You are on page 1of 12

A emberontakan kI d| b||tar

Basis PKI Blitar


Blitar Selatan adalah basis PKI. Cap itu masih melekat hingga sekarang meski PKI sudah
dinyatakan sebagai partai terlarang. Ketika negara mengejar anggota serta mereka yang dianggap
sebagai pendukung PKI pada tahun 1965, ribuan nyawa melayang. Dieksekusi tanpa peradilan.
Sebagian dari mereka dikuburkan secara massal di sejumlah desa di Blitar Selatan, Jawa Timur.
Peristiwa 1965 memang masih menyisakan beribu tanda tanya. Membongkar makam massal
punya nilai penting, tidak hanya bagi mereka yang dikuburkan di dalamnya, tapi penting bagi
kebenaran itu sendiri. Namun rupanya ada yang tak setuju makam dibongkar.
Markus Talam dan Sanjoyo, bekas narapidana di Pulau Buru, mengatakan, di makam
Bakung inilah pertama kali terjadi pembantaian massal terhadap orang-orang yang dianggap
terlibat PKI. 'Di sini ini saja ada 48, disitu ada 7. Mati itu bukan semuanya ditembak. Ya ada
yang dipukul, digorok, disembelih, ujar Markus Talam.
Sementara Sanjoyo berkata: 'Sekitar 25 atau 30 orang itu dalam satu lobang.
Ini kuburan massal PKI, begitu kata warga Blitar. Kuburan ini adalah buntut dari Operasi
Trisula yang digelar tahun 1966 di Blitar Selatan, ketika itu warga yang dicap PKI dikejar dan
dibunuh. Lebih jauh Markus Talam berkata: 'Itu gencar sekali, istilahnya operasi Tumpes
Kelor!!!! Jumpa kelihatannya itu orang mencurigakan langsung dibawa, termasuk saya. Tinggal
yang di rumah itu cuma perempuan-perempuan. Ada orang yang bertani dibawa, direntengi
sampe 10, 7, 4 itu dibunuh. Pembunuhannya ya di tempat-tempat itu aja. Yang dibunuh di sini
juga ada, yang dibawa di gunung di luar desa juga ada.
Markus Talam lolos dari pembunuhan karena kabur saat diangkut tentara dari tempat
persembunyiannya di Trenggalek, menuju Markas Kodim di Blitar. Tapi selama ia melarikan
diri, giliran anggota keluarganya yang jadi sasaran. Ditangkap, lantas dieksekusi.
'Saya ini nggak kurang dari 30 dik, korban. Keponakan, terus saudara-saudara sepupu, banyak!
Orang-orang yang nggak tahu apa-apa itu, petani. Ya mereka itu ditembak di sini saja, yang
deket sungai ya dibuang ke sungai, kalo nggak ya ditaruh begitu saja, nggak dikubur.
Kuburan massal bagi mereka yang dicap PKI juga bisa ditemukan di Kecamatan
Nglegok, Blitar Utara. Jaraknya sekitar 50 kilometer dari desa pertama. Sanjoyo adalah bekas
Kepala Desa Kedawung. Di desa ini, kata dia, ada dua kuburan massal PKI. Sementara di desa
lain seperti Selorejo, Penataran, Bangsri dan Karanganyar terdapat tiga hingga lima makam.
Total di Kecamatan Nglegok saja, ada puluhan kuburan massal. Sanjoyo salah seorang saksi
dalam peristiwa pembantaian massal bagi mereka yang dicap PKI. Ketika Operasi Trisula digelar
TNI, hampir setiap malam di Desa Tumpakoyot, Kecamatan Bakung, terdengar bunyi rentetan
senjata. Setiap pagi pun ia harus mencari potongan bambu sepanjang dua meter, untuk
mendorong puluhan mayat yang bergelimpangan di sungai belakang rumahnya.
'Kalau di Blitar Selatan malah lebih ngeri lagi karena cuma diceburkan di kali aja. Pada
waktu peristiwa Gestapu itu airnya nggak putih lagi atau cokelat lagi tapi merah! Itu karena
banyak jenazah-jenazah yang dibuang begitu saja.
Bagi warga Blitar, makam massal yang paling terkenal, di antara ratusan yang ada, adalah
Goa Tikus di Desa Lorejo. Letaknya di pegunungan kapur Blitar Selatan, yang dikenal sebagai
lokasi pembuangan mayat. Goa Tikus adalah lubang selebar 2,5 meter dengan kedalaman 20
meter. Tampak puluhan tengkorak manusia menyembul di antara air berlumpur. Tulang belulang
juga terserak bercampur serpihan kain.
Begitu peluit dibunyikan, Santiko dan Jumani menarik tubuh saya ke atas. 'Saya baru
saja melihat sebuah pemandangan yang sangat mengerikan, didalam gua tikus tadi ada tumpukan
tulang manusia yang sudah tak utuh lagi setinggi 2 meter. Dan tulang tulang itu bercampur
dengan lumpur serpihan kain, sandal karet dan batu. Dari banyaknya tulang yang ada, sepertinya
benar yang dikatakan warga, bahwa jenazah yang dibuang di gua Tikus mencapai ratusan
orang.
Bu Put, dikenal warga Desa Pakisrejo, Kecamatan Srengat, Blitar, sebagai tokoh Gerwani
Jawa Timur. Gerwani adalah organisasi perempuan di bawah Partai Komunis Indonesia, PKI.
Posisinya cukup tinggi, ia sempat menjabat sebagai anggota DPRD Blitar. Tahun 1965, ia lari ke
Blitar Selatan. 'Ya lari, he..he.. kenapa Bu ?. Ya takut to saya, wong orang orang pada
disembelih, rumahnya dibakar harta bendanya diambilin. Put Mainah sudah kenyang merasakan
penjara 10 tahun karena keputusannya bergabung dengan PKI. Ia tak pernah menyesal menjadi
anggota PKI. Satu-satunya penyesalan adalah karena negara tak menghargai keyakinan dan jalan
hidup orang lain.
Upaya pembongkaran kuburan massal PKI di Blitar bukannya tak pernah dilakukan.
Pemkab Blitar beberapa kali melontarkan gagasan ini, tapi selalu ditentang. Penentang utama
datang dari kelompok tentara. Sukirno seorang pensiunan Komandan Kodim di Blitar
berpendapat, pembongkaran kuburan massal PKI di Blitar lebih banyak sisi negatiInya. 'Kalau
itu dilaksanakan menurut saya justru akan menimbulkan eIek yang negatiI. Baik korban maupun
yang dikorbankan pada tahun 65-66 itu, bahkan mungkin akan mereview pada tahun 48.
Pemerintah Kabupaten Blitar akhirnya meminta meminta Komnas HAM meneliti
keberadaan kuburan massal tersebut. Kuburan dirasa perlu dibongkar, untuk membuktikan
adanya pelanggaran HAM berat saat berlangsung Operasi Trisula. 'Peristiwa tahun 65 itu
merupakan tidak hanya pelanggaran tidak hanya HAM, tapi lebih dalam pada perikemanusiaan
itu. Tidak bisa menghilangkan nyawa orang itu seenaknya sendiri tanpa proses yang jelas. Oleh
karena itu saya sangat mendukung upaya upaya itu dan mudah mudahan setelah bukti bukti
kongkrit, kebenaran bisa ditegakkan.
Paling sedikit 250,000 orang pekerja dan petani dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi.
Diperkirakan sekitar 110,000 orang masih dipenjarakan sebagai tahanan politik pada akhir 1969.
Eksekusi-eksekusi masih dilakukan sampai sekarang, termasuk belasan orang sejak tahun 1980-
an. Empat tapol, Johannes Surono Hadiwiyino, SaIar Suryanto, Simon Petrus Sulaeman dan
Nobertus Rohayan, dihukum mati hampir 25 tahun sejak kudeta itu.
50rasi Trisula
Ini kuburan massal PKI, begitu kata warga Blitar. Kuburan ini adalah buntut dari Operasi
Trisula yang digelar tahun 1966 di Blitar Selatan, ketika itu warga yang dicap PKI dikejar dan
dibunuh.
Lebih jauh Markus Talam berkata:
"Itu gencar sekali, istilahnya operasi Tumpes Kelor'''' Jumpa kelihatannya itu orang
mencurigakan langsung dibawa, termasuk saya. Tinggal yang di rumah itu cuma perempuan-
perempuan. Ada orang yang bertani dibawa, direntengi sampe 10, 7, 4 itu dibunuh.
Pembunuhannya ya di tempat-tempat itu afa. Yang dibunuh di sini fuga ada, yang dibawa di
gunung di luar desa fuga ada."
Markus Talam lolos dari pembunuhan karena kabur saat diangkut tentara dari tempat
persembunyiannya di Trenggalek, menuju Markas Kodim di Blitar. Tapi selama ia melarikan
diri, giliran anggota keluarganya yang jadi sasaran. Ditangkap, lantas dieksekusi.

"Saya ini nggak kurang dari 30 dik, korban. Keponakan, terus saudara-saudara sepupu, banyak'
Orang-orang yang nggak tahu apa-apa itu, petani. Ya mereka itu ditembak di sini safa, yang
deket sungai ya dibuang ke sungai, kalo nggak ya ditaruh begitu safa, nggak dikubur. Seperti
membunuh tikus. Tikus safa kalau dekat rumah kan dibuang, itu nggak."
Kuburan massal bagi mereka yang dicap PKI juga bisa ditemukan di Kecamatan Nglegok,
Blitar Utara. Jaraknya sekitar 50 kilometer dari desa pertama.


A emberontakan kI d| b||tar
Basis PKI Blitar
Blitar Selatan adalah basis PKI. Cap itu masih melekat hingga sekarang meski PKI sudah
dinyatakan sebagai partai terlarang. Ketika negara mengejar anggota serta mereka yang dianggap
sebagai pendukung PKI pada tahun 1965, ribuan nyawa melayang. Dieksekusi tanpa peradilan.
Sebagian dari mereka dikuburkan secara massal di sejumlah desa di Blitar Selatan, Jawa Timur.
Peristiwa 1965 memang masih menyisakan beribu tanda tanya. Membongkar makam massal
punya nilai penting, tidak hanya bagi mereka yang dikuburkan di dalamnya, tapi penting bagi
kebenaran itu sendiri. Namun rupanya ada yang tak setuju makam dibongkar.
Markus Talam dan Sanjoyo, bekas narapidana di Pulau Buru, mengatakan, di makam
Bakung inilah pertama kali terjadi pembantaian massal terhadap orang-orang yang dianggap
terlibat PKI. 'Di sini ini saja ada 48, disitu ada 7. Mati itu bukan semuanya ditembak. Ya ada
yang dipukul, digorok, disembelih, ujar Markus Talam.
Sementara Sanjoyo berkata: 'Sekitar 25 atau 30 orang itu dalam satu lobang.
Ini kuburan massal PKI, begitu kata warga Blitar. Kuburan ini adalah buntut dari Operasi
Trisula yang digelar tahun 1966 di Blitar Selatan, ketika itu warga yang dicap PKI dikejar dan
dibunuh. Lebih jauh Markus Talam berkata: 'Itu gencar sekali, istilahnya operasi Tumpes
Kelor!!!! Jumpa kelihatannya itu orang mencurigakan langsung dibawa, termasuk saya. Tinggal
yang di rumah itu cuma perempuan-perempuan. Ada orang yang bertani dibawa, direntengi
sampe 10, 7, 4 itu dibunuh. Pembunuhannya ya di tempat-tempat itu aja. Yang dibunuh di sini
juga ada, yang dibawa di gunung di luar desa juga ada.
Pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 pihak Republik Indonesia dan
pendudukan Belanda melakukan perundingan yang dikenal sebagai Perundingan
Renville. Hasil kesepakatan perundingan Renville dianggap menguntungkan posisi
Belanda. Sebaliknya,RI menjadi pihak yang dirugikan dengan semakin sempit wilayah
yang dimiliki.Oleh karena itu, kabinet Amir SyariIuddin diaggap merugikan bangsa,
kabinet tersebut dijatuhkan pada 23 Januari 1948. Ia terpaksa menyerahkan mandatnya
kepada presiden dan digantikan kabinet Hatta.
Selanjutnya Amir SyariIuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28
Juni 1948. Kelompok politik ini berusaha menempatkan diri sebagai oposisi terhadap
pemerintahan dibawah kabinet Hatta. FDR bergabung dengan Partai Komunis Indonesia
(PKI) merencanakan suatu perebutan kekuasaan.
Beberapa aksi yang dijalankan kelompok ini diantaranya dengan melancarkan
propaganda antipemerintah, mengadakan demonstrasi-demonstrasi, pemogokan,
menculik dan membunuh lawan-lawan politik, serta menggerakkan kerusuhan dibeberapa
tempat.
Sejalan dengan peristiwa itu, datanglah Muso seorang tokoh komunis yang sejak
lama berada di Moskow, Uni Soviet. Ia menggabungkan diri dengan Amir SyariIuddin
untuk menentang pemerintah, bahkan ia berhasil mengambil alih pucuk pimpinan PKI.
Setelah itu, ia dan kawan-kawannya meningkatkan aksi teror, mengadu domba kesatuan-
kesatuan TNI dan menjelek-jelekan kepemimpinan Soekarno-Hatta. Puncak aksi PKI
adalah pemberotakan terhadap RI pada 18 September 1948 di Madiun, Jawa Timur.
Tujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan negara RI dan menggantinya dengan
negara komunis. Dalam aksi ini beberapa pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim
ulama dan rakyat yang dianggap musuh dibunuh dengan kejam. Tindakan kekejaman ini
membuat rakyat marah dan mengutuk PKI. Tokoh-tokoh pejuang dan pasukan TNI
memang sedang menghadapi Belanda, tetapi pemerintah RI mampu bertindak cepat.
Panglima Besar Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan
Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan
pemberontakan PKI. Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki kembali oleh TNI
dan polisi. Dalam operasi ini Muso berhasil ditembak mati sedangkan Amir SyariIuddin
dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
P0ristiwa Madiun adalah sebuah konIlik kekerasan yang terjadi di Jawa Timur
bulan September Desember 1948 antara pemberontak komunis PKI dan TNI. Peristiwa
ini diawali dengan diproklamasikannya Negara Republik Soviet Indonesia pada tanggal
18 September 1948 di Kota Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia
dengan didukung pula oleh Menteri Pertahanan saat itu, Amir SjariIoeddin.
Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan Peristiwa Madiun, dan
tidak pernah disebut sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Baru di era
Orde Baru peristiwa ini mulai dinamakan Pemberontakan PKI Madiun.
Bersamaan dengan itu terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di
Madiun yang tidak baik itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun tokoh-
tokoh masyarakat dan agama.
Masih ada kontroversi mengenai peristiwa ini. Sejumlah pihak merasa tuduhan
bahwa PKI yang mendalangi peristiwa ini sebetulnya adalah rekayasa pemerintah Orde
Baru (dan sebagian pelaku Orde Lama).

danya Tawaran Bantuan Dari B0landa
ada awal konfllk Madlun pemerlnLah 8elanda berpurapura menawarkan banLuan
unLuk menumpas pemberonLakan LersebuL namun Lawaran lLu [elas dlLolak oleh pemerlnLah
8epubllk lndonesla lmplnan mlllLer lndonesla bahkan memperhlLungkan 8elanda akan segera
memanfaaLkan slLuasl LersebuL unLuk melakukan serangan LoLal Lerhadap kekuaLan bersen[aLa
8epubllk lndonesla Memang kelompok klrl Lermasuk Amlr Syarlfuddln Parahap Lengah
membangun kekuaLan unLuk menghadapl emerlnLah 8l yang dlLuduh Lelah cenderung
berplhak kepada Amerlka SerlkaL (dan bukannya kepada unl SovleL)


ang M0latar Latar B0lakang

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, muncul
berbagai organisasi yang membina kader-kader mereka, termasuk sayap kiri,golongan kiri
dan golongan sosialis. Selain tergabung dalam Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia),
Partai Sosialis Indonesia (PSI) juga terdapat kelompok-kelompok kiri lain, antara lain
Kelompok Diskusi Patuk, yang diprakarsai oleh Dayno, yang tinggal di Patuk, Gunung
Kidul, Yogyakarta. Yang ikut dalam kelompok diskusi ini tidak hanya dari kalangan sipil
seperti D.N. Aidit dan Syam Kamaruzzaman, melainkan kemudian juga dari kalangan
militer dan bahkan beberapa komandan brigade, antara lain Kolonel Djoko Soejono,
Letkol Soediarto (Komandan Brigade III, Divisi III), Letkol Soeharto (Komandan
Brigade X, Divisi III. Kemudian juga menjadi Komandan Wehrkreise III, dan menjadi
Presiden RI), Letkol Dahlan, Kapten Soepardjo, Kapten Abdul LatieI (kolonel),Abdul
LatieI dan Kapten oentoeng Samsoeri
Pada bulan Mei 1948 bersama Soeripno, Wakil Indonesia di Praha, Muso,
kembali dari Moskwa, Uni Soviet. Tanggal 11 Agustus, Muso tiba di Yogyakarta dan
segera menempati kembali posisi di pimpinan Partai Komunis Indonesia. Banyak politisi
sosialis dan komandan pasukan bergabung dengan Muso, antara lain Amir
SyariIuddin,Amir SjariIuddin Harahap, Setyadjit Soegondo dan kelompok diskusi Patuk.
Pada era ini aksi saling menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-
masing pihak menyatakan, bahwa pihak lainlah yang memulai. Banyak reska perwira
TNI, perwira polisi, pemimpin agama, pondok pesantren di Madiun dan sekitarnya yang
diculik dan dibunuh.
Pada 10 September 1948, mobil Gubernur Jawa Timur, RM Suryo,RM Ario
Soerjo, dan mobil 2 perwira polis dicegat massa pengikut PKI di Kedunggalar, Ngawi,
Jawa Timur. Ke-3 orang tersebut dibunuh dan jenazah nya dibuang di dalam hutan.
Demikian juga dr. Moewardi yang sering menentang aksi-aksi golongan kiri, diculik
ketika sedang bertugas di rumah sakit Solo, dan kabar yang beredar ia pun juga dibunuh.
Tuduhan langsung dilontarkan, bahwa pihak lainlah yang melakukannya. Di antara yang
menjadi korban juga adalah Kol. Marhadi yang namanya sekarang diabadikan dengan
Monumen yang berdiri di tengah alun-alun Kota Madiun dan nama jalan utama di Kota
Madiun.
Kelompok kiri menuduh sejumlah petinggi Pemerintah RI, termasuk Wakil
Presiden Mohammad Hatta telah dipengaruhi oleh Amerika Serikat untuk
menghancurkan Partai Komunis Indonesia, sejalan dengan doktrin Harry S. Truman,
Presiden AS yang mengeluarkan gagasan Teori Domino. Truman menyatakan, bahwa
apabila ada satu negara jatuh ke bawah pengaruh komunis, maka negara-negara
tetangganya akan juga akan jatuh ke tangan komunis, seperti layaknya dalam permainan
kartu domino. Oleh karena itu, dia sangat gigih dalam memerangi komunis di seluruh
dunia.
Sebelumnya pada 21 Juli 1948 telah diadakan pertemuan rahasia di hotel "Huisje
Hansje" Sarangan, Plaosan, Magetan,sarangan, dekat Madiun yang dihadiri oleh
Soekarno, Hatta, Soekiman Wirjosandjojo (Menteri Dalam Negeri), Mohamad Roem
(anggota Masyumi) dan Kepala Polisi Soekanto Tjokrodiatmodjo, sedangkan di pihak
Amerika Serikat hadir Gerald Hopkins (penasihat politik Presiden Truman), Merle
Cochran (pengganti Graham yang mewakili Amerika Serikat dalam Komisi Jasa Baik
PBB). Dalam pertemuan Sarangan, yang belakangan dikenal sebagai "Perundingan
Sarangan", diberitakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia menyetujui #ed Drive
Proposal (proposal pembasmian kelompok merah). Dengan bantuan Arturo Campbell,
Soekanto berangkat ke Amerika Serikat guna menerima bantuan untuk Kepolisian RI.
Campbell yang menyandang gelar resmi Atase Konsuler pada Konsulat Jenderal Amerika
Serikat di Jakarta, sesungguhnya adalah anggota Central Intelligence Agency (CIA),
badan intelijen Amerika Serikat.
Selain itu dihembuskan isu bahwa Soemarsoso, tokoh Pesindo, pada 18 September
1948 melalui radio di Madiun telah mengumumkan terbentuknya Pemerintah Front
Nasional bagi Karesidenan Madiun. Namun Soemarsono kemudian membantah tuduhan
yang mengatakan bahwa pada dia mengumumkan terbentuknya Front Nasional Daerah
(FND) dan telah terjadi pemberontakan PKI. Dia mengatakan bahwa FND dibentuk
sebagai perlawanan terhadap ancaman dari pemerintah pusat.
Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang disiarkan melalui
radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih: Muso atau Soekarno-
Hatta. Maka pecahlah konIlik bersenjata, yang pada waktu itu disebut sebagai adiun
Affairs (Peristiwa Madiun), dan di zaman Orde Baru kemudian dinyatakan sebagai
pemberontakan PKI.

khir konflik
Kekuatan pasukan pendukung Muso digempur dari dua arah: Dari barat oleh
pasukan Divisi II di bawah pimpinan Kolonel Gatot Soebroto, yang diangkat menjadi
Gubernur Militer Wilayah II (Kota Semarang,Semarang-Kota Surakarta,Surakarta)
tanggal 15 September 1948, serta pasukan dari Divisi Siliwangi, sedangkan dari timur
diserang oleh pasukan dari Divisi I, di bawah pimpinan Kolonel Soengkono, yang
diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur, tanggal 19 September 1948, serta
pasukan Mobile Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, di bawah pimpinan M. Yasin.
Panglima Besar Soedirman menyampaikan kepada pemerintah, bahwa TNI dapat
menumpas pasukan-pasukan pendukung Muso dalam waktu 2 minggu. Memang benar,
kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung Muso dapat dihancurkan dalam waktu singkat.
Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Pasukan
Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu
di otel Merdeka di Madiun. Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan
pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat
segera ditangkap.
Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung
Muso tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Amir
SyariIuddin Harahap, mantan Perdana Menteri RI, dieksekusi pada 20 Desember 1948 di
makam Ngalihan, atas perintah Kol. Gatot Subroto.

P02-0rontakan PKI G30 S/PKI
arta| komun|s Indones|a (kI) adalah parLal pollLlk dl lndonesla yang berldeologl komunls
ualam se[arahnya kl pernah berusaha melakukan pemberonLakan melawan pemerlnLah kolonlal
8elanda pada 1926 mendalangl pemberonLakan kl Madlun pada Lahun 1948 serLa dlLuduh
membunuh 6 [enderal 1nl Au dl !akarLa pada Langgal 30 SepLember 1963 yang dl kenal dengan
perlsLlwa C30S/kl

Cerakan Awal PKI
Partai ini didirikan atas inisiatiI tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada 1914,
dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) (atau Persatuan Sosial
Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari
dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial
Demokratis), yang aktiI di Hindia Belanda
|1|

Pada Oktober 101 SM ISDV mulai aktiI dalam penerbitan dalam bahasa Belanda, "et
Jrife Woord" (Kata yang Merdeka). Editornya adalah AdolI Baars.
Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu,
ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang
merupakan warga pribumi Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang
menjadi radikal dan anti kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas
dengan kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada 1917,
kelompok reIormis dari ISDV memisahkan diri dan membentuk partainya sendiri, yaitu Partai
Demokrat Sosial Hindia.
Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa Melayu, "Soeara Merdeka".
Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang
terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil mendapatkan pengikut di antara
tentara-tentara dan pelaut Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal
Merah" dan dalam waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir
1917, para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan angkatan laut
utama di Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah dewan soviet. Para penguasa kolonial
menindas dewan-dewan soviet di Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke
Belanda, termasuk Sneevliet. Para pemimpin pemberontakan di kalangan militer Belanda
dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.
ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di bawah tanah.
Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain, Soeara Ra`jat. Setelah sejumlah
kader Belanda dikeluarkan dengan paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam,
keanggotaan organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas
orang Indonesia.

Pembentukan Partai Komunis
Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat Islam. Keadaan
yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para anggotanya, terutama di Semarang dan
Yogyakarta membuat Sarekat Islam melaksanakan disiplin partai. Yakni melarang anggotanya
mendapat gelar ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja
membuat para anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar dari partai dan membentuk
partai baru yang disebut ISDV. Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi
ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua partai.
PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis
Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai ini pada kongresnya kedua Komunis Internasional
pada 1920.
Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Ko2unis
Indon0sia (PKI).

P02-0rontakan 1926
Pada November 1926 PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di
Jawa Barat dan Sumatra Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah republik.
Pemberontakan ini dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh
dan sekitar 13.000 orang ditahan. Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai, dikirim
ke Boven Digul, sebuah kamp tahanan di Papua
|2|
. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan.
Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan
alasan menindas pemberontakan kaum komunis. Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh
pemerintahan Belanda. Karena itu, PKI kemudian bergerak di bawah tanah.
Rencana pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di dalam
perundingan rahasia aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas oleh Tan Malaka, salah
satu tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa terutama di Sumatra. Penolakan tersebut
membuat Tan Malaka di cap sebagai pengikut Leon Trotsky yang juga sebagai tokoh sentral
perjuangan Revolusi Rusia. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah
pemberontakan di Jawa terjadi. Semisal Pemberontakan Silungkang di Sumatra.
Pada masa awal pelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan diri, terutama
karena banyak dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada 1935 pemimpin PKI Moeso kembali
dari pembuangan di Moskwa, Uni Soviet, untuk menata kembali PKI dalam gerakannya di bawh
tanah. Namun Moeso hanya tinggal sebentar di Indonesia. Kini PKI bergerak dalam berbagai
Iront, seperti misalnya Gerindo dan serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di
antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia di kalangan organisasi nasionalis, Perhimpoenan
Indonesia , yang tak lama kemudian berada di dalam kontrol PKI

Bangkit k02-ali
Pada 1950, PKI memulai kembali kegiatan penerbitannya, dengan organ-organ utamanya
yaitu Harian Rakjat dan Bintang Merah. Pada 1950-an, PKI mengambil posisi sebagai partai
nasionalis di bawah pimpinan D.N. Aidit, dan mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis
dan anti Barat yang diambil oleh Presiden Soekarno. Aidit dan kelompok di sekitarnya, termasuk
pemimpin-pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman, menguasai
pimpinan partai pada 1951. Pada saat itu, tak satupun di antara mereka yang berusia lebih dari 30
tahun. Di bawah Aidit, PKI berkembang dengan sangat cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota
pada 1950, menjadi 165 000 pada 1954 dan bahkan 1,5 juta pada 1959
|4|

Pada Agustus 1951, PKI memimpin serangkaian pemogokan militan, yang diikuti oleh
tindakan-tindakan tegas terhadap PKI di Medan dan Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI
kembali bergerak di bawah tanah untuk sementara waktu.

atar be|akang G30S]kI
1 kl men[adl salah saLu parLal pemenang dalam pemllu 1933
2 1erbenLuknya poros !akarLaeklng
3 enerapan slsLem pemerlnLahan berlandaskan nASAkCM
4 ergolakan pollLlk yang semakln Lldak sLabll
3 1er[adlnya sengkeLa anLara Au dan kl

1u[uan G30S]kI
Mengubah ldeologl pancaslla men[adl ldeologl komunls

1okoh G30S]kI
u n AldlL dlbanLu oleh LeLkol unLung SuLopo

krono|og|s G30S]kI
1ahap pers|apan kI dan t|ndakan
1 MembenLuk ormasormas seperLl SCS8l (kaum 8uruh) 81l (kaum 1anl) CL8WAnl dan
LLk8A
2 Mengusulkan LerbenLuknya angkaLan ke3
3 MemflLnah Au dengan lsu Cup uewan !enderal
4 MerebuL sarana penLlng seperLl SLaslun 88l usaL 1elekomunlkasl dan 8andara Pallm
erdana kusumah
3 Mencullk dan membunuh para !enderal darl Au

1ahap usaha AD menghadap| usaha kI
1 MenglngaLkan pemerlnLah LenLang LlndakLanduk keglaLan kl
2 Menolak LerbenLuknya angkaLan ke3
3 Menyampalkan kepada pemerlnLah bahwa yang dlbenLuk Au bukan Cup uewan !enderal
LeLapl Wan[akLl (uewan !abaLan kepangkaLan 1lnggl)
4 Men[aga dan mengamankan pemerlnLah darl slLuasl pollLlk kl


30 SepLember 1963 kl menyusun kekuaLan dengan memperslapkan pasukanpasukannya dl
daerah Lubang 8uaya

01 CkLober 1963 asukan kl mengadakan pencullkan para !enderal

02 CkLober 1963 emerlnLah mengadakan operasl mlllLer dengan menurunkan pasukan
kosLrad dl bawah Mey[en SoeharLo

yang memerlnLah pasukan 8kAu kolonel Sarwo Ldl Wlbowo

02 CkLober 1963 asukan 8kAu berhasll merebuL kemball sarana penLlng SLaslun 88l usaL
1elekomunlkasl

03 CkLober 1963 8erhasll merebuL Pallm erdana kusumah dan dllan[uLkan dengan pencarlan
para !enderal aLas peLun[uk 8rlgadlr ollsl SuklLman

04 CkLober 1963 ullakukan penggallan mayaL para !enderal dl sumur Lua Lubang 8uaya

03 CkLober 1963 ullakukan pemakaman para !enderal dl kallbaLa Laman makam pahlawan

0609 CkLober 1963 uladakan operasl mlllLer pemberslhan C30S/kl balk dl !akarLa !aLlm dan
!aLeng

09 CkLober 1963 8erhasll menangkap LeLkol LaLlf

11 CkLober 1963 LeLkol unLung SuLopo LerLangkap dl 1egal dan LerLembaknya u n AldlL dl
8oyolall

24 november 1966 kemaLlan u n AldlL dlsebarluaskan dllan[uLkan dengan penangkapan
Lokoh laln C30S/kl seperLl nyono ur Subandrlo umar uanl Sam kamaru[aman kolonel
Saklrman

ara Iendera| yang terbunuh da|am per|st|wa G30S]kI
1 !enderal Ahmad ?anl
2 !enderal S arman
3 !enderal 8 SuprapLo
4 !enderal M 1 Paryono
3 !enderal u l an[alLan
6 !enderal SuLoyo Slswomlhar[o

You might also like