You are on page 1of 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

Pada akhir tahun 1970-an, bioteknologi mulai dikenal sebagai salah satu
revolusi teknologi yang sangat menjanjikan di abad ke 20 ini. Pentingnya
bioteknologi secara strategis dan potensinya untuk kontribusi dalam bidang
pertanian, pangan, kesehatan, sumberdaya alam dan lingkungan mulai menjadi
kenyataan yang semakin berkembang.
Saat ini walaupun masih dalam taraI pengembangan, industri bioteknologi
mulai matang dan menghasilkan produk-produk yang dapat dipasarkan. Dimana
keberhasilan-keberhasilan komersial dan terobosan-terobosan teknologi yang
dramatis telah dan sedang diraih. Walaupun demikian, harapan-harapan mengenai
penerapan bioteknologi pada 15-20 tahun yang lalu dapat dikatakan belum
seluruhnya menjadi kenyataan Dan bahkan hambatan-hambatan yang muncul
kadangkala tidak diantisipasi sebelumnya.
Dalam GBHN 1993 khususnya sasaran Bidang Pembangunan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dalam Pelita VI, Bioteknologi juga dimasukkan dalam
Kebijaksanaan Nasional sebagai suatu bidang Iptek yang perlu dikembangkan.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun
yang lalu.Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-9.Bioteknologi dengan menggunakan
mikroorganisme dapat menghasilkan makanan dan minuman karena dapat tumbuh
dengan cepat, mengandung protein yang cukup tinggi dan dapat menggunakan
produk-produk sisa sebagai substratnya misalnya dari limbah dapat menghasilkan
produk yang tidak toksik dan reaksi biokimianya dapat dikontrol oleh enzim
organisme itu sendiri.
Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan
pangan menjadi bentuk lain. Proses pembuatan pangan yang dibantu oleh
mikroorganisme misalnya melalui Iermentasi, seperti keju, yoghurt, dan berbagai
makanan lain termasuk kecap dan tempe. Pada masa mendatang diharapkan peranan
mikroorganisme dalam penciptaan makanan baru seperti mikroprotein dan protein sel
tunggal. Mengenal siIat dan cara hidup mikroorganisme juga akan sangat bermanIaat
dalam perbaikan teknologi pembuatan makanan.
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanIaatan makhluk
hidup (bakteri, Iungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata,
tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer,
biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai
cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun
yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk
menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan
reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan
antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam
jumlah yang terbatas akibat proses Iermentasi yang tidak sempurna. Perubahan
signiIikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini,
produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara
negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi
semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel
induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh
penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat
disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel
induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang
mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti
sediakala.|4| Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika,
kultur jaringan dan DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan siIat dan
produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman
biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan
3

bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari
polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh
bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersiIat toksik (racun) di sungai atau laut
dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang
melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan
rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-
macam golongan.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme
melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodiIikasi Iungsi
biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau
merekayasa gen pada organisme tersebut. Perubahan siIat Biologis melalui rekayasa
genetika tersebut menyebabkan "lahirnya organisme baru" produk bioteknologi
dengan siIat - siIat yang menguntungkan bagi manusia. Produk bioteknologi, antara
lain:
O agung resisten hama serangga
O Kapas resisten hama serangga
O Pepaya resisten virus
O nzim pemacu produksi susu pada sapi
O Padi mengandung vitamin A
O Pisang mengandung vaksin hepatitis

2.2 Konsep Gizi Seimbang yang Mendukung Bioteknologi Pangan
Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah masalah gizi kurang dan
gizi lebih. Pola pertumbuhan dan status gizi merupakan indikator kesejahteraan. Oleh
karena itu, perlu adanya program gizi yang berguna untuk mendorong kedua hal
tersebut.
Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (Iungsinya), maupun
kuantitas (jumlahnya).
4

Masalah gizi menyebabkan kualitas SDM menjadi rendah. Adapun tujuan
program pangan dan gizi yang dikembangkan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010
adalah :
1. Meningkatkan ketersediaan komoditas pangan pokok dengan jumlah yang
cukup, kualitas memadai dan tersedia sepanjang waktu melalui peningkatan
produksi dan penganekaragaman serta pengembangan produksi olahan.
2. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan
ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
3. Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yg baik dengan
menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi lebih.
4. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi untuk
mencapai hidup sehat.

Mikroorganisme yang di kembangkan dalam bioteknologi pangan melelui
proses Iermentasi mampu mengubah bahan mentah seperti, kedelai, jangung, ketela
dan yang lainnya menjadi bahan yang memiliki nilai tambah tinggi baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya.
Bioteknologi pangan yang memanIaatkan mikroorganisme untuk mengubah
bahan pangan sangat bermanIaat bagi masyarakat. Bahan pangan yang di Iermentasi
dengan mikroorganisme, mengandung nutrisi yang tinggi untuk memenuhi
keseimbangan gizi pada manusia. Berbagai bahan makanan yang sebelum di olah
secara bioteknologi memiliki kualitas dan gizi yang rendah akan tetapi setelah
diolah secara bioteknologi mimiliki kandungan gizi yang kaya akan manIaatnya bagi
kesejahteraan Manusia.

2.3 Dampak Negatif yang Ditimbulkan Dari Proses Bioteknologi Pangan
PemanIaatan bioteknologi untuk meningkatkan produksi pertanian
menimbulkan kecemasan bagi sementara pihak tentang kesehatan, yang menyangkut
keselamatan umum, perlindungan lingkunga sampai resiko terhadap kesehatan
perorangan. Bioteknologi pertanian memberikan harapan terciptanya suatu isitem
pertanian yang berkelanjutan. Tetapi ada yang berpendapat bahwa bioteknologi dapat
mengakibatkan terciptanya gulma baru maupun hama dan penyakit baru,
5

memasukkan racun dalam makanan, merusak pendapatan petani, mengganggu sistem
pangan dunia, dan merusak keanekaragaman hayati.
Pentingnya lingkungan dalam sistem pertanian sering dikaitkan dengan
konservasi sumber daya alam dan sumber daya hayati. Kekhawatiran dari penerapan
bioteknologi pertanian adalah potensi timbulnya organisme baru yang dapat
berkembang biak dengan tidak terkendali sehingga merusak keseimbangan alam.
Tanaman transgenik yang memiliki keunggulan siIat-siIat tertentu dikhawatirkan
menjadi 'gulma super yang berperilaku seperti gulma dan tidak dapat dikendalikan.
Selain menimbulkan dampak agroekosistem, produk pangan transgenik
dikhawatirkan membahayakan bagi kesehatan manusia. Salah satu tanaman
transgenik dapat menimbulkan alergi pada uji laboratorium, yaitu kedelai transgenik
yang mengandung methionine-rich protein dari Brazil.
Ada empat jenis resiko yang mungkin ditimbulkan oleh produk transgenik
yaitu :
(1)Iek akibat gen asing yang diintroduksi ke dalam organisme transgenik,
(2)Iek yang tidak diharapkan dan tidak ditargetkan akibat penyisipan gen
secara random dan interaksi antara gen asing dan gen inang di dalam
organisme transgenik,
(3)Iek yang dikaitkan dengan siIat konstruksi gen artiIisial yang disisipkan ke
dalam organisme transgenik, dan
(4)Iek dari aliran gen, terutama penyebaran secara horizontal dan sekunder dari
gen dan konstruksi gen dari organisme transgenik ke spesies yang tidak
berkerabat.

Contoh:
Upaya menghasilkan beras transgenik yang rendah glutelin ternyata pada saat
bersamaan memunculkan karateristik lain, yaitu meningkatnya kandungan prolamin.
Rendahnya glutelin berdampak positip pada protein yang tersimpan pada beras (rice
protein storage). Namun, meningkatnya prolamin akan mengakibatkan perubahan
kualitas gizi dan bahaya alergi bagi siapa pun yang mengonsumsinya.
Kedelai kaya lysine (salah satu asam amino esensial), maka ternyata dampak
ikutannya adalah kadar lemak kedelai menjadi turun. Hal ini jelas tidak dikehendaki,
apabila maksud dikembangkannya tanaman kedelai adalah sebagai bahan baku


minyak goreng. Demikian pula beras kaya beta-karoten, menghasilkan karakteristik
ikutan berupa meningkatnya xantophyll.
Resiko di atas menimbulkan potensi bahaya bagi lingkungan dan manusia
sebagai berikut:
(1) Pemindahan DNA transgenik secara horisontal ke mikroorganisme tanah,
yang dapat mempengaruhi ekologi tanah,
(2) Kerusakan organisme tanah akibat toksin dari transgenik yang bersiIat
pestisida,
(3) Gangguan ekologis akibat transIer transgen kepada kerabat liar tanaman,
(4) Kerusakan pada serangga yang menguntungkan akibat transgenik bersiIat
pestisida,
(5) Timbulnya virus baru,
() Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik, termasuk dan terutama pada
manusia yang memakan produk transgenik, dan
(7) Meningkatnya kecenderungan allergen, siIat toksik atau menurunnya nilai
gizi pada pangan transgenik.

Keamanan pangan merupakan jaminan bahwa suatu pangan tidak akan
menyebabkan bahaya bagi konsumen, apaila pangan tersebut disiapkan/dimasak dan
atau dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dan penggunaan makanan tersebut. Untuk
produksi bahan pangan, jasad hidup yang digunakan haruslah jasad hidup kelompok
GRAS (Generally Recognizes as SaIe), yaitu kelompok jasad hidup yang dianggap
aman digunakan sebagai sumber bahan pangan.
Dalam rangka pengendalian pangan, parameter obyektiI sangat diperlukan
dalam pembuatan keputusan. Hal itu adalah kebutuhan terhadap kualitas pangan dan
standard keamanan, pedoman dan rekomendasi. Perdagangan pada pangan organik
dan hasil pertumbuhan pada sektor ini dibatasi oleh ketidakadaan peraturan yang
harmonis diantara partner-partner dagang yang potensial. Pada tahun 1991,
masyarakat ropa mengadopsi peraturan tentang produksi organik hasil pertanian.
Pada tahun 1999, COD Alimentarius Commission (CAC) membuat pedoman
untuk produksi, pemrosesan, pelabelan dan pemasaran makanan-makanan yang
diproduksi secara organik. Peraturan-peraturan ini mengatur prinsip-prinsip produksi
organik di lahan, pada tahap persiapan, penyimpanan, transportasi, pelabelan dan
7

pemasaran. Hal ini tidak secara langsung mencakup hewan ternak tetapi pada proses
pengembangan peraturan untuk produksi hewan ternak secara organik. Adopsi dari
pedoman internasional merupakan langkah yang penting dalam penyediaan
pendekatan yang terpadu untuk mengatur subsektor makanan organik dan Iasilitas
bagi perdagangan makanan organik. Pemahanam umum tentang pengertian dari
organik seperti halnya yang ada pada pedoman internasional yang diketahui
memberikan ukuran yang penting terhadap gerakan pemberdayaan perlindungan
konsumen melawan praktek-praktek kecurangan.

2.4 Masalah-Masalah Sosio-Kultural Bioteknologi Pangan
Dari uaraian di atas secara umum terlihat manIaat bioteknologi dalam bidang
pangan. Akan tetapi karena kebanyakan aktivitas dapat dikatakan 'mengubah alam
dan timbul kekhawatiran penyimpangan yang terlalu jauh dari kondisi alamiah.
Masalah-masalah lingkungan yang dikhawatirkan mungkin pula terpau masalah
keamanan (lahir batin) dari pangan, serta masalah hak kepemilikan intelektual yang
berdampak ekonomi.
Dalam masalah ghubungannya denga lingkungan evaluasi tanaman yang
dimodiIikasi secara bioteknologi, bukan diliahat dari caranya diperoleh tetapi dari
Iaktor-Iaktor pengamatan tertentu. Hasil pemikiran peserta lokakarya (20 Ilmuwan)
yang diselenggarakan di IRRI Los Banos mengajukan usul 5 parameter pengamatan
untuk menentukan tingkat resiko terhadap lingkungan.
Kelima parameter itu adalah (1) Kemampuannya membentuk koloni (2)
Hubungannya dengan lingkungan (3) pengaruhnya terhadap manusia (4) potensinya
untuk mengalami perubahan genetic (5) resiko pengelolaannya.
Bahan pangan yang sudah dikategorikan GRASS (General Recognized as
Save) dapat berubah statusnya bila telah mengalami perlakuan bioteknologi. Negara-
negara ropah sepakat bahwa bahan panmgan atau produk pangan hasil bioteknologi
harus dilabel dengan Iakta tersebut. Di Asia, pertaturan ini diikuti oleh epang.
Masalah-masalah yang sekarang muncul pada masyarakat mengenai
bioteknologi antara lain: Munculnya hama/penyakit biotipe baru dan Produk
bioteknologi akan merusak keragaman dan keseimbangan hayati. Dalam laporan
UCS (Union oI Concerned Scientists) membeberkan Iakta komersial tanaman
transgenik luas ternyata berdampak ekologi yang sangat serius, terutama dinegara-


negara berkembang yang sebagian besar merupakan tempat pemusatan
keanekaragaman hayati paling besar. Karena tanaman transgenic merupakan hasil
rekayasa pemisahan gen, maka tanaman ini mengandung materi genetic dari satu
atau lebih organisme lain, misalnya gen dari bakteri, virus, hewan dan tumbuhan
lain. Dalam berbagai peristiwa, gen-gen baru tanaman transgenik dapat berpindah ke
tanaman liar di alam melalui benang sari. Keadaan ini akan serius pengaruhnya bagi
tanaman liar di sekitar tanaman transgenik itu.

2.5 Dampak Penerapan Bioteknologi
1. Dampak positiI
Solusi untuk memecahkan masalah kebutuhan pangan Mendukung
perkembangan dan inovasi baru dalam setiap aspek kehidupan Dalam bidang
pertanian, dapat mengurangi penggunaan pestisida dengan tanaman yang tahan hama
Kesejahteraan umat manusia menjadi semakin terjamin, dengan semakin banyak
bibit unggul dan bahan pangan berkualitas yang dapat dihasilkan. PemanIaatan
bioteknologi dalam hal reproduksi dapat mencegah terjadi kepunahan suatu jenis
organisme Dimungkinkan pula untuk memperoleh organisme yang semakin
bervariasi.

2. Dampak negatiI
Pencemaran biologi akibat pelepasan organisme transgenik. Potensi akan
terjadi gangguan keseimbangan ekosistem karena keanekaragaman makhluk hidup
dibuat berdasarkan rekayasa genetik dan tidak berdasarkan pada hukum alam semata.
Produk insulin hasil rekayasa genetika telah menyebabkan 31 orang meninggal dunia
di Inggris.
Susu sapi yang dipacu pertumbuhannya dengan hormon BGH (Bovine
Growth Hormone) mengindikasikan adanya kandungan bahan kimia baru yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. omatIlavr savr diketahui mengandung sejenis
gen yang tahan terhadap pengaruh zat antibiotik sehingga jika dikonsumsi
dikhawatirkan akan dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Dipandang dari segi etika atau moral, penciptaan makhluk transgenik dianggap
sebagai pelanggaran hukum alam dan sulit diterima masyarakat luas.

9

BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Bioteknologi merupakan suatu penggunaan biokimia, mikrobiologi, serta
rekayasa genetika secara terpadu, yang berIungsi untuk menghasilkan barang atau
lainnya bagi kepentingan manusia. Bull (192) melalui OCD (Organisation for
Economic Cooperation and Development) mendeIinisikan pengertian bioteknologi
sebagai upaya penerapan prinsip ilmiah serta rekayasa pengolahan bahan oleh agen
biologi untuk menyediakan suatu barang dan jasa.
Pesatnya pengembangan dan penerapan bioteknologi adalah suatu hal sangat
positiI, akan tetapi dalam mewujudkannya hendaknya dikaji secara mendetail,
sehingga tidak tercipta kondisi Indonesia yang masih tertinggal dalam bidang
bioteknologi tidak bisa dilihat sebagai suatu hal yang negatiI. ustru dengan kondisi
ini, maka memberikan ruang gerak yang luas untuk mengantisipasi dan mengkaji
setiap aspek bioteknologi dengan belajar dari sukses, kegagalan dan kesulitan yang
dialami oleh negara-negara maju. Dengan demikian terhindar dari "over-expectation"
sehingga usaha-usaha untuk mewujudkan pengembangan dan penerapan
bioteknologi tidaklah menemui kendala yang signiIikan.
Akhirnya, adalah sangat penting bahwa bioteknologi dilihat dalam konteks
sektoral; Kontribusi bioteknologi sendiri akan kecil jika tidak memperhatikan semua
kondisi yang ada untuk pembangunan sektor pertanian atau sektor kesehatan
misalnya. Dalam konteks ini, hal-hal yang perlu diperhatikan misalnya kebijaksanaan
harga yang sesuai, pemantapan lembaga-lembaga terkait dan kapasitas penelitian,
serta jasa penyuluhan yang eIektiI.

3.2 Saran
Sebaiknya para pemuda dinekali ilmu pengetahuan yang cukup supaya cepat
diterapkan dalam setiap langkah kehidupannya masing-masing. Kita harus
menyambut bioteknologi dengan baik sehingga pemanIaatannya dapat kita rasakan
dengan sendirinya.


10

DAFTAR PUSTAKA

Amien Muhammad, !egangan Umum Bioteknologi 3. akarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 195.

Maggy Themawidjaja, Bioteknologi, akarta: rlangga, 1990.

Green, jen. 2005. Makanan Rekayasa genetika ( Seri Lingkungan Hidup). Bandung
Pakar Raya.

Goenadi, D.H. & Isroi. 2003. Aplikasi Bioteknologi dalam Upaya !eningkatan
Efisiensi Agribisnis yang Berkelanfutan. Makalah Lokakarya Nasional
Pendekataan Kehidupan Pedesaan dan Perkotaan dalam Upaya
Membangkitkan Pertanian ProgresiI, UPN 'Veteran Yogyakarta, -9
Desember 2003.

You might also like