, tenaga administrasi).
- Berperan dalam organisasi dan kegiatan proIesi bimbingan dan
konseling: (a) Memahami dasar, tujuan, dan AD/A#T organisasi
proIesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri.dan proIesi;
(b) menaati Kode Etik proIesi bimbingan dan konseling; dan (c) aktiI
dalam organisasi proIesi bimbingan dan konseling untuk
pengembangan diri.dan proIesi.
- Mengimplementasikan kolaborasi antar proIesi: (a)
mengkomunikasikan aspek-aspek proIessional bimbingan dan
konseling kepada organisasi proIesi lain; (b) memahami peran
organisasi proIesi lain dan memanIaatkannya untuk suksesnya
pelayanan bimbingan dan konseling; (c) bekerja dalam tim bersama
tenaga paraproIesional dan proIesional proIesi lain; dan (d)
melaksanakan reIeral kepada ahli proIesi lain sesuai keperluan.
Kerja Sama ProIesional untuk Pengembangan ProIesi Bimbingan Konseling
Kerjasama atau team work artinya dapat bekerja secara bersama ke arah
tujuan yang sama, melalui satu persepsi, pemikiran, perasaan, dan niat yang sama,
dengan cara dan tanggung jawab tiap pribadi yang terlibat di dalamnya, sesuai
dengan kemampuan, tugas, dan kewenangannya dalam mencapai tuuan yang sama.
Perwujudan kerjasama bisa dikembangan melalui pertemuan-pertemuan proIesi,
komunikasi secara berkesinambungan, mengikuti dan menganalisis
perkembangan kinerja.
ProIesional adalah kata yang berkembang dari proIesi, seperti yang
dikatakan sebelumnya bahwa proIesi adalah pekerjaan yang dialakukan oleh
orang-orang yang mempunyai dasar pengetahuan dan keterampilan secara khusus
serta pekerjaannya mendapat pengakuan masyarakat sebagai suatu keahlian.
Keahlian tersebut menuntut dipenuhinya standar persiapan proIesi melalui
pendidikan khusus dan pengalaman kerja dalam bidangnya. Sebuah proIesi
disebut proIesional karena dalam pelaksanaan pekerjaannya didasari keahlian
tertentu melaui pendidikan Iormal yang khusus, serta dituntut rasa tanggung
jawab yang diatur melalui kode etik.

19

Kerjasama proIesional adalah kerjasama antar konselor dengan proIesi lain


dalam rangka memberikan layanan kepada konseli, jika konselor merasa rau-ragu
tentang suatu hal maka ia harus berkonsultasi dengan rekan sejawat dalam
lingkungan proIesi.
Sebuah proIesi lahir karena ada proIesi yang lain, dengan demikian antara
proIesi itu dengan yang lainnya terdapat korelasi yang positI. Adanya saling
keterkaitan dan kesinambungan membuat antara proIesi satu dengan yang lainnya
saling membutuhkan untuk melengkapi Iungsinya.
Bimbingan dan konseling merupakan proIesi yang memiliki martabat
sejajar dengan proIesi lainnya. Artinya setiap proIesi memiliki terminologi sendiri,
punya layanan fasa yang berbeda, dibangun atas keilmuan, untuk memenuhi
kebutuhan masayarakat pengguna, serta memiliki prinsip layanan yang termuat
dalam suatu kode etik. Oleh karena itu, walaupun ditemukan adanya suatu proIesi
yang dibangun atas dasar keilmuan yang hampir sama tetapi akan memiliki
perbedaan sasaran bidang layanan dan garapannya. Contohnya proIesi psikolog
dengan proIesi konselor sama dibanguan atas teori dan ilmu psikologi atau
pengacara dan notariat yang dibangun atas ilmu hukum.
Berdasarkan kenyataan di atas, antara satu proIesi dengan proIesi lainnya
muncul bukan untuk saling menghilangkan tetapi saling mendukung dan
melengkapi keberadaan dan mengisi ruang-ruang yang masih kosong atau tidak
digarap oleh suatu proIesi atau untuk melakukan garapan dan memberikan
layanan yang lebih khusus dan Iokus. Lihat saja proIesi yang sudah mapan, seperti
kedokteran begitu beragam, seperti dokter penyakit dalam, dokter syaraI, dokter
gigi, dan sebagainya.
Dengan prinsip saling mendukung keberadaan suatu proIesi itulah,
kerjasama antarproIesi bukan hanya dimungkinkan tetapi dianjurkan agar terjadi
keterbukaan wawasan keahlian dan praktek proIesinya serta menghindarkan
tudingan negatiI terhadap antarproIesi. Dengan deminian, kerjasama proIesional
hendaknya dibangun atas dasar konsep:
a. Saling menghormati dan menghargai kelebihan masing-masing proIesi
b. Meningkatkan aspek dan mutu layanan kepada pengguna jasa
c. Keuntungan atau manIaat bersama

d. Pengembangan keiluan dan praktek layanan


e. Kesadaran wewenang dan keterbatasan proIesi
I. Menutupi atau memperbaiki kelemahan yang dimiliki masing-masing
proIesi
g. Memantapkan pengakuan dan kepercayaan pengguna jasa (public trust)
Dalam kerjasama, sebuah tim kerja proIesi sepakat untuk melakukan
kerjsama utuk mencapai tujuan bersama. Mengingat yang ingin dicapai adalah
tujuan bersama, maka langkah perama yang perlu dilakukan adalah menyusun dan
merumuskan tujuan proIesi bimbingan konselig. Hal ini dilakukan dengan
menyatukan persepsi, pemikiran, ide, minat dan tanggung jawab dari masing-
masing anggota tim. Penyamaan pemikiran proIesional adalah unjuk kerja,
kualitas dan tanggung jawab. ProIesi adalah tanggung jawabdan keahlian yang
harus diikuti dengan public trust dan public education. Yang perlu diajak
kerjasama oleh proIesi bimbingan konseling adalah:
a. Kerjasama dalam proIesi itu sendiri yang dilakukan melaui pertemuan-
pertemua proIesi, komunikasi, pengembangan proIesi yang
berkesinambungan, analisis kinerja anggota proIesi. Kerjasama dalam
proIesi dalam rangka pemahaman terhadap kode etik sehingga malpraktek
anggota proIesi dapat diminimalisasi.
b. Kerjasama proIesi sejenis antara ABKIN dengan PG#I mengkaji
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran yang
mendidik, siswa lamban belajar, pembelajaran akselerasi, pembelajaran
yang berorientasi kebutuhan siswa bermasalah, tujuannya sama yaitu
mengoptimalkan potensi peserta didik, guru denga penguasaan kompetensi
kurikulum bimbingan konseling memandirikan peserta didik.
Secara empiris, keberadaan rekan sejawat dan proIesi lain dalam meunjang
keberadaan proIesi akan berguna terutama dalam kerja sama dalam bentuk: (a)
konsultasi kasus; (b) alih tangan kasus; (c) diskusi proIesi.
a. Konsultas Kasus
Dalam upaya pemberian layanan kepada seorang klien, seorang konselor
kadang-kadang memerlukan bantuan rekan sejawat atau orang lain dengan proIesi
yang berbeda. Semua itu dilakukan agar klien memiliki ketuntasan dan kepuasan

serta mampu melakukan pembuatan keputusan atas dasar pilihan-pilihan yang


dihadapinya.
Keberadaaan rekan sejawat atau proIesi lain akan sangat berguna apabila
seorang konselor masih memiliki keraguan atas layanan konseling yang dia
berikan kepada kliennya. Artinya bila seorang konselor merasa ragu untuk
melakukan suatu terapi atau bantuan konseling maka dia hendaknya melakukan
konsultasi kepada rekan sejawat pada lingkungan proIesi yang sama. Namun,
konsultasi yang dilakukan konselor kepada rekan sejawatnya harus melalui
pembicaraan dengan seijin klien yang bersangkutan. Dalam kondisi seperti ini
secara tidak langsng seorang konselor harus terbuka mengenai keraguan yang dia
hadapi dalam mengupayakan bantuan kepada kliennya. Dalam konsultasi kasus,
sekelompok ahli membahas sebuah kasus tertentu yang identitas kasusnya tidak
disebutkan. Kosultasi dapat dilakukan kepada pihak yang lebih ahli yang lebih
memahami permasalahan dan diharapkan dapat membantu menghadapi masalah
klien.
b. Alih Tangan (Referal) Kasus
Dalam pelayanan suatu proIesi, suatu saat konselor memiliki keterbatasan
pribadi, yaitu berkenaan dengan kamampuan dan keahliannya. Keterbatasan ini
tidak hanya terjadi pada proIesi bimbingan koseling melainkan pada proIesi
kedokteran pun sama. Alih tangan kasus yang dilakukan seorang konselor,
hendaknya berpegang kepada tata aturan atau prinsip-prinsip kerja sama yang
termuat dalam kode etik konselor sebagai berikut:
1. Konselor harus mengakhiri hubungan konseling dengan seorang klien bila
pada akhirnya konselor menyadari tidak dapat memberikan pertolongan
kepada klien, baika karena kurangnya kemampuan/keahlian maupun
keterbatasan pribadinya. Dalam situasi seperti ini konselor hendaknya
mengijinkan kliennya untuk berkonsultasi dengan petugas atau badan lain
yang lebih ahli, atau konselor akan mengalihtangankan klein kepada orang
lain atau badan ahli tersebut, tetapi tetap dengan persetujuan klien.
. Bial pengiriman ke ahli lain disetujui klien, maka menjadi tanggung jawab
konselor untuk menyarankan kapada klien, oang atau badan yang memiliki
keahlian khusus yang bisa diminta bantua klien selanjutya.

3. Bila konselor berpendapat klien perlu dikirim ke ahli lain tetapi klien
menolak pergi kepada ahli yang disarankan oleh konselor, maka konselor
mempertimbangkan apa baik-buruknya kalau hubungan yang sudah ada
diteruskan lagi.
c. Diskusi ProIesi
Uman Suherman AS () mengemukakan bahwa diantara anggota
proIesi sejawat (konselor) diskusi proIesi hendaknya dilakukan dengan
mengetengahkan:
1. Kajian penemuan teknik dan strategi yang dianggap eIektiI dalam praktik
konseling yang bisa diinIormasikan kepada rekan sejawat atau konselor
lainnya.
. Analisis pengalaman konseling atau bantuan lainnya, baik yang berkenaan
dengan knedala maupun Iaktor-Iaktor pendukungnya.
3. Gagasan gagasan baru yang tidak hanya menyangkut praktik dan teori
keilmuan tetapi berkenaan dengan perumusan peraturan yang akan
memperkokoh atau keberadaan organisasi proIesinya. Gagasan tersebut
seperti counseling is filosophie, counseling is worl view, dan sebagainya
4. Pemetaan hubungan kelembagaan dan proIesi lain yang bukan secara
mendesak untuk dilakukan tetapi secara kontinyu memberikan kontribusi
silang diantara keduanya.
. Pemetaan keahlian dan keterampilan baru yang harus dimiliki seorang
konselor termasuk kajian tantangan dan peluang yang mungkin bisa diraih
pada masa yang akan datang.

aktor Penghambat Perkembangan ProIesi Bimbingan Konseling di Indonesia


a. Kelangkaan Tenaga Konselor
Tenaga konselor yang berlatar bimbingan dan konseling memang masih
belum memenuhi kebutuhan di lapangan. Selama ini masih banyak
sekolah yang menyelenggarakan bimbingan dan konseling tanpa didukung
oleh tenaga konselor proIesional dalam jumlah yang memadai. Sehingga,
tenaga bimbingan dan konseling terpaksa banyak direkrut dari non
bimbingan dan konseling, yang mungkin hanya dibekali pengetahuan dan

keterampilan tentang bimbingan dan konseling yang minimal atau bahkan


sama sekali tanpa dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang
bimbingan dan konseling, yang tentunya hal ini akan berpengaruh
terhadap kinerja bimbingan dan konseling itu sendiri, baik secara personal
maupun lembaga.
b. Kebijakan pemerintah yang kurang berpihak terhadap proIesi bimbingan
dan konseling
Banyak terjadi kejanggalan dan ketidakjelasan kebijakan dari pemerintah
pusat tentang proIesi bimbingan dan konseling. Ketidakjelasan semakin
dirasakan justru pada saat kita sedang berupaya mereIormasi pendidikan
kita. Begitu juga, dalam kebijakan sertiIikasi guru, banyak konselor dan
pengawas satuan pendidikan yang kebingungan untuk memahami tentang
penilaian perencanaan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling karena
Iormat penilaian yang disediakan tidak sepenuhnya cocok untuk
digunakan dalam penilaian perencanaan dan pelaksanaan bimbingan dan
konseling. Ketidakjelasan kebijakan tentang proIesi bimbingan dan
konseling pada tataran pusat ini akhirnya mengimbas pula pada kebijakan
pada tataran di bawahnya (messo dan mikro), termasuk pada tataran
operasional yang dilaksanakan oleh para konselor di sekolah. Untuk ke
depannya, bimbingan dan konseling masih tetap akan dipertahankan
sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, perlu ada komitmen dan
good will dari pemerintah untuk secepatnya menata proIesi bimbingan dan
konseling, salah satunya dengan berupaya melibatkan Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia (ABKIN) selaku wadah yang menaungi para
konselor dan para pakar bimbingan dan konseling untuk duduk bersama
merumuskan bagaimana sebaiknya kebijakan bimbingan dan konseling.

Kualitas Personel ProIesi BK.
Berdasarkan inIormasi yang diperoleh sebagian besar personel yang
bergelut dalam bidang proIesi BK saat ini tidak menunjukan perIorma mereka
yang maksimal dan cenderung untuk gagap proIesi bukan gagah proIesi. Hal ini
dapat dicontohkan dengan kurangnya keinginan dari para anggota proIesi BK

tersebut untuk mengembangkan proIesinya atau organisasi proIesi. Di kalangan


masyarakat terutama kalangan para guru sering kita dengar istilah guru BK 79
yang artinya datang jam 7 dan pulang jam 9, hal ini tentunya memberikan citra
buruk mengenai proIesi Bimbingan Konseling di mata masyarakat. Tidak sedikit
oknum-oknum yang bergelut dalam proIesi BK ini yang setengah-setengah dalam
menjalankan proIesinya secara proIesional. Para anggota proIesi ABKIN sendiri
terutama para pengurusnya masih kurang nampak dalam upaya mengembangkan
proIesi mereka, hal ini terlihat pada masih kurangnys pengembangan yang terjadi
di proIesi BK dan organisasi proIesi itu sendiri, jarangnya diadakan kegiatan yang
berhubungan dengan proIesi dan organisasi proIesi, dsb. Namun tidak semua para
personel proIesi BK menunjukan sikap yang demikian dalam artian tidak peduli
dengan proIesi yang sedang digelutinya termasuk dengan organisasi proIesi yang
berIungsi untuk mempersatukan organisasi itu sendiri. Pihak-pihak yang antusias
dengan organisasi dan proIesinya selalu berusaha aktiI dengan mengadakan
kegiatan-kegiatan yang dapat memproIesionalkan proIesinya dan
mengembangkan organisasi proIesinya walaupun terkadang mengalami sedikit
hambatan, bekerja sama dengan proIesi lain atau dengan teman sejawat,
mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, dsb. Jadi dapat disimpulkan tidak 1
para anggota proIesi BK/personel proIesi BK menunjukan antusiasnya terhadap
organisasi proIesi maupun proIesinya, dan hal tersebut lebih disebabkan oleh
kedirian individu itu sendiri. Kedirian individu yang mau meningkatkan
proIesinya atau keproIesionalannya akan bersedia aktiI dalam proIesinya dan
organisasi proIesinya bekerja sama dengan anggota lainnya dan stakeholder
lainnya. Sedangkan individu yang memiliki kedirian yang tidak ingin memajukan
proIesinya dan organisasi proIesinya tentu ia akan menunjukan hal yang
sebaliknya. Saat ini kompetensi konselor di Indonesia telah dirumuskan ke dalam
satu Standar Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) yang telah ditetapkan oleh
ABKIN dan Keputusan Mendiknas No. 7 tahun 8. SKKI merupakan suatu
rumusan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap konselor. SKKI ini
terdiri dari 7 kompetensi dasar, yaitu penguasaan konsep dan praksis pendidikan,
kesadaran dan komitmen etika proIesional, penguasaan konsep perilaku dan
perkembangan individu, penguasaan konsep dan praksis asessmen, penguasaan

konsep dan praksis bimbingan konseling, serta penguasaan konsep dan praksis
riset dalam bimbingan konseling. Kesemua standar itu dapat dijabarkan sebagai
berikut.
a. Menguasai konsep dan praksis pendidikan.
Memahami landasan keilmuan
Menguasai landasan budaya
Menguasai konsep dasar dan mengiplementasikan prinsip-prinsip
pendidikan
b. Memiliki kesadaran dan komitmen etika proIesional.
Menampilkan pribadi konselor secara utuh
Menampilkan perilaku etik dan proIesional
Memiliki komitmen untuk meningkatkan kemampuan proIesional
c. Menguasai konsep perilaku dan perkembangan individu.
Memahami kaidah-kaidah perilaku individu dan kelompok
Memahami konsep kepribadian
Memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu
Mampu memIasilitasi perkembangan individu
d. Menguasai konsep dan praksis asessment.
Memahami hakikat, makna, dan teknik assesmen
Memilih strategi dan teknik assesmen yang tepat
Mengadministrasikan assesmen dan menaIsirkan hasilnya
MemanIaatkan hasil assesmen untuk kepentingan bimbingan dan
konseling
e. Menguasai konsep dan praksis riset dalam bimbingan konseling
I. Memiliki kemampuan mengelola program bimbingan dan konseling
g. Menguasai konsep dan praksis riset dalam bimbingan konseling





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan pada Bab sebelumnya,
maka kami dapat menarik kesimpulan yaitu proIesi adalah suatu pekerjaan yang
mana setiap anggotanya dipersiapkan melalui suatu pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi agar ia siap untuk menjalankan proIesi tersebut. Suatu proIesi
dapat dikatakan proIesional apabila proIesi tersebut memiliki etika yang berlaku
di dalam proIesi yang dimaksud. Etika yang berlaku di suatu proIesi biasanya
disebut dengan kode etik. Untuk tetap dapat menjaga eksistensi suatu proIesi,
maka pengembangan terhadap proIesi tersebut perlu dilakukan. Pengembangan
proIesi BK selain melibatkan pihak-pihak atau anggota proIesi tersebut, organisasi
proIesi juga turut berperan serta dalam pengembangan proIesi. Keikutsertaan
anggota seproIesi dan organisasi proIesi Bimbingan Konseling dalam hal ini
ABKIN dalam pengembangan proIesi BK telah disinggung sedikit pada bagian
laporan hasil wawancara mengenai peran ABKIN dalam pengembangan proIesi
BK walaupun mengalami sedikit hambatan dalam pelaksanaannya.













DATA# PUSTAKA

Sanjapra. 9. Pengertian Profesi Menurut Para Ahli. Diambil pada 7 Mei 1
dari http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid91194AA
vVT/.
#udiniagara. 11. Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi. Diambil pada 7
Mei 11 dari http://rudiniagara.student.umm.ac.id/11/3//bimbingan
-dan-konseling-sebagai-proIesi/.
Admin. 11. Profesi. Diambil pada 7 Mei 11 dari http://id.wikipedia.org/wiki/
ProIesi/.
Muhash. 8. Pentingnya Etika Profesi. Diambil pada 7 Mei 11 dari
http://www.scribd.com/.
Syam. 8. Beberapa Pengertian dalam Etika Profesi. Diambil pada 7 Mei 11
dari http://www.scribd.com/.
Admin. 11. Pengembangan Profesi BK. Diambil pada 7 Mei 11 dari
http://www.lintasberita.us/topic/pengembanganproIesiBK/.
Irianto, Miko. 1. Pengertian Profesi. Diambil pada 7 Mei 11 dari
http://mikoajah.blogspot.com/1/1/pengertian-proIesi.html.
Admin. 11. Lisensi. Diambil pada 1 Mei 11 dari http://id.wikipedia.org/
wiki/Lisensi/.
S. Wicaksana, I Wayan. 8. Profesi. Diambil pada 7 Mei 11 dari
http://etikaproIesidanprotokoler.blogspot.com/8/3/.
Anonim. 1. Konsep Umum Etika Profesix. Diambil pada 7 Mei 11 dari
http://www.scribd.com/.
Yulihaningsih, Wiwik. 11. Konsep Dasar Profesionalisme. Diambil pada 7 Mei
11 dari http://wiwikyulihaningsih.wordpress.com/11/4/13/konsep-
dasar-proIesionalisme/.
Admin. 3. Pengertian Sertifikasi. Diambil pada 1 Mei 11 dari
http://sertiIikasi.iagi.or.id/.
Setiyo P., Adi. 1. Profesi. Diambil pada 7 Mei 11 dari
http://www.nuansahati.co.cc/1/1/proIesi.html.

Paputungan, ZulkiIli & Bulota, Yurniati. 1. Bimbingan dan Konseling sebagai


Profesi. Diambil pada 7 Mei 11 dari http://kiIlipaputungan.
wordpress.com/1//13/bimbingan-dan-konseling-sebagai-proIesi-/.
Hendra. 11. Profesi Bimbingan dan Konseling. Diambil pada 7 Mei 11 dari
http://www.scribd.com/.
User. 11. Pengertian Profesi. Diambil pada 7 Mei 11 dari
http://www.scribd.com/.
Chekie. 1. Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi. Diambil pada 1 Juni
11 dari http://kiIlipaputungan. wordpress.com/1//13/bimbingan-
dan-konseling-sebagai-proIesi-/.
Belajar. 11. Pengertian dan Ciri-Ciri Profesi Bimbingan Konseling. Diambil
pada 1 Juni 11 dari http://kei-ma.blogspot.com/11/3/pengertian-
dan-ciri-ciri-proIesi.html.
Suherman, Uman. 9. Manafemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: #izqi
Press.
Sedanayasa, Gede dan Darmayanthi, Ari. 1. Profesi Bimbingan Konseling.
Singaraja: Jurusan Bimbingan Konseling akultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha.
Nurihsan, Achmad Juntika. . Stretegi Layanan Bimbingan Konselig.
Bandung: #eIika Aditama.
Sudrajad, Akhmad. 1. Perfalanan Jauh Bimbingan Konseling sebagai Sebuah
Profesi. Diambil pada 1 Juni 11 dari http://akhmadsudrajat.
wordpress.com/perjalanan-jauh-bimbingan-konseling-sebagai-sebuah-
proIesi/
Anonim. 1. Profesi Bimbingan Konseling. Diambil pada 1 Juni 11 dari
http://ebimbel.net/l/1-ProIesi-Bimbingan-Konseling/

You might also like